Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dwiky Achsanu Ridho

Kelas : Ekonomi Pembangunan

NIM : 11210840000066

Tugas : Resume Kelompok Hadits

Hadis

Artinya "hadits" atau lisan al-hadits berarti al-jadid (sesuatu yang baru), yang merupakan kebalikan
dari al-hadits. Kata hadits juga berarti alkabal (berita) yang diucapkan dan diteruskan dari satu orang
ke orang lain. Bentuk jamaknya adalah arahādits. Hadis yang diverifikasi oleh Abdul Baqa adalah isim
tahdith, yang berarti bahasa. Hal ini kemudian didefinisikan sebagai pidato, sertifikat, atau tekad
berdasarkan

seperti yang dilihat oleh Nabi. Mungkin Alfara memahami makna ini ketika kata ahāditsuhdūtsah
(buah ucapan) mufrad diklaim. Selanjutnya, kata hadits menjadi jamak dari kata hadits.

Dari beberapa temuan di atas, baik Ushur maupun ulama hadits dapat menarik benang merah
bahwa hadits didasarkan pada Nabi Muhammad, Sahabat, dan Tabin dan dapat digunakan sebagai
Hukum Shala meningkat. Para pemikir modern membagi hadis menjadi dua bagian: hadits tasiri dan
hadits rambut tasiri.

Sejarah

Pengembangan dan Penulisan Hadis

Tahapan pengembangan hadis biasanya 1, 2, 2, IV. Ini dibagi menjadi lima periode VI pada abad ke-
5. XIII. Dari abad ke-14 hingga sekarang.

A. Sejarah Perkembangan Hadits

Periode 1.1 Abad H

Periode abad ke-1 hari ini mencakup masa ketika Nabi melihat sesama Nabi dan masa Tabiin Besar
(maju). Pada akhir abad pertama, Nabi H. membangun umatnya selama 23 tahun. Inilah masa
turunnya wahyu, termasuk masa urutan hadits Nabi. Wahyu yang diterima dari Nabi dijelaskan
melalui perkataan, tindakan, persetujuan, dan sikap yang melekat pada fitrahnya. Oleh karena itu,
apa yang teman-teman dengar, lihat, saksikan, dan rasakan (dengan menginternalisasikan nilai-nilai
mereka) dijadikan pedoman dalam beribadah. Dalam hal ini, Nabi melihat satu-satunya contoh
seorang sahabat, dan hadits merupakan bagian penting dari wahyu yang diterima dari Nabi.

a. Langkah-Langkah Nabi dalam Penyebarluasan Hadits/Sunnah

1) Pendirian Sekolah

2) Penerbitan Perintah/Petunjuk

Penekanan ini terlihat pada sabda Nabi yang terlihat saat Wada Hadits. Tidak sekarang. "

3) Pengetahuan Guru dan Motivasi Siswa

Nabi tidak hanya melihat dominasi dalam pembentukan masyarakat, tetapi juga menjanjikan
penghargaan (reward) yang besar untuk mata pelajaran pendidikan. Nabi (damai dan berkah Allah
atasnya) mengatakan: "Siapa pun yang mengambil jalan menuju ilmu Allah akan memudahkan dia
jalan ke surga."

Nubuat Lahir Metode pengajaran seseorang

1) Modus lisan

2) Metode tertulis

3 ) Metode demonstrasi praktis

4) Bagaimana seseorang berbicara tentang hadits

2. Periode Abad II H

Masa ini dimulai pada zaman pemerintahan Bani Umaiyah angkatan ke dua (mulai khalifah Umar bin
Abd. Aziz) sampai akhir abad II H (menjelang akhir masa pemerintahan Bani Abbas angakatan
pertama).

Di antara kitab hadits yang disusun pada abad II H, dan dapat sampai di tengahtengah kita adalah al-
Muwaththa’ disusun oleh Imam Malik bin Anas atas permintaan khalifah Abu Ja’far al-Manshur,
Musnad al-Syafi'i disusun oleh Muhammad bin Idris alSyafi'i, Mukhtalif al-Hadits susunan
Muhammad bin Idris al-Syafi'i, Sirat al-Nabawiyah disusun oleh Ibnu Ishaq yang berisi antara lain
tentang perjalanan Nabi saw dan peperangan yang terjadi zaman Nabi.

Ciri-ciri kitab hadis abad II H adalah sebagai berikut:

• Hadits yang dibukukan dalam kitab/dewan hadits, mencakup hadits Nabi saw

(marfu’), fatwa shahabat (Mauquf) dan tabi’in (maqthu’).

• Hadist yang ditulis saat itu umumnya belum dikelompokkan dalam judul-judul tertentu.
Ulama pertama yang melakukan pengelompokan berdasar tema adalah Imam al-Syafi’i.

• Hadits-hadits yang disusun dalam kitab belum dipisah, antara yang shahih, hasan dan dha’if.

3. Periode Abad III H

Periode abad ini disebut sebagai masa penyaringan dan seleksi hadits, karena pada masa inilah
kegiatan pentashihan hadits Nabi mulai dilakukan dengan sistematis.

a. Kegiatan Ulama Hadits pada abad III H

• Mengadakan perlawatan (rihlah) ke daerah-daerah.

• Mengadakan klasifikasi hadits

• Mengadakan seleksi kualitas hadits

• Menghimpun pembelaan terhadap kritik dari luar

• Menyusun kitab-kitab hadits berdasarkan tema

b. Bentuk Penyusunan Kitab-Kitab Hadits

Ada tiga sistem kodifikasi hadits pada periode ini, sbb:


1) Kitab Shahih, yaitu kitab hadits yang hanya menghimpun hadits-hadits berkualitas sahih.
Contohnya kitab al-Jami’ al-Shahih, karya al-Bukhari, dan alJani’ al-Shahih karya Imam Muslim.

2) Kitab Sunan, yaitu kitab hadits yang selain memuat haditshadits yang shahih juga memuat
hadits yang berkualitas hasan dan dha’if, sepanjang tidak mungkar dan terlalu lemah. Contohnya
adalah Kitab Sunan Abu Dawud, Sunan AlTurmudzi, Sunan al-Nasa’i, dll.

3) Kitab Musnad, yaitu kitab hadits yang memuat kumpulan hadis-hadis berdasarkan nama-
nama sahabat yang meriwayatkannya. Misalnya hadits-hadits yang diriwayatkan A’isyah dihimpun di
bawah titel A’isyah, dst.

c. Kitab-Kitab Hadits Induk

Berkat keuletan para ulama hadits yang telah mengadakan perjalanan ke berbagai daerah, akhirnya
mereka berhasil menyusun berbagai kitab hadits, yang selanjutnya dikenal sebagai al-kutub al-sittah
(kitab induk enam) atau alkitab altis’ah (kitab induk sembilan).

4. Periode Abad IV H dan Sesudahnya

Periode ini dinamakan masa pemeliharaan, penertiban, penambahan, penggabungan, pensyarahan


dan pentakhrijan.

a. Kegiatan Para Ulama Kegiatan ulama abad ini ditujukan kepada pemeliharaan hadits dengan
cara:

1) Mempelajari

2) Menghafal

3) Memeriksa dan menyelidiki sanad

4) Menyusun kitab-kitab baru dengan tujuan untuk memelihara, menertibkan dan


menghimpun segala sanad dan matan

5) Memberikan syarah dan komentar hadits-hadits yang sudah dihimpun dalam kitab hadits
yang ada.

Di antara kitab-kitab yang tersusun pada abad ini ialah Kitab al-Shahih karya Ibnu

Huzaimah, Al-Anwa’ wa al-Taqsim susunan Ibnu Hibban, dan Al-Muntaqa karya Ibnu Jarud.

b. Ciri-Ciri Sistem Pembukuan Hadits

Ciri-ciri kitab hadits abad IV H sbb:

• Kitab Athraf; yaitu kitab hadits yang isinya hanya menyebut sebagian-sebagian dari matan
hadits tertentu, kemudian menjelaskan seluruh sanad dari matan yang bersangkutan. Misalnya
Athraf al-Shahihain, karya Ibrahin al-Dimasyqy.

• Kitab Mustakhraj, yaitu kitab yang memuat matan hadis yang sama dengan Sahih al-Bukhari
dan Muslim, misalnya, namun menggunakan jalur sanad yang berbeda. Misalnya Mustakhraj Shahih
al-Bukhari karya al-Jurjani.
• Kitab al-Mustadrak yaitu kitab yang menghimpun haditshadits yang tidak terdapat dalam
Sahih Bukhari-Muslim, misalnya, namun memenuhi standar syarat kesahihan keduanya atau salah
satunya. Contohnya : Al-Mustadrak ‘ala alShahihaini karya Imam al-Hakim.

Sejarah Hadis

Pada zaman Raslullah, dua jenis riwayat terlihat. Hadits pertama menjelaskan bahwa Nabi saw
melarang penulisan hadits, dan hadits kedua menyatakan bahwa beliau mengizinkannya. Narasi
bahwa Nabi melarang menulis narasi Arkudley dan bahwa Rasul Allah (saw) mengatakan apa-apa
dari Quran telah dihapus oleh orang lain yang menulis apa pun. Dalam riwayat lain, Abu Sa'id
berkata: Kami dengan serius meminta Nabi untuk mengizinkannya menulis hadits, tetapi beliau
menolak. Kemudian kami juga menemukan Abu Hurairah dalam riwayat

, dimana Nabi pernah datang ke tempat kami ketika kami sedang menulis beberapa hadits pada
waktu itu.Jelaskan bahwa Anda melihatnya. Lalu dia bertanya. apa yang kamu tulis Kami menjawab:
hadits hadits yang kami dengar dari Nabi.

Sejarah Perkembangan Pemikiran Ulm Al-Hadis

Dengan berkembangnya ilmu hadits, ilmu hadits telah memilikinya sejak zaman Raslullah S.A.W. Aku
akan selalu menemanimu, meski tidak secara eksplisit ditunjuk sebagai ilmu. Ilmu hadis muncul
bersamaan dengan awal mula periwayatan hadits. Ini melibatkan tingkat perhatian dan selektivitas
yang tinggi dalam merangkul tradisi yang dicapai oleh teman sebaya. Secara sangat sederhana, ilmu
hadis berkembang terkait erat dengan evolusi masalah. Hadis tidak menjadi masalah ketika Nabi
SAW masih hidup di antara teman-temannya. Karena jika mereka menghadapi masalah atau
keraguan, mereka akan segera menemuinya untuk memastikan kebenaran atau melamar
pendamping lain. Anda dapat mempercayainya untuk memverifikasi. Kemudian mereka menerima
dan mengamalkan hadits.

Hadis yang berbeda

Secara umum, hadis yang berbeda dapat dibagi menjadi tiga jenis. Artinya, hadits shahih, hadits,
hadits lemah.

1. Hadits Sahih

Menurut bahasa, kata Sahih berasal dari kata shahha, yashihhu, suhhan wa shihhatan wa shahhan.
Ini berarti kesehatan, keamanan, kebenaran, keefektifan, kebenaran dalam bahasa. Para ulama
menyebut kata shahih kebalikan dari kata sakim (sakit). Oleh karena itu, menurut bahasa, hadits
shahih berarti hadits yang sahih, hadits yang sehat, atau hadits tertentu.

2. Hadits Hasan

Menurut Ibnu Hajar, hadits hasan adalah hadits yang diucapkan oleh seorang hakim yang kurang
hafalan, dan rantainya mutasil, tidak terputus, dan tidak aneh. Imam Tirmidi menafsirkan hadits
hadits sebagai berikut: Hadits tanpa perawi yang dituduh berbohong (di matanya) tidak memiliki
kecanggungan (syadz), dan (hadits) diriwayatkan dengan cara lain.

3. Hadis Diff Kata

Diff berarti lemah menurut bahasa, berlawanan dengan Kawaii kuat. Berbeda dengan kata aslinya,
kata dhaif secara harfiah berarti hadits yang lemah, sakit, atau lemah. Dari sudut pandang linguistik,
para ahli mendefinisikannya secara berbeda. Tetapi pada dasarnya mereka berarti hal yang sama.
Pendapat Anna Wawi tentang hadits lemah adalah sebagai berikut: “Hadis tanpa istilah hadits shahih
dan istilah hadits hasan.”

Kitab hadis

A. Kitab hadits abad ke-5 AH

Kitab-kitab yang terkenal pada abad ini adalah:

1. Al Sunanal Kubra oleh Al Baihaq.

2. AlJami`BainaalṠahih`AiniKaryaImamIsmā`ilbinAhmad。

3.AlJami`BainaalṠahih`AinikaryaMuhammadbinAbīNaṣral umaidi。

4.BahrualAsānidkaryaalHāfiḍalHasanbinAhmadalSamarqandi。

5. Umdatul Ahkam al Hāfiḍ Abdul Gani Abī Abdal Wahid.

6. Al Ahka malṠughra 20

B. Buku Hadits Abad ke-6 oleh Abī Muhammad Abdul Khaq AH

Beberapa buku terkenal abad ini adalah:

1. AlJami`BainaalṢahih`AniKaryaMuhammad bin Ishaq alAsylaby。

2.AlJami`BainaalṢahih`AiniKaryaAbdalKhaq bin`Abdurrahman。

3.Maṣabi`alSunnahKaryaImamusain bin Mas`udalBagawy。

M. Kitab Hadits Abad ke-7 AH

Di antara kitab-kitab terkenal jenis ini adalah karya Sihabdin.

Arcbrary Arsnan yang Luas Albay Haki

D. Kitab-Kitab Hadits Abad ke-8 Hijriah

Kitab-kitab yang terkenal pada abad ini adalah:

1. Jami`ul Masānidwa al Sunan

2. Imambin Daqī qal` Id

Al Ilma mfī Ahā diṣ al Ahkām

Beberapa kitab terkenal abad ini antara lain:

F. Kitab-Kitab Hadits Abad 10 Hijriya

Kitab-kitab terkenal abad ini adalah:

1. Jam'ul Jawamī`

2 dari Utilitas Imam. Imam Suyuti.

Cara Memahami Hadis Menurut


Nizari Ali, metode yang digunakan untuk memahami hadis sama dengan metode yang digunakan
untuk menafsirkan Alquran. Sebagaimana diketahui dalam ilmu Tafsir, Abdul Hay Alfalmawi dapat
dibagi menjadi empat jenis metode yang diperkenalkan oleh para ulama terdahulu. Metode Kritik
Sanad Hadits

Langkah-Langkah Kegiatan Kritik Sanad

Menurut bukunya Hadits Shuhudi Ismar berjudul "Metodologi Kajian Hadits Nabi"

A. Pelaksanaan I`tibar

Kata al I`tibar (‫ )االعت بار‬adalah Masdar dari kata ‫ا‬. Ini, menurut bahasa, berarti mengulangi berbagai
hal untuk mengetahui sesuatu yang serupa.

Di sisi lain, dalam terminologi ilmu hadits, I'tibar dikatakan memasukkan Sanadsanad lain untuk
hadits tertentu, yang tampaknya hanya mengandung satu perawi dalam hadits. Dan dengan
memasukkan sanad sanad lainnya, Anda dapat mengetahui apakah ada perawi lain di bagian sanad
hadits-sanad.

B. Membuat Skema Sanad I`tibar Untuk memudahkan proses kegiatan, Anda perlu membuat skema
untuk setiap Sanad yang ingin Anda selidiki.

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan:

1. Jalur lebar rantai

2. Nama narator lebar rantai

3. Metode narasi yang digunakan oleh setiap narator.

C. Narasi Pribadi dan Metode Penyelidikan

Narasi

Untuk menyelidiki hadits, Anda memerlukan referensi yang digunakan untuk memverifikasi
keasliannya.

Anda mungkin juga menyukai