Anda di halaman 1dari 5

Dewi Sekardadu

Alkisah di bagian paling timur Kecamatan Buduran terdapat sebuah Dusun kecil nan terpencil bernama Dusun Kepetingan yang dikelilingi tambak, termasuk dalam wilayah Desa Sawohan. Ada satu tempat penting di Kepetingan ini, yang dipercaya sebagai makam ibunda Sunan Giri, yaitu Makam Dewi Sekardadu. Konon pada suatu ketika Kerajaan Blambangan terkena musibah wabah penyakit yang sulit disembuhkan. Pada masa itu rajanya bernama Minak Sembuyung. . Sang Patih pun pergi melaksanakan titah sang Raja. Ketika perjalanan Patih tiba di daerah Tengger, seseorang memberitahukan kepada Patih untuk pergi menemui seorang Ulama di pantai utara Jawa (Gresik) bernama Syeh Maulana Ishak. Pergilah Patih ke Gresik untuk menemui Syeh Maulana Ishak. Singkat cerita, Patih menceritakan maksud kedatangannya untuk mencari orang yang bisa menyembuhkan wabah penyakit di kerajaan Blambangan. Setelah mendengar cerita sang Patih, Syeh Maulana Ishak kemudian menyuruh Patih pulang terlebih dahulu. Pulanglah Patih bersama pasukan berkudanya. Perjalanan yang ditempuh Patih dan pasukannya untuk tiba di Kerajaan Blambangan kurang lebih 15 hari. Sesampai di blambangan, Patih mendapati sedang ada pesta rakyat yang sudah berjalan 7 hari 7 malam, untuk merayakan hilangnya wabah penyakit di Blambangan. Ternyata dengan kesaktiannya Syeh Maulana Ishak sudah lebih dulu samapai di Blambangan dibanding Sang Patih dan pasukan berkudanya. Atas keberhasilan syeh Maulana Ishak menghilangkan wabah penyakit di Kerajaannya, dan karena Syeh Maulana Ishak masih bujang maka Raja Minak Sembuyung memberikan putrinya bernama Dewi Sekardadu utnuk dinikahi oleh Syeh Maulana Ishak. Setelah menikah, Syeh Maulana Ishak mengembangkan islam di blambangan. Namun raja khawatir perkembangan islam akan merusak umat hindu Blambangan sehingga kemudian mengusir Syeh Maulana Ishak dari Blambangan. Tapi Dewi sekardadu dan anaknya tetap di Kerajaan Blambangan. Tetapi karena suaminya diusir, Dewi Sekardadu dengan sembunyi2 mengikuti bersama anaknya. Khawatir ketahuan dan anaknya dibunuh maka Dewi Sekardadu melarungkan anaknya di laut Banyuwangi. Dewi Sekardadu lari melaui laut, tetapi dalam pelariannya beliau meninggal dunia. Mayat Dewi Sekardadu terbawa arus sampai di suatu perkampungan di wilayah timur laut jawa, sampai kemudian ditemukan oleh seorang nelayan di pesisir pantai timur laut jawa.

Tetapi ada suatu keanehan yang terlihat oleh si nelayan, karena pada saat itu laut sedang surut seharusnya mayat berada di bibir pantai. Namun mayat tersebut justru mengapung menuju sungai dan didorong oleh sekelompok ikan keting. Cepat-cepat si nelayan kemudian mengangkat mayat tersebut dan kemudian memakamkannya di daerah tersebut. Maka daerah itu selanjutnya disebut Dusun Ketingan (selanjutnya di sebut Kepetingan). Anak dewi sekardadu yang dilarung ditemukan dan dibesarkan oleh seorang Saudagar Kaya dari Gresik bernama Dewi Pinatih. Sang anak diberi nama Ainul Yaqin bergelar Joko Samudro. Karena kotak tempat ditemukan Joko Samudro semasa bayi dipaku maka dia juga dipanggil Raden Paku.. pada akhirnya beliau menjadi Sunan Giri. Menurut Kuncen makam, Bapak Samadi, pengunjung Makam Dewi Sekardadu setiap hari jumat sabtu dan minggu mencapai 100 orang. Pengunjung terbanyak berasal dari Madura.

Sinopsis
Pada Jaman Dahulu, ada sebuah wabah penyakit di kerajaan Blambangan. Raja Minak Sembuyung memerintahkan patihnya untuk mencari penyembuh. Syekh Maulana Ishak pun bersedia untuk menyembuhkan wabah itu. Karena sukses menyembuhkan wabah tersebut, Raja memberikan anaknya yaitu Dewi Sekardadu untuk dinikahi oleh Syekh Maulana Ishak. Karena Raja takut Syekh akan merusak umat Hindu dengan pengajaran Islam, Raja pun mengusirnya. Dewi Sekardadu mengikuti suaminya, karena takut ketahuan dia melarikan diri ke laut. Dia melarungkan anaknya ke laut dan tewas di laut. Para nelayan menemukan mayat Dewi Sekardadu di pesisir pantai timur laut jawa. Dia mengapung dan didorong oleh Ikan keting. Nelayan yang menemukannya langsung menguburkan dia disitu.

Unsur Intrinsik
Tema : Agama Alur : Maju Tokoh & Watak : 1. Raja Minak Sembuyung : Setia pada rakyat (Melihat kondisi rakyatnya yang terkena wabah penyakit, Raja kemudian memerintah Sang Patih untuk mencari obat bagi kesembuhan seluruh rakyatnya), Dermawan (Raja Minak Sembuyung memberikan putrinya bernama Dewi Sekardadu utnuk dinikahi oleh Syeh Maulana Ishak 2. Patih : Patuh (Sang Patih pun pergi melaksanakan titah sang Raja) 3. Syeh Maulana Ishak : Sakti (Ternyata dengan kesaktiannya Syeh Maulana Ishak sudah lebih dulu samapai di Blambangan dibanding Sang Patih dan pasukan berkudanya), Tepat janji (keberhasilan syeh Maulana Ishak menghilangkan wabah penyakit di Kerajaannya) 4. Dewi Sekardadu : Penakut (Khawatir ketahuan dan anaknya dibunuh maka Dewi Sekardadu melarungkan anaknya di laut Banyuwangi) Suasana : 1. Gembira (sedang ada pesta rakyat yang sudah berjalan 7 hari 7 malam, untuk merayakan
hilangnya wabah penyakit di Balambangan 2. Takut (Khawatir ketahuan dan anaknya dibunuh maka Dewi Sekardadu melarungkan anaknya di laut Banyuwangi)

Amanat

1. Jadilah istri yang setia kepada suami 2. Jadilah ibu yang rela berkorban nyawa demi anak tercinta 3. Selamatkan anak terlebih dahulu, karena kita tidak mengetahui bahwa masa depannya cerah

Hal Yang Menarik


1. Syeh Maulana Ishak tiba di Blambangan sebelum pasukan berkuda dan berhasil menyembuhkan wabah penyakit 2. Mayat Dewi Sekardadu yang seharusnya saat surut terdampar di pinggir pantai. Tetapi yang terjadi adalah dia tetap mengapung dan didorong oleh ikan keting

Relevansi
Di jaman sekarang juga masih banyak ibu yang rela mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan sang anak. Namun, pada kenyataannya di jaman sekarang juga banyak ibu yang menggugurkan anak yang dikandungnya untuk menyelamatkan dirinya sendiri

Nilai Nilai Moral

1. Pengorbanan 2. Kesetiaan

Anda mungkin juga menyukai