Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dwiky Achsanu Ridho

NIM : 11210840000066
Mata Kuliah : Pengantar Akuntansi
Tugas : Pertemuan ke 2
1. Perubahan, Ketertiban dan Keadilan
Justeru dalam konteks persyaratan persyaratan yang saling bertentangan bagi perubahan
dan ketertiban ma persoalan kebebasan di negara-negara berkembang menampakkan seluruh
dimainya. Tanpa perubahan perubahan struktural dan sosial secara fundamental kebelasan
tidak punya kesempatan.
Pertumbuhan ekonomi tanpa pembarisan struktural hanya akan mem perburuk doparitas
yang sudah ada. Kebebasan dalam keadaan lingkungan seperti itu hanya akan menguntung
kini kuat pada weksor sektor domestik dan asing yang modern di daerah perkotaan, dengan
kerugian pada pihak si lemah Atau hanya akan sekedar mengabsahkan kepimpinan paling
madoional dan terbelakang dia darah pedesaan yang tidak tertarik pada modernitasi dan
pembangunan
Pada waktu yang bersamaan, tanpa tingkat minimum ketertiban dan stabilitas tidak pula
mungkin ter pelihara kegiatan-kegiatan manusia produktif secara terus menerus. Karena itu,
kelangsungan hidup suatu bangsa sangat tergantung pada kemampuannya menge lola
transformasi sosial masyarakat secara tertib melalui pembangunan. Tentu saja perubahan-
perubahan yang terjadi pada masyarakat masyarakat berkembang bukan hanya berupa
perubahan yang diakibatkan oleh usaha pembangunan. Pembangunan juga menimbulkan
banyak akibat sampingan yang tidak direncanakan. Dan ber samaan dengan perubahan-
perubahan ini terjadi pula proses transformasi yang hampir bersifat otonom.

2. Negara Birokrasi Modernis (Modernising Bureaucratic State)


Ketika kemerdekaan tercapai sehabis kekuasaan kolonial, negara dipandang sebagai
penjelmaan hasrat akan kebebasan dan kemerdekaan.
Pada banyak negara berkembang terdapat berbagai alasan (dalam kombinasi-
kombinasi yang berbeda setiap negara) untuk keruntuhan generasi pertama sistem-sistem
politik yang kebanyakan demokratik selama dasawarsa pertama sudah kemerdekaan
Satu sebabnya adalah fragmentasi sosial dan poin akibat persaingan di antara partai-
partai politik negara yang budaya politiknya secara tradisional menekankan keerasim sosial.
Masalah ini seringkali dibarengi dengan ketiadaan pengalaman untuk berurusan dengan
berbagai pandangan yang bertentangan. Juga pertengkaran pertengkaran kecil yang secara
konsta terjadi di antara partai partai politik serta para pemi pin meka mengikis momentum
perjuangan yang har dilanjutkan Dalam kondisi serupa itu agaknya tidak ada usaha
pembangunan yang konsisten yang mungkin dijalankan.
Apa yang umumnya tak terbayangkan ketika suatu negara nasional yang merdeka
menjadi kenyataan ialah bahwa di negara-negara berkembang ruang lingkup negara semakin
luas, fungsi-fungsinya memiliki daya cakup dan daya tembus, dan kekuasaannya semakin
tumbuh. Jangkauannya jauh lebih besar daripada yang terjadi pada tradisi masyarakat
masyarakat demokrasi Barat kecuali pada masa perang. Di samping peranannya yang
menentukan dan luas dalam usaha pembangunan, negara itu sendiri sering menjadi
pelaksanaan terbesar bagi program-programnya sendiri dan entrepreneur terbesar melalui
pembangunan dan kontrol perusahaan per mahaan pemerintah. Dengan demikian negara
menjadi majikan terbesar bagi bangsa itu. Hal ini terjadi walaupun banyak negara kadang-
kadang mengalamai kesulitan dalam memelihara control yang efektif terhadap beberapa
proyek bisnis mereka yang terbesar.
3. Pengelolaan Transformasi Sosial

Negara birokrasi modernis, berhubung denga kekakuan tertentu dalam sistem itu,
sering menemui kesulitan untuk mengelola tranformasi yang cepat, yakni pembangunan, dan
sekaligus memelihara permbangan segi tiga antara perubahan, ketertiban dan keadilan dengan
cara yang akan memperkukuh kebebasan manusia dalam masyarakat. Hal ini menimbulkan
kemunduran momentum dalam usaha pembangunan selain keamanan dan kestabilan. Pertama
tama, akibat kekurangan kepekaan birokrasi dan kekuasaan yang sangat besar pada negara,
terjadi kegagalan dalam melakukan penyesuaian yang diperlukan pada waktu

Kepekaan demikian, secara keseluruhan, lebih besar ketika kekuasaan negara dan
masyarakat lebih dekati keseimbangan yang merata. Kekurangan kepekaan ini seringkali
hanya karena ketidakmungkinan umpan balik yang relevan mencapai tingkat pembuatan
keputusan yang selayaknya. Masyarakat-masyarakat berkembang seringkali menderita akibat
rasa hormat tradisional yang berlebihan kepada para pejabat yang lebih ting kedudukannya
dan laporan laporan cenderung disampaikan dengan cara-cara yang paling sedikit
kemungkinannya menyinggung perasaan para atasan di sepanjang urutan milai dari pinggiran
sampai ke pusat. Berkaitan dengan ini ialah masalah pengkotakan (kompartementalisasi)
departemental yang me rintangi koondinasi secara efektif misalnya, dalam bidang
pembangunan pedesaan terpadu. Arus informasi horisontal yang tidak elektif antara
kementerian dengan kementerian mungkin tidak hanya membahayakan koonlinasi seperti itu
tetapi juga mungkin merintang sistem peringatan dini yang memberikan isyarat-syarat
selayaknya pada waktu yang tepat kepada para pembuat keputusan.
Ruang Lingkup Ekonomi Daerah

Anda mungkin juga menyukai