Anda di halaman 1dari 10

Putri Kaca Mayang

Narator : noviana putrid

Putri Kaca Mayang : nursyariana

Panglima Gimpam : andre elri

Raja Gasib : DESTI FITRIANI

Ratu Gasib : nurul sintia

Raja Aceh : RAMA NENI PUTRA PRATAMA

Ratu Aceh I :RODIATUL HASANNAH

Ratu Aceh II : NOVALIA NATALIZA

Panglima I : MUHAMMAD SHARUL RIZAL

Panglima II : DITTA INDAH LESTARI

Penduduk : DEVI PERMATA SARI DAN NURFADILA

Penasehat : LUFTY ARIFFA

Pada zaman dahulu kala, di tepi Sungai Siak, berdirilah sebuah kerajaan
yang bernama Kerajaan Gasib. Di kerajaan ini seluruh penduduk hidup damai
dan sejahtera karena Kerajaan Gasib dipimpin oleh seorang raja yang
bijaksana yang didampingi seorang ratu yang sangat anggun dan cerdas, juga
dibantu seorang panglima yang gagah berani. Panglima Gimpam namanya.
Kerajaan Gasib juga memiliki seorang putri bernama Putri Kaca Mayang yang
kecantikan dan keluhuran budinya terkenal hingga seluruh penjuru negeri,
bahkan ke kerajaan-kerajaan tetangga. Banyak raja dari negeri sebelah yang
ingin meminang Putri Kaca Mayang, namun tak satupun yang diterimanya
karena ia belum ingin menikah dan masih ingin melanjutkan pendidikan ke
tingkat yang lebih tinggi.

ADEGAN 1
(Putri Kaca Mayang dan kedua orang tuanya berbincang-bincang di istana
kerajaan)
Raja Gasib : “Wahai anakku, tidakkah engkau ingin menerima salah satu pinangan dari
raja-raja negeri tetangga tersebut?”

Ratu Gasib :”Benar, anakku. Kurasa sekarang adalah waktu yang tepat bagimu untuk
mulai membina rumah tangga. Aku tak sabar ingin segera menimang cucu
dari putri semata wayangku.”
Putri Kaca Mayang : “Ibu, ayah, maafkan jika ananda lancang. Namun hati ananda masih
menyimpan harapan untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi lagi,
bukan untuk menikah terlebih dahulu. Ananda ingin membuat kerajaan kita
maju dengan bertambahnya ilmu yang ananda punya.”

Ratu Gasib : “Baiklah, anakku. Jika memang itu keputusanmu, ibu dan ayah akan
mendukung dengan sepenuh hati.”

PutriKacaMayang : “Terima kasih, ibu, ayah.”

ADEGAN 2
Sementara itu,di Kerajaan Aceh yang dipimpin oleh Raja Aceh yang dikenal
angkuh dan pemarah sedang terjadi cekcok karena kedua istrinya terus
berebut mencuri perhatiannya
Ratu Aceh 1 : (Nada mendayu-dayu) “Kakanda, seminggu yang lalu saat aku melancong
ke Batavia. Aku melihat sebuah toko yang menawarkan berlian dengan harga
murah, kira-kira hanya 200 juta rupiah. Bolehkah aku membelinya sebagai
tambahan perhiasanku?”

Ratu Aceh 2 : “Kakanda, sepertinya aku membutuhkan sebuah mobil baru untukku
pribadi, bukannya berbagi dengan si nenek tua itu!” (melirik sinis ke Ratu
Aceh 1)

Ratu Aceh 1 : “APAA?! NENEK TUA?! SEENAK JIDAT KAU MENGATAI AKU SEPERTI ITU!”
(menjambak Ratu Aceh 2)

Ratu Aceh 2 : (balas menjambak rambut Ratu Aceh 1)

Raja Aceh : “HENTIKAAAN!!! Kepalaku sudah cukup pusing untuk mengatasi semua
masalah di negeri ini. Janganlah kalian berdua menambah sakit kepalaku!
Sekali lagi aku melihat kalian bertengkar, aku tak segan mengusir kalian
berdua dari istana ini!” (nada marah)

Ratu Aceh 1&2 : “Mm…maafkan kami, kakanda” (ketakutan)

Raja Aceh : “Penasehat!”

Penasehat : “Ya, baginda. Ada apa gerangan paduka memanggil hamba?”

Raja Aceh : “Sebagai penasehat kerajaan yang setia dan sudah berkelana ke banyak
negeri, dimanakah ada seorang putri cantik yang dapat ku pinang?”

Penasehat : “Sebaiknya, baginda…”


(Tari singkat “Toleh-Menoleh”)

Raja Aceh : “Apa-apaan maksudnya tadi?!”


Penasehat : “Nggak ada, baginda. Tadi cuman sekilas iklan. Anyway, ada baginda,
seorang putri cantik sesuai permintaan baginda. Namanya Kaca Mayang,
putri dari Raja Gasib.”

Raja Aceh : “Baiklah kalau begitu. Kiranya kau tidak mengecewakanku, penasehat. Kalau
sampai dia menolak pinanganku, kau yang akan ku binasakan!”

Penasehat : “Ampun, baginda. Tidak mungkin pinangan Baginda ditolak. Baginda adalah
raja tersohor dan tertampan di dunia.”

Raja Aceh : “Pujianmu meyakinkanku, penasehat. Namu,n, apabila pinanganku tidak


diterima, kau akan tetap ku binasakan karena telah memberikan sugesti yang
salah! Panglima! Panglima!!!” (sambil berteriak)
(Panglima berlari menghampiri Raja Aceh)

Panglima 1 : “Ampun, Baginda. Apa gerangan baginda memanggil kami?”

Raja Aceh : “Aku menginginkan Putri Kaca Mayang dari Kerajaan Gasib untuk menjadi
istriku yang ke 3. Tolong sampaikan pinanganku ke Kerajaan Gasib”

Panglima 2 : “Apakah baginda yakin dengan keputusan tersebut?”

Raja Aceh : “Ya, Panglima. Aku yakin seratus persen dengan keputusanku. Pergilah ke
Kerajaan Gasib sekarang juga”

Panglima 2 : (mengangguk) “Baik, Baginda. Kami akan kesana sekarang juga.”

ADEGAN 3
Kedua panglima Aceh tiba di Kerajaan Gasib
Panglima 1 : “Baginda Gasib”

Ratu Gasib : (menoleh ke belakang dan terkejut) “Siapa kalian? Apa gerangan kalian
datang kemari?”

Panglima 1 : “Ampun, Baginda. Kami panglima dari Kerajaan Aceh. Hamba datang kemari
diutus oleh Raja Aceh. Kami ingin bertemu Baginda Raja Gasib”

Raja Gasib : “Kenapa dia mengutus kalian kemari?”

Panglima 2 : “Raja kami ingin meminang putri baginda, Putri Kaca Mayang”

Ratu Gasib : (Menghela nafas) “Maaf, panglima. Kami belum bisa menerima pinangan
dari raja kalian. Putriku belum siap untuk menikah. Sampaikan permohonan
maaf dari kami kepada raja kalian”

Panglima 2 :”Baiklah, baginda. Kami akan kembali ke Aceh untuk menyampaikan jawaban
baginda”

Kedua panglima Aceh kembali ke kerajaan mereka dengan perasaan kecewa.


Mereka takut Raja Aceh murka karena pinangannya ditolak.
Raja Aceh : “Selamat datang, panglimaku! Bagaimana kabar pinanganku?”

Panglima 2 : (Wajah ketakutan) “Mmmo…mohon maaf, Baginda. Pihak Kerajaan Gasib


menolak pinangan baginda.”

Raja Aceh : “APAAA?!!” (berteriak dengan sangat emosi)


Kedua istri Raja Aceh segera berlari mendekati suaminya yang tampak sangat
murka

Ratu Aceh 1 : “Aaa...da apa, Kakanda? Apa sebab dikau murka?” (keheranan)

Ratu Aceh 2 : “Ya, kakanda. Apakah nenek tua ini memancing emosimu lagi?” (melirik
Ratu Aceh 1)

Ratu Aceh 1 : “Apa katamu?! Dasar perempuan tak tahu diri!” (mendorong Ratu Aceh 2)
(Kedua Ratu Aceh berkelahi dan Raja Aceh memerintahkan salah satu
panglimanya untuk memisahkan keduanya)

Panglima 2 : “Mohon maaf, Baginda ratu. Kalian harus berhenti bertengkar.”


(Ratu Aceh 1 & 2 tetap berkelahi)

Panglima 2 : “Yah, dikacangin. Maaf, Baginda Ratu. Kalian harus berhenti. Raja sedang
pusing.”
Ratu Aceh 2 : “Awas kau nenek tua!”

Ratu Aceh 1 : “Kau yang merasa sok muda!”

Ratu Aceh 2 : “Memang aku mudaaaa! (menjulurkan lidah)

Ratu Aceh 1 : “Sialan!”


(Ratu Aceh 1 & 2 pergi)

Raja Aceh : “Tidak mungkin Raja Gasib menolak pinanganku!”

Panglima 1 : “Nnn...namun begitulah kenyatannya, Baginda”

Raja Aceh : “Penasehat! Pinanganku telah ditolak. Sesuai dengan perjanjian kita
sebelumnya, kau akan ku binasakan!”

Penasehat : “Ampun, baginda. Maafkan hamba.”

Raja Aceh : (mengeluarkan belati dan menusukkannya ke perut penasehat) “Kurang ajar
kau Gasib! Aku tak akan tinggal diam! Akan ku balas perbuatanmu! Panglima-
panglima setiaku, siapkan seluruh pasukan untuk menyerang Kerajaan Gasib.
Kita akan mulai menyerbu sesegera mungkin.”

Panglima Aceh 1 &2 : “Baik, Baginda.”

ADEGAN 4
Karena telah mengenal sifat pendendam Raja Aceh, maka Raja Gasib segera
menyiapkan pasukan perang untuk menghadapi serangan Kerajaan Aceh
Raja Gasib : “Panglima Gimpam, kemarilah!”

Panglima Gimpam : “Baik, baginda. Apa gerangan baginda memanggil hamba?”

Raja Gasib : “Aku ingin kau menyiapkan pasukan perang kerajaan kita”

Panglima Gimpam : “Baiklah baginda. Namun jika boleh hamba tau, kenapa baginda menyuruh
hamba menyiapkan pasukan perang?”

Raja Gasib : “Aku takut jika sewaktu-waktu Raja Aceh menyerang kerajaan kita karena
aku menolak pinangannya terhadap putriku. Kini kau kuperintahkan untuk
memimpin pasukan di Kuala Gasib”

Panglima Gimpam : “Baiklah, baginda. Hamba akan segera melaksanakan perintah baginda”

ADEGAN 5
Ternyata Raja Aceh beserta pasukannya telah mengetahui persiapan
Kerajaan Gasib dan mereka telah mengetahui bahwa Kuala Gasib yang
merupakan jalur utama menuju negeri itu dipimpin oleh Panglima Gimpam
yang gagah berani.
Raja Aceh : “Ha...ha...ha..! ternyata Kerajaan Gasib telah menyiapkan pasukannya untuk
melawan kita! Tak akan kubiarkan mereka menang!”

Panglima 2 : “Maaf, Baginda. Ternyata Kuala Gasib telah dijaga oleh Panglima Gimpam”

Raja Aceh : “APA?! Kurang ajar! Berani-beraninya dia memakai Gimpam di pertempuran
ini. Jadi lewat jalan mana kita bisa menuju ke kerajaan Gasib?”

Panglima 2 : “Lebih baik kita bertanya pada penduduk kerajaan Gasib, Baginda”

Raja Aceh : “Ya, Panglima. Kau benar. Ayo kita segera menyiapkan pasukan dan langsung
pergi ke Kerajaan Gasib”

(Raja Aceh dan pasukannya pergi ke Kerajaan Gasib. Di tengah perjalanan


mereka bertemu dengan salah satu penduduk Kerajaan Gasib)

Panglima 1 : “Sepertinya itu penduduk Kerajaan Gasib, Baginda” (menunjuk ke arah


penduduk)

Raja Aceh : “Ya,benar. Mari kita segera ke sana!”

Panglima 1 : “Hai, anak muda. Apakah benar kau penduduk negeri Gasib?”

Penduduk : “Bbb...benar, tuan. Siapakah gerangan tuan-tuan ini? Dan hendak ke mana?”

Panglima 1 : “Kami dari Kerajaan Aceh hendak menuju ke negeri kalian. Tolong tunjukkan
kami jalan darat menuju Kerajaan Gasib!”

Penduduk : “Hamba ttt....ttiddak ttahuu tu...tuan” (tergagap-gagap)


Raja Aceh : “Benarkah itu? Bagaimana dengan ini?” (mengibaskan segepok uang di
hadapan penduduk)

Penduduk : “Bbb...baiklah tuan. Ke arah sana” ( menunjukkan arah)

Akhirnya Raja Aceh beserta pasukannya sampai di Kerajaan Gasib tanpa


melewati penjagaan Panglima Gimpam. Ia langsung menghancurkan seisi
negeri tersebut.

ADEGAN 6
Raja Aceh : “Hahahaha! Akhirnya kita sampai di sini,tanpa melewati penjagaan Panglima
Gimpam, hahaha! Semua pasukanku, ayo serang!!!”

Penduduk Gasib yang melihat Pasukan Aceh menghancurkan negerinya


segera melapor kepada Raja Gasib

Penduduk : “Baginda, pasukan Kerajaan Aceh telah memporak-porandakan negeri kita,


dan kini mereka menyerang halaman istana!”

Raja Gasib : “Benarkah itu?”


(Putri Kaca Mayang disekap oleh Panglima Aceh)

Putri Kaca Mayang : “AYAAAAH!!! Tolong aku!!”

Panglima 2 : “Diam kau!!”


Ratu Gasib : “Putriku!!!” (Panglima Aceh menancapkan sebilah pisau di tubuh Ratu Gasib)
“Aaarrgghh!!!”

Raja Gasib : “Putrikuu!!! Kurang ajar kau, Raja Aceh!!” (histeris)

Penduduk : “Apa yang harus hamba lakukan, Baginda?”

Raja Gasib : “Tolong berikan perintah dariku kepada Panglima Gimpam untuk membalas
dendamku.”

Penduduk : “Baik, Baginda.”

Penduduk tersebut pun datang ke Kuala Gasib untuk memberitahu Panglima


Gimpam tentang segalanya dan menyampaikan perintah Raja Gasib
kepadanya.

Panglima gimpam: “Apa gerangan engkau menemuiku wahai penduduk?”

Penduduk : “Aku hendak menyampaikan perintah raja, Panglima Gimpam. Mereka


menculik Putri Kaca Mayang dan membunuh Baginda Ratu.”

Panglima Gimpam : “Apa?! Kurang ajar sekali Raja Aceh itu! Akan ku balas kekalahan ini! Aku
harus bisa membawa Putri Kaca Mayang kembali kesini!” (marah)

Penduduk : “Benar,Panglima. Raja pun member perintah demikian. Sebaiknya panglima


secepatnya menuju ke sana agar kondisinya tidak semakin parah!”
Panglima Gimpam : “Baiklah, aku akan segera kesana! Terima kasih. Tolong jaga kerajaan ini
selama aku pergi!”

Saat tiba di gerbang Kerajaan Aceh, Panglima Gimpam disambut oleh


panglima-panglima Aceh. Mereka menghadang Panglima Gimpam dan
menantang Panglima Gimpam berkelahi. Jika Panglima Gimpam menang,
maka ia boleh menjemput Putri Kaca Mayang. Namun jika ia kalah, maka ia
harus kembali ke Kerajaan Gasib dengan tangan kosong dan Putri Kaca
Mayang harus tinggal di Kerajaan Aceh untuk selamanya.

ADEGAN 7
Panglima Gimpam : “Akhirnya sampai juga aku disini’ (bergumam)

Panglima Aceh 1 : ( Tiba-tiba muncul dari belakang Panglima Gimpam) “Ha..ha.. ternyata kau
telah sampai, Gimpam”

Panglima Gimpam : “Ya,aku kesini untuk membalaskan dendamku atas meninggalnya Yang Mulia
Ratu Gasib. Aku ingin membawa pulang Putri Kaca Mayang kembali ke
kerajaan Gasib”

Ratu Aceh 2 : “Astaga!!”

Raja Aceh : “Ada apa, adinda?”

Ratu Aceh 2 : “Kakanda, panglima itu sangat tampan!!!” (sambil menunjuk malu Panglima
Gimpam) “Apakah itu Panglima Gimpam yang berani dan perkasa itu,
kakanda?”

Ratu Aceh 1 : “Duuuhh, bener kakanda. Tampan sekali pemuda itu! Perbolehkan aku
menikahinya, kakanda.”

Ratu Aceh 2 : “Tidak bisa! Dia hanya bisa menikahiku. Panglima setampan itu tidak
mungkin menikahi nenek tua bangka sepertimu! Ya, kan, Panglima Gimpam?”
(Ratu Aceh 1 & 2 berkelahi)
Raja Aceh : “Kalian berkelahi hanya untuk memperebutkan bocah ingusan seperti ini,
adinda-adindaku? Dan kalian juga telah menyakiti hatiku bagian sini
(menunjuk dada) karena telah mengatakan panglima jelek itu tampan. IKA
sekali kalian ini! Istri Kurang Ajar!”

Ratu Aceh 2 : “Apa kau bilang? Istri Kurang Ajar?!”

Ratu Aceh 1 : “Kurang ajar sekali kau ya, kakanda!! Pokoknya mulai detik ini, kita cerai!!”

Ratu Aceh 2 : “Aku juga! Aku tidak sudi dengan raja yang mengatai istrinya kurang ajar!
Kau yang bajingan!”

Ratu Aceh 1 : “Sekarang, kami gak ada hubungan apa-apa lagi denganmu!”

Ratu Aceh 1 & 2 : “Bye!!!” (meninggalkan Raja Aceh)


Raja Aceh : “Adinda-adindaku! Jangan tinggalkan aku! Panglima Gimpam, urusan kita
belum selesai. Oke, akan aku lanjutkan. Hahaha, baiklah. Kau bisa membawa
pulang Putri Kaca Mayang, asalkan kau berani bertarung dengan panglimaku
yang perkasa. Taruhannya Putri Kaca Mayang. Jika kau menang, kau bisa
membawanya kembali. Namun jika kau kalah,dia harus tinggal di sini
selamanya dan menjadi pengganti istri-istriku yang pukimak itu.”

Panglima Aceh 1 : “Tapi aku yakin kau takkan menang karena aku tak akan menyerahkan Putri
Kaca Mayang padamu. Hahaha” (nada meremehkan)

Panglima Gimpam : “Baiklah, aku sanggupi tantanganmu, Raja Aceh. Apapun akan kulakukan
demi Putri Kaca Mayang”

Ratu Aceh 1 : “Stoooppp! Pada mau kelahi, kan, mas bro mas bro sekalian? Ikutan, dong.
Saya pandai silat, nih.” (menunjukkan kelihaiannya berkelahi) “Boleh ya,
boleh?”

Panglima Aceh 1, Gimpam, dan Raja Aceh : “Kagak! Urusan laki tauk!”

Ratu Aceh 1 : “Iya, deh. Eh, kita kan udah cerai. Sori ya, gak nerima perintah apa pun. Bye!”

Raja Aceh : “Silahkan dilanjutkan!”


(Panglima Gimpam dan Panglima Aceh 1 berkelahi)

Panglima Gimpam : “Bagaimana? Sudah jelas bukan, siapa yang memenangkan pertarungan ini?”

Raja Aceh : “Hmm... Ku akui kesaktianmu, Gimpam. Panglima, bawa putri Kaca Mayang
kemari”
(Panglima Aceh 2 membawa Putri Kaca Mayang ke hadapan Raja Aceh)

Putri Kaca Mayang : “Panglima, apakah kau datang untuk menjemputku?”

Panglima Gimpam : (berlutut memberi hormat) “Ya, Putri. Aku datang untuk menjemputmu”

Raja Aceh : “Hahaha! kembalilah kalian ke Kerajaan Gasib. Aku terpaksa merelakan kau,
Kaca Mayang. Jika sewaktu-waktu kau berubah pikiran, kembalilah kemari.
Hahaha” (tertawa licik)

Panglima Gimpam : “TIDAK AKAN! Aku tidak akan membiarkan Putri Kaca Mayang kembali kesini!
Putri, ayo kita pulang”

(Putri Kaca Mayang dan Panglima Gimpam meninggalkan Kerajaan Aceh)


Di tengah perjalanan, ternyata penyakit Putri Kaca Mayang kambuh.
Nafasnya terasa sangat sesak. Saat itu juga angin sedang bertiup dengan
kencangnya. Putri Kaca Mayang pun meminta Panglima Gimpam untuk
beristirahat sejenak.
ADEGAN 8
Putri Kaca Mayang : “Panglima, a...ngin...i..ini sa..ngat ken..cang. Aku ttak bbissa
ber..na..fas..la..gi..bbb..isaa..kkah..kita..bber..hen..ti sse…jjenaak?”

Panglima Gimpam : (cemas) “Bbb...baiklah putri, kita istirahat sebentar”

Putri Kaca Mayang : “Tee..tee..ri..ma..kasih..pang..li..ma.. A..ku rasa u.murku t..tak lama la..gi..
sam..pai..kan..per..mohonan maa..maafku ke..pa..da a..yaah”

Panglima Gimpam : “Putri, bertahanlah! Tak lama lagi kita akan tiba di Kerajaan Gasib”

Putri Kaca Mayang : “Mmm..maaf..kan..a..ku..pangli..ma... tt..te..ri..maka..sih..kau


mau…mene..maa..ni..ak..aku..sampai..ak..hir
ha..yat..ku..pp..perlu..k..kkk..aauu..ttaahhuu..pp..anng..limmaa..kk..aa…luau..
aa..kuu…mencin..cin..ta..iimu..” (Menghembuskan nafas terakhir)
Panglima Gimpam : “PUTRI!!!!!” (Histeris)

Panglima Gimpam : (berbisik lirih) “Seandainya kau tau, setulusnya aku...juga menyayangimu,
Putri”

Akhirnya, Panglima Gimpam membawa jasad Putri Kaca Mayang yang telah
meninggal. Sesampainya di kerajaan Gasib, jasad Putri Kaca Mayang
disambut dengan kepiluan dari seisi penghuni istana

ADEGAN 9
Panglima Gimpam : “Baginda, hamba datang membawa jenazah Putri Kaca Mayang. Ia meninggal
ditengah perjalanan kembali kesini. Sesak nafasnya kambuh, baginda akibat
angin yang berhembus kencang”

Raja Gasib : “Benarkah?! Tak mungkin! Tak mungkin putriku telah meninggal dunia!”

Panglima Gimpam : “Maafkan hamba, Baginda. Hamba sudah mencoba mempertahankannya,


Baginda.”

Raja Gasib : “Putriku (menangis) Padahal...padahal..aku baru berniat menjodohkanmu


dengannya, Gimpam”

Panglima Gimpam : “Hamba menghargainya Baginda. Tapi ini takdir, Baginda”

Raja Gasib : “Baiklah, kita harus segera memakamkannya. Sekarang juga”

Setelah Putri Kaca Mayang dimakamkan, Raja Gasib dilanda depresi berat
karena kehilangan putri semata wayangnya. Ia pun memutuskan untuk
menyepi ke Gunung Ledang

Raja Gasib : “Panglima Gimpam. Kemarilah sebentar!”

Panglima Gimpam : “Baik, Baginda”

Raja Gasib : “Ku serahkan mahkota Kerajaan Gasib padamu. Kau berhak menggantikanku
sebagai pemimpin kerajaan ini”
Panglima Gimpam : “Tidak, baginda. Hamba tidak pantas menggantikan baginda yang begitu
bijaksana. Hamba nih apa lah ya kan?”

Akhirnya, karena kesetiaan Panglima Gimpam kepada sang raja, ia pun ikut
meninggalkan kerajaan itu dan membuka perkampungan baru yang diberi
nama Pekanbaru.

THE END

Anda mungkin juga menyukai