Anda di halaman 1dari 4

CERPEN

“HIJAU SEKOLAHKU’ NYAMAN HATIKU”

OLEH:
SITI RAHAYU
KLS:
X IPS.1
SMAN 11 KENDARI
KENDARI 2019
“Hijau Sekolahku, Nyaman Hatiku”
Hai namaku Felly siswa kelas VIII di SMP Tunas Bangsa. Aku bangga bersekolah di
sekolah ini. Ya, sekolah ini termasuk sekolah pilihan pertama di tempatku. Meski sekolah ini
dinilai sekolah yang memiliki fasilitas paling bagus, namun menurutku ada yang kurang. Aku
tidak merasakan sejuknya udara, apalagi pada saat siang hari. Dan untuk mengatasi hal itu,
beberapa bulan lagi aku akan mengadakan program “Tanam 1000 Pohon”. Ya, aku adalah
ketua OSIS sekolah saat ini. Aku menampung banyak inspirasi dari siswa untuk mengubah
sekolah ini. Jadi ketua OSIS itu gampang gampang susah sih. Terkadang, masih ada pro
kontra terhadap program yang ku rencanakan. Tapi, aku gak boleh mundur, aku harus tetap
memperjuangkannya jika itu baik

Pagi itu, saat aku baru datang ke sekolah aku melihat sesuatu yang berubah dari
sekolahku. Taman. Banyak taman yang telah dibuat. Didepan sekolah, di depan kelas,
semuanya penuh taman. Memang bagus, namun aku masih belum merasa keasriannya. Aku
mulai bertekad, gerakan tanam 1000 pohon harus terlaksana apapun akibatnya.

Bel istirahat berbunyi.Aku menyuruh Lina si sekertaris OSIS untuk memanggil seluruh
anggota OSIS untuk mengadakan rapat. “Diumumkan kepada seluruh anggota OSIS harap
berkumpul di ruang OSIS sekarang juga”. Setelah semua berkumpul, aku memulai
pembicaraan. “Selamat pagi semua. Kali ini kita akan membahas tentang hijaunya sekolah
kita. Kita tau kan sekolah kita telah bagus dan terdapat banyak taman di dalamnya. Tapi ada
satu hal yang mengganjal di hati saya. Saya masih belum bisa merasakan udara yang segar di
lingkungan sekolah ini. Saya punya ide, bagaimana jika kita mengadakan program tanam
1000 pohon?” Suasanya waktu itu hening, dan aku melihat wajah mereka semua yang
menunjukkan bahwa mereka sedang berpikir. “Tapi Felly, sekolah kita udah penuh sesak
dengan taman. Mau ditaruh dimana coba pohon-pohon itu?” Pertanyaan yang cukup bagus
ditanyakan oleh Lendra, wakil ketua OSIS.

“Ya, itu harus dibicarakan dengan Pembina dan kepala sekolah. Kita kan tidak tahu mana
tempat yang menurut mereka cocok. Tapi kalo saya mengusulkan, kita bisa menanamnya di
sekitar lapangan sepak bola” rapat kali ini tidak sesuai harapanku. Seharusnya bisa lama dari
ini namun bel masuk telah berbunyi. “Oke, mungkin ini aja pendahuluannya. Besok akan
saya bicarakan hal ini dengan Pembina dan kepala seolah. Terimakasih untuk waktunya, dan
kalian bisa kembali ke kelas masing-masing”

Keesokan harinya, aku mulai beraksi sesuai rencanaku. Aku mengatakan hal ini kepada
Pembina OSIS. Namun, ada suatu kendala. “Felly, kami tau idemu memang bagus. Tapi itu
tidak membutuhkan biasa yang sedikit. Tentunya kita harus menanam pohon yang minimal
sudah memiliki daun, bukan bijinya” Pak Roni selaku pembina OSIS mengatakan hal itu,
berarti dia tidak menyetujuinya. “Tapi, ini demi kenyamanan kita. Kita tidak perlu memakai
AC atau kipas angina jika banyak pohon disini” Aku tetap memaksa, berharap mendapat
persetujuan. “Lagipula pohon pohon itu tak akan tumbuh besar hanya dalam waktu 1-2 tahun.
Kamu tidak akan bisa menikmatinya saat ini”

“Memang, justru itu saya melakukan ini. Saya melakukan hal ini demi sekolah ke depannya”
Pak Roni seakan berpikir. Mungkin dia sedang berpikir apa yang akan dia jawab. “Baiklah,
bapak akan memberitahukannya kepada kepala sekolah” Akhirnya, Pak Roni akan
mengusahakannya. Semoga saja ini berhasil.
Berhari – hari aku menunggu persetujuan dari Kepala Sekolah. Namun, sampai hari ini
tak ada kabar sedikitpun. Banyak anggota OSIS bertanya kepadaku tentang hal ini. Mereka
semua telah menyetujuinya. Jika kepala sekolah tidak mengijinkan, aku harap mereka bisa
mendukungku agar aku dapat melakukannya sendiri. “Fell, kamu di panggil kepala sekolah di
ruangannya. Ayo cepetan” Suara Riko membuatku terkejut dan aku berlari menuju ruangan
kepala sekolah bersamanya. “Permisi.. ada apa Pak?”

“Oh duduk Fell, Bapak mau bicara dengan kamu dan sebenernya ini buat seluruh anggota
OSIS, tapi berhubung ada Riko disini biarlah dia yang mewakili mereka.” Aku dan Riko pun
duduk, jantungku berdegup kencang. “Begini Felly, mengenai tanam 1000 pohon itu. Bapak
tidak yakin ini akan berjalan sesuai harapan. Kamu tau yang dikatakan oleh Pak Roni
sebelumnya? Itu memang benar. Lagipula, rasanya kita tidak sanggup untuk merawatnya
bertahun-tahun hingga pohon-pohon itu besar. Jumlah tukang kebun di sekolah ini terbatas.
Jika siswa yang merawatnya, tak akan mungkin mereka mau. Di jaman globalisasi ini, mana
mungkin ada siswa yang peduli akan lingkungannya.”

“Tapi pak, banyak kok yang setuju dengan program kami. Jika mereka setuju berarti mereka
kan mau untuk merawat pohon – pohon itu”

“Hm.. apa kamu tidak memikirkan anggarannya?”

“Begini pak, jika sekolah tidak memiliki biaya untuk program kami, biarlah kami para
anggota OSIS yang menganggungnya sendiri.”

“Apa kamu yakin?”

“Iya Pak! Kita harus berusaha” Timpal Riko.

“Baiklah, Bapak serahkan pada kalian semua. Tapi ingat, jika ini gagal dan tambah merusak
lingkungan sekolah, semua anggota OSIS harus menata ulang sekolah seperti awal. Karena
kita tau ini hal yang susah. Dan mengolah taman juga tidak gampang. Jadi, bapak tunggu
hasilnya. Oke kalian boleh keluar”

“Baik pak, permisi” Aku dan Riko keluar dari ruangan itu. Kami serasa di introgasi saat
berada di ruangan itu. Benar-benar menakutkan. “Fell, gimana kelanjutannya?” Riko
bertanya kepadaku. “Tenang saja, ayo kita mulai”

Keesokan harinya, aku mengumpulkan seluruh anggota OSIS dan mulai menyusun
rencana. Pertama, kami meminta tanda tangan seluruh warga sekolah yang menyetujui
program ini. Ya cukup banyak. Lalu, kami bersosialisasi kepada mereka. Tiap orang harus
membawa satu pohon. Kemudian tiap sore, kami pergi kesekolah untuk menanam pohon itu
bersama siswa sekolah secara bergantian menurut kelasnya. Kami membuat jadwal untuk
perawatan. Semua pohon telah tetanam di seluruh bagian sekolah, khususnya di lapangan
sepak bola. Aku mendengar banyak komentar buruk tentang hal yang OSIS lakukan
sekarang, khususnya dari para guru. Tapi, biarlah. Ini demi kebaikan mereka juga. Aku
berpesan kepada anggota OSIS kelas VII agar mereka tetap melanjutkan programku. Ya, aku
hanya ingin suatu hari nanti jika aku kembali datang ke sekolah ini sebagai alumni, aku dapat
melihat sekolah ini menjadi rindang dan asri.
Saat ini, aku naik kelas IX dan telah meninggalkan jabatan ketua OSIS. Tapi aku masih
senang, ketua OSIS saat ini melanjutkan program yang aku buat. Justru dia sempat mengganti
pohon pohon yang telah rusak, dan dia membuat organisasi khusus untuk merawat pohon-
pohon itu. Kepala sekolah dan para guru masih belum berkomentar, yak arena pohon-pohon
itu bisa dikatakan masih usia remaja. Bahkan, saat aku melepaskan jabatanku, mereka tidak
memberikan apresiasi apapun tentang kegiatan ini. Ya, biarkan sajalah, mungkin suatu hari
nanti mereka akan mengerti.

10 tahun kemudian, aku diundang untuk temu kangen di SMP Tunas Bangsa. Ya, aku
senang sekali karena moment ini bisa ku jadikan untuk bernostalgia bersama para sahabatku.
Aku teringat pada sesuatu yang aku lakukan dulu. Tanam 1000 pohon. Aku tak tau apakah it
uterus berlanjut, kita lihat saja nanti.

Hari itu telah tiba. Aku mempersiapkan diriku dan berangkat ke SMP-ku. Aku terkejut
dengan keadaan sekolah ku itu. Benar benar asri! Pohon dimana-mana, udara sejuk merasuk
ke dalam jiwaku membuat hati ini nyaman dan tentram. Aku menjadi teringat akan masa
laluku bersama pohon-pohon itu. Dan aku yakin ini adalah pohon yang aku tanam bersama
temanku dan aku merasa bangga. Lamunanku di kejutkan oleh Riko salah satu rekan OSIS ku
dulu. Dia mengajakku untuk pergi ke aula dan aku mengikutinya. Disana banyak sekali
mantan siswa dari SMP Tunas Bangsa, dan untungnya aku masih hafal nama dan wajah
mereka satu per satu. Kami sempat berbincang – bincang sebelum acara dimulai.

Acara dimulai pukul 8 pagi. Pak Roni yang menjadi MC dalam acara itu. Dia memandu
acara dari awal hingga akhir dan tiba saatnya untuk kami menyantap makanan yang telah
disediakan. Namun, saat acara santap menyantap akan dilakukan, Bapak Kepala Sekolah naik
ke panggung. Sepertinya dia akan sedikit berpidato. “Selamat pagi semua. Maaf saya
menggangu acara kalian. Saya tidak ingin berbicara panjang lebar, cukup di intinya saja. Saya
mengucapkan terima kasih kepada kalian telah menjadikan sekolah ini hijau, khususnya pada
Felly yang dulu mempunyai gagasan ini. Saya merasa salut padanya. Meski kami para guru
tidak menyetujuinya, namun dia tetap berusaha keras. Dan lihatlah, karena dia sekolah ini
menjadi hijau dan asri seperti saat ini. Felly bisa naik ke sini?” Aku merasa bangga, sangat
bangga. Aku mulai melangkahkan kaki ke atas panggung. Bapak kepala sekolah menyuruhku
untuk memberikan motivasi kepada mereka semua. Aku mulai membuka mulut dan berkata
“Selamat pagi semua. Hmm.. terimakasih untuk sanjungan yang diberikan oleh kepala
sekolah. Sebenarnya, saya melakukan hal ini hanya demi tercapainya keinginan saya
menjadikan sekolah ini lebih asri. Dan saya tidak akan berhasil melakukan semua ini, tanpa
bantuan rekan – rekan OSIS saya. Ya, seharusnya kita sebagai masyarakat lebih peduli akan
lingkungan. Jika lingkungan kita bersih akan nyaman di pandang dan tidak akan ada bibit
penyakit yangakan menyerang kita. Saya sarankan mulai hari ini hendaknya kita melakukan
pola hidup bersih agar kita selalu sehat dan merasa nyaman. Sekian dari saya, terimakasih”
Aku pun turun dan panggung itu. Semua orang memberiku applause. Sekarang aku tau, tak
ada yang lebih hebat dari kerja keras. Dari kerja keras, membuat impianmu menjadi nyata.

Anda mungkin juga menyukai