Di susun oleh :
Kelompok 10
Siska Handayani
Zauradatin A’ula
Pengertian periwayatan hadist
Hadist Nabi yang terhimpun dalam kitab-kitab hadist,
misalnya shahih al- Bukhori dan shahih Muslim, terlebih
dahulu telah melalui proses kegiatan yang di namai
dengan riwayat al-hadist atau al-riwayat, yang dalam bahasa
indonesia dapat diterjemahkan dengan periwayatan hadist atau
periwayatan. Sesuatu yang diriwayatkan, secara umum juga
biasa disebut dengan riwayat.
1. Sanad Hadits
Kata sanad atau as-sanad menurut bahasa, dari sanada, yasnudu yang
berati mu’tamad (sandaran/tempat bersandar, tempat berpegang, yang dipercaya
atau yang sah.
Secara temionologis,difinisi sanad ialah : para perawi yang
menyampaikan kepada matan, atau silsilah orang-orang yang mehubungkan
kepada matan hadits. Silsilah orang maksudnya, ialah susunan atau rangkaian
orang-orang yang meyampaikan materi hadis tersebut, sejak yang disebut
pertama sampai kepada Rasul SAW, yang perbuatan, perkataan, taqrir, dan
lainya merupakan materi atau matan hadits.
Para ulama hadits tidak mau menerima hadits yang datang kepada
mereka melainkan kalau ada sanadnya. Kemudian semenjak itu para ulama
meneliti setiap sanad yang sampai kepada mereka. Bila syarat-syarat hadits
shahih dan hasan terpenuhi, maka mereka menerima hadits-hadits tersebut
sebagai hujjah. dan jika tidak terpenuhi syarat-syarat tersebut mereka
menolaknya.
2. Matan Hadits
Kata matan atau al-matan menurut bahasa berarti (tanah yang
meninggi). Secara temonologis, istilah matan memiliki beberapa difinisi yang
mana maknanya sama yaitu materi atau lafazh hadits itu sendiri.
matan ialah materi atau lafazh hadits itu sendiri, yang penulisannya
ditempatkan setelah sanad dan sebelum rawi.
Sanad dan matan merupakan dua unsur pokok hadits yang harus ada
pada setiap hadist, antara keduanya memiliki kaitan yang sangat erat dan
tidak dapat dipisakan. Suatu berita tentang rasulullah SAW (matan) tanpa
ditemukan rangkaian atau susunan sanadnya, yang demikian tidak dapat
disebutkan hadits, sebaliknya suatu susunan sanad, meskipun bersambung
sampai rasul, jika tidak ada berita yang dibawanya, juga tidak bisa di sebut
hadits. Pembicaran dua istilah diatas, sebagai dua unsur pokok hadist, matan
dan sanad diperlukan setelah rasul wafat. Hal ini karna berkaitan dengan
perlunya penelitian terhadap otentisitas isi berita itu sendiri apakah benar
sumbernya dari rasul atau bukan.Upaya ini akan menentukan bagaimana
kualitas hadits tersebut, yang akan dijadikan dasar dalam penetapan syari’at
islam.
3. Rawi Hadits
Kata rawi berati orang yang meriwayatkan atau yang memberitakan
hadis. Yang dimaksud dengan rawi ialah orang yang
merawikan/meriwayatkan, dan memindahkan hadits. Sebenarnya antara sanad
dan rawi itu merupakan dua istilah yang hampir sama. Sanad-sanad hadits
pada tiap-tiap thabaqah atau tingkatannya juga disebut para rawi. Begitu juga
setiap perawi pada tiap-tiap thabaqah-nya merupakan sanad bagi yabaqah
berikutnya.
Akan tetapi yang membedakan kedua istilah diatas ialah, jika dilihat dari
dalam dua hal yaitu:
• Dalam hal pembukuan hadits. Orang-orang yang menerima hadits
kemudian megumpulkanya dalam suatu kitab tadwin disebut dengan rawi.
Dengan demikian perawi dapat disebutkan dengan mudawwin, kemudian
orang-orang yang menerima hadits dan hanya meyampaikan kepada orang
lain, tanpa membukukannya disebut sanad hadits. Berkaitan dengan ini
dapat disebutkan bahwa setiap sanad adalah perawi pada setiap tabaqagnya,
tetapi tdak setiap perawi disebut sanad hadits karena ada perawi yang
langsung membekukanya.
• Dalam penyebutan silsilah hadits, untuk susunan sanad, berbeda
dengan peyebutan silsilah susunan rawi. Pada silsilah sanad, yang
disebut sanad pertama adalah orang yang langsung meyampaikan
hadits tersebut kepada penerimanya. Sedangkan pada rawi yang
disebut rawi pertama ialah para sahabat Rasul SAW. Dengan
demikian penyebutan silsilah antara kedua istilah ini merupakan
sebaliknya. Artinya rawi pertama sanad terakhir dan sanad pertama
adalah rawi hadits.
4. Takhrij Hadits
pengertian takhrij adalah” petunjuk tentang tempat atau letak hadits pada
sumber aslinya yang diriwayatkan dengan menyebutkan sanadnya, kemudian
dijelaskan martabat atau kedudukannya manakala diperlukan.
Bedasarkan definisi diatas, maka mentakhrij berarti melakukan dua hal:
1.Berusaha menemukan para penulis hadis itu sendiri dengan rangkaian
silsilah sanad-nya
2.Memberikan penilaian kualitas hadis apakah hadis tersebut itu shahih
atau tidak.
Ilmu thakrij merupakan bagian dari ilmu agama yang perlu dipelajari
dan dikuasai, sebab di dalamnya dibicarakan tentang berbagai kaidah
untuk megetahui darimana sumber hadis itu berasal, selain itu
didalamnya ditemukan bayak kegunaan dan hasil yang diperoleh
khususnya dalam menentukan kualitas sanad hadis.
2. Akhrajuhu
Istilah akhrajuhu, merupakan suatu ungkapan yang menunjukkan bahwa,
hadits bersangkutan telah diriwayatkan oleh periwayatnya bersama dengan
sanad hadits itu sendiri.
3. Akhrajahu al-Sab’ah
Istilah ini umumnya mengiringi matan dari suatu Hadits. Hal tersebut berarti bahwa
Hadits yang disebutkan terdahulu diriwayatkan oleh tujuh Ulama’ atau Perawi Hadits,
yaitu Imam Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Al-Tirmidzi, Al-Nasa’i, dan Ibn
Majjah.
4. Akhrajahu al-sittah
Maksud Istilah ini adalah bahwa matan Hadits yang disebutkan
dengannya adalah diriwayatkan oleh enam orang perawi Hadits, yaitu:
Bukhari, Muslim, Abu Daud, Al-Tirmidzi, Al-Nasa’i, dan Ibn Majjah.
7 Akhrajahu al-Tsalatsah
Maksudnya, adalah bahwa matan Hadits yang disebutkan besertanya
diriwayatkan oleh tiga orang imam Hadits, yaitu: Abu Daud, Al-
Tirmidzi, Al-Nasa’i.
8. Muttafaq ‘Alaihi
Maksudnya, bahwa matan Hadits tersebut diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim dengan ketentuan
bahwa sanad terakhirnya, yaitu di tingkat Sahabat,
bertemu.
Perbedaannya dengan Al-Bukhari wa Muslim adalah,
bahwa yang disebut terakhir, matanHaditsnya
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, tetapi sanad-nya
berbeda pada tingkatan sahabat, yaitu di tingkat sahabat
kedua sanad tersebut tidak bertemu. Istilah yang terakhir
ini sama dengan Rawahu Al-Syaykhan, Akhrajahu Al-
Syaykhan, atau Rawahu Bukhari Wa Muslim.
9. Akhrajahu al-Jama’ah
Maksudnya, bahwa matan Hadits tersebut diriwayatkan
oleh jemaah ahli