Anda di halaman 1dari 9

Putri Kaca Mayang

Pada zaman dahulu kala, di tepi Sungai Siak, berdirilah sebuah kerajaan yang
bernama Kerajaan Gasib. Di kerajaan ini seluruh penduduk hidup damai dan sejahtera
karena Kerajaan Gasib dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana yang didampingi
seorang ratu yang sangat anggun dan cerdas, juga dibantu seorang panglima yang gagah
berani. Panglima Gimpam namanya. Kerajaan Gasib juga memiliki seorang putri
bernama Putri Kaca Mayang yang kecantikan dan keluhuran budinya terkenal hingga
seluruh penjuru negeri, bahkan ke kerajaan-kerajaan tetangga. Banyak raja dari negeri
sebelah yang ingin meminang Putri Kaca Mayang, namun tak satupun yang diterimanya
karena ia belum ingin menikah dan masih ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat
yang lebih tinggi.

ADEGAN 1
(Putri Kaca Mayang dan kedua orang tuanya berbincang-bincang di istana kerajaan)
Raja Gasib : “Wahai anakku, tidakkah engkau ingin menerima salah satu
pinangan dari raja-raja negeri tetangga tersebut?”
Ratu Gasib : ”Benar, anakku. Kurasa sekarang adalah waktu yang tepat
bagimu untuk mulai membina rumah tangga. Aku tak sabar ingin segera menimang
cucu dari putri semata wayangku.”
Putri Kaca Mayang : “Ibu, ayah, maafkan jika ananda lancang. Namun hati ananda
masih menyimpan harapan untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi lagi, bukan
untuk menikah terlebih dahulu. Ananda ingin membuat kerajaan kita maju dengan
bertambahnya ilmu yang ananda punya.”
Ratu Gasib : “Baiklah, anakku. Jika memang itu keputusanmu, ibu dan ayah
akan mendukung dengan sepenuh hati.”
Putri Kaca Mayang : “Terima kasih, ibu, ayah!.”

Sementara itu,di Kerajaan Aceh yang dipimpin oleh Raja Aceh yang dikenal
angkuh dan pemarah sedang terjadi cekcok karena kedua istrinya terus berebut
mencuri perhatiannya.
ADEGAN 2
Ratu Aceh 1 : (Nada mendayu-dayu) “Kakanda, seminggu yang lalu saat aku
melancong ke Batavia. Aku melihat sebuah toko yang menawarkan berlian dengan
harga murah, kira-kira hanya 200 juta rupiah. Bolehkah aku membelinya sebagai
tambahan perhiasanku?”
Ratu Aceh 2 : “Kakanda, sepertinya aku membutuhkan sebuah kendaraan baru
untukku pribadi, bukannya berbagi dengan si nenek tua itu!” (melirik sinis ke Ratu
Aceh 1)
Ratu Aceh 1 : “APAA, NENEK TUA!!! SEENAKNYA MULUT KAU MENGATAI AKU
SEPERTI ITU!” (menjambak Ratu Aceh 2)

1
Ratu Aceh 2 : (balas menjambak rambut Ratu Aceh 1)
Raja Aceh : “HENTIKAAAN!!! Kepalaku sudah cukup pusing untuk mengatasi
semua masalah di negeri ini. Janganlah kalian berdua menambah sakit kepalaku! Sekali
lagi aku melihat kalian bertengkar, aku tak segan mengusir kalian berdua dari istana
ini!” (nada marah)
Ratu Aceh 1&2 : “Hmm… maafkan kami, kakanda” (ketakutan)

Setelah dibuat pusing oleh kedua istrinya yang sama – sama mempunyai rasa
cemburu dan iri, Raja Aceh pun berpikir untuk mencari istri baru yang akan membuat
hidupnya menjadi aman dan damai. Dan akhirnya, ia memanggil dayang untuk
memberitahukan kepada Raja Aceh bahwa siapa wanita yang akan menjadi istrinya.
ADEGAN 3
Raja Aceh : “Dayang!”
Dayang : “Ya, baginda raja. Ada apa gerangan paduka memanggil hamba?”
Raja Aceh : “Sebagai dayang kerajaan yang setia dan sudah berkelana ke banyak
negeri, apakah ada seorang putri cantik yang dapat ku pinang?”
Dayang : “Sebaiknya, baginda raja…”
(Tari singkat “Toleh-Menoleh”)
Raja Aceh : “Apa-apaan maksudnya tadi?!”
Dayang : “Nggak ada, baginda raja. Tadi cuman sekilas iklan. Anyway, ada baginda
raja, seorang putri cantik sesuai permintaan baginda raja. Namanya Kaca Mayang, putri
dari Raja Gasib.”
Raja Aceh : “Baiklah kalau begitu. Kiranya kau tidak mengecewakanku, dayang.
Kalau sampai dia menolak pinanganku, kau yang akan ku binasakan!”
Dayang : “Ampun, baginda raja. Tidak mungkin pinangan Baginda Raja ditolak.
Anda adalah baginda raja tersohor dan tertampan sejagad raya.”
Raja Aceh : “Pujianmu meyakinkanku, dayang. Namun, apabila pinanganku tidak
diterima, kau akan tetap ku binasakan karena telah memberikan sugesti yang salah!
Panglima! Panglima!!!” (sambil berteriak)
(Panglima berlari menghampiri Raja Aceh)
Panglima 1 : “Ampun, Baginda Raja. Apa gerangan baginda raja memanggil kami?”
Raja Aceh : “Aku menginginkan Putri Kaca Mayang dari Kerajaan Gasib untuk
menjadi istriku yang ke - 3. Tolong sampaikan pinanganku ke Kerajaan Gasib”
Panglima 2 : “Apakah baginda raja yakin dengan keputusan tersebut?”
Raja Aceh : “Ya, Panglima. Aku yakin seratus persen dengan keputusanku. Pergilah
ke Kerajaan Gasib sekarang juga”
Panglima 2 : (mengangguk) “Baik, Baginda Raja. Kami akan kesana sekarang juga.”

Kedua panglima Aceh tiba di Kerajaan Gasib


ADEGAN 4
Panglima 1 : “ Baginda Raja Gasib!”
Ratu Gasib : (menoleh ke belakang dan terkejut) “Siapa kalian? Apa gerangan kalian
datang kemari?”

2
Panglima 1 : “Ampun, Baginda Ratu Gasib. Kami panglima dari Kerajaan Aceh. Hamba
datang kemari diutus oleh Baginda Raja Aceh. Kami ingin bertemu Baginda Raja Gasib”
Raja Gasib : “Kenapa dia mengutus kalian kemari?”
Panglima 2 : “Baginda Raja, kami ingin meminang putri anda Baginda Ratu, Putri
Kaca Mayang”
Ratu Gasib : (Menghela nafas) “Maaf, panglima. Kami belum bisa menerima pinangan
dari raja kalian. Putriku belum siap untuk menikah. Sampaikan permohonan maaf dari
kami kepada raja kalian”
Panglima 2 :”Baiklah, Baginda Ratu. Kami akan kembali ke Aceh untuk
menyampaikan jawaban baginda ratu”

Kedua panglima Aceh kembali ke kerajaan mereka dengan perasaan kecewa.


Mereka takut Raja Aceh murka karena pinangannya ditolak.
ADEGAN 5
Raja Aceh : “Selamat datang, panglimaku! Bagaimana kabar pinanganku?”
Panglima 2 : (Wajah ketakutan) “Mmmo… mohon maaf, Baginda Rrra… raja. Pihak
Kerajaan Gasib menolak pinangan baginda raja.”
Raja Aceh : “APAAA!!!” (berteriak dengan sangat emosi)
Kedua istri Raja Aceh segera berlari mendekati suaminya yang tampak sangat murka
Ratu Aceh 1 : “Aaa... da apa, Kakanda? Apa sebab dikau murka?” (keheranan)
Ratu Aceh 2 : “Ya, kakanda. Apakah nenek tua ini memancing emosimu lagi?” (melirik
Ratu Aceh 1)
Ratu Aceh 1 : “Apa katamu!!! Dasar perempuan tak tahu diri!” (mendorong Ratu Aceh
2)
(Kedua Ratu Aceh berkelahi dan Raja Aceh memerintahkan salah satu panglimanya
untuk memisahkan keduanya)
Panglima 2 : “Mohon maaf, Baginda Ratu. Kalian harus berhenti bertengkar.”
(Ratu Aceh 1 & 2 tetap berkelahi)
Panglima 2 : “Yah, dikacangin!. Maaf, Baginda Ratu. Kalian harus berhenti.
Baginda Raja sedang pusing.”
Ratu Aceh 2 : “Awas kau nenek tua!”
Ratu Aceh 1 : “Kau yang merasa sok muda!”
Ratu Aceh 2 : “Memang aku mudaaaa! (menjulurkan lidah)
Ratu Aceh 1 : “Sialan!”
(Ratu Aceh 1 & 2 pergi)
Raja Aceh : “Tidak mungkin Raja Gasib menolak pinanganku!”
Panglima 1 : “Nnn... namun begitulah kenyatannya, Baginda Raja”
Raja Aceh : “Dayang! Pinanganku telah ditolak. Sesuai dengan perjanjian kita
sebelumnya, kau akan ku binasakan!”
Dayang : “Ampun, baginda raja. Maafkan hamba!.”
Raja Aceh : (mengeluarkan belati dan menusukkannya ke perut dayang)
Dayang : “TIDAAAAAAAAKKKK!!!” (berteriak)

3
Raja Aceh : “Kurang ajar kau Raja Gasib! Aku tak akan tinggal diam! Akan ku
balas perbuatanmu! Panglima-panglima setiaku, siapkan seluruh tenaga untuk
menyerang Kerajaan Gasib. Kita akan mulai menyerbu sesegera mungkin.”
Panglima Aceh 1 &2 : “Baik, Baginda.”

Karena telah mengenal sifat pendendam Raja Aceh, maka Raja Gasib segera
menyiapkan panglima gimpam untuk menghadapi serangan Kerajaan Aceh
ADEGAN 6
Raja Gasib : “Panglima Gimpam, kemarilah!”
Panglima Gimpam : “Baik, baginda raja. Apa gerangan baginda raja memanggil
hamba?”
Raja Gasib : “Aku ingin kau menyiapkan seluruh tenagamu sekuat mungkin!”
Panglima Gimpam : “Baiklah baginda raja. Namun jika boleh hamba tau, kenapa
baginda raja menyuruh hamba menyiapkan tenaga yang sangat kuat?”
Raja Gasib : “Aku takut jika sewaktu-waktu Raja Aceh menyerang kerajaan
kita karena aku menolak pinangannya terhadap putriku. Kini kau kuperintahkan untuk
melawannya dan menjaga daerah – daerah yang ada di Kuala Gasib”
Panglima Gimpam : “Baiklah, baginda. Hamba akan segera melaksanakan perintah
baginda”

Ternyata Raja Aceh beserta pasukannya telah mengetahui persiapan Kerajaan


Gasib dan mereka telah mengetahui bahwa Kuala Gasib yang merupakan jalur utama
menuju negeri itu dipimpin oleh Panglima Gimpam yang gagah berani.
ADEGAN 7
Raja Aceh : “Ha... ha... ha..! ternyata Kerajaan Gasib telah menyiapkan pasukannya
untuk melawan kita! Tak akan kubiarkan mereka menang!”
Panglima 2 : “Maaf, Baginda Raja. Ternyata Kuala Gasib telah dijaga oleh Panglima
Gimpam”
Raja Aceh : “APA!!! Kurang ajar! Berani-beraninya dia memakai Gimpam di
pertempuran ini. Jadi lewat jalan mana kita bisa menuju ke kerajaan Gasib?”
Panglima 2 : “Lebih baik kita bertanya pada penduduk Kerajaan Gasib saja, Baginda”
Raja Aceh : “Ya, Panglima. Kau benar. Ayo kita segera menyiapkan tenaga dan
langsung pergi ke Kerajaan Gasib”

Raja Aceh dan panglimanya pergi ke Kerajaan Gasib. Di tengah perjalanan


mereka bertemu dengan salah satu penduduk Kerajaan Gasib.
ADEGAN 8
Panglima 1 : “Sepertinya itu penduduk Kerajaan Gasib, Baginda Raja” (menunjuk ke
arah penduduk)
Raja Aceh : “Ya,benar. Mari kita segera ke sana!”
Panglima 1 : “Hai, anak muda. Apakah benar kau penduduk negeri Gasib?”
Penduduk : “Bbb... benar, tuan. Siapakah gerangan tuan-tuan ini? Dan hendak
ke mana?”

4
Panglima 1 : “Kami dari Kerajaan Aceh hendak menuju ke negeri kalian.
Tolong tunjukkan kami jalan darat menuju Kerajaan Gasib!”
Penduduk : “Hamba ttt... ttiddak ttahuu tu... tuan” (tergagap-gagap)
Raja Aceh : “Benarkah itu? Bagaimana dengan ini?” (mengibaskan segepok
uang di hadapan penduduk)
Penduduk : “Hmm… Baiklah tuan. Ke arah sana” (menunjukkan arah)

Akhirnya Raja Aceh beserta panglimanya sampai di Kerajaan Gasib tanpa


melewati penjagaan Panglima Gimpam. Ia langsung menghancurkan seisi negeri
tersebut.
ADEGAN 9
Raja Aceh : “Hahahaha! Akhirnya kita sampai di sini, tanpa melewati
penjagaan Panglima Gimpam, hahaha! Panglimaku, ayo serang!!!”
Panglima 1 & 2 : “Baiklah, Baginda Raja!!! Hahahahaha…”

Penduduk Gasib yang melihat Raja Aceh dan Panglimanya menghancurkan


negerinya segera melapor kepada Raja Gasib
ADEGAN 10
Penduduk : “Baginda Raja, pasukan Kerajaan Aceh telah memporak-
porandakan negeri kita, dan kini mereka menyerang halaman istana!”
Raja Gasib : “Benarkah itu?”
(Putri Kaca Mayang disekap dari belakang oleh Panglima Aceh)
Putri Kaca Mayang : “AYAAAAH!!! Tolong aku!!”
Panglima 2 : “Diam kau!!”
Ratu Gasib : “Putriku!!!” (Panglima 1 menancapkan sebilah pisau di tubuh
Ratu Gasib) “Aaarrgghh!!!”
Raja Gasib : “Putrikuu!!! Istrikuu!!! Kurang ajar kau, Raja Aceh!!” (histeris)
Penduduk : “Apa yang harus hamba lakukan, Baginda Raja?”
Raja Gasib : “Tolong berikan perintah dariku kepada Panglima Gimpam untuk
membalas dendamku.”
Penduduk : “Baik, Baginda Raja.”

Penduduk tersebut pun datang ke Kuala Gasib untuk memberitahu Panglima


Gimpam tentang segalanya dan menyampaikan perintah Raja Gasib kepadanya.
ADEGAN 11
Panglima Gimpam : “Ada apa gerangan engkau menemuiku, wahai penduduk?”
Penduduk : “Aku hendak menyampaikan perintah dari Baginda Raja,
Panglima Gimpam. Mereka menculik Putri Kaca Mayang dan membunuh Baginda Ratu.”
Panglima Gimpam : “Apa!!! Kurang ajar sekali Raja Aceh itu! Akan ku balas kekalahan
ini! Aku harus bisa membawa Putri Kaca Mayang kembali kesini!” (marah)
Penduduk : “ Ya, Benar Panglima!. Raja pun memberi perintah demikian.
Sebaiknya panglima secepatnya menuju ke sana agar kondisinya tidak semakin parah!”

5
Panglima Gimpam : “Baiklah, aku akan segera kesana! Terima kasih atas
pemberitahuannya, dan tolong jaga kerajaan ini selama aku pergi!”

Saat tiba di gerbang Kerajaan Aceh, Panglima Gimpam disambut oleh panglima-
panglima Aceh. Mereka menghadang Panglima Gimpam dan menantang Panglima
Gimpam berkelahi. Jika Panglima Gimpam menang, maka ia boleh menjemput Putri
Kaca Mayang. Namun jika ia kalah, maka ia harus kembali ke Kerajaan Gasib dengan
tangan kosong dan Putri Kaca Mayang harus tinggal di Kerajaan Aceh untuk selamanya.
ADEGAN 12
Panglima Gimpam : “Hmm… Akhirnya sampai juga aku disini” (bergumam)
Panglima Aceh 1 : (Tiba-tiba muncul dari belakang Panglima Gimpam) “Ha… ha…
ha! ternyata kau telah sampai, Gimpam”
Panglima Gimpam : “Ya, aku kesini untuk membalaskan dendamku atas
meninggalnya Yang Mulia Ratu Gasib. Aku ingin membawa pulang Putri Kaca Mayang
kembali ke Kerajaan Gasib”
Ratu Aceh 2 : “Astaga!!!”
Raja Aceh : “Ada apa, adinda?”
Ratu Aceh 2 : “Kakanda, panglima itu sangat tampan!!!” (sambil menunjuk
Panglima Gimpam) “Apakah itu Panglima Gimpam yang berani dan perkasa itu,
kakanda?”
Ratu Aceh 1 : “Duuuhh, bener kakanda, tampan sekali pemuda itu! Perbolehkan
aku menikahinya, kakanda?”
Ratu Aceh 2 : “Tidak bisa!!! Dia hanya bisa menikahiku. Panglima setampan itu
tidak mungkin menikahi nenek tua bangka sepertimu! Ya, kan! Panglima Gimpam?”
(Ratu Aceh 1 & 2 berkelahi)
Raja Aceh : “Kalian berkelahi hanya untuk memperebutkan bocah ingusan
seperti ini, adinda - adindaku? Dan kalian juga telah menyakiti hatiku bagian sini
(menunjuk dada) karena telah mengatakan panglima jelek itu tampan. IKA sekali kalian
ini! Istri Kurang Ajar!!!”
Ratu Aceh 2 : “Apa kau bilang? Istri Kurang Ajar!!!”
Ratu Aceh 1 : “Kurang ajar sekali kau ya, kakanda!!! Pokoknya mulai detik ini,
kita cerai!!!”
Ratu Aceh 2 : “Aku juga, Aku tidak sudi dengan raja yang mengatai istrinya
kurang ajar. Kau yang bajingan!!!”
Ratu Aceh 1 : “Sekarang, kami gak ada hubungan apa - apa lagi denganmu!”
Ratu Aceh 1 & 2 : “ OK, BYE!!!” (meninggalkan Raja Aceh)
Raja Aceh : “Adinda – adindaku, Jangan tinggalkan aku!!! Panglima Gimpam,
urusan kita belum selesai. Oke, akan aku lanjutkan. Hahaha, baiklah. Kau bisa membawa
pulang Putri Kaca Mayang, asalkan kau berani bertarung dengan panglimaku yang
perkasa. Taruhannya Putri Kaca Mayang. Jika kau menang, kau bisa membawanya
kembali. Namun jika kau kalah,dia harus tinggal di sini selamanya dan menjadi
pengganti istri-istriku yang cerewet itu.”

6
Panglima Aceh 1 : “Tapi aku yakin kau takkan menang karena aku tak akan
menyerahkan Putri Kaca Mayang padamu. Hahaha” (nada meremehkan)
Panglima Gimpam : “Baiklah! aku sanggupi tantanganmu, Raja Aceh. Apapun akan
kulakukan demi Putri Kaca Mayang”
(Panglima Gimpam dan Panglima Aceh 1 berkelahi)
Panglima Gimpam : “Bagaimana? Sudah jelas bukan, siapa yang memenangkan
pertarungan ini?”
Raja Aceh : “Hmm... Ku akui kesaktianmu, Gimpam. Panglimaku, bawa putri
Kaca Mayang kemari!”
(Panglima Aceh 2 membawa Putri Kaca Mayang ke hadapan Raja Aceh)
Putri Kaca Mayang : “Panglima, apakah kau datang untuk menjemputku?”
Panglima Gimpam : (berlutut memberi hormat) “Ya, Putri. Aku datang untuk
menjemputmu”
Raja Aceh : “Hahaha! kembalilah kalian ke Kerajaan Gasib. Aku terpaksa
merelakan kau, Kaca Mayang. Jika sewaktu-waktu kau berubah pikiran, kembalilah
kemari. Hahaha!” (tertawa licik)
Panglima Gimpam : “TIDAK AKAN!!! Aku tidak akan membiarkan Putri Kaca Mayang
kembali kesini! Putri, ayo kita pulang.”
(Putri Kaca Mayang dan Panglima Gimpam meninggalkan Kerajaan Aceh)

Di tengah perjalanan, ternyata penyakit Putri Kaca Mayang kambuh. Nafasnya


terasa sangat sesak. Saat itu juga angin sedang bertiup dengan kencangnya. Putri Kaca
Mayang pun meminta Panglima Gimpam untuk beristirahat sejenak.
ADEGAN 13
Putri Kaca Mayang : “Panglima, A... ngin... i… ini sa... ngat ken… cang. Aku ttak bbissa
ber… na… fas… la… gi. Bbb… bisaa… kkah… kita… bber… hen… ti sse… jjenaak?”
Panglima Gimpam : (cemas) “Bbb... baiklah putri, kita istirahat sebentar.”
Putri Kaca Mayang : “Tee… tee… ri… ma… kasih… pang… li… ma. A… ku rasa u…
murku t… tak lama la… gi. Sam… pai… kan… per… mohonan maa… maafku ke… pa… da
a… yaah”
Panglima Gimpam : “Putri, bertahanlah! Tak lama lagi kita akan tiba di Kerajaan
Gasib”
Putri Kaca Mayang : “Mmm… maaf… kan… a… ku… pangli… ma. Tt… te… ri… maka…
sih… kau mau… mene… maa… ni… ak… aku… sampai… ak… hir ha… yat… ku. Pp…
perlu… k… kkk… aauu… ttaahhuu… pp… anng… limmaa, kk… aa… lau… aa… kuu…
mencin… cin… ta… iimu!” (Menghembuskan nafas terakhir)
Panglima Gimpam : “PUTRI!!!!!” (Histeris)
Panglima Gimpam : (berbisik lirih) “Seandainya kau tau, setulusnya aku... juga
menyayangimu, Putri”

7
Akhirnya, Panglima Gimpam membawa jasad Putri Kaca Mayang yang telah
meninggal. Sesampainya di kerajaan Gasib, jasad Putri Kaca Mayang disambut dengan
kepiluan dari seisi penghuni istana
ADEGAN 14
Panglima Gimpam : “Baginda Raja, hamba datang membawa jenazah Putri Kaca
Mayang. Ia meninggal ditengah perjalanan kembali kesini. Sesak nafasnya kambuh,
baginda raja akibat angin yang berhembus kencang.”
Raja Gasib : “Benarkah? Tak mungkin, tak mungkin putriku telah meninggal
dunia!!!”
Panglima Gimpam : “Maafkan hamba, Baginda Raja. Hamba sudah mencoba
mempertahankannya, Baginda Raja.”
Raja Gasib : “Putriku!!! (menangis) Padahal... padahal… aku baru berniat
menjodohkanmu dengannya, Gimpam”
Panglima Gimpam : “Hamba menghargainya Baginda Raja. Tapi ini takdir, Baginda
Raja”
Raja Gasib : “Baiklah, kita harus segera memakamkannya. Sekarang juga!”

Setelah Putri Kaca Mayang dimakamkan, Raja Gasib dilanda depresi berat karena
kehilangan putri semata wayangnya. Ia pun memutuskan untuk menyepi ke Gunung
Ledang.
ADEGAN 15
Raja Gasib : “Panglima Gimpam, Kemarilah sebentar!.”
Panglima Gimpam : “Baik, Baginda Raja.”
Raja Gasib : “Ku serahkan mahkota Kerajaan Gasib padamu. Kau berhak
menggantikanku sebagai pemimpin kerajaan ini!”
Panglima Gimpam : “Tidak, baginda raja. Hamba tidak pantas menggantikan baginda
yang begitu bijaksana.”
Raja Gasib : “Aku rasa dirimulah yang pantas ku percaya menggantikanku
sebagai Raja Gasib, Gimpam. Karena kau telah membantuku menyelamatkan nyawa
putriku sampai akhir hayatnya. Kumohon, terimalah mahkota yang agung ini dan
jagalah kerajaan Gasib dengan damai.”
Panglima Gimpam : “Terima Kasih, Baginda! Hamba akan menjaga kerajaan ini
dengan baik!”

Akhirnya, Panglima Gimpam telah menggantikan Raja Gasib. Karena takut akan
kejadian yang dilakukan sebelumnya, ia pun menggantikan kerajaan itu dan membuka
perkampungan baru yang diberi nama Pekanbaru.

THE END

8
9

Anda mungkin juga menyukai