Anda di halaman 1dari 2

Pada zaman dahulu, di sebuah kerajaan di Sampang bernama kerajaan Pacangan, hiduplah seorang

raja bernama raja Bidarba. Raja bidarba memiliki 7 orang putri yang cantik-cantik layaknya putri
kerajaan lainnya. Sayangnya, putri ketujuh raja, yang bernama Ragapadmi memiliki penyakit kulit. Ia
sakit cacar parah dan lukanya mengeluarkan bau tidak enak. Karena itu nama kerajaan menjadi
buruk

Raja Bidharba mempunyai seorang perdana menteri yang memiliki sifat licik. Namanya adalah
Bangsapatih. Bangsapatih selalu ingin menyingkirkan orang-orang yang dekat dan dipercayai Raja.
Salah satu musuhnya adalah Bangsacara. Bangsacara adalah kaki tangan terdekat raja. Raja selalu
memberikan tugas-tugas penting padanya. Bangsapatih menjadi cemburu, karena ia tidak ingin ada
satu orangpun yang lebih dekat dengan raja selain dirinya.

Dengan akal bulusnya, ia kemudian menemukan trik untuk menyingkirkan Bangsacara.

“Excuse me, Sire, I have an idea. here is no one who can cure ourprincess, Ragapadmi. So, if she
stays in Pacangan, people will not want to visit here. It would be good if she were sent away from
Pacangan."

"But how, Bangsapatih?"

"It's easy. Entrust her to Bangsacara. So that she can be cared for at Bangsacara's village."

Raja bidarba terus berpikir, dan dia rasa pendapat Basapatih terdengar baik.

"Bangsacara, take my child to your village. Care for her, make things better, and maybe she will get
well."

"Day or night, if this is your order, if this is your desire, I will take your daughter."

So, Bangsacara took Ragapadmi to his village.

Dengan hati yang tulus, Bangsacara membawa Ragapadmi yang sakit parah ke desanya. kemudian,
ibunda Bangsacara merawat Ragapadmi dengan tulus. Luka-luka yang diderita Ragapadmi diobati
dengan daun-daun herbal. Dengan sangat hati-hati, ibunda Bangsacara merawat Ragapatmi sampai
sembuh. Berbulan-bulan setelahnya, saat Bangsacar kembali dari tempatnya bekerja, ia terkejut
melihat kecantikan Ragapadmi. Ia langsung jatuh cinta pada pandangan yang pertama. Tetapi,
Bangsacara sadar betul bahwa ia hanya pelayan kerajaan. Sangat tidak mungkin ia jatuh cinta pada
putri. Maka, Bangacara meminta Ragapadmi kembali kepada ayahandanya.Namun, Ragapadmi
menolak permintaan Bangsacara karena ia juga mulai jatuh hati padanya.

Sang Raja, mulai curiga kepada Bangsacara yang tak kunjung kembali. Ia kemudian mengutus
Bangsapatih untuk memeriksa ke rumah Bangsacara. Bangsapatih langsung menuju kerumah
Bangsacara bersama beberapa orang prajurit. Kemudian Bangsapatih mengetahui bahwa Bangsacara
telah menikah dengan Ragapadmi dan hidup bahagia. Mengetahui tentang hal tersebut, timbul niat
jahat dalam diri Bangsapatih. Ia kembali ke Istana dan melaporkan semua yang ia lihat kepada Raja
Bidarba.

Raja Bidarba yang dirundung sedih kemudian memerintahkan Bangsapatih untuk mengembalikan
Ragapadmi ke kerajaan bagaimanapun caranya.

Akal licik Bangsapatih muncul, dan ia memiliki rencana jahat untuk memisahkan Ragapadmi dari
Bangsacara.

“Bangsacara, the king sent me here to tell you to go to Kambing Island to catch 300 deer."
"Why should I do this, Bangsapatih?"

"Oh, the king heard,that Ragapadmi is well now, so he wants to celebrate. The meat is for sate for all
the guests. Do you understand?"

“Well, if this is what the king has said, I will go to Kambing Island."

Kemudian Bangsacara pamit pada Ragapadmi untuk berangkat memburu kijang di Pulau Kambing.
Dengan berat hati, Ragapadmi mengizinkan. Bangsacara berangkat disertai kedua anjingnya Tandhu’
dan Caplo’.

Mereka pun memburu kijang sesuai jumlah yang telah diminta oleh Raja. Namun, saat jumlah kijang
sudah mendekati tiga ratus, Bangsapatih datang bersama prajuritnya.

“Oh tuanku Bangsapatih, mengapa anda datang kesini?”

“Aku datang kesini bukan untuk menjemputmu, melainkan untuk membunuhmu Bangsacara!!”

“Jlebb!!”

Bangsapatih menusuk Bangsacara dengan kerisnya tepat di dadanya. Bangsacara kemudian


meninggal di pulau Kambing. Kedua anjing yang sangat setia kemudian berlari dan merenangi lautan
kembali ke Ragapadmi. Seolah ingin memberi tahu tentang kejadian itu, mereka melolong sekeras-
kerasnya hingga Ragapadmi mengikuti langkah anjing tersebut. Mereka bertiga kembali merenangi
lautan menuju Pulau Kambing.

Sambil kelelahan, Ragapadmi menangisi mayat suaminya dan bersimpuh memeluknya.

“Kakanda Bangsacara!!!”

“Siapa yang tega melakukan ini padamu, apa kesalahan yang telah kau lakukan? Aku tak bisa hidup
tanpamu”

Karena tak rela ditinggal suaminya, Ragapadmi pun kemudian mengambil keris yang tertancap di
dada suaminya dan menusukkannya pada dirinya sendiri.

“Tunggu aku kakanda bangsacara, aku akan menyusulmu”

Ia kemudian juga meninggal. Kedua anjing pun menghampiri tubuh sang majikan. Sambil melolong-
lolong, kedua anjing setia menunggui jenazah sang majikan. Hingga berhari-hari tanpa makan
apapun, kedua anjing juga ikut meninggal.

Suatu hari, seorang nakhoda menepikan kapalnya di pulau kambing. Ia terkejut melihat mayat-mayat
yang ia temukan, ia lalu memerintahkan pasukannya untuk mengubur dengan baik mayat-mayat
tersebut.

Dalam perjalanan lanjutannya ke Kerajaan Pacangan, sang Saudagar lalu bercerita kepada raja
Bidarba tentang mayat yang telah ia kubur. Betapa terkejutnya sang raja bahwa mayat-mayat itu
adalah putri dan orang kepercayaannya.

Ia kemudian menyadari dan menyesali kesalahannya.

Anda mungkin juga menyukai