Abstract
Hadith is one of the foundations for determining law for
Muslims. In fact, in terms of legal position, hadith is in a
position after the Koran as the highest source of law in
Islam. In terms of level, hadith is divided into three,
namely: 1) Sahih Hadith, 2) Hasan Hadith, and 3) Daif
Hadith. In this article the author will discuss what
authentic, hasan, and dhaif hadith are and what
conditions readers can use to find out; which hadith is
authentic, hasan, or dhaif. By using analysis from several
journals and books, it is hoped that this journal can be
the key to understanding for readers to better
understand what authentic, hasan, and dhaif hadith are.
Keyword : Hadith, Hadith Shahih, Hadith Hasan, Hadith
Dhaif
ABSTRAK
Hadits merupakan salah satu landasan dalam
menentukan sebuah hukum bagi umat islam. Yang
mana memang secara posisi hukum, hadis berada di
posisi setelah al-quran sebagai sumber hukum tertinggi
dalam islam. Secara tingkatannya hadis dibagi menjadi
tiga, yaitu: 1) Hadits Shahih, 2) Hadits Hasan, dan 3)
Hadits dhaif. Dalam artikel ini penulis akan membahas
tentang apa itu hadits shahih, hasan, dan dhaif serta
apa saja syarat-syarat yang bisa digunakan oleh
pembaca untuk mengetahui; mana hadits shahih, hasan,
ataupun dhaif. Dengan menggunakan analisis dari
beberapa jurnal dan buku, diharapkan jurnal ini dapat
menjadi kunci pemahaman bagi para pembaca untuk
lebih memahami tentang apa itu hadits shahih, hasan,
dan dhaif.
Kata kunci: Hadits, Hadits Shahih, Hadits Hasan,
Hadits Dhaif
1
Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
2
Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
3
Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
4
Dosen Studi Al-Quran dan Hadits UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
A. PENDAHULUAN
Hadis, sebagai salah satu sumber hukum utama dalam
Islam, memiliki peran sentral dalam mengarahkan ajaran dan
praktik umat Muslim. Dalam kajian hadis, terdapat berbagai
tingkatan keautentikan yang dikenal sebagai hadis shahih, hasan,
dan dhaif. Konsep-konsep ini adalah hasil dari upaya ulama Islam
dalam memilah-milah hadis berdasarkan kualitas sanad (rantai
perawi) dan matan (teks) untuk menentukan tingkat kepercayaan
mereka.
Pentingnya pemahaman yang akurat tentang hadis shahih, hasan,
dan dhaif dalam konteks agama Islam tidak dapat diabaikan.
Hadis shahih dianggap sebagai sumber otoritatif yang dapat
dijadikan landasan untuk hukum Islam, sementara hadis hasan
memiliki tingkat kepercayaan yang baik dan dapat digunakan
sebagai panduan dalam praktik keagamaan. Di sisi lain, hadis
dhaif memiliki kelemahan dalam sanad atau matan mereka dan
umumnya tidak digunakan sebagai dasar hukum.
Penelitian ini bertujuan untuk mendalami konsep-konsep
hadis shahih, hasan, dan dhaif dalam Islam. Kami akan
mengeksplorasi metodologi penilaian keautentikan hadis,
mengidentifikasi kriteria yang digunakan oleh para ulama untuk
mengklasifikasikan hadis. Melalui penelitian ini, kami berharap
dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang warisan
hadis Islam yang kaya dan kompleks serta memberikan panduan
yang bermanfaat bagi para cendekiawan agama dan pemuka
agama dalam menggali lebih dalam ajaran Islam.
B. METODE PENELITIAN
Objek dari penelitian ini adalah macam-macam hadis, yaitu
hadis shahih, hasan, dan dhaif dalam pandangan islam serta
bagaiman dan seperti apa ciri-ciri dari ketiga hadist tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.
Pengumpulan Data: Pengumpulan data akan melibatkan
pencarian dan seleksi hadis dari berbagai sumber primer seperti
kitab-kitab hadis, dan juga sumber sekunder seperti kritikus
hadis. Dalam tahap ini, hadis Shahih, Dhaif, dan Hasan akan
diidentifikasi dan diklasifikasikan. 2. Analisis Kritikal: Metode
analisis kritikal akan digunakan untuk mengevaluasi keaslian dan
kredibilitas hadis dalam tiga kategori. Ini akan mencakup
memeriksa sanad (rantai perawi) dan matan (teks hadis), serta
mempertimbangkan faktor-faktor historis dan kontekstual. 3.
Perbandingan Hadis: Hasil analisis akan digunakan untuk
membandingkan hadis Shahih, Dhaif, dan Hasan. Faktor-faktor
seperti akurasi historis, konsistensi dengan prinsip-prinsip Islam,
dan dampaknya pada praktik Muslim akan diperiksa. 4. Survei
Terhadap Umat Islam: Studi survei mungkin dilakukan untuk
memahami persepsi dan pemahaman umat Islam tentang hadis
Shahih, Dhaif, dan Hasan. Hal ini dapat memberikan wawasan
tentang bagaimana penafsiran hadis berdampak pada praktik
keagamaan.
C. PEMBAHASAN
1. Hadits Shahih
Kata shahih secara bahasa berasal dari kata shahha,
yashihhu, Suhhan wa shihhatan wa shahahan, yang mana jika
diartikan akan memiliki arti yang sehat, yang selamat, yang benar,
yang sah dan yang benar.5 Para ulama’ seringkali menyebut kata
shahih itu sebagai lawan kata dari kata saqim (sakit). Maka hadits
shahih menurut bahasa berarti hadits yang sah, hadits yang sehat
atau hadits yang selamat.
Sedangkan secara terminologis, haidts shahih menurut Ibn Shalah
didefinisikan sebagai berikut:
املسند اذلى يتصل اسناده بنقل العدل الضابط اىل منتهاه واليكون شادا وال
معالل
“Hadits yang disandarkan kepada nabi SAW, yang sanadnya
bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit
hingga sampai akhir sanad, tidak ada kejanggalan dan tidak
ber’illat.”6
a. Sanadnya bersambung
Sanad bersambung adalah tiap–tiap periwayatan dalam
sanad hadits menerima periwayat hadits dari periwayat
terdekat sebelumnya, keadaan ini berlangsung demikian
sampai akhir anad dari hadits itu.
b. Periwayatan bersifat adil
Adil di sini adalah periwayat seorang muslim yang baligh,
berakal sehat, selalu memelihara perbutan taat dan
menjauhkan diridari perbuatan – perbuatan maksiat.
c. Periwayatan bersifat dhabit
5
Sarbanun, Macam-Macam Hadits dan Segi Kualitasnya. Hal. 346
6
Khusniati Rofiah,Studi Ilmu Hadis (Ponorogo: IAIN PO Press: 2018), Hal. 137
Dhabit adalah orang yang kuat hafalannya tentang apa yang
telah didengarnya dan mampu menyampaikan hafalannya
kapan saja ia menghendakinya.
d. Tida Janggal atau Syadz
Adalah hadits yang tidak bertentangan dengan hadits lain
yang sudah diketahui tinggi kualitas ke-shahih-annya.
e. Terhindar dari ‘illat (cacat)
Adalah hadits yang tidak memiliki cacat, yang disebabkan
adanya hal–hal yang tidak bak, yang kelihatannya samar–
samar.
Pembagian Hadits Shahih
a. Shahih Lidzatihi
Hadits shahih lidzatihi adalah hadits yang shahih dengan
sendirinya tanpa ada campur tangan siapa dan apaun.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, hadits shahih adalah
hadits yang memiliki lima syarat kriteria, sebagaimana yang
telah disebutkan pada persyaratan di atas. Hadits shahih
dalam kategori ini telah berhasil dihimpun oleh para
mudawwin dengan jumlahnya yang sangat banyak, keperti
oleh Malik, al Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, At
Tirmidzi, dan Ibnu Majjah dalam kitab shahih karya masing-
masing.
b. Shahih Lighairihi
Hadits shahih lighairihi merupakan hadits yang
keshahihannya dibantu oleh adanya keterangan lain. Hadits
ini pada mulanya memang memiliki kelemahan pada aspek
kedhabitan perawinya (qalil adh-dhabit). Dengan
ditemukannya keterangan lain, baik berupa syahid maupun
mutabi’ (matan atau sanad lain) yang bisa menguatkan
keterangan atau kandungan matannya. Hadits ini
derajatnya naik setingkat lebih tinggi, sehingga menjadi
shahih li ghairih.
َح َّد َثَنا َع ْبُد ِهللا ْبُن ُيْو ُسَف َقاَل َأْخ َبَر َنا َم اِلٌك َع ِن اْبِن ِشَهاٍب َع ْن ُمَحَّم ِد ْبِن ُج َبْي ِر ْبِن ُم ْطِع ِم َع ْن َأِبْي ِه َق اَل َس ِم ْع ُت
)م َقَر َأ ِفي اْلَم ْغ ِر ِب ِبالُّطْو ِر “(رواه البخاري. ” َر ُسْو َل ِهللا صTelah menceritakan kepada
kami Abdullah bin yusuf ia berkata: telah mengkhabarkan kepada
kami malik dari ibnu syihab dari Muhammad bin jubair bin
math’ami dari ayahnya ia berkata: aku pernah mendengar
rasulullah saw membaca dalam shalat maghrib surat at-thur” (HR.
Bukhari, Kitab Adzan).
“ َلْو َال َأْن َأُش َّق َع َلى ُأَّمِتْي َأَلَم ْر َتُهْم: ُمَحَّم ُد ْبُن َع ْم ٍر و َع ْن َأِبْي َس َلَم َة َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َأَّن َر ُسْو َل ِهللا ص م قَاَل
“ ِبالِّس َو اِك ِع ْنَد ُك ِّل َص َالٍة
Artinya : “Dari Muhammad Bin Amir dari Abi Salamah dari Abu
Hurairah sesungguhnya rasulullah saw bersabda: Kalaulah tidak
memberatkan atas umatku pasti akanku perintahkan kepada
mereka bersiwak ketika setiap shalat”(HR. Tirmidzi, Kitab
Thaharah).
Penjelasan hadist :
Tingkatan-tingkatan Shahih
Muncul sebuah persoalan siapakah diantara para semua
mukharrij hadits seperti bukhari, muslim, ahmad, tirmidzi dan
yang lainnya yang dikatakan paling shahih?
Maka dalam hal ini ada beberapa tingkatan derajat shahih, yaitu :
1. Muttafaq ‘Alaih
2. Bukhari
3. Muslim
4. Periwayatan atas syarat (rekomendasi) dari bukhari dan muslim
5. Periwayatan atas syarat (rekomendasi) dari bukhari
6. Periwayatan atas syarat (rekomendasi) dari muslim
7. Hadits shahih yang bukan atas pandangan bukhari dan muslim
seperti ibnu khuzaimah, ibnu hibban, dan para mukharrij lainnya.
2. Hadits Hasan
a. Hasan li dzatih
Yang dimaksud dengan hadits hasan li dzatih ialah hadits
hasan dengan sendirinya, yakni hadits yang telah memenuhi
persyaratan hadits hasan yang lima.
b. Hasan li gharih
7
Al-Turmuzi, Sunan At-Turmuzi, Juz 10, Kairo, Muhammad Abd Al-Muhsin Al-
Kutubi, Hlm. 519.
Hadits hasan li ghairih ialah hadits hasan bukan dengan
sendirinya, artinya hadits yang menduduki kualitas hasan
karena dibantu oleh keterangan lain baik adanya syahid
maupun muttabi’.
“ حَّد َثَنا ُقَتْيَبُة َح َّد َثَنا َج ْع َفُر ْبُن ُس َلْيَم اَن الُّض َبِع ي َع ْن َأِبْي ِعْمَر اِن اْلَج ْو ِني َع ْن َأِبي َبْك ِر ْبِن َأِبي ُم ْو َس ي اَأْلْش َع ِر ْي
..… ِإَّن َأْب َو اَب اْلَج َّن ِة َتْح َت ِظ َالِل الُّس ُيْو ِف: َق اَل َر ُس ْو ُل ِهللا ص م: َسِم ْع ُت َأِبي ِبَح ْض َر ِة الَع ُد ِّو َيُق ْو ُل: َقاَل
“ الحديث
Penjelasan :
Maka rawi yang bernama ‘ashim bin ubaidillah itu dhoif karena
jelek hafalannya, kemudian imam at-tirmidzi menghasankan
hadits ini karena terdapat hadits dari selain jalur periwayatan ini.
3. Hadits Dhaif
: َم اَأْخ َر َج ُه الِّتْر ِم ْيِذ ْي ِم ْن َطِرْيِق “َحِكْيِم اَألْثَر ِم ”َع ْن َأِبي َتِم ْيَم ِة الُهَج ْيِم ي َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َع ِن الَّنِبِّي ص م َقاَل
” َم ْن َأَتي َح اِئضًا َأْو ِاْمَر أًة ِفي ُد ُبِرَها َأْو َك اُهَنا َفَقْد َكَفَر ِبَم ا َأْنَز َل َع َلى ُمَحِّم ٍد
Artinya : “ Apa yang diriwayatkan oleh tirmidzi dari jalur hakim al-
atsrami “dari abi tamimah al-Hujaimi dari abi hurairah dari nabi
saw ia berkata : barang siapa yang menggauli wanita haid atau
seorang perempuan pada duburnya atau seperti ini maka sungguh
ia telah mengingkari dari apa yang telah diturunkan kepada nabi
Muhammad saw”
Penjelasan Hadist :
Berkata Imam Tirmidzi setelah mengeluarkan (takhrij) hadits ini : “
kami tidak mengetahui hadits ini kecuali hadits dari jalur hakim
al-atsrami, kemudian hadits ini didhoifkan oleh Muhammad dari
segi sanad karena didalam sanadnya terdapat hakim al-atsrami
sebab didhaifkan pula oleh para ulama hadits” Berkarta ibnu
hajar mengenai hadits ini didalam kitab “Taqribut Tahdzib” :
Hakim al-Atsromi pada rawi tersebut adalah seorang yang
bermuka dua.
8
Diambil https://ponpes.alhasanah.sch.id/pengetahuan/macam-macam-
hadits-berdasarkan-kualitasnya/ pada 11 September 2023
9
Alfiah, dkk. Studi Ilmu Hadis, (Riau: Kreasi Edukasi Publishing and Consulting
Comoany: 2006), Hlm. 124
terbagi atas 2 bagian yang perama adalah terputus secara dzhohir
(nyata) :
a). Mu’allaq adalah apa yang dibuang dari permulaan sanad
baik satu rawi atau lebih secara berurutan.
b). Mursal adalah apa yang terputus dari akhir sanadnya
yaitu orang sesudah tabi’in (Sahabat).
c). Mughdhal adalah apa yang terputus dari sanadnya 2
atau lebih secara berurutan.
d). Munqoti’ adalah apa yang sanadnya tidak tersambung.
Sedangkan yang kedua terputus secara khofi (tersembunyi)
yaitu:
a). Mudallas adalah menyembunyikan cacat (‘aib) pada
sanadnya dan memperbagus untuk dzohir haditsnya.
b). Mursal Khofi adalah meriwayatkan dari orang yang ia
bertemu atau sezaman dengannya apa yang ia tidak pernah
dengar dengan lafadz yang memungkinkan ia dengar dan yang
lainnya seperti qaala.
2. Sebab penyakit pada rawi Penyakit pada rawi pun terbagi
atas 2 yaitu penyakit dalam ‘adalah dan dhobit (hafalannya),
adapun yang pertama penyakit pada ‘adalah (ketaqwaan) yaitu:
a). Pendusta
b). Tertuduh dusta
c). Fasiq
d). Bid’ah
e). Kebodohan
Adapun penyakit pada dhobit (hafalan), yaitu:
a). Jelek hafalannya
b). Lalai
c). Banyak
d). Menyelisihi yang tsiqat
e). Ucapan yang menipu
1.Sanad-sanad shahih:
2.Sanad-sanad dhoif:
D. KESIMPULAN