Anda di halaman 1dari 12

GAMELAN

Ditulis pada April 7, 2011

Bagi masyarakat Jawa khususnya, gamelan bukanlah sesuatu yang asing dalam kehidupan
kesehariannya. Dengan kata lain, masyarakat tahu benar mana yang disebut gamelan atau
seperangkat gamelan. Mereka telah mengenal istilah gamelan. Namun barangkali masih banyak
yang belum mengetahui bagaimana sejarah perkembangan gamelan itu sendiri.

Menurut Sumarsam, gamelan diperkirakan lahir pada saat budaya luar dari HinduBudha (sic)
mendominasi Indonesia . Walaupun pada perkembangannya ada perbedaan dengan musik India,
tetapi ada beberapa ciri yang tidak hilang, salah satunya adalah cara menyanyikan lagunya.
Penyanyi pria biasa disebut sebagai wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana
(Sumarsam 2003: 35)

Menurut kamus bahasa Indonesia Purwodarminto, gamelan adalah seperangkat alat musik yang
digunakan untuk mengiringi sebuah pertunjukan.

Menurut buku yang berjudul Mengenal Secara Mudah Dan Lengkap Kesenian Karawitan
Gamelan Jawa dari Farabi Ferdiansyah (2010: 23) Gamelan berasal dari kata nggamel (dalam
bahasa jawa)/gamel yang berarti memukul/menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya
sebagai kata benda. Sedangkan istilah gamelan mempunyai arti sebagai satu kesatuan alat musik
yang dimainkan bersama.

Gamelan merupakan satu kesatuan utuh berbagai unsur alat musik yang diwujudkan dan
dibunyikan bersama (http://www.visitsemarang.com). Gamelan juga merupakan alat musik yang
biasa dipakai dalam pertunjukan wayang Jawa (http://www.seasite.niu.edu).

Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan
gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya/alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan
utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama (http://ruddabby.wordpress.com). Gamelan
adalah musik yang tercipta dari paduan bunyi gong, kenong dan alat musik Jawa lainnya. Irama
musik yang lembut dan mencerminkan keselarasan hidup orang Jawa akan segera menyapa dan
menenangkan jiwa begitu didengar (Yunanto Wiji Utomo 2006, http://www.yogyes.com)

Gamelan Jawa adalah satu set alat musik yang terdiri dari berbagai macam variasi bentuk dan
ukuran, serta mempunyai bunyi yang berbeda-beda. Cara memainkannya pun ada bermacam-
macam, namun kebanyakan di antaranya dipukul/ditabuh. Gamelan Jawa antara lain adalah
gong, kempul, kenong, kethuk-kempyang, celempung, suling, kemanak, kendhang, rebab, saron,
dan slenthem. Jika dimainkan secara bersamaan, senada dan selaras akan menghasilkan bunyi
yang sangatlah indah dan merdu didengar. Karena setiap ketukannya akan menghasilkan suara
beraneka ada yang melengking dan ada yang kedengarannya sangat mendentum. Permainan
gamelan tersebut biasa disebut dengan karawitan.
Gamelan jawa merupakan instrumen yang sangat digemari oleh orang-orang Jawa. Permainan
Gamelan Jawa sangatlah populer dikalangan orang-orang Jawa, karena itu sudah menjadi tradisi
turun temurun dari kakek nenek moyang jaman dahulu. Permainan gamelan Jawa mempunyai
beberapa fungsi dalam kehidupan adat istiadat Jawa, misalnya saja acara hajatan atau peristiwa
pernikahan, upacara keraton, khitanan, syukuran, serta hiburan masyarakat lainnya, seperti,
hiburan seni, campur sari, pagelaran wayang kulit, dan ada juga permainan gamelan dipakai
sebagai pengisi acara di gereja kristen Jawa, dan sebagainya. Permainan gamelan Jawa juga
dapat dipadukan dengan berbagai instrumen modern, contohnya saja instrumen keyboard.
Perpaduan keyboard dengan permainan gamelan Jawa menghasilkan karya yang populer disebut
dengan musik campursari.

Di daerah Klaten dimana tempat penulis tinggal, karawitan masih cukup eksis dan signifikan di
dunia kesenian klaten. Dentang suara yang merdu dan suara yang indah ini tercipta dari
karawitan. Karawitan sendiri tercipta dari alatalat musik yang biasa disebut dengan gamelan
ketika dimainkan oleh sekelompok orang dalam membawakan sebuah gending.

Gamelan biasa dimainkan oleh beberapa orang, dan tidak bisa dimainkan secara individu. Maka
perlu kebersamaan dalam memainkan gamelan. Alat musik gamelan sangatlah menarik, karena
bentuknya yang unik dan sangat khas. Contohnya saja gong, gong mempunyai bentuk yang unik,
ciricirinya adalah, bulat besar dan ditengahnya ada tonjolan, jika tonjolan itu dipukul maka
akan berbunyi gong dengan nada yang besar. Gong sering dibunyikan saat akhir ketukan,
setelah kenong, kempul dan alat gamelan lain dimainkan. Jadi gong sering mengakhiri/menutup
irama alunan karawitan dalam sebuah permainan gamelan.

Alunan musik gamelan musiknya terasa mendayudayu, kalem, dan enak didengar, makin lama
mendengar makin terasa selaras dan bisa membuat kantuk seseorang karena alunan nadanya.

Dari keunikan bentuk gamelan, dan spirit kebersamaan dalam memainkan gamelan, penulis
terinspirasi dan selanjutnya mengangkat gamelan sebagai tema karya-karya penciptaan seni
grafis penulis dalam proyek tugas akhir ini.

Seperti halnya manusia, dapat difilosofikan gamelan sebagai manusia, manusia tidak bisa hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia juga harus seperti gamelan, yang selaras, saling
pengertian serta mempunyai semangat gotong royong yang tinggi. Karena manusia diciptakan
sebagai mahluk sosial, yang saling tolong menolong antar sesamanya. Tanpa harus memandang
jabatan, strata dan kedudukan.

Bagi masyarakat Jawa khususnya, gamelan bukanlah sesuatu yang asing dalam kehidupan
kesehariannya. Dengan kata lain, masyarakat tahu benar mana yang disebut gamelan atau
seperangkat gamelan. Mereka telah mengenal istilah gamelan. Namun barangkali masih banyak
yang belum mengetahui bagaimana sejarah perkembangan gamelan itu sendiri.

Menurut Sumarsam, gamelan diperkirakan lahir pada saat budaya luar dari HinduBudha (sic)
mendominasi Indonesia . Walaupun pada perkembangannya ada perbedaan dengan musik India,
tetapi ada beberapa ciri yang tidak hilang, salah satunya adalah cara menyanyikan lagunya.
Penyanyi pria biasa disebut sebagai wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana
(Sumarsam 2003: 35)

Menurut kamus bahasa Indonesia Purwodarminto, gamelan adalah seperangkat alat musik yang
digunakan untuk mengiringi sebuah pertunjukan.

Menurut buku yang berjudul Mengenal Secara Mudah Dan Lengkap Kesenian Karawitan
Gamelan Jawa dari Farabi Ferdiansyah (2010: 23) Gamelan berasal dari kata nggamel (dalam
bahasa jawa)/gamel yang berarti memukul/menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya
sebagai kata benda. Sedangkan istilah gamelan mempunyai arti sebagai satu kesatuan alat musik
yang dimainkan bersama.

Gamelan merupakan satu kesatuan utuh berbagai unsur alat musik yang diwujudkan dan
dibunyikan bersama (http://www.visitsemarang.com). Gamelan juga merupakan alat musik yang
biasa dipakai dalam pertunjukan wayang Jawa (http://www.seasite.niu.edu).

Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan
gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya/alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan
utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama (http://ruddabby.wordpress.com). Gamelan
adalah musik yang tercipta dari paduan bunyi gong, kenong dan alat musik Jawa lainnya. Irama
musik yang lembut dan mencerminkan keselarasan hidup orang Jawa akan segera menyapa dan
menenangkan jiwa begitu didengar (Yunanto Wiji Utomo 2006, http://www.yogyes.com)

Macam-Macam Gamelan Jawa

Dari buku yang berjudul hayatan gamelan dan gamelan yang ditulis oleh Sumarsan maka penulis
dapat menguraikan lebih lanjut macam-macam instrumen gamelan. Komponen utama susunan
alat-alat musik gamelan adalah bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi
tersendiri dalam pagelaran musik gamelan, misalnya gong berperan menutup sebuah irama
musik yang panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama
gending.

Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa macam instrumen antara lain :

a. Bonang

Bonang terbagi dari 3 macam yaitu bonang barung, bonang panembung, dan bonang penerus.
Bonang mempunyai bentuk seperti ceret atau pot yang ditempatkan secara horizontal ke
string dalam bingkai kayu, baik satu atau dua baris lebar. Semua ceret memiliki bos
pusat/tonjolan di tengahnya. Dan jika bos pusat tersebut dipukul akan menimbulkan bunyi.
Gambar 1. Bonang

(Sumber gambar : penulis)

b. Celempung

Celempung adalah instrumen kawat petik, yang dibingkai pada semacam gerobongan (juga
berfungsi sebagai resonator) yang berkaki dua pasang, bentuknya hampir mirip seperti belalang.
Dan di atasnya terdapat kawatkawat vertikal membentuk seperti sikat gigi. Kawatnya terdiri
dari tiga-belas pasang, ditegangkan antara paku untuk melaras (di atas) dan paku-paku kecil (di
bawah). Kepingan metal diletakkan di sisi atas gerobongan, sebagai jembatan pemisah kawat-
kawat. Celempung dimainkan dengan jari jempol tangan kiri dan kanan, sedangkan jari yang
tangan lainnya dipakai sebagai penutup kawat-kawat yang tidak dipetik.

Gambar 2. Celempung

(http://orgs.usd.edu)

c. Gambang

Gambang merupakan instrumen yang terbuat dari bilah-bilah kayu yang dibingkai pada
gerobongan yang juga berfungsi sebagai resonator. Bentuknya hampir mirip batu nisan di
makam-makam Jawa. Dan terdapat bilah-bilah kayu di atasnya. Bilahnya berjumlah tujuh-belas
sampai dua-puluh bilah. Gambang dimainkan dengan tabuh berbentuk bundar dengan tangkai
panjang biasanya dari tanduk, dan ditabuhkan di atas bilah-bilah kayu tersebut.

Gambar 3. Gambang

(Sumber gambar: penulis)

d. Gender

Gender merupakan instrumen yang terdiri dari bilah-bilah metal yang ditegangkan dengan tali di
atas bumbung-bumbung resonator. Bumbung resonator ini tercipta dari bambu-bambu yang
bentuknya silinder yang ditata secara sejajar horisontal. Jika dilihat dari sisi muka bentuknya
berupa persegi panjang.

Gambar 4. Gender

(Sumber gambar: penulis)

e. Gong
Gong merupakan instrumen yang digantung, berposisi vertikal. Bentuk gong bulat dan berukuran
besar atau sedang. Di tengahnya terdapat bos pusat/tonjolan, yang biasa ditabuh di bagian
tengah-tengah bos pusatnya itu, dengan tabuh bundar berlapis kain.

Gambar 5. Gong

(Sumber gambar: penulis)

f. Kemanak

Kemanak adalah instrumen yang berbentuk seperti sendok. Sendok yang terbuat dari kuningan.
Bentuknya simple, enteng, dan mudah dibunyikan. Cara membunyikannya dengan saling
mengetukkan/saling dipukulkan.
Gambar 6. Kemanak

(http:orgs.usd.edu/nmm/Gamelan/9893/Kemanak9893.html.)

g. Kendhang

Kendhang mempunyai bentuk simetris, yang bentuknya seperti tabung, dengan bersisi dua
dengan sisi kulitnya ditegangkan dengan tali dari kulit atau rotan ditata dalam bentuk Y, yang
diletakkan di atas bingkai kayu (plankan) pada posisi horisontal.
Gambar 7. Kendhang

(Sumber gambar : penulis)

h. Kenong

Kenong adalah satu set instrumen jenis gong yang bentuknya hampir mirip dengan bonang, yang
bentuknya seperti ceret dan ditengahnya terdapat bos pusat/tonjolan. Namun yang berbeda
adalah jumlahnya lebih sedikit dibanding dengan bonang. Kenong berposisi horisontal yang
ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu.

Gambar 8. Kenong

(Sumber gambar: penulis)

i. Kethuk-Kempyang

Kethuk-Kempyang adalah dua instrumen jenis gong yang berukuran kecil. Namun bentuknya
juga seperti bonang dan kenong, bulat dan di tengahnya terdapat bos besar/ tonjolan, jika dipukul
akan menghasilkan bunyi. Kethuk lebih kecil dbanding kenong ukurannya, namun lebih tinggi.
Sedangkan kempyang agak besar pendek dan melebar. Ditempatkan pada posisi horisontal,
ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu.
Gambar 9. Kethuk-Kempyang

(Sumber gambar: penulis)

j. Rebab

Rebab merupakan instrumen kawat gesek dengan 2 kawat yang ditegangkan pada selajur kayu
dengan badan bentuk hati. Badan yang berbentuk hati itu terbuat dari tempurung kelapa. Yang
kemudian ditutup dengan membran (kulit tipis) dari babad sapi.

Gambar 10 . Rebab

(http://www.pasarjava.com/senibudaya/gamelan/rebab.jpg)

k. Saron
Saron merupakan instrumen yang berbentuk bilahan dengan enam atau tujuh bilah, yang
ditumpangkan pada bingkai kayu yang juga berfungsi sebagai resonator. Instrumen ini ditabuh
dengan tabuh yang dibuat dari kayu dan tanduk. Dan tabuhnya berbentuk seperti palu.

Gambar 11. Saron

(Sumber gambar : penulis)

l. Slenthem

Menurut konstruksinya, slenthem termasuk keluarga gender, malahan kadang-kadang ia


dinamakan gender panembung. Tetapi slenthem mempunyai bilah sebanyak bilah saron yaitu 7
bilah. Slenthem mempunyai bentuk seperti kijing makam yang berwarna kuning emas.

Gambar 12. Slenthem

(http:orgs.usd.edu/nmm/Gamelan/9858/Slenthem9858.html)
m. Suling

Suling adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu. Instrumen Suling berupa potongan
bambu yang pendek dan di tubuhnya terdapat lubang-lubang yang dapat menghasilkan suara jika
ditutup salah satunya secara bergantian sambil ditiup di bagian ujungnya.

Gambar 13. Suling

(http://id.wikipedia.org/wiki/Suling)

Gamelan Jawa

Penggunaan istilah gamelan dan karawitan sudah mulai sama dengan yang diberlakukan di
Indonesia , terutama oleh para praktisi maupun para akademisi yang telah berhubungan lebih
jauh atau akrab dengan dunia musik gamelan, dunia karawitan.

Menurut wikipedia gamelan, kata nggamel (dalam bahasa Jawa) dapat berarti memukul. Itulah
kemungkinannya mengapa gamelan dianggap sebagai satu perangkat musik pukul atau perkusi
(ansambel atau orkes, yang nama dan jenisnya tergantung dari jenis, jumlah atau komposisi
ricikan-ricikan yang digunakan serta fungsinya di masyarakat), walau pada kenyataannya
perangkat gamelan juga melibatkan alat-alat musik non perkusi.

Berkaitan dengan perkembangan jaman, perkembangan fungsi kesenian, selera jaman, berikut ini
adalah beberapa nama perangkat gamelan yang pernah ada dan sampai sekarang masih ditabuh
dan berfungsi :

1. Gamelan Kodhok Ngorek, berfungsi sebagai pengiring acara hajatan atau peristiwa
pernikahan. Karena gamelan Kodhok Ngorek berlaras slendro maka wajar, enak, dan tidak ada
kejanggalan sama sekali bila pada perangkat gamelan tersebut melibatkan gender dan gambang
gangsa slendro. Alasan lain yang digunakan untuk menguatkan pendapatnya, Pak
Martapangrawit menyebutkan bahwa kehadiran slenthem pada perangkat gamelan ageng
bermain dengan menggunakan nada 4 (pelog) dan 3 (dhadha), jarak tersebut pada dasarnya
adalah sama dengan interval slendro, seperti layaknya interval nada lima ke dhadha slendro.

2. Gamelan Monggang, fungsi dan kegunaannya untuk kelengkapan berbagai acara dan upacara
dilingkungan keraton/kadipaten dan kabupaten pada masa itu, seperti memberi tengara pada
upacara penobatan dan jumenengan raja, mengiringi latihan perang prajurit bertombak atau acara
sodoran, serta sebagai pengiring kelahiran bayi laki-laki dari keluarga raja, dan sebagainya.

3. Gamelan Cara Balen, berfungsi untuk menghormati kedatangan tamu, baik dalam upacara
keluarga, kerajaan, ataupun kemasyarakatan. Misalnya, pasar malam sekatenan, fair, mantenan,
khitanan, syukuran, dan sebagainya.

4. Gamelan Sekaten, dibunyikan setiap setahun sekali selama seminggu, dari tanggal 5 s/d 12
setiap bulan Mulud (menurut kalender Jawa), pada setiap bulan kelahiran Nabi Muhammad
S.A.W.

5. Gamelan Ageng, berfungsi hampir setiap hari untuk keperluan kemasyarakatan seperti,
hiburan seni, campur sari, pagelaran wayang kulit, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai