Anda di halaman 1dari 9

5 Perguruan Pencak Silat Indonesia yang Paling

Disegani
Bahkan sampai mancanegara, loh!

ruanasagita.blogspot.co.id

Share to Facebook Share to Twitter


Pencak silat merupakan salah satu seni bela diri yang merupakan salah satu warisan budaya dan
leluhur Indonesia. Kehadiran pencak silat sebagai seni sudah terbilang cukup tua bahkan lebih
tua dari merdekanya bangsa ini. Sebagai negara yang kaya akan budaya khususnya pencak silat
Indonesia memiliki beberapa perguruan yang sangat disegani bahkan di mata dunia sekalipun.

Lantas apa saja perguruan pencak silat tersebut?


1. Persaudaraan Setia Hati Terate

facebook.com
Organisasi ini didirikan pada tahun 1922 di Madiun Jawa Timur. Setiap tahun Persaudaraan Setia
Hati selalu mendapatkan anggota baru dalam jumlah yang tidak sedikit, bahkan tak cuma dari
Indonesia melainkan juga dari luar negeri. Untuk menjadi anggota atau saudara dalam organisasi
ini para calon perlu melewati proses latihan yang terbilang cukup berat hingga ia benar-benar
disahkan menjadi warga Persaudaraan Setia Hati Terate.

Pun perguruan ini sudah menorehkan banyak prestasi. Salah satu torehan prestasinya yaitu, Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Universitas Airlangga
(Unair) menorehkan prestasi di tingkat Internasional. Para pesilat muda tersebut mampu meraih
satu medali emas, satu perak, dan dua perunggu pada ajang The 3rd Sebelas Maret SH Terate
International Championship.
2. Persinas Asad

ldiijatim.com
Perguruan yang bertujuan untuk menghimpun seluruh potensi persamaan cita-cita dan tujuan
dalam melestarikan tradisi dan budaya bangsa. Dengan moto “Pencak Silat is my life” Persinas
Asad JakPus mencoba membangkitkan semangat generasi silat untuk membela kebenaran dan
membela golongan yang lemah.
3. Tapak Suci Putera Muhammadiyah

nasional.republika.co.id
Perguruan yang satu ini mungkin kalian sudah sering dengar. Perguruan yang berdiri pada 31
Juli 1963 di Kauman, Yogyakarta, ini tak sekadar perguruan silat melainkan juga sebagaiwadah
silaturahmi para anggota organisasi Muhammadiyah. Pada tahun 1964 Tapak Suci diterima
sebagai organisasi otonom Muhammadiyah. Salah satu bentuk kemenangan yang diraih, yaitu
sebagai juara umum Piala Wali Kota Surabaya 2014. Mereka menjadi juara umum setelah
mengumpulkan medali terbanyak dengan rincian 6 emas, 6 perak, dan 6 perunggu.
4. Perisai Diri

youtube.com
Organisasi pencak silat satu ini didirikan di Surabaya pada 2 Juli 1955. Salah satu yang khas dari
perguruan ini adalah adanya 156 aliran yang dikategorikan berdasarkan karakter gerakan silat.

Anggota perguruan ini sudah tersebar luas bahkan hingga mancanegara. Salah satu prestasi yang
ditorehkan yaitu berhasil menyabet gelar juara umum II pada kejuaraan silat Perssai Diri '1st
Brawijaya Open Cup 2016', yang digelar di GOR Samantha Krida Universitas Brawijaya
Malang, 28 September-2 Oktober 2016 kemarin.

Organisasi ini didirikan pada tahun 1922 di Madiun Jawa Timur. Setiap tahun Persaudaraan Setia
Hati selalu mendapatkan anggota baru dalam jumlah yang tidak sedikit, bahkan tak cuma dari
Indonesia melainkan juga dari luar negeri. Untuk menjadi anggota atau saudara dalam organisasi
ini para calon perlu melewati proses latihan yang terbilang cukup berat hingga ia benar-benar
disahkan menjadi warga Persaudaraan Setia Hati Terate.
Pun perguruan ini sudah menorehkan banyak prestasi. Salah satu torehan prestasinya yaitu, Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Universitas Airlangga
(Unair) menorehkan prestasi di tingkat Internasional. Para pesilat muda tersebut mampu meraih
satu medali emas, satu perak, dan dua perunggu pada ajang The 3rd Sebelas Maret SH Terate
International Championship.

ldiijatim.com
Perguruan yang bertujuan untuk menghimpun seluruh potensi persamaan cita-cita dan tujuan
dalam melestarikan tradisi dan budaya bangsa. Dengan moto “Pencak Silat is my life” Persinas
Asad JakPus mencoba membangkitkan semangat generasi silat untuk membela kebenaran dan
membela golongan yang lemah.

Perisai Diri didirikan secara resmi pada tanggal 2 Juli 1955 di Surabaya, Jawa Timur. Pendirinya
adalah almarhum RM Soebandiman Dirdjoatmodjo, putra bangsawan Keraton Paku Alam.
Sebelum mendirikan Perisai Diri secara resmi, beliau melatih silat di lingkungan Perguruan
Taman Siswa atas permintaan pamannya, Ki Hajar Dewantoro.
Teknik silat Perisai Diri mengandung unsur 156 aliran silat dari berbagai daerah di Indonesia
ditambah dengan aliran Shaolin (Siauw Liem) dari negeri Tiongkok. Pesilat diajarkan teknik
beladiri yang efektif dan efisien, baik tangan kosong maupun dengan senjata. Metode praktis
dalam Perisai Diri adalah latihan Serang Hindar yang mana menghasilkan motto “Pandai Silat
Tanpa Cedera”.

Pak Dirdjo (panggilan akrab RM Soebandiman Dirdjoatmodjo) lahir di Yogyakarta pada tanggal
8 Januari 1913 di lingkungan Keraton Paku Alam. Beliau adalah putra pertama dari RM Pakoe
Soedirdjo, buyut dari Paku Alam II. Sejak berusia 9 tahun beliau telah dapat menguasai ilmu
pencak silat yang ada di lingkungan keraton sehingga mendapat kepercayaan untuk melatih
teman-temannya di lingkungan daerah Paku Alaman. Di samping pencak silat beliau juga belajar
menari di Istana Paku Alam sehingga berteman dengan Wasi dan Bagong Kusudiardjo.

Pak Dirdjo yang pada masa kecilnya dipanggil dengan nama Soebandiman atau Bandiman oleh
teman-temannya ini, merasa belum puas dengan ilmu silat yang telah didapatkannya di
lingkungan istana Paku Alaman itu. Karena ingin meningkatkan kemampuan ilmu silatnya,
setamat HIK (Hollands Inlandsche Kweekschool) atau sekolah menengah pendidikan guru
setingkat SMP, beliau meninggalkan Yogyakarta untuk merantau tanpa membawa bekal apapun
dengan berjalan kaki. Tempat yang dikunjunginya pertama adalah Jombang, Jawa Timur.
Di sana beliau belajar silat pada KH Hasan Basri, sedangkan pengetahuan agama dan lainnya
diperoleh dari Pondok Pesantren Tebuireng. Di samping belajar, beliau juga bekerja di Pabrik
Gula Peterongan untuk membiayai keperluan hidupnya. Setelah menjalani gemblengan keras
dengan lancar dan dirasa cukup, beliau kembali ke barat. Sampai di Solo beliau belajar silat pada
Sayid Sahab. Beliau juga belajar kanuragan pada kakeknya, Ki Jogosurasmo.
Beliau masih belum merasa puas untuk menambah ilmu silatnya. Tujuan berikutnya adalah
Semarang, di sini beliau belajar silat pada Soegito dari aliran Setia Saudara. Dilanjutkan dengan
mempelajari ilmu kanuragan di Pondok Randu Gunting Semarang. Rasa keingintahuan yang
besar pada ilmu beladiri menjadikan Pak Dirdjo masih belum merasa puas dengan apa yang telah
beliau miliki. Dari sana beliau menuju Cirebon setelah singgah terlebih dahulu di Kuningan. Di
sini beliau belajar lagi ilmu silat dan kanuragan dengan tidak bosan-bosannya selalu menimba
ilmu dari berbagai guru. Selain itu beliau juga belajar silat Minangkabau dan silat Aceh.
Tekadnya untuk menggabungkan dan mengolah berbagai ilmu yang dipelajarinya membuat
beliau tidak bosan-bosan menimba ilmu. Berpindah guru baginya berarti mempelajari hal yang
baru dan menambah ilmu yang dirasakannya kurang. Beliau yakin, bila segala sesuatu dikerjakan
dengan baik dan didasari niat yang baik, maka Tuhan akan menuntun untuk mencapai cita-
citanya. Beliau pun mulai meramu ilmu silat sendiri. Pak Dirdjo lalu menetap di Parakan,
Banyumas, dan membuka perguruan silat dengan nama Eko Kalbu, yang berarti satu hati.
Di tengah kesibukan melatih, beliau bertemu dengan seorang pendekar Tionghoa yang beraliran
beladiri Siauw Liem Sie (Shaolinshi), Yap Kie San namanya. Yap Kie San adalah salah seorang
cucu murid Louw Djing Tie dari Hoo Tik Tjay. Menurut catatan sejarah, Louw Djing Tie
merupakan seorang pendekar legendaris dalam dunia persilatan, baik di Tiongkok maupun di
Indonesia, dan salah satu tokoh utama pembawa beladiri kungfu dari Tiongkok ke Indonesia.
Dalam dunia persilatan, Louw Djing Tie dijuluki sebagai Si Garuda Emas dari Siauw Liem Pay.
Saat ini murid-murid penerus Louw Djing Tie di Indonesia mendirikan perguruan kungfu Garuda
Emas.
Pak Dirdjo yang untuk menuntut suatu ilmu tidak memandang usia dan suku bangsa lalu
mempelajari ilmu beladiri yang berasal dari biara Siauw Liem (Shaolin) ini dari Yap Kie San
selama 14 tahun. Beliau diterima sebagai murid bukan dengan cara biasa tetapi melalui
pertarungan persahabatan dengan murid Yap Kie San. Melihat bakat Pak Dirdjo, Yap Kie San
tergerak hatinya untuk menerimanya sebagai murid.
Berbagai cobaan dan gemblengan beliau jalani dengan tekun sampai akhirnya berhasil mencapai
puncak latihan ilmu silat dari Yap Kie San. Murid Yap Kie San yang sanggup bertahan hanya
enam orang, di antaranya ada dua orang yang bukan orang Tionghoa, yaitu Pak Dirdjo dan R
Brotosoetarjo yang di kemudian hari mendirikan perguruan silat Bima (Budaya Indonesia
Mataram). Dengan bekal yang diperoleh selama merantau dan digabung dengan ilmu beladiri
Siauw Liem Sie yang diterima dari Yap Kie San, Pak Dirdjo mulai merumuskan ilmu yang telah
dikuasainya itu.
Setelah puas merantau, beliau kembali ke tanah kelahirannya, Yogyakarta. Ki Hajar Dewantoro
(Bapak Pendidikan) yang masih Pakde-nya, meminta Pak Dirdjo mengajar silat di lingkungan
Perguruan Taman Siswa di Wirogunan. Di tengah kesibukannya mengajar silat di Taman Siswa,
Pak Dirdjo mendapatkan pekerjaan sebagai Magazijn Meester di Pabrik Gula Plered.
Pada tahun 1947 di Yogyakarta, Pak Dirdjo diangkat menjadi Pegawai Negeri pada Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Seksi Pencak Silat, yang dikepalai oleh Mochammad Djoemali.
Berdasarkan misi yang diembannya untuk mengembangkan pencak silat, Pak Dirdjo membuka
kursus silat melalui dinas untuk umum. Beliau juga diminta untuk mengajar di Himpunan Siswa
Budaya, sebuah unit kegiatan mahasiswa UGM (Universitas Gadjah Mada). Murid-muridnya
adalah para mahasiswa UGM pada awal-awal berdirinya kampus tersebut. Pak Dirdjo juga
membuka kursus silat di kantornya. Beberapa murid Pak Dirdjo saat itu di antaranya adalah Ir
Dalmono yang saat ini berada di Rusia, Prof Dr Suyono Hadi (dosen Universitas Padjadjaran
Bandung), dan Bambang Mujiono Probokusumo yang di kalangan pencak silat dikenal dengan
nama panggilan Mas Wuk.
Tahun 1954 Pak Dirdjo diperbantukan ke Kantor Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Urusan
Pencak Silat. Murid-murid beliau di Yogyakarta, baik yang berlatih di UGM maupun di luar
UGM, bergabung menjadi satu dalam wadah HPPSI (Himpunan Penggemar Pencak Silat
Indonesia) yang diketuai oleh Ir Dalmono.
Tahun 1955 beliau resmi pindah dinas ke Kota Surabaya. Dengan tugas yang sama, yakni
mengembangkan dan menyebarluaskan pencak silat sebagai budaya bangsa Indonesia, Pak
Dirdjo membuka kursus silat yang diadakan di Kantor Kebudayaan Provinsi Jawa Timur,
Surabaya. Dengan dibantu oleh Imam Romelan, beliau mendirikan kursus silat PERISAI DIRI
pada tanggal 2 Juli 1955.
Para muridnya di Yogyakarta pun kemudian menyesuaikan diri menamakan himpunan mereka
sebagai silat Perisai Diri. Di sisi lain, murid-murid perguruan silat Eko Kalbu yang pernah
didirikan oleh Pak Dirdjo masih berhubungan dengan beliau. Mereka tersebar di kawasan
Banyumas, Purworejo dan Yogyakarta. Hanya saja perguruan ini kemudian memang tidak
berkembang, namun melebur dengan sendirinya ke Perisai Diri, sama seperti HPPSI di
Yogyakarta. Satu guru menjadikan peleburan perguruan ini menjadi mudah.
Pengalaman yang diperoleh selama merantau dan ilmu silat Siauw Liem Sie yang dikuasainya
kemudian dicurahkannya dalam bentuk teknik yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
anatomi tubuh manusia, tanpa ada unsur memperkosa gerak. Semuanya berjalan secara alami dan
dapat dibuktikan secara ilmiah. Dengan motto “Pandai Silat Tanpa Cedera”, Perisai Diri diterima
oleh berbagai lapisan masyarakat untuk dipelajari sebagai ilmu beladiri.
Pada tahun 1969, Dr Suparjono, SH, MSi (Ketua Dewan Pendekar periode yang lalu) menjadi
staf Bidang Musyawarah PB PON VII di Surabaya. Dengan inspirasi dari AD/ART organisasi-
organisasi di KONI Pusat yang sudah ada, Suparjono bersama Bambang Mujiono Probokusumo,
Totok Sumantoro, Mondo Satrio dan anggota Dewan Pendekar lainnya pada tahun 1970
menyusun AD/ART Perisai Diri dan nama lengkap organisasi Perisai Diri disetujui menjadi
Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI DIRI yang disingkat Kelatnas Indonesia PERISAI
DIRI. Dimusyawarahkan juga mengenai pakaian seragam silat Perisai Diri yang baku, yang
mana sebelumnya berwarna hitam dirubah menjadi putih dengan atribut tingkatan yang berubah
beberapa kali hingga terakhir seperti yang dipakai saat ini. Lambang Perisai Diri juga dibuat dari
hasil usulan Suparjono, Both Sudargo dan Bambang Priyokuncoro, yang kemudian
disempurnakan dan dilengkapi oleh Pak Dirdjo.
Tanggal 9 Mei 1983, RM Soebandiman Dirdjoatmodjo berpulang menghadap Sang Pencipta.
Tanggung jawab untuk melanjutkan teknik dan pelatihan silat Perisai Diri beralih kepada para
murid-muridnya yang kini telah menyebar ke seluruh pelosok tanah air dan beberapa negara di
Eropa, Amerika dan Australia. Dengan di bawah koordinasi Ir Nanang Soemindarto sebagai
Ketua Umum Pengurus Pusat, saat ini Kelatnas Indonesia Perisai Diri memiliki cabang hampir di
setiap provinsi di Indonesia serta memiliki komisariat di 10 negara lain. Untuk menghargai
jasanya, pada tahun 1986 pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan gelar Pendekar
Purna Utama bagi RM Soebandiman Dirdjoatmodjo.
5. Merpati Putih

silatmerpatiputih.or
Organisasi pencak silat Merpati Putih berkembang dari tradisi jawa sejak tahun 1550. Ini
merupakan organisasi pencak silat tertua di Indonesia yang sampai saat ini jumlah anggotanya
sudah tersebar hingga mancanegara. Merpati Putih dikenal dengan aliran pencak silat “Beladiri
Tangan Kossong” (Betako).

Salah satu bentuk peraihan prestasi yaitu berhasil menjadi juara umum dalam Kejuaraan pencak
silat antar Kelompok Latihan se –DIY Jawa Tengah 2016 yang dilaksanakan Akademi Teknologi
Kulit Yogyakarta pada 15-17 September lalu di Yogyakarta.

Dari beberapa aliran pencak silat diatas dapat menjadi suatu kebanggan tersendiri bagi kita
tentunya warga Indonesia agar kedepannya kita harus bisa menjaga dan melestarikan budaya dan
tradisi mengingat Indonesia merupakan Bangsa yang kaya akan tradisi.

Anda mungkin juga menyukai