Anda di halaman 1dari 11

PEMBAGIAN HADIS BERDASARKAN KUALITASNYA

MAKALAH

Ditulis untuk memenuhi tugas pada mata kuliah


Ushulul Hadis

Oleh:
Aisyah Andini Januar : 23101007
Annisa Rahmadani Putri : 23101025
Nur’Aini : 23101096

Dosen Pengampu:
Dr. H. Buchari M., M.Ag.

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
PENGEMBANGAN ILMU AL-QUR’AN SUMATERA BARAT
2023 M./1445 H.
PEMBAGIAN HADIS BERDASARKAN KUALITASNYA

Aisyah Andini Januar, Annisa Rahmadani Putri, Nur’Aini


Sekolah Tinggi Agama Islam Pengembangan Ilmu Al-Qur’an
Sumatera Barat
aisyahandini0809@gmail.com annisaaarahmaaa18@gmail.com
aini160205@gmail.com

ABSTRAK
Tulisan ini membahas tentang pemahaman hadis berdasarkan
kualitas,pembagian hadis berdasarkan kualitas adalah praktik penting
dalam ilmu hadis islam yang bertujuan untuk menilai dan
mengklasifikasikan keandalan hadis-hadis yang di distribusikan kepada
Nabi Muhammad saw. latar belakangnya dapat di telusuri hingga masa
setelah wafatnya Nabi, Ketika muncul kekhawatiran tentang akurasi dan
keandalan perawi-perawi hadis. Seiring waktu, para cendekiawan islam
mengembangkan metode kritikal, termasuk ilmu Jarh wa Ta’dil, untuk
menilai perawi dan teks hadis.

Klasifikasi utama dalam pembagian hadis berdasarkan kualitasnya


adalah hadis shahih, hasan, dan dha’if. hadis shahih adalah yang paling
tinggi tingkat keandalannya dan memiliki rantai sanad yang kuat. Hadis
hasan adalah yang paling kuat secara kualitas, dengan rantai perawi yang
kuat dan teks yang tak tercela. Adapun rumusan masalah dari kajian ini
adalah (1) apa saja pembagian hadis berdasarkan kualitasnya? (2) apa
pengertian hadis shahih dan hadis hasan? (3) apa saja syarat-syarat hadis
shahih dan

Kata kunci: Hadis ,Shahih ,Hasan


PENDAHULUAN
Pembicaraan tentang pembagian hadis dilihat dari segi kualitasnya ini
tidak lepas dari pembahasan tentang pembagian hadis ditinjau dari segi
kuantitasnya, yang dibagi menjadi hadis mutawattir dan hadis ahad,
sebagaimana telah dibicarakan pada pembahasan sebelumnya. Hadis
mutawattir memberikan pengertian bahwa Nabi Muhammad saw.benar-
benar bersabda, berbuat, atau menyatakan persetujuan nya dihadapan para
sahabat, berdasarkan sumber-sumbernya telah meyakinkan dan sepakat
untuk tidak berbuat dusta kepada Rasulullah saw, maka hadist mutawattir
ini harus diterima, baik terhadap sanad maupun matannya. Berbeda dengan
hadis ahad, yang hanya memberikan pengertian mengharuskan kepada kita
untuk mengadakan penyelidikan, baik terhadap sanad maupun matannya,
sehingga status hadis ahad tersebut menjadi jelas,apakah dapat di terima
sebagai hujjah atau di tolak.

Pembagian hadis berdasarkan kualitas adalah praktik dalam ilmu hadis


untuk mengklasifikasikan hadis-hadis berdasarkan tingkat keandalan nya.
Dari keterangan inilah, para ulama ahli hadis membagi hadis ditinjau dari
segi kualitasnya menjadi 3 bagian yaitu : hadis shahih, hadis hasan, hadis
dhoif

A. Hadis Shahih

Shahih secara Bahasa adalah lawan dari saqim (sakit), sedangkan


secara istilah

ilmu hadis, hadis shahih berarti :

‫ وال‬،‫ من غير شذوذ‬،‫ عن مثله إلى منتهاه‬،‫ما اتصل سنده بنقل العدل الضابط‬
‫علة‬
Hadis yang berhubungan (bersambung) sanadnya yang diriwayatkan
oleh perawi yang adil, dhabith, yang diterimanya dari perawi yang sama
(kualitasnya) dengannya sampai kepada akhir sanad ,tidak syadz dan tidak
pula ber ‘illat.1

Kata shahih juga telah menjadi kosa kata Bahasa Indonesia dengan arti sah,
benar, sempurna, sehat (tidak celanya), pasti. Gambaran mengenai
pengertian hadis shahih menjadi lebih jelas setelah imam syafi’i
memberikan ketentuan bahwa Riwayat suatu hadis dapat dijadikan hujjah,
apabila diriwayatkan oleh para perawi yang dapat dipercaya amalan
agamanya; dikenal sebagai orang yang jujur, memahami dengan baik hadis
yang diriwayatkan, mengetahui perubahan arti hadis secara lafal, terjadi
hadis yang diriwayatkan hadis secara lafal, bunyi hadis yang diriwayatkan
sama dengan bunyi hadis yang diriwayatkan orang lain dan lepas dari tadlis
(menyembunyikan cacat).

Bukhari dan muslim sebagai ahli hadis dan hadis-hadisnya diakui


sebagai hadis yang shahih membuat definisi hadis shahih secara tegas
namun, setelah para ulama mengadakan penelitian mengenai cara-cara yang
di tempuh oleh keduanya untuk menetapkan suatu hadis yang bisa dijadikan
hujjah, diperoleh suatu gambaran mengenai kriteria atau syarat-syarat hadis
shahih menurut keduanya, kriteria tersebut adalah sebagai berikut.

1. Rangkaian dalam sanad itu harus bersambung, mulai dari perawi


pertama sampai perawi terakhir.
2. Para perawinya harus terdiri atas orang-orang yang dikenal tsiqat,
dalam arti adil dan dhabit.
3. Hadisnya terhindar dari illat (cacat) dan syadz (janggal)
4. Para perawi yang terdekat harus sezaman

1
Nawir yuslem, Op.Cit.,halaman219.
Hanya saja, diantara keduanya terjadi perbedaan pendapat
mengenai persambungan sanad. Menurut Bukhari, sanad hadis dikatakan
bersambung apabila antara perawi yang terdekat itu pernah bertemu,
sekalipun hanya satu kali. Jadi, tidak cukup hanya sezaman (almu’asarah),
sebaliknya menurut muslim, ,apabila antara perawi yang terdekat hidup
sezaman,maka sanad-nya sudah dikategorikan bersambung. Disamping
persyratan yang telah disepakati diatas,Sebagian ulama yang menyatakan
bahwa Bukhari juga menetapkan syarat terjadinya periwayatan harus dengan
cara as-sama’. Dengan demikian ,dapat dicermati bahwa persyaratan hadis
shahih yang ditetapkan oleh bukhari lebih ketat dari persyaratan yang
ditetapkan oleh muslim.

Selain definisi tentang hadis shahih diatas, masih banyak lagi


definisi yang dikemukakan oleh para ulama, yang memiliki redaksi berbeda-
beda, tetapii pada prinsipnya mempunyai kesamaan maksud. Dari beberapa
definisi hadis shahih yang telah disepakati oleh para ulama ahli hadis, dapat
dinyatakan bahwa syarat hadis shahih adalah (1) sanad-nya bersambung, (2)
para perawinya bersifat adil, (3) para perawinya bersifat dhabit, (4) matan-
nya tidak syadz,dan (5) matannya tidak ber-illat.

1) Sanad-nya bersambung
Yang dimaksud dengan sanadnya bersambung ialah bahwa setiap perawi
dalam sanad hadis menerima Riwayat hadis dari perawi terdekat
sebelumnya; karena itu berlangsung seperti itu sampai akhir sanad dari
hadis itu.

2) Perawinya adil
Kata adil,menurut bahasa berarti lurus, tidak berat sebelah, tidak dzalim,
tidak menyimpang, lurus, dan jujur. Seseorang dikatakan adil apabila
pada dirinya terdapat sifat yang dapat mendorong terpeliharanya
ketakutan, yaitu senantiasa melaksanakan perintah agama dan
larangannya.

3) Perawinya dhabit
Kata dhabit menurut bahasa yang kokoh, yang kuat. Perawi dikatakan
dhabit apabila ia mempunyai daya ingat sempurna terhadap hadis yang
diriwayatkannya

4) Tidak syadz (janggal)


Yang dimaksud dengan syadz atau syudzudz (bentuk jamak dari syadz)
disini ialah suatu hadis yang bertentangan dengan hadis yang
diriwayatkan oleh perawi lain yang lebih kuat atau lebih tsiqah.

5) Tidak Ber-illat (Ghair Mu’allal)


Kata illat bentuk jamaknya adalah illal atau al-illal, yang menurut
bahasa adalah cacat, penyakit, keburukan, dan kesalahan baca.

Para ulama ahli hadis membagi hadis shahih menjadi dua bagian, yaitu
shahih li dzatih dan shahih lighairih. Perbedaan antara kedua bagian ini
terletak pada segi hafalan atau ingatan perawinya. Pada hadis li ghairih,
ingatan perawinya kurang sempurna. Yang dimaksud dengan shahih li
dzatih ialah hadis yang tidak memenuhi secara sempurna persyaratan
shahih.

Contoh hadis shahih :

Hadist tentang islam dibangun atas lima dasar


‫ َسِم ْع ُت الَّنِبَّي َص َّلى ُهللا‬: ‫َع ْن َأِبْي َع ْبِد الَّرْح َمِن َع ْبِد ِهللا ْبِن ُع َم َر ْبِن الَخ َّطاِب َر ِض َي ُهللا َع ْنُهَم ا َقاَل‬
‫ َو ِإَق اِم‬،‫ َش َهاَد ِة َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُس ْو ُل ِهللا‬:‫ (ُبِنَي اِإل ْس َالُم َع َلى َخ ْم ٍس‬:‫َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُقْو ُل‬
‫ وصوم رمضان) روه البخري و مسلم‬،‫ َو َح ِّج الَبْيِت‬،‫ َو ِإْيَتاِء الَّز َك اِة‬،‫الَّص َالِة‬

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma dia berkata:


”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Islam itu
dibangun di atas lima dasar: persaksian (syahadat) bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah subhanahu wa ta’ala
dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan
zakat, haji (ke Baitullah) dan puasa di bulan Ramadhan.” (HR. Al
Bukhari dan Muslim)

B. HADIS HASAN
Hadis secara bahasa berarti sesuatu yang disenangi atau dicondongi
oleh nafsu. sedangkan hasan secara istilah, para ulama berbeda pendapat
dalam mendefinisikannya. Perbedaan pendapat ini terjadi disebabkan
diantara mereka ada yang menggolongkan hadis hasan sebagai hadis
yang menduduki posisi diantara hadis shahih dan hadis dhaif, tetapi ada
juga yang memasukkannya sebagai bagian dari hadis dhaif yang dapat
dijadikan hujjah. Menurut Sejarah, ulama yang mula-mula memunculkan
istilah hasan hadis yang berdiri sendiri adalah Turmudzi, dibawah ini
dikemukakan definisi hadis hasan.2

Menurut At-Tirmidzi, hadits hasan adalah:

‫ير‬ee‫ وُي روى من غ‬،‫اًّذ ا‬ee‫ وال يكون الحديث ش‬،‫كل حديث ُيروى ال يكون في إسناده من يَّتهم بالكذب‬
‫وجه نحو ذاك‬

”Tiap-tiap hadis yang pada sanadnya tidak terdapat perawi yang tertuduh
dusta, pada matannya tidak terdapat kejanggalan, dan hadis itu

2
Munzier suparta,Op. Cit.,halaman 141.
diriwayatkan tidak hanya denagn satu jalan (mempunyai banyak jalan)
yang sedepan dengan nya.”3

Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa hadis Hasan ampak


sama dengan hadis shahih, hanya saja terdapat perbedaan dalam soal
ingatan perawi. Pada hadis shaih, ingatan atau daya hafalannya kurang
sempurna. Dengan kata lain syarat hadis Hasan dapat dirinci sebagai
berikut :

1. Sanadnya bersambung.

2. Perawinya adil.

3. Perawinya dhabit tetapi kedhabitannya di bawah kedhabitan perawi


hadits Hasan.

4. Tidak terdapat kejanggalan (syadz)

5. Tidak terdapat illat (cacat)

Para ulama ahli, membagi hadis hasan menjadi dua bagian yaitu hasan
lizatihi dan hasan lighairi yang dimaksud dengan hadis hasan lizatihi
ialah hadis yang telah memenuhi persyaratan hadis hasan di atas. Dengan
demikian maka pengertian hadis hasan lidzatihi sama dengan pengertian
hadis hasan sebagaimana telah diuraikan di atas. Yang dimaksud dengan
hadits hasan lighairi ialah hadis hasan yang tidak memenuhi persyaratan
hadis hasan secara sempurna atau pada dasarnya hadis tersebut adalah
dhaif, tetapi karena sanadnya atau Matan lain yang menguatkan (sahyid
atau muta’i), maka kedudukan hadits dhaif tersebut naik derajatnya
menjadi Hasan lighairi

3
H.Mudasir, Op. Cit.halaman 152.
Para ulama sependapat bahwa seluruh Hadits Shahih, baik Shahih
lidzatih maupun shahih li ghairihi dapat dijadikan hujjah.

Hadis hasan, sebagaimana halnya hadis shahih, meskipun derajatnya


berada dibawah hdis shahih adalah hadis yang dapat diterima dan
dipergunakan sebagai dalil atau hujjah dalam penetapan hukum atau
dalam beramal. Para ulama hadis, ulama ushul fiqih, dan fukaha
sependapat tentang ke-hujjah-an hadis hasan

Berikut ini adalah beberapa contoh hadis hasan:

‫ َي ا‬:‫ َقاَل َر ُس وُل ِهَّللا َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم “ِإَّن ِهَّلِل َأْه ِليَن ِم َن الَّناِس” َقاُلوا‬:‫ َقاَل‬، ‫َع ْن َأَن ِس ْب ِن َم اِلٍك‬
‫ َأْه ُل ِهَّللا َو َخ اَّص ُتُه‬، ‫ “ُهْم َأْه ُل اْلُقْر آِن‬: ‫ َم ْن ُهْم ؟َقاَل‬،‫”َر ُس وَل ِهَّللا‬

“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para


sahabat bertanya“Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab,
“Para ahli Al Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan hamba
pilihanNya” (HR. Ahmad).

‫ِط يُب الِّر َج اِل َم ا َظَهَر ِر يُحُه َو َخ ِفَى َلْو ُنُه َوِط يُب الِّنَس اِء َم ا َظَهَر َلْو ُنُه َو َخ ِفَى ِريُحُه‬

“Sifat parfum laki-laki, baunya nampak sedangkan warnanya


tersembunyi. Adapun sifat parfum Perempuan, warnanya nampak
namun, baunya tersembunyi.” (HR. Tirmidzi, no. 2787; An-Nasa’i, no.
5120).
KESIMPULAN

Kesimpulan dari materi pembagian hadis berdasrkan kualitasnya adalah


bahwa hadis dalam tradisi islam dikelompokkan menjadi beberapa
tingkatan berdasarkan tingkat keakuratan dan kepercayaannya.
Kelompok utama dalam pembagian hadis ini biasanya mencakup :

1.Shahi: hadis yang di anggap otentik dan memiliki rantai sanad yang
kuat serta penutur yang dapat di percaya

2.Hasan: hadis yang memiliki tingkat kepercayaan yang baik, meskipun


tidak sekuat shahih

Pemaham dan pengkategorian hadis ini penting dalam penelitian dan


praktik islam untuk memastikan bahwa ajaran yang diambil dari hadis
sesuai dengan prinsip-prinsip kepercayaan dan akurasi.
DAFTAR PUSTAKA

Yuslem Nawir, (1997) “Ulumul Hadis”, Jakarta Mutiara Sumber Widya

Suparta Munzier, Ilmu Hadis (Jakarta: Raja Grafindo Pera

Anda mungkin juga menyukai