Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

EKONOMI SYARIAH
Tujuan penulisan makalah ini guna memenuhi tugas
ekonomi

Disusun oleh:
Siti Rahayu

SMA NEGERI 11 KENDARI


TAHUN AJARAN
2019/2020
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar ..................................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang...................................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah...........................................................................................................3
1.3 Pembatasan Masalah........................................................................................................3
1.4 Rumusan Masalah.............................................................................................................3
1.5 Tujuan Menulis..................................................................................................................3
1.6 Manfaat..............................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ekonomi Syariah............................................................................................ 4
2.2 Perbedaan Ekonomi Syariah dengan Ekonomi
Konvensional................................................................................................................... 4
2.3 Ciri khas ekonomi syariah................................................................................................ 5
2.4 Tujuan Ekonomi Islam...................................................................................................... 6
2.5 Permasalahan yang terjadi di Indonesia.......................................................................... 6
2.6 Syari’ah Sebagai Solusi .............................................................................................. 8
2.7 Penerapan Hukum Ekonomi Syariah.............................................................................. 10
2.8 Penerapan Ekonomi Syariah.......................................................................................... 12

BAB III KESIMPULAN


3.1 Solusi Perekonomian Indonesia .................................................................................... 15

BAB IV PENUTUP
4.1 Kritik.................................................................................................................................16
4.2 Saran ..............................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dengan hancurnya komunisme dan sistem ekonomi sosialis pada awal tahun 90-an membuat
sistem kapitalisme disanjung sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang sahih. Tetapi ternyata,
sistem ekonomi kapitalis membawa akibat negatif dan lebih buruk, karena banyak negara miskin
bertambah miskin dan negara kaya yang jumlahnya relatif sedikit semakin kaya.
Dengan kata lain, kapitalis gagal meningkatkan harkat hidup orang banyak terutama di negara-
negara berkembang. Bahkan menurut Joseph E. Stiglitz (2006) kegagalan ekonomi Amerika dekade
90-an karena keserakahan kapitalisme ini. Ketidakberhasilan secara penuh dari sistem-sistem
ekonomi yang ada disebabkan karena masing-masing sistem ekonomi mempunyai kelemahan atau
kekurangan yang lebih besar dibandingkan dengan kelebihan masing-masing. Kelemahan atau
kekurangan dari masing-masing sistem ekonomi tersebut lebih menonjol ketimbang kelebihannya.
Karena kelemahannya atau kekurangannya lebih menonjol daripada kebaikan itulah yang
menyebabkan muncul pemikiran baru tentang sistem ekonomi terutama dikalangan negara-negara
muslim atau negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam yaitu sistem ekonomi
syariah. Negara-negara yang penduduknya mayoritas Muslim mencoba untuk mewujudkan suatu
sistem ekonomi yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist, yaitu sistem ekonomi Syariah yang
telah berhasil membawa umat muslim pada zaman Rasulullah meningkatkan perekonomian di
Zazirah Arab. Dari pemikiran yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist tersebut, saat ini sedang
dikembangkan Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah di banyak negara Islam termasuk di
Indonesia.
Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah merupakan perwujudan dari paradigma Islam.
Pengembangan ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah bukan untuk menyaingi sistem
ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi sosialis, tetapi lebih ditujukan untuk mencari suatu sistem
ekonomi yang mempunyai kelebihan-kelebihan untuk menutupi kekurangan-kekurangan dari sistem
ekonomi yang telah ada. Islam diturunkan ke muka bumi ini dimaksudkan untuk mengatur hidup
manusia guna mewujudkan ketentraman hidup dan kebahagiaan umat di dunia dan di akhirat
sebagai nilai ekonomi tertinggi. Umat di sini tidak semata-mata umat Muslim tetapi, seluruh umat
yang ada di muka bumi. Ketentraman hidup tidak hanya sekedar dapat memenuhi kebutuhan hidup
secara melimpah ruah di dunia, tetapi juga dapat memenuhi ketentraman jiwa sebagai bekal di
akhirat nanti. Jadi harus ada keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan hidup di dunia dengan
kebutuhan untuk akhirat.

1.2 Identifikasi Masalah


 Pemerintah Indonesia telah terperangkap kepada sistem riba.
 Lumpuhnya fungsi intermediasi perbankan konvensional.
 Problem hutang Indonesia yang amat besar, ancaman terhadap kesinambungan fiskal dan
pembiayaan pembangunan
1.3 Pembatasan Masalah
Permasalahan yang di bahas dalam makalah ini adalah sekitar “Solusi perekonomian Indonesia
dengan ekonomi syariah dan bagaimana penerapan ekonomi syariah pada perekonomian
Indonesia”.

1.4 Rumusan Masalah


 Bagaimana solusi yang diberikan ekonomi syariah bagi krisis perekonomian Indonesia?
 Bagaimana penerapan hukum ekonomi syariah?
 Bagaimana penerapan ekonomi syariah?

1.5 Tujuan Menulis


Secara umum, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melihat solusi yang diberikan ekonomi
syariah bagi perekonomian Indonesia.

1.6 Manfaat
 Untuk menambah pengetahuan tentang penerapan ekonomi syariah.
 Untuk memberikan informasi kepada pembaca bahwa ekonomi syariah bukan hanya sebagai
alternatif namun juga dapat di implementasikan sebagai sistem perekonomian dalam negara.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekonomi Syariah


Ekonomi syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat
yang dilhami oleh nilai-nilai Islam. Ekonomi syariah berbeda dari kapitalisme, sosialisme, maupun negara
kesejahteraan (Welfare State).

Berbeda dari kapitalisme karena Islam menentang eksploitasi oleh pemilik modal terhadap buruh yang
miskin, dan melarang penumpukan kekayaan. Selain itu, ekonomi dalam kaca mata Islam merupakan
tuntutan kehidupan sekaligus anjuran yang memiliki dimensi ibadah

2.2 Perbedaan Ekonomi Syariah dengan Ekonomi Konvensional


Krisis ekonomi yang sering terjadi ditengarai adalah ulah sistem ekonomi konvensional, yang
mengedepankan sistem bunga sebagai instrumen provitnya. Berbeda dengan apa yang ditawarkan
sistem ekonomi syariah, dengan instrumen provitnya, yaitu sistem bagi hasil.

Sistem ekonomi syariah sangat berbeda dengan ekonomi kapitalis, sosialis maupun komunis. Ekonomi
syariah bukan pula berada di tengah-tengah ketiga sistem ekonomi itu. Sangat bertolak belakang dengan
kapitalis yang lebih bersifat individual, sosialis yang memberikan hampir semua tanggungjawab kepada
warganya serta komunis yang ekstrem.

Ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh di
transaksikan. Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat,
memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada setiap pelaku usaha

2.3 Ciri khas ekonomi syariah


Tidak banyak yang dikemukakan dalam Al Qur'an, dan hanya prinsip-prinsip yang mendasar saja. Karena
alasan-alasan yang sangat tepat, Al Qur'an dan Sunnah banyak sekali membahas tentang bagaimana
seharusnya kaum Muslim berprilaku sebagai produsen, konsumen dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit
tentang sistem ekonomi. Sebagaimana diungkapkan dalam pembahasan diatas, ekonomi dalam Islam harus
mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha. Selain itu, ekonomi syariah
menekankan empat sifat, antara lain:
 Kesatuan (unity)
 Keseimbangan (equilibrium)
 Kebebasan (free will)
 Tanggungjawab (responsibility)
Islam sangat mengharamkan kegiatan riba, yang dari segi bahasa berarti "kelebihan". Dalam Al Qur'an
surat Al Baqarah ayat 275 disebutkan bahwa Orang-orang yang makan (mengambil) riba ]tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila [. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...
2.4 Tujuan Ekonomi Islam
Ekonomi Islam mempunyai tujuan untuk memberikan keselarasan bagi kehidupan di dunia. Nilai
Islam bukan semata-semata hanya untuk kehidupan muslim saja, tetapi seluruh mahluk hidup di
muka bumi. Esensi proses Ekonomi Islam adalah pemenuhan kebutuhan manusia yang
berlandaskan nilai-nilai Islam guna mencapai pada tujuan agama (falah).

2.5 Permasalahan yang terjadi di Indonesia


Krisis ekonomi Indonesia sampai saat ini masih berlangsung dan belum menunjukkan tanda-
tanda untuk segera pulih. APBN kita masih dikuras dalam jumlah besar untuk pengeluaran
membayar bunga hutang baik hutang luar negeri maupun bunga hutang dalam negeri dalam bentuk
bunga obligasi rekap bank konvensional.
Seharusnya dana APBN ratusan triliun digunakan untuk pemberdayaan rakyat miskin, tetapi
justru untuk mensubsisi bank-bank ribawi melalui bunga rekap BLBI dan SBI. Ini terjadi karena
pemerintah telah terperangkap kepada sistem riba yang merusak perekonomian bangsa.

Menaiknya harga BBM semakin memperparah penderitaan rakyat Indonesia dan semakin
membengkakkan angka kemiskinan. Inflasi meningkat secara tajam. Semua para ekonom hebat di
negeri ini meprediski infasi hanya 8,7 %, tetapi kenyataannya melejit di luar dugaan, lebih dari 18 %.
Ekonom hebat tersebut keliru besar dalam memprediksi. Angka inflasi 18 % merupakan yang
tertinggi dalam empat tahun terakhir. Sebagai indikator penting bagi perekonomian negara, maka
inflasi wajib dipandang secara kritis. Sebab, inflasi yang melonjak tinggi bermakna gong
marabahaya bagi ekonomi rakyat.

Pada saat ini, tercatat jika sejak Maret 2005, jumlah utang Indonesia mencapai Rp1,282 triliun.
Angka fantastis nan bombastis tersebut, setara dengan 52 % dari produk domestik bruto. Komposisi
utang itu ialah 49% persen utang luar negeri. Sementara 51 persen utang dalam negeri.

Selain problem hutang Indonesia yang amat besar, ancaman terhadap kesinambungan fiskal
dan pembiayaan pembangunan juga menjadi problem besar. Demikian pula buruknya infrastruktur,
rendahnya investasi dan pertumbuhan ekonomi, terpuruknya sektor riel, menurunnya daya saing,
serta akan masih meningkatnya angka pengangguran akibat kenaikan BBM yang lalu.

APBN kita masih berada pada titik yang kritis, sebab faktor eksternal seperti naiknya harga
minyak, bisa membuat beban APBN membengkak dan memperbesar defisit APBN. akibat ikut
membengkaknya subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan pengeluaran pemerintah yang terkait
dengan luar negeri. Belum lagi ancaman depresiasi nilai rupiah yanag selalu membayang-bayangi.

Keterpurukan ekonomi Indonesia juga ditandai oleh masih belum bergairahnya sektor riil akibat
lumpuhnya fungsi intermediasi perbankan konvensional. LDR Bank konvensional masih belum
optimal bahkan masih jauh, yaitu berkisar di angka 50an %. Lain lagi NPL 2 bank konvensional
raksasa yang semakin meningkat . Peningkatan NPL (kredirt macet) tersebut telah berada pada titik
yang membahayakan, yaitu 24 & dan 20 %. Inilah kondisi bank-bank ribawi, LDR rendah sementara
NPL tinggi. Realitas ini berbeda dengan bank syariah, FDR tinggi, NPF rendah. Sehingga
mendorong pertumbuhan sektor riil. Sementara bank konvensional sebaliknya.
Kesimpulannya, ekonomi Indonesia benar-benar terpuruk dan terburuk di bawah sistem ekonomi
kapitalisme. Indonesia hanya unggul atas negara-negara Afrika seperti Malawi, Uganda, Kenya,
Zambia, Mozambik, Zimbabwe,Mali, Angola dan Chad. Peringkat daya saing pertumbuhan (growth
competitiveness index) Indonesia, nyaris sama dengan Ethiopia yang pernah hancur-lebur oleh
perang serta wabah kelaparan.

2.6 syari`ah sebagai solusi


Salah satu solusi penting yang harus diperhatikan pemerintahan dalam merecovery ekonomi
Indonesia adalah penerapan ekonomi syari’ah. Ekonomi syari’ah memiliki komitmen yang kuat pada
pengentasan kemiskinan, penegakan keadilan pertumbuhan ekonomi, penghapusan riba, dan
pelarangan spekulasi mata uang sehingga menciptakan stabilitas perekonomian.

Ekonomi syari’ah yang menekankan keadilan, mengajarkan konsep yang unggul dalam
menghadapi gejolak moneter dibanding sistem konvensional. Fakta ini telah diakui oleh banyak
pakar ekonomi global, seperti Rodney Shakespeare (United Kingdom), Volker Nienhaus (Jerman),
dsb.

Ke depan pemerintah perlu memberikan perhatian besar kepada sistem ekonomi Islam yang
telah terbukti ampuh dan lebih resisten di masa krisis. Sistem ekonomi Islam yang diwakili lembaga
perbankan syari’ah telah menunjukkan ketangguhannya bisa bertahan karena ia menggunakan
sistemi hasil sehingga tidak mengalami negative spread sebagaimana bank-bank konvensional.
Bahkan perbankan syariah semakin berkembang di masa-masa yang sangat sulit tersebut.

Sementara bank-bank raksasa mengalami keterpurukan hebat yang berakhir pada likuidasi,
sebagian bank konvensional lainnya terpaksa direkap oleh pemerintah dalam jumlah besar Rp 650
triliun. Setiap tahun APBN kita dikuras lagi oleh keperluan membayar bunga obligasi rekap
tersebut. Dana APBN yang seharusnya diutamakan untuk pengentasan kemiskinan rakyat, tetapi
justru digunakan untuk membantu bank-bank konvensional. Inilah faktanya, kalau kita masih
mempertahakan sistem ekonomi kapitalisme yang ribawi.

Selama ini, sistem ekonomi dan keuangan syari’ah kurang mendapat tempat yang
memungkinkannya untuk berkembang. Ekonomi Islam belum menjadi perhatian pemerintah. Sistem
ini mempunyai banyak keunggulan untuk diterapkan, Ekonomi Islam bagaikan pohon tumbuhan
yang bagus dan potensial, tapi dibiarkan saja, tidak dipupuk dan disiram. Akibatnya,
pertumbuhannya sangat lambat, karena kurang mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan
pihak-pihak yang berkompeten, seperti Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Industri,
BAPENAS, DPR dan Menteri yang terkait lainnya.

Keberhasilan Malaysia mengembangkan ekonomi Islam secara signifikan dan menjadi teladan
dunia internasional, adalah disebabkan karena kebijakan Mahathir yang secara serius
mengembangkan ekonomi Islam. Mereka tampil sebagai pelopor kebangkitan ekonomi Islam,
dengan kebijakan yang sungguh-sungguh membangun kekuatan ekonomi berdasarkan prinsip
syari’ah. Indonesia yang jauh lebih dulu merdeka dan menentukan nasibnya sendiri, kini tertinggal
jauh dari Malaysia.
Kebijakan-kebijakan Mahathir dan juga Anwar Ibrahim ketika itu dengan sistem syari’ah, telah
mampu mengangkat ekonomi Malaysia setara dengan Singapura. Tanpa kebijakan mereka, tentu
tidak mungkin ekonomi Islam terangkat seperti sekarang, tanpa kebijakan mereka tidak mungkin
terjadi perubahan pendapatan masyarakat Islam secara signifikan. Mereka bukan saja berhasil
membangun perbankan, asuransi, pasar modal, tabungan haji dan lembaga keuagan lainnya
secara sistem syari’ah, tetapi juga telah mampu membangun peradaban ekonomi baik mikro
maupun makro dengan didasari prinsip nilai-nilai Islami.
Aplikasi ekonomi Islam bukanlah untuk kepentingan umat Islam saja. Penilaian sektarianisme
bagi penerapan ekonomi Islam seperti itu sangat keliru, sebab ekonomi Islam yang konsen pada
penegakan prinsip keadilan dan membawa rahmat untuk semua orang tidak diperuntukkan bagi
ummat Islam saja, dan karena itu ekonomi Islam bersifat inklusif.

2.7 Penerapan Hukum Ekonomi Syariah


Dalam sejarahnya upaya penerapan hukum syari’ah atau hukum islam di Indonesia sebenarnya
sudah dilakukan semenjak masa perjuangan kemerdekaan bangsa. Dimana kita ketahui sendiri
memang motor perjuangan kemerdekaan kita saat itu banyak didominasi oleh pejuang-pejuang
muslim yang memegang teguh prinsip-prinsip hukum syari’ah.

Perjuangan tersebut memang tidak secara frontal dilakukan, tapi lebih banyak kepada upaya-
upaya politis yang berbasis pada kelompok dan budaya. Sayangnya kemudian upaya-upaya
tersebut terbentur dengan kekuasaan politik pemerintah Hindia-Belanda pada masa penjajahannya
secara sistematis terus mengikis pemberlakuan hukum syari’ah di tanah-tanah jajahannya.

Hingga pada gilirannya kelembagaan-kelembagaan baik yang telah ada maupun yang kemudian
dibentuk baik itu lembaga peradilan, perserikatan, dan lainnya pada masa itu mulai meninggalkan
nilai-nilai hukum syari’ah dan mulai terbiasa menerapkan aturan hukum yang dibentuk pemerintah
Hindia-Belanda yang saat itu disebut Burgerlijk Wetbook yang tentunya jauh dari nilai-nilai syari’ah.
Sehingga jelas saja kegiatan-kegiatan atau perkara-perkara peradilan yang bersinggungan dengan
syari’ah saat itu belum memiliki pedoman yang sesuai dengan nurani masyarakat muslim
kebanyakan.
Disadari atau tidak kondisi tersebut diatas tetap bergulir hingga kurun waktu dewasa ini. Dalam
prakteknya di lapangan, terlebih pada lembaga peradilan kita, sebelum adanya amandemen UU No
7 tahun 1989, penegakkan hukum yang berkaitan dengan urusan perniagaan ataupun kontrak
bisnis di lembaga-lembaga keungan syari’ah kita masih mengacu pada ketentuan KUH Perdata
yang ternyata merupakan hasil terjemahan dari Burgerlijk Wetbook peninggalan jajahan Hindia-
Belanda yang keberlakuannya sudah dikorkordansi sejak tahun 1854.. Sehingga konsep perikatan
dalam hukum-hukum syari’ah tidak lagi berfungsi dalam praktek legal-formal hukum di masyarakat.

Menyadari akan hal tersebut, tentunya kita sebagai muslim patut mempertanyakan kembali
sejauh mana penerapan hukum syari’ah dalam setiap aktivitas kehidupan kita, terlebih pada hal-hal
yang terkait dengan aktivitas-aktivitas yang bernafaskan ekonomi syari’ah yang telah jelas
disebutkan bahwa regulasi-regulasi formil yang menaungi hukumnya masih mengakar pada
penerapan KUH Perdata yang belum dapat dianggap syari’ah karena masih bersumber pada
Burgerlijk Wetbook hasil peninggalan penjajahan Hindia-Belanda.
Sejalan dengan perkembangan pesat sistem ekonomi syari’ah dewasa ini berbagai upaya-upaya
sistematis dilakukan oleh pejuang-pejuang ekonomi syari’ah pada level atas untuk kemudian
memuluskan penerapan hukum ekonomi syari’ah secara formal pada tatanan payung hukum yang
lebih diakui pada tingkat nasional.
Tentunya upaya-upaya ini tidak lepas dari aspek politik hukum di Indonesia. Proses legislasi
hukum ekonomi syari’ah pun sudah sejak lama dilakukan dan relatif belum menemui hambatan
yang secara signifikan mempengaruhi proses perjalanannya. Hanya saja kemudian upaya-upaya ini
baru sampai pada tahap perumusan Undang Undang yang mengatur aspek-aspek ekonomi syari’ah
secara terpisah, belum kepada pembentukkan instrument hukum yang lebih nyata layaknya KUH
Pidana maupun KUH Perdata yang lebih kuat.

2.8 Penerapan Ekonomi Syariah


Perkembangan sistem finansial syariah yang pesat boleh jadi mendapat tambahan dorongan
sebagai alternatif atas kapitalisme, dengan berlangsungnya krisis perbankan dan kehancuran pasar
kredit saat ini, demikian menurut pendapat para akademisi Islam dan ulama. Dengan nilai 300 miliar
dolar dan pertumbuhan sebesar 15 persen per tahun, sistem ekonomi Islam itu melarang penarikan
atau pemberian bunga yang disebut riba. Sebagai gantinya, sistem finansial syariah menerapkan
pembagian keuntungan dan pemilikan bersama.

Kehancuran ekonomi global memperlihatkan perlunya dilakukan perombakan radikal dan


struktural dalam sistem finansial global. Sistem yang didasarkan pada prinsip Islam menawarkan
alternatif yang dapat mengurangi berbagai risiko. Bank-bank Islam tak membeli kredit, tetapi
mengelola aset nyata yang memberikan perlindungan dari berbagai kesulitan yang kini dialami
bank-bank Eropa dan AS.

Dalam kehidupan ekonomi Islam, setiap transaksi perdagangan harus dijauhkan dari unsur-
unsur spekulatif, riba, gharar, majhul, dharar, mengandung penipuan, dan yang sejenisnya. Unsur-
unsur tersebut diatas, sebagian besarnya tergolong aktifitas-aktifitas non real. Sebagian lainnya
mengandung ketidakjelasan pemilikan. Sisanya mengandung kemungkinan munculnya perselisihan.
Islam telah meletakkan transaksi antar dua pihak sebagai sesuatu yang menguntungkan keduanya;
memperoleh manfaat yang real dengan memberikan kompensasi yang juga bersifat real.
Transaksinya bersifat jelas, transparan, dan bermanfaat.
Karena itu, dalam transaksi perdagangan dan keuangan, apapun bentuknya, aspek-aspek non
real dicela dan dicampakkan. Sedangkan sektor real memperoleh dorongan, perlindungan, dan
pujian. Hal itu tampak dalam instrumen- instumen ekonomi berikut:

Islam telah menjadikan standar mata uang berbasis pada sistem dua logam, yaitu emas dan
perak. Sejak masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik ibn Marwan, mata uang Islam telah dicetak
dan diterbitkan (tahun 77 H). Artinya, nilai nominal yang tercantum pada mata uang benar-benar
dijamin secara real dengan zat uang tersebut.
Islam telah mengharamkan aktifitas riba, apapun jenisnya; melaknat/mencela para pelakunya.
Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
riba (yang belum dipungut) jika kalian orang-orang yang beriman” QS Al Baqarah 278. Berdasarkan
hal ini, transaksi riba yang tampak dalam sistem keuangan dan perbankan konvensional (dengan
adanya bunga bank), seluruhnya diharamkan secara pasti; termasuk transaksi-transaksi derivative
yang biasa terjadi di pasar-pasar uang maupun pasar-pasar bursa. Penggelembungan harga saham
maupun uang adalah tindakan riba.

Transaksi spekulatif, kotor, dan menjijikkan, nyata-nyata diharamkan oleh Allah SWT,
sebagaimana firmanNya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minum khamr, berjudi,
(berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji termasuk
perbuatan syaithan” (QS Al maidah 90). Transaksi perdagangan maupun keuangan yang
mengandung dharar/bahaya (kemadaratan), baik bagi individu maupun bagi masyarakat, harus
dihentikan dan dibuang jauh-jauh.

Islam melarangAl- Ghasy, yaitu transaksi yang mengandung penipuan, pengkhianatan,


rekayasa, dan manipulasi.

Islam melarang transaksi perdagangan maupun keuangan yang belum memenuhi syarat-syarat
keuangan yang belum sempurnanya kepemilikan seperti yang biasa dilakukan dalam future trading.

Seluruh jenis transaksi yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya ini tergolong ke dalam
transaksi-transaksi non real atau dzalim yang dapat mengakibatkan dharar/bahaya bagi masyarakat
dan negara, memunculkan high cost dalam ekonomi, serta bermuara pada bencana dan
kesengasaraan pada umat manusia. Sifat-sifat tersebut melekat dalam sistem ekonomi kapitalis
dengan berbagai jenis transaksinya. Konsekuensi bagi negara dan masyarakat yang menganut atau
tunduk dan membebek pada sistem ekonomi kapitalis yang dipaksakan oleh negara-negara Barat
adalah kehancuran ekonomi dan kesengsaraan hidup.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Solusi Perekonomian Indonesia
Salah satu solusi penting yang harus diperhatikan pemerintahan dalam merecovery ekonomi
Indonesia adalah penerapan ekonomi syari’ah. Ekonomi syari’ah memiliki komitmen yang kuat pada
pengentasan kemiskinan, penegakan keadilan pertumbuhan ekonomi, penghapusan riba, dan
pelarangan spekulasi mata uang sehingga menciptakan stabilitas perekonomian.

Ekonomi syari’ah yang menekankan keadilan, mengajarkan konsep yang unggul dalam
menghadapi gejolak moneter dibanding sistem konvensional. Fakta ini telah diakui oleh banyak
pakar ekonomi global, seperti Rodney Shakespeare (United Kingdom), Volker Nienhaus (Jerman),
dsb.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kritik
Seperti yang kita ketahui, jenis transaksi yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya ini
tergolong ke dalam transaksi-transaksi non real atau dzalim yang dapat mengakibatkan
dharar/bahaya bagi masyarakat dan negara, memunculkan high cost dalam ekonomi, serta
bermuara pada bencana dan kesengasaraan pada umat manusia. Sifat-sifat tersebut melekat dalam
sistem ekonomi kapitalis dengan berbagai jenis transaksinya. Konsekuensi bagi negara dan
masyarakat yang menganut atau tunduk dan membebek pada sistem ekonomi kapitalis yang
dipaksakan oleh negara-negara Barat adalah kehancuran ekonomi dan kesengsaraan hidup.

4.2 Saran
Ekonomi islam atau ekonomi syariah saat ini sedang ramai di perbincangkaan, bahkan sudah
banyak masyarakat menginginkan penerapannya pada perekonomian indonesia. Penerapan
ekonomi islam sendiri menurut kelompok kami merupakan perbaikan perekonomian Indonesia,
dengan segala prinsip-prinsip yang mengaturnya.

Oleh karena itu, pemerintah hendaknya bisa menyentakkan dan membuka mata untuk melirik
dan menerapkan ekonomi syariah sebagai solusi perekonomian Indonesia. Pemerintah harus
melihat ekonomi syari’ah dalam konteks penyelamatan ekonomi Nasional.

Sehubungan dengan itu, pembentukan Dewan Ekonomi Nasional (DEN) perlu kembali
diwujudkan dengan memasukkan para pakar ekonomoi syariah di dalamnya. Ekonomi syariah di
Indonesia telah menunjukkan ketangguhannya di masa krisis dan lagi pula dalam praktek
perekonomian di Indonesia selama ini, Indonesia sudah menerapkan dual system, yakni
konvensional dan sistem ekonomi syari’ah, terutama yang berkaitan dengan lembaga perbankan
dan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai