Anda di halaman 1dari 9

TAKHRIJ AL-HADIS

(Wisnu Jalu K.A, Ahmad Faiz Amin,Asti Safitri)


UNIVERSITAS SUNAN AMPEL SURABAYA

Abstract:

Alhadis as the second source of law for Muslims after the Al-Qur'an includes most of the
deeds and sayings of the Prophet Muhammad which became role models or Sunnah for
Muslims to work on in their daily lives. Another function of the Hadith is to provide a more
detailed explanation of the laws contained in the Al-Quran. But unfortunately in its
implementation, Hadith as a source of law often causes controversy within the Muslim
community itself due to the emergence of doubts from various groups regarding the
legitimacy or validity and meaning of several hadiths.

This paper aims to investigate Takhrij Al-Hadith as a method for understanding and studying
hadith which is one of the sources of Islamic law. The method used in this investigation is the
literature review method, in which the speaker collects various information and data derived
from several literatures, such as journals, books and articles. From the results of the
investigation, several related explanations were obtained; Definition of Takhrij, history and
background of takhrij hadith, based on takhrij al-hadith method; Pronunciation, Theme,
Initial matan/athraf, First narrator, Status/position, Takhrij

Abstract:

Alhadis sebagai sumber hukum ke-dua bagi umat Islam setelah Al-Qur'an mencakup
sebagian besar perbuatan dan ucapan Nabi Muhammad Saw yang mana menjadi suri tauladan
atau Sunnah bagi umat islam untuk dikerjakan dalm kehidupan sehari - harinya. Fungsi lain
daripada Hadis adalah memberikan penjelasan yang lebih detail terkiat hokum yang ada di
dalam Al-Quran. Namun sayangnya dalam implementasinya, Hadis sebagai sumber hukum
tidak jarang menimbulkan kontroversial di dalam lingkup umat Islam itu sendiri dikarenakan
timbulnya keraguan dari berbagai kalangan terkait keabsahan atau kesahihan dan pemaknaan
terhadap beberapa hadis.

Makalah ini bertujian untuk menginvestigasi Takhrij Al-Hadits sebagai suatu metode dalam
memahami dan mendalami hadis yang merupakan salah satu sumber hukum Islam. Metode
yang digunakan dalam investigasi ini adalah metode kajian pustaka, yakni pemakalah
mengumpulkan berbagai informasi dan data yang bersumer dari beberapa literature, seperti
jurnal, buku dan arikel. Dari hasil investigasi didapatkan beberapa penjelasan terkait;
Pengertian Takhrij, sejarah dan latar belakang takhrij hadis, metode takhrij al-hadits yang
berdasarkan; Lafal, Tema, Awal matan/athraf, Periwayat pertama, Status/ kedudukan,
Takhrij.
Pendahuluan

Hadis sebagai elemen utama dalam bangunan syariat Islam selalu saja menjadi daya
tarik bagi siapapun yang ingin mengkaji dan mendiskusikan Islam, Semua wacana terkait
hadis, pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua: Diskursus seputar otoritas hadis
sebagai hujjah dalam syariat Islam, dan kajian atas keotentikan hadis itu sendiri (shahih atau
tidaknya sebuah hadis).

Takhrij hadits merupakan salah satu metode (cara) untukmengetahui asal usul
riwayat hadits yang akan diteliti, untukmengetahui seluruh riwayat bagi hadits yang
akan diteliti, dan untukmengetahui ada atau tidak adanya “syahid”dan “mutabi”pada
sanadyang diteliti. Jadi,Ketika salah satu sanad diteliti, mungkin adaperiwayat lain
yang sanadnya mendukung sanad yang diteliti.Dukungan (Corroboration)itu bila
terletak pada bagian tingkatperiwayat pertama, yakni tingkat sahabat Nabi disebut
sebagaisyahidsedang bila terdapat di bagian bukan periwayat tingkat sahabat disebut
sebagaimutabi. Hal ini agar bisa di ketahui bahwa haditstersebut datangnya Nabi saw.
Urgensi di dalam mempelajari takhrijhadits juga adalah memberikan kemudahan bagi
orang yang maumengamalkan setelah tahu bahwa suatu hadits adalah haditsmaqbul (dapat
diterima). Dan sebaliknya tidak mengamalkannya apabiladiketahui bahwa suatu hadits
adalah mardud (tertolak).

Pembahasan

a) Pengenalan Takhrij secara Teoritis


Takhrij hadis ialah bagian dari penelitian hadis. Sebelum mengenal makna takhrij
hadis, sebaiknya juga diketahui dua kata lain yang mempunyai kata dasar yang sama dari kata
(‫رج‬77‫ )خ‬yang artinya nampak dari tempatnya atau keadaannya, terpisah, dan kelihatan.
Demikian juga dengan kata (‫راج‬77‫ )اخ‬artinya menampakkan dan memperlihatkannya, yang
mana penggunaannya sedikit berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Kata (‫راج‬77‫ )اخ‬dalam terminologi Ilmu Hadis adalah periwayatan hadis dengan
menyebutkan sanad-sanadnya. Dimulai dari mukharrijnya dan perawinya hingga kepada
Rasulullah SAW jika hadis tersebut marfu’, atau sampai kepada sahabat jika hadis tersebut
mauquf, atau sampai kepada tabi’in jika hadis tersebut maqthu’.

Menurut definisi lainnya, kata takhrij berarti ad-dalalah ala mashadir al-hadis al-
ashliyah wa azzuhu ilaihi (petunjuk yang menjelaskan kepada sumber-sumber asal hadis). Di
sini dijelaskan siapa-siapa yang menjadi para perawi dan mudawwin yang menyusun hadis
tersebut dalam suatu kitab. Menurut Mahmud ath-Thahhan, definisi yang disebut ketiga ini
yang banyak dipakai dan terkenal pada kalangan ulama ahli hadis. Berdasarkan definisi ini, ia
menyebutkan pengertian takhrij sebagai berikut: "petunjuk tentang tempat atau letak hadis
pada sumber aslinya, yang diriwayatkan dengan menyebutkan sanadnya, kemudian dijelaskan
martabat atau kedudukannya manakala diperlukan."1

Kata al-takhrij sering dimunculkan dalam berbagai pengertian, dan pengertian yang
populer adalah:
a) Al-istinbat artinya mengeluarkan
b) Al-tadrib artinya melatih atau pembiasaan
c) Al-tawjih artinya mengarahkan atau menjelaskan arah
Menurut definisi yang telah diberikan, men-takhrij berarti melakukan dua hal, yaitu:

1. Berupaya untuk menemukan para penulis hadis itu sendiri dengan rangkaian silsilah
sanad-nya dan menunjukkannya pada karya-karya mereka, seperti kata-kata
akhrajahuh al-baihaqi, akhrajahu al-Thabrani fi mu’jamih atau akhrajahu ahmad fi
musnadih. Untuk menyebutkan sumber-sumber hadis, dapat dilakukan dengan
menyebutkan sumber utama atau kitab-kitab induknya, seperti kitab-kitab yang
termasuk pada kutub as-sittah atau sumber-sumber yang telah diolah oleh para
pengarang berikutnya yang berusaha menyusun dan menggabungkan antara kitab-
1
Sani, H.Abdullah.. Ulumul Hadist. (Bandung : Citapusaka Media Perintis 2013) hal 34
kitab utama tersebut. Contohnya adalah al-Jami’ baina as-shahihain oleh al-humaidi
atau sumber-sumber yang berusaha menghimpun kitab-kitab hadis dalam masalah-
masalah atau pembahasan khusus, seperti masalah fiqh, tafsir atau tarikh.

2. Memberikan penilaian kualitas hadis apakah hadis tersebut sahih atau tidak. Namun,
penilaian ini hanya perlu dilakukan jika diperlukan. Artinya, bahwa penilaian kualitas
suatu hadis dalam men-takhrij tidak selalu harus dilakukan. Kegiatan ini hanya
melengkapi kegiatan takhrij tersebut, karena dengan mengetahui dari mana hadis itu
diperoleh, dapat dilihat sejauh mana kualitasnya.

b) Pengenalan Kitab-Kitab Terkait dan Penggunaannya

1. Hidayatul bari ali tartibi ahadisil Bukhari

Penyusun kitab ini adalah Abdur Rahman Ambar al-Misri at-Tahtawi. Kitab ini
disusun khusus untuk mencari hadis-hadis yang termuat dalam kitab Sahih Bukhari.
Lafal-lafal hadis disusun menurut aturan urutan huruf abjad Arab. Namun hadis-hadis
yang dikemukakan secara berulang dalam kitab Sahih Bukhari tidak dimuat secara
berulang dalam kamus di atas. Dengan demikian perbedaan lafal dalam matan hadis
riwayat al-Bukhari tidak dapat diketahui lewat kamus tersebut.2

2. Mu’jam al-Fazi wala siyyama al-Garibu minha fihr litartibi ahadisi sahihi Muslim

Kitab tersebut merupakan salah satu juz, yakni juz ke-V dari kitabSahih Muslim
yang dikutip oleh Muhammad Abdul Baqi. Jus V ini merupakan kamus yang di dalamnya
di mulai juz I-V yang berisi:

a) Daftar urutan judul kitab serta nomor hadis dan juz yang memuatnya.
b) Daftar nama para sahabat Nabi yang meriwayatkan hadis yang termuat dalam kitab
Sahih Muslim.
c) Daftar awal matan hadis dalam bentuk sabda yang tersusun menurut abjad serta
diterangkan nomor-nomor hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, bila
kebetulan hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari sendiri.

3. Miftahus Shokhihain
2
al-Sijista>ni, A. D. S. (n.d.). Sunan Abi> Da>wu>d. Bairu>t: Maktabah al-'As}riyyah.
Kitab ini disusun oleh Muhammad Syarif bin Mustafa al-Tauqiah kitab ini
dapat digunakan untuk mencari hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
diriwayatkan oleh Muslim. Akan tetapi hadis-hadis yang dimuat dalam kitab ini
hanyalah hadis-hadis yang berupa qauliyah saja. Hadis-hadis tersebut disusun
menurut abjad dari awal lafal matan hadis.3
4. Al-Bughyatu fi tartibi ahadisi al-hilayah

Kitab ini disusun oleh Said Abdul Aziz bin al-Said Muhammad bin Said
Siddiq al-Qammari. Kitab hadis tersebut memuat dan menerangkan hadis-hadis yang
tercantum dalam kitab yang disusun Abu Nuaim al-Asabuni (w.430 H) yang berjudul
Hilyatul auliyai wababaqatul asfiyai. Sejenis dengan kitab tersebut adalah
kitabMiftahut tartibi li ahadisi tarikhul khatib, yang disusun oleh Said Ahmad bin
Said Muhammad bin Said As-Siddiq al-Qammari yang memuat dan menerangkan
hadis-hadis yang tercantum dalam kitab sejarah yang disusun oleh Abu Bakar bin Ali
bin Subit bin Ahmad al-Bagdadi yang dikenal dengan al-Khatib al-Bagdadi (w.463
H). Susunan kitabnya diberi judul Tarikhul Bagdadi yang terdiri atas empat jilid.

5. Al-Jami’us Sagir
Kitab ini disusun oleh Imam Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuti (w. 91 H).
Kitab hadis tersebut memuat hadis-hadis yang terhimpun dalam kitab himpunan
kutipan hadis yang disusun oleh Imam Suyuti juga yaitu Kitab Jam’ul Jawani. Hadis
yang dimuat di dalam kitabjami’us Sagir disusun berdasarkan urutan abjad dari awal
lafal matan hadis. Sebagian dari hadis-hadis itu ada yang ditulis secara lengkap dan
adapula yang ditulis sebagian-sebagian saja, namun telah mengandung pengertian
yang cukup.

Kitab hadis tersebut juga menerangkan nama-nama sahabat Nabi saw yang
meriwayatkan hadis yang bersangkutan dan nama-nama mukharijnya. Selain hampir
setiap hadis yang dikutip dijelaskan kualitasnya menurut penilaian yang dilakukan
atau disetujui oleh Imam Suyuti.4

3
Ali, M. M. (n.d.). Al-Amtsilah al-Tashrifiyah. Surabaya: Maktabah Salim bin Sa'd Nabhân.
4
Al-Muhdi, A. (n.d.). Thuruq Takhrij Hadits Rasûlillah. Kairo: Dar al-I'tisȧm. Al-Syaibani, A. bin H. (n.d.). Musnad
Ahmad. Mesir: Muassasah Qurtubah. Al-Zayla'i, Abdullah bin Yusuf. (1357). Nashb al-Rayah Fi Takhrij Ahadits
al- Hidayah. Mesir: Dar al-Hadits.
6. Al-mu’jam al-Mufahras li alfazi hadis nabawi
Penyusun kitab ini adalah sebuah tim dari kalangan orientalis. Diantara
anggota tim yang paling aktif dalam kegiatan proses peyusunan ialah Dr. Arnold John
Weinsinck (w.1939 M), seorang profesor bahasa-bahasa semit, termasuk bahasa Arab
di Universitas Leiden, negeri Belanda. Kitab ini dimaksudkan untuk mencari hadis
berdasarkan petunjuk lafal matan hadis. Berbagai lafal yang disajikan tidak dibatasi
hanya lafal-lafal yang berbeda di tengah dan bagian-bagian lain dari matan hadis.
Dengan demikian, kitab Mu’jam mampu memberikan informasi kepada pencari matan
dan sanad hadis, asal saja sebagian dari lafal matan yang dicarinya itu telah
diketahuinya.

Kitab Mu’jam ini terdiri dari tujuh juz dan dapat digunakan untuk mencari hadis-hadis
yang terdapat dalam sembilan kitab hadis, yakni: Sahih Bukhari, Sahih Muslim,
Sunan Abu Dawud, Sunan Turmuzi, Sunan Nasai, Sunan Ibnu Majjah, Sunan ad-
Darimi, Muwatha’ Malik dan Musnad Ahmad.5

c) Cara Praktek Takhrij Hadits Bimbingan penelusuran Hadits pada Kitab-


Kitab Sumber Asli

Praktik takhrij hadis adalah suatu metode yang digunakan oleh para ulama
hadis untuk mengidentifikasi dan menelusuri sanad (rantai periwayatan) serta matan
(teks) suatu hadis. Tujuan utama dari takhrij hadis adalah untuk menetapkan keaslian
dan keabsahan hadis, serta untuk menentukan tingkat kekuatan atau kelemahannya
dalam hal periwayatan dan keakuratan teks.6

Berikut adalah langkah-langkah umum yang terlibat dalam praktik takhrij hadis:

1. Identifikasi Hadis: Langkah pertama adalah mengidentifikasi hadis yang akan


diteliti. Ini melibatkan pencarian dalam literatur hadis atau sumber-sumber yang
relevan, seperti kitab-kitab hadis dan koleksi-koleksi hadis yang ada.7

2. Penelusuran Sanad: Setelah hadis teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah


menelusuri sanad hadis. Ini melibatkan mencatat nama narator-narator (perawi) yang
memperoleh hadis tersebut secara langsung dari narator sebelumnya dalam rantai
periwayatan.
5
https://an-nur.ac.id/takhrij-hadits-pengertian-metode-metode-kitab-manfaat-takhrij-dam-sejarahnya/5/
6
Ibn Hajar al-Asqalani, “Nukhbat al-Fikr fi Mustalah Ahl al-Athar.”
7
Ibn al-Salah, “Muqaddimah Ibn al-Salah fi Ulum al-Hadith.”
3. Verifikasi Narator: Setelah sanad ditelusuri, langkah selanjutnya adalah
memverifikasi narator-narator dalam sanad. Ini melibatkan pemeriksaan keandalan,
integritas, dan keilmuan mereka. Para ulama hadis akan memeriksa reputasi narator
dan membandingkannya dengan catatan sejarah yang ada untuk menilai tingkat
kepercayaan terhadap mereka.8

4. Evaluasi Rijal: Bagian ini melibatkan penilaian terhadap narator-narator dalam


hal karakteristik pribadi mereka, seperti kejujuran, keadilan, keandalan, dan keahlian
mereka dalam bidang hadis. Ini juga melibatkan pengecekkan tanggal kelahiran dan
kematian mereka untuk memastikan bahwa mereka memiliki waktu yang
memungkinkan untuk bertemu dan meriwayatkan hadis.

5. Pemeriksaan Matan: Setelah sanad diverifikasi, langkah berikutnya adalah


memeriksa matan atau teks hadis itu sendiri. Ini melibatkan mempelajari kata-kata,
frasa, atau kalimat yang digunakan dalam hadis dan membandingkannya dengan
standar bahasa dan kaidah-kaidah syariat Islam. Jika ada inkonsistensi atau kesalahan,
hadis tersebut dapat dinilai sebagai lemah.

Perlu diingat bahwa praktik takhrij hadis adalah bidang studi yang luas dan
kompleks, dan langkah-langkah yang disebutkan di atas hanya memberikan gambaran
umum. Proses takhrij hadis biasanya dilakukan oleh para ulama yang ahli dalam
bidang ini dan membutuhkan pengetahuan mendalam tentang ilmu hadis dan
metodologi hadis.9

• Penelusuran hadis pada kitab-kitab sumber asli

Penelusuran hadis pada kitab-kitab sumber asli melibatkan beberapa tahapan


yang penting. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai tahapan-tahapan tersebut:

1. Identifikasi Kitab-kitab Sumber: Pertama-tama, penting untuk


mengidentifikasi kitab-kitab sumber yang menjadi rujukan utama dalam penelusuran
hadis. Kitab-kitab sumber utama dalam Islam adalah Al-Qur’an dan koleksi hadis-
hadis yang dikumpulkan dalam kitab-kitab hadis seperti Sahih Bukhari, Sahih
Muslim, Sunan Abu Dawud10, dan lain-lain.

8
Mustafa al-A’zami, “Studies in Early Hadith Literature.”
9
M.M. Azami, “Studies in Hadith Methodology and Literature.”
10
Siddiqi, M. Z. (2013). Hadith Literature: Its Origin, Development & Special Features. Islamic Book Trust.
2. Memahami Metodologi Koleksi Hadis: Setiap kitab hadis memiliki
metodologi tertentu dalam mengumpulkan hadis-hadis. Memahami metodologi ini
sangat penting dalam penelusuran hadis. Misalnya, Sahih Bukhari dan Sahih Muslim
dikenal sebagai koleksi hadis-hadis yang paling otentik dan menggunakan kriteria
yang ketat dalam pemilihan hadis-hadis yang dimasukkan.11

3. Identifikasi Matan dan Sanad: Setiap hadis terdiri dari dua komponen utama:
matan (isi teks hadis) dan sanad (rantai perawi). Dalam penelusuran hadis, penting
untuk mengidentifikasi matan dan sanad setiap hadis. Hal ini melibatkan membaca
dan menganalisis teks hadis serta mencatat perawi-perawi yang terlibat dalam sanad.

4. Membandingkan Versi Hadis: Dalam beberapa kasus, hadis yang sama dapat
ditemukan dalam beberapa kitab hadis dengan perbedaan dalam sanad atau matan.
Dalam penelusuran hadis, penting untuk membandingkan versi hadis yang ada dalam
berbagai kitab untuk mengetahui variasi dan keotentikannya.

5. Mengacu pada Komentar dan Studi Terkait: Untuk memperoleh pemahaman


yang lebih mendalam tentang hadis tertentu, sangat berguna untuk mengacu pada
komentar dan studi terkait dari para ahli hadis.12 Komentar ini dapat memberikan
penjelasan, analisis, dan konteks tambahan tentang hadis tertentu.

Kesimpulan

Takhrij Hadits dalam hal ini dapat di definisikan sebagai sebuah usaha untuk
meneliti dan mencari sanad serta matan suatu Haditssecara lengkap dan sistematik
pada sumber-sumbernya yang terdapat didalam kitab-kitab asal.Dengan Takhrij
Hadits, kita dapat mengetahui matan serta sanad suatu hadits secara lengkap dan
terperinci. Dan kualitas dari masing-masing Haditsdapat kita ketahui dengan
adanya metode ini.Metode ini muncul sebab banyak terjadinya kasus pengkutipan
Haditstanpa menyebutkan sumber-sumbernya secara lengkap yang dalam hal ini
dapat kita temukan didalam sebagian kitab-kitab fiqh, sejarah, dan tafsir, yang
mengkutip Haditstanpa adanya sumber Haditsyang jelas.

11
Brown, J. A. C. (2009). Hadith: Muhammad’s Legacy in the Medieval and Modern World. Oneworld
Publications.
12
Azami, M. M. (2003). Studies in Hadith Methodology and Literature. Islamic Book Trust.
DAFTAR PUSTAKA

Sani, H.Abdullah.. Ulumul Hadist. (Bandung : Citapusaka Media Perintis 2013) hal
34.

al-Sijista>ni, A. D. S. (n.d.). Sunan Abi> Da>wu>d. Bairu>t: Maktabah


al-'As}riyyah.

Ali, M. M. (n.d.). Al-Amtsilah al-Tashrifiyah. Surabaya: Maktabah Salim bin Sa'd


Nabhân.

Al-Muhdi, A. (n.d.). Thuruq Takhrij Hadits Rasûlillah. Kairo: Dar al-I'tisȧm. Al-
Syaibani, A. bin H. (n.d.). Musnad Ahmad. Mesir: Muassasah Qurtubah. Al-Zayla'i,
Abdullah bin Yusuf. (1357). Nashb al-Rayah Fi Takhrij Ahadits al- Hidayah. Mesir:
Dar al-Hadits.

https://an-nur.ac.id/takhrij-hadits-pengertian-metode-metode-kitab-manfaat-takhrij-
dam-sejarahnya/5/

Ibn Hajar al-Asqalani, “Nukhbat al-Fikr fi Mustalah Ahl al-Athar.”

Ibn al-Salah, “Muqaddimah Ibn al-Salah fi Ulum al-Hadith.”

Mustafa al-A’zami, “Studies in Early Hadith Literature.”

M.M. Azami, “Studies in Hadith Methodology and Literature.”

Siddiqi, M. Z. (2013). Hadith Literature: Its Origin, Development & Special Features.
Islamic Book Trust.

Brown, J. A. C. (2009). Hadith: Muhammad’s Legacy in the Medieval and Modern


World. Oneworld Publications.

Azami, M. M. (2003). Studies in Hadith Methodology and Literature. Islamic Book


Trust.

Anda mungkin juga menyukai