Anda di halaman 1dari 9

STRATEGI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER

MAHASISWA
Slamet Usman Ismanto
(Dosen Fisip Unpad)

1. Pendahuluan
Perkembangan dunia yang semakin mengglobal ditandai
dengan hilangnya batas-batas antarnegara dimana batasan secara
geografis hanya sebagai batas area dalam peta bumi. Namun
sesungguhnya batasan ini menjadi tidak nyata (borderless state)
ketika sebuah negara bangsa berinteraksi dan bekerjasama dengan
negara

lainnya.

kondisi

ini

ditandai

pula

dengan

munculnya

semangat regionalisme, khususnya dalam bidang politik, ekonomi,


dan pertahanan. Hegemoni sebuah negara tidak lagi ditentukan
semata-mata oleh seberapa kuat angkatan bersenjatanya meskipun
tetap menjadi prasyarat yang tidak bisa diabaikan.
Perkembangan lain yang juga penting untuk dicermati adalah
adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat
cepat dan makin canggih. Setiap peristiwa yang terjadi di sudut
belahan dunia lainnya bisa dilihat dan diamati secara langsung dalam
waktu yang sama dan informasi tersebut dapat dikendalikan dalam
genggaman.

Apa

sesungguhnya

yang

kritis

dalam

memaknai

percepatan informasi yang terjadi adalah perubahan sikap dan


perilaku bahkan secara kultural yang seharusnya mencerdaskan
untuk memilih dan memilah informasi yang dibutuhkan sesuai
dengan tuntutan dan keperluannya.
Proses interaksi yang tanpa batas dan masuknya penetrasi
kebudayaan antarbangsa telah menjadikan proses akulturasi budaya
yang sangat dahsyat. Bahkan dalam pandangan bangsa-bangsa yang
memahami kebutuhan untuk tetap memperkuat hegemoni diatas
bangsa

lainnya

berdasarkan

kepentingan
1

nasionalnya

telah

menjadikan

budaya

sebagai

kekuatan

soft

power

untuk

memepengaruhi dan menguasai negara lainnya. Makna memiliki


menjadi tidak penting dalam percaturan antarbangsa dan negara
karena

sesungguhnya

menguasai.

Bangsa

ini

yang

dipraktikan

memang

adalah

memiliki

bagaimana

berbagai

macam

sumberdaya alam tetapi betapa menjadi sebuah paradoksal yang


amat memilukan karena diatas melimpahnya kekayaan sumberdaya
alam yang kita miliki tetapi kita adalah negara miskin dengan hutang
yang besar.
Gelombang demokratisasi dan liberalisasi perdagangan dan
investasi yang melanda dunia baik langsung maupun tidak langsung
menggerus identitas suatu bangsa melalui lunturnya nilai-nilai
kebangsaan yang ada dalam masyarakat kita akibat pergeseran
nilai dan kebudayaan yang sering kali kita terlambat melakukan
penetrasi terhadap masuknya nilai-nilai dan kebudayaan baru. Dalam
pada itu banyak nilai-nilai yang dimiliki masyarakat bangsa ini belum
secara konkrit mendapatkan pengakuan dan kesepakatan menjadi
sebuah bangsa.
2. Mahasiswa sebagai Agen of Change
Mahasiswa sebagai salah satu pilar bangsa yang diharapkan
bisa menjaga keutuhan dan persatuan masyarakat negara bangsa
diharapkan dapat menjaga persatuan dan bukan kesatuan, logikanya
berangkat dari nilai dasar Pancasila yang menyebutkan dalam sila
ketiga sebagai Persatuan Indonesia yang bisa dimaknai sebagai
adanya keragaman dan perbedaan dari puncak-puncak kebudayaan
yang ada di nusantara. Ikatan penting dalam lambang Garuda
Pancasila bisa diikatkan dengan Bhinneka Tunggal Ika.
Kedudukan mahasiswa dalam perpolitikan dan percaturan
antarbangsa
kepemimpinan

dalam

pergaulan

nasional

yang

internasional
diharapkan

adalah

mampu

penerus
menopang

berbagai persoalan yang timbul dan berkembang di masa yang akan


datang. Mahasiswa merupakan kelompok sosial yang dinamikanya
2

sangat ditentukan oleh inovasi yang tiada batas dan kepedulian


sosial yang terjadi di lingkungan sosial yang semakin complicated
dan turbulence. Calon pemimipin sudah barang tentu harus memiliki
visi yang kuat dalam membangun dan menggerakkan Bangsa
Indonesia melalui berbagai latihan dan pengalaman untuk membekali
diri dengan kemampuan inteklektual, emosional, dan spiritual.
Kombinasi dari ketiganya diharapkan mahasiswa bisa menjadi caloncalon pemimpin di masa yang akan datang. Kampus merupakan
wadah

candradimuka yang

menempa

jiwa

dan

sangat baik

mental

calon

dalam membina

pemimpin

bangsa,

dan

hanya

sayangnya kesadaran terhadap hal tersebut hari ini sangat rendah di


kalangan

kampus

yang

seringkali

terjebak

dalam

rutinitas

pembelajaran yang hanya menghasilkan para akademisi yang


teralienasi dengan lingkungan sosialnya apalagi jika ditanya tentang
tanggungjawabnya terhadap bangsa dan negara. Harus selalu
diingatkan bahwa mahasiswa bukan sekedar menjadi bagian dari
kebutuhan industri dan perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja
terdidik, karena mahasiswa adalah aset dan pemimpin bangsa
dimasa yang akan datang.
Perubahan

sosial

yang

sedang

berlangsung

dewasa

ini

menempatkan kampus dalam posisi sentral untuk memberikan arah


perubahan yang terjadi. Apakah betul posisi ini diperankan oleh
lembaga kampus yang semestinya menjadi tempat persemaian para
kader bangsa melalui proses pembelajaran. Hari ini kampus tidak
jarang hanya memproduksi lulusan dengan prestasi akademik yang
bagus-bagus tetapi lulusannya kering dengan ide-ide kebangsaan
yang memberikan dukungan pada pembangunan nasional dan
daerah. Kampus juga masih menikmati proses pembelajaran yang
memecahkan persoalan yang ada hari ini belum lagi menyiapkan
lulusannya dengan perspektif perubahan yang tidak terstruktur dan
complicated. Proses pembelajaran yang ada hari ini harus segera
disesuaikan dengan tuntutan dan perubahan sosial yang terjadi.
Mahasiswa harus diarahkan untuk mempersiapkan diri dengan soft

skill yang mumpuni guna menghadapi perubahan global dan


memasuki area Hyper-competition.
Bangsa Indonesia sedang mengalami proses perubahan sosial
yang sangat tidak bisa diduga dan berhadapan dengan kondisi
obyektif

yang

sangat

paradoksal.

Disatu

sisi

gelombang

demokratisasi dan liberalisasi perdagangan dan investasi sedang


melanda

tetapi

disisi

lainnya

kita

masih

mengahadapi

keterbelakangan dan ketimpangan yang sangat kentara, dimana kita


tidak bisa abaikan begitu saja menghadapi perubahan secara global.
Arah perubahan yang terjadi di Indonesia digerakkan oleh situasi dan
kondisi objektif yang dimotori oleh kelompok sosial yang memegang
kendali informasi dan juga pengetahuan dan teknologi.

3. Lingkungan Pendidikan Karakter


Dalam proses pendidikan karakter, ada lingkungan sosial dan
politik yang sangat berpengaruh dalam arus perubahan sosial yang
terjadi

di

Indonesia.

Pertama,

diakui

atau

tidak

adalah

satu

penggerak perubahan sosial dimotori oleh para jurnalis baik melalui


media elektronik maupun media cetak. Saat ini masyarakat dibentuk
melalui opini yang dibangun oleh insan pers yang seringkali kita
melihat sebagian tidak memiliki visi kebangsaan yang kemudian
cenderung untuk menggambarkan berbagai situasi dalam kehidupan
sosial kemasyarakatan yang tidak mencerdaskan, tetapi justru
cenderung

memberikan

asimetric

information.

Lebih

dari

itu

kecenderungan untuk memiliki tendensi tertentu yang dijadikan alat


oleh

pemiliknya

untuk

kepentingan

politik

sesaat

yang

tidak

berimbang. Jadi strategi apa yang relevan dengan situasi yang


semacam ini, kampus harus mempersiapkan calon-calon kader
bangsa yang mampu berkiprah di seluruh media informasi yang ada
untuk menumbuhkan jurnalis yang handal yang memiliki nilai dan visi
4

kebangsaan yang diharapkan. Pendidikan jurnalistik untuk para


mahasiswa hendaknya digalakkan sedemikian rupa untuk bisa
menggelorakan semangat untuk berpikir kritis dan cerdas untuk
menyelesaikan berbagai masalah kebangsaan. Kemampuan menulis
menjadi barang langka saat ini karena semakin canggih teknologi
informasi yang dikembangkan semakin membuat malas untuk
berkreasi dengan menggunakan tangan sendiri untuk menulis.
Kedua, dinamika politik nasional telah mewarnai berbagai
segmen dalam kehidupan masyarakat bangsa ini yang ditunjukkan
dengan hadirnya partai politik yang suka tidak suka kita berhadapan
dengan partai-partai politik yang justru diisi oleh kelompok sosial
tertentu yang tidak dipersiapkan secara matang oleh kampus.
Karenanya jangan marah manakala banyak produk kebijakan yang
tidak sejalan dengan norma sosial dan harapan masyarakat yang
terus berkembang. Partai politik dimanfaatkan oleh banyak kalangan
yang memiliki popularitas dan modal untuk membeli suara. Jika
demikian maka apa yang seharusnya kampus lakukan untuk mengisi
kader-kader partai politik yang lebih cerdas dan beretika. Tumbuhkan
kembali pendidikan politik untuk para mahasiswa agar lebih bisa
mempersiapkan diri untuk menjadi kader partai politik yang handal di
kemudian hari. Perbanyak pendidikan yang berkenaan dengan latihan
kepemimpinan dalam kegiatan pembelajaran di kampus, tidak hanya
sekedar kegiatan organisasional, walaupun juga tidak ada salahnya
untuk terus dikembangkan.
Ketiga, adalah dinamika yang terjadi di kalangan Lembaga
Swadaya Masyarakat, institusi ini mau tidak mau telah banyak
melakukan

arah

perubahan

yang

diawali

dengan

program

pendampingan dan pemberdayaan masyarakat. Melalui lembaga


kemasyarakatan yang banyak berkembang pada dasarnya terdapat
dua bentuk dan misi yang berbeda. Pada satu sisi Lembaga Swadaya
Masyarakat ada yang bergerak untuk melakukan advokasi kepada
masyarakat dengan melakukan proteksi dan social control terhadap
berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, jika hal tersebut
tidak sesuai dengan rasa keadilan di masyarakat. Satu sisi lainnya
5

adalah

Lembaga

pengembangan

Swadaya

masyarakat

Masyarakat
(community

yang

melakukan

development)

yang

bertujuan untuk melakukan pemberdayaan masyarakat agar mampu


menggali potensi, kompetensi, dan daya mampunya untuk bisa
memanfaatkan sumberdaya yang ada di lingkungannya. Sebagai
suatu kekuatan dalam melakukan perubahan ditengah masyarakat
maka adalah penting bagi kampus untuk mempersiapkan mereka
dalam memasuki dan menjadi agen-agen perubahan sosial yang ada
di lingkungan sekitarnya.
Keempat adalah kampus sendiri yang seharusnya menjadi
leader dan motor penggerak terjadinya riset-riset yang berdaya guna
dan tepat guna untuk senantiasa melakukan inovasi dalam berbagai
bidang kehidupan sehingga manfaat pengetahuan dan teknologi bisa
dihasilkan dari kompetensi lokal dan menggunakan sumberdaya
lokal. Hasil riset yang dilakukan oleh dunia kampus sudah seharusnya
membawa dampak penting dalam merubah perilaku dan daya
mampu

masyarakat

dalam

mengoptimalkan

potensi

diri

dan

lingkungan alamnya. Kampus juga berperan untuk mencetak kaderkader

pemimpin

masa

datang

melalui

berbagai

kegiatan

pembelajaran dan juga aktivitas akademik yang bisa membentuk


karakteristik dan kepribadian sebagai calon pemimpin yang memiliki
visi kemasyarakatan dan kebangsaan yang handal. Dengan demikian
lulusan perguruan tinggi dengan kombinasi hard skill dan soft skill
yang dimiliki diharapkan dapat memberikan warna dalam kehidupan
masyarakat dan bangsa Indonesia.
4. Strategi membentuk karakter mahasiswa
Membentuk karakter mahasiswa sesungguhnya bukan pekerjaan
yang mudah karena dia sudah terbentuk dalam proses pendidikan
yang sebelumnya. Sejak sekolah dasar sistem pendidikan kita kurang
memberikan penekanan terhadap pembentukan karakter, sehingga
masih banyak ruang yang kosong yang bisa di isi. Kampus dianggap
akan mampu untuk membentuk karakter mahasiswa, tapi justru
6

kampus juga jarang memberikan perhatian khusus pada proses


pembelajarannya. Sesungguhnya ada beberapa strategi yang dapat
diterapkan dalam membentuk karakter mahasiswa meskipun tidak
juga mudah dilakukan, karena hal itu harus mengintegrasikan antara
kurikulum, dosen, strategi pembelajaran, dan atmosfir akademik
yang diciptakan.
Strategi pertama, dilakukan dengan menyusun kurikulum yang
bisa

ditelusuri

bagaimana

proses-proses

pembelajaran

yang

membentuk karakter mahasiswa melalui pembentukan kerangka


berpikir (frame of thinking) dan kerangka nilai (frame of values) yang
ingin

diberikan

kepada

para

mahasiswanya.

Dalam

kurikulum

sebenarnya juga bisa dilihat apakah pembentukan karakter menyatu


dengan sejumlah mata kuliah yang memang berkaitan langsung
dengan mata kuliah atau melalui proses delivery atau penggunaan
metoda dan pendekatan yang memang dirancang sejak awal. Jadi
tidak terlalu terkait dengan model kurikulum tersebut berbasis
konten atau kurikulum berbasis kompetensi, dan bahkan kurikulum
perguruan tinggi.
Strategi

kedua,

melalui

kesepahaman

antardosen

dalam

memberikan pembelajaran yang dibentuk dari pola berpikir dosen


karenanya

hati-hati

banyak

juga

yang

bukan

dosen

atau

pekerjaannya adalah dosen. Melalui para dosen inilah diharapkan


juga ada transfer of values yang bisa diberikan dosen dalam
pembentukan karakter mahasiswa. Dosen harus menjadi role model
bagi mahasiswanya dalam pola perilaku yang bisa diteladani. Jangan
biarkan kampus-kampus diisi oleh dosen-dosen yang tidak memiliki
kepribadian yang baik dan memiliki integritas yang tinggi. Jarang
sekali kampus-kampus melakukan penyamaan persepsi, mengolah
kesepahaman bersama, membangun konstruksi berpikir, dan juga
membentuk kerangka nilai yang disepakati.
Strategi

ketiga

adalah

melalui

penggunaan

strategi

pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (student center


learning). Proses pembelajaran dewasa ini masih banyak yang tidak
memperbaharui metodologinya sehingga proses pembelajaran selalu
7

membentuk

dan

melanjutkan

generasi

diam

yang

tidak

memberikan ruang untuk suatu kesalahan dalam proses belajar.


Mahasiswa tidak memiliki kaberanian untuk berbeda pendapat dan
dosen tidak lebih dan tidak kurang seringkali berlaku seperti hakim
yang memutus semata-mata soal salah-benar bukan dilihat dari
proses

belajar.

pembelajaran

Penggunaan

menjadi

metode

sangat

atau

penting

pendekatan

untuk

dilakukan

dalam
untuk

terjadinya perubahan mindset jika dirancang secara menyeluruh


sesuai dengan perkembangan pemikiran mahasiswa. Hal ini akan
lebih mudah untuk bisa membentuk soft skill mahasiswa dan
sekaligus akan terbentuk karakter mahasiswa dengan sendirinya.
Strategi

keempat

adalah

dengan

menciptakan

iklim

pembelajaran yang kondusif bagi proses pembelajaran mahasiswa


yang dapat menyerap nilai-nilai positif yang bisa diadopsi. Jika benar
maka dengan sendirinya mahasiswa akan membentuk disiplin diri
(self dicipline) yang kuat, dan di Amerika ditengarai sebagai kunci
keberhasilan dalam karier dan kesuksesan seseorang. Atmosfir
akademik harus dibangun dan diciptakan oleh kampus, bukan
dibiarkan terbentuk dengan sendirinya. Kampus harus menjadi
ruang-ruang publik yang bisa dimanfaatkan untuk membentuk
pribadi yang unggul baik dalam pembentukan keterampilan diri dan
peningkatan pribadi mahasiswa.
5. Penutup
Pembentukan karakter mahasiswa bukan sesuatu yang terbentuk
dan atau akan dibentuk secara tiba-tiba tetapi merupakan proses
yang panjang sejak masih kecil. Tetapi pembentukan karakter juga
bukan tidak mungkin karena bisa dilakukan melalui perubahan
mindset

dan

pembentukan

kebiasaan

(habits)

dari

proses

pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena itu strategi untuk


melakukan pendidikan karakter harus dilakukan secara menyeluruh
sebagai

bagian

dari

business

process

pembelajaran di perguruan tinggi.


8

dalam

suatu

sistem

Bandung, 09 September 2014


Referensi :
Branson, S Margaret. 1999. Belajar Civic Education dari
Amerika. Yogyakarta,
LKiS.
Cloud, Henry.2007. Integritas Keberanian Memenuhi Tuntutan
Kenyataan.
Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Huntington, Samuel.2006. Benturan Antarperadaban dan Masa
Depan Politik
Dunia. Yogyakarta, Qalam.
Krishna, Anand. 2008. Ancient Wisdom For Modern Leaders.
Jakarta,
Gramedia Pustaka Utama.
Lewis, A Barbara. 2004. Character Building untuk Remaja.
2004, Karisma
Publishing Group.
Mirsel, Robert. 2004.Teori Pergerakan Sosial. Yogyakarta, Insist
Press.
Suseno, Franz Magnis.2006. Berebut Jiwa Bangsa, Dialog,
Perdamaian, dan
Persaudaraan. Jakarta, Gramedia

Anda mungkin juga menyukai