MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Hadist Tematik BKI
Yang di ampu oleh :
Setyo Pranoto, M.Pd.
Disusun Oleh :
Arildalona Ilhamawan Tarnasta
NIM : 22109920001
َح َّد َثَنا َيْح َيي ْبُن َيْح َي َاْخ َبَر َنا َداُو ُد ْبِن َعْبُد الَّرْح َمِن َعَّعْن ُع َم ُر و ْبُن َج اِبر ْبُن َر ْيِد َأِبي الَشْع َثاء َعْن ِاْبِن
َعَّباس َأَّنُه َقاَل َتَز َّوَج َر ُسْو َل ِهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َم ْيُم ْو َنَة َو ُهَو ُم ْح ِرٌم (َم ْسِلم
“…. Dari Ibnu Abbas Bahwasannya Rasulullah telah menikahi maimunah, sedang
Beliau dalam ihram.(H.R Muslim)
……َعْن َيِز ْيُد ْبِن اَألِص م َعْن َم ْيُم ْو َنِة َقَلْت َتَز َّوَج ِني َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلُم َو ُهَو َح اَل ٌل (ُم ْسِلم
“dari yazid bin asham dari maimunah, ia berkata rasulullah saw menikahiku
sedang beliau sedang dalam ihlal(keluar dari ihram).” (H.R Muslim)
Kedua riwayat tersebut drajatnya sama-sama shahih. Dan jika diihat
terdapat pertentangan antara keduanya. Oleh karena itu, para ulama’ ada yang
mengunakan thariqatul jam’I ada yang thariqatut tajrih
c. Hadits Rajih
Hadits Rajih yaitu sebuah hadits yang terkuat diantara dua buah hadits
yang berlawanan maksudnya. Riwayat yang tidak dipakai dinamai marjuh artinya
yang tidak diberati, yang tidak kuat.
Contoh :hadits tentang riwayat yang mengatakan Nabi menikah saat ihlal.
Riwayat yazid bin asham itu disebut rajih dan riwayat ibnu abbas di sebut marjuh.
d. Hadits Nasikh
Hadits Nasikh yaitu hadits yang datang lebih akhir, yang menghapuskan
ketentuan hukum yang terkandung dalam hadits yang datang mandahuluinya.
Hadits yang dihapuskan ketentuan hukumnya dinamakan mansukh.
Contohnya:
َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى َع َلْيِه َو َس َّلُم اَل َيْأُك َلَّن َاَح ُد ُك ْم ِم ْن ُنْسِكِه َبْعَد َثاَل ٌث (الَشاِفِع ي
“Rasulullah saw bersabda : janganlah salah seorang diantara kamu memakan
daging kurban sudah tiga hari.” (imam syafi’i)
Larangan memakan daging kurban yang sudah tiga hari itu disebut “
hukum”. Kemudian hukum dihapuskan oleh Nabi sendiri dengan sabdanya:
َنَهْيُتُك ْم َعْن لُح ْو ِم اَألَض اِخ ي ِاْن اَل َتُك ْو َلَها َبْعَد َثاَل ُث َفُك ُلْو ا َو اْنِفْيُعْو ا ِبَها ِفى ِاْس َفِرُك ْم
()اِإل ْع ِتَبار
“aku pernah melarang kamu tentang daging kurban bahwa jangan kamu makan
dia sesudah tiga hari, tetapi (sekarang) makanlah dan gunakan dalam pelayaran-
pelayaran kamu.” (al-I’tibar)
Hadits yang pertama dinamakan mansukh, artinya yang dihapuskan karena
hukum yang ada padanya sudah tidak terpakai lagi. Hadits yang kedua di sebut
nasikh, yang menghapuskan hukum yang ada pada hadits yang pertama.
5. Hadits Ghairu Ma’mul bih
Hadits ghairu ma’mul bih ialah hadits hadits maqbul yang tidak bisa di amalkan.
Yang masuk kategori ini meliputi:
a. Hadits Mutasyabih
Matasybih artinya yang samar. Yakni hadits yang samar/ sukar dipahami
dan tidak bisa diketauhi maksud dan tujuannya. Ketentuan hadits mutasyabih ini
ialah harus diimankan adanya, tetapi tidak boleh diamalkan.
Contohnya:
ِاَّنُه ليعان َع َلى َقْلِبي َو ِاِّني َاِلْس َتْغ ِفُر هللا ِفي اْلَيْو ِم ِم اَئة َم َّر ة (ُم ْسِلم
“sesungguhnya tertutup hatiku. Dan aku akan meminta maaf kepada allah dalam
sehari seratus kali” (H.R Muslim)
Arti hadits tersebut sudah jelas tetapi tentang maksudnya dan tujuanya
para ulama’ berbeda pendapat. Dalam sarah muslim terdapat enam pendapat
hadits tersebut.
Hadits mutasyabih sedikit sekali jumlahnya dibandingkan dengan yang
muhkam. Sebagian besar mutasyabih itu terdapat pada persoalan-persoalan yang
gaib-gaib.
b. Hadits Mutawaqqaf fihi
Hadits mutawaqqaf fihi yaitu dua buah hadits maqbul yang saling
berlawanan yang tidak dapat di kompromikan, ditarjihkan dan dinasakhkan.
Kedua hadits ini hendaklah dibekukan sementara.
c. Hadits Marjuh
Hadits marjuh yaitu sebuah hadits maqbul yang ditenggang oleh hadits
Maqbul lain yang lebih kuat. Kalau yang ditenggang itu bukan hadits
maqbul, bukan disebut hadits marjuh.
d. Hadits Mansukh
Secara bahasa mansukh artinya yang dihapus, Yakni hadits maqbul yang
telah dihapuskan (nasakh) oleh hadits maqbul yang datang kemudian.
Contohnya:
Fakta sejarah, seperti hadits yang terdapat dalam kitabnya Imam
َح َّد َثَنا َأُّيوُب ْبُن ُم َح َّم ٍد الَّر ِّقُّي َو َداُو ُد ْبُن َر ِش يٍد َقااَل َح َّد َثَنا ُم َعَّم ُر ْبُن ُس َلْيَم اَن َح َّد َثَنا َعْبُد ِهَّللا
ْبُن ِبْش ٍر َعْن اَأْلْع َمِش َعْن َ ْح َأِبي َص اِلٍح َعْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َقاَل َقاَل َر ُس وُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا
َع َلْيِه َو َس َّلَم َأْفَطَر اْلَح اِجُم
Telah menceritakan kepada kami Ayyub bin Muhamamd Ar Raqqi dan Dawud
bin Rasyid keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Mu’ammar bin
Sulaiman berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Bisyr dari Al
A’masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Orang yang membekam dan yang dibekam semuanya
batal”
Hadits diatas dimansukh oleh hadits berikut yang diriwayatkan Imam
Tirmidzi
َبَشر ْبُن ِهاَل ل الَبْص ِر ي َح َّد َثَنا َعْبُد الَو اِر ِث ْبُن َسِع ْيِد َح َّد َثَنا َأُيْو ِب َعْن ِع ْك ِرَم ِة َع ِن ْبِن َعَّباس َقاَل
ِاْح َتَج َم َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َو ُهَو ُم َح ِّر ٌم َص اِئٌم
Dua hadis ini berbicara tentang bekam, hadits pertama berisi batalnya
puasa orang yang membekam dan orang yang berbekam, sedang hadis kedua
menerangkan bahwa bekam tidak membatalkan puasa.
Hadits tentang batalnya puasa baik subyek maupun obyek bekam juga
diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dari jalur Shaddad. Imam syafi’I
menerangkan bahwa hadits yang diriwayatkan shaddad peristiwanya terjadi pada
hari al fath (fathu makkah) pada tahun 8 hijriyah, sedang hadits ibnu Abbas
terjadi pada haji Wada’ yang terjadi beberapa tahun setelah fathu makkah yakni
pada tahun 10 hijriyah, maka hadits yang kedua menasakh hadits pertama.
DAFTAR PUSTAKA