Anda di halaman 1dari 4

Sarip Tambak oso

Sarip Tambak Oso ialah legenda yang masyhur di Sidoarjo dan kemudian juga
Jawa Timur. Sarip merupakan pemuda kampung yang tinggal di wilayah sekitar
sungai di Dusun Tambak Oso. Wilayah ini sekarang berada di sekitar Gedangan,
Waru, dan Sedati Sidoarjo. Pada masa kehidupan Sarip, wilayah Tambak Oso
dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian timur dan bagian barat.

Ayah Sarip meninggal ketika Sarip masih kecil, tidak ada informasi pasti berapa
usia Sarip saat itu. Menurut cerita yang beredar, ayah Sarip merupakan seorang
pejuang dalam perang Diponegoro.Sejak kematian itu, Sarip kecil berada dalam
pengasuhan ibunya yang penyayang. Sarip tumbuh menjadi anak yang sangat
berbakti dan penuh kasih sayang kepada ibunya.
Diceritakan pula bahwa ayah Sarip memiliki ilmu batin atau ilmu kanuragan.
Ketika melakukan semedi di gua-gua di sungai yang membelah Dusun Tambak
Oso, Ia memperoleh tanah merah.Sebelum meninggal, tanah merah atau lemah
abang itu diberikan kepada sang istri. Oleh sang istri, lemah abang itu dimakan
bersama anaknya. Setelah memakan lemah abang itu, Sarip memiliki ikatan batin
dengan ibunya.Berkat lemah abang itu, Sarip tidak bisa mati meskipun terbunuh
1000 kali dalam sehari. Hukum sebab-akibat itu berlaku selama ibu Sarip masih
hidup.
Sarip tidak pernah melupakan masa-masa penuh haru yang Ia jalani bersama
ibunya. Setiap kali ke pasan untuk menjual hasil kebun, Sarip kecil tidak pernah
lepas dari gendongan sang Ibu. Ujung jarik ibunya yang lusuh selalu siap sedia
mengusap ingus Sarip.Ibu juga selalu menunggu Sarip tertidur pulas sebelum Ia
sendiri terlelap. Pagi harinya, sebelum Sarip bangun, sang Ibu sudah lebih dulu
memetik sayuran di kebun belakang rumah. Sarapan selalu tersedia begitu Sarip
bangun dari tidurnya.
Di kalangan masyarakat miskin di lingkungannya, Sarip dikenal sebagai sosok
yang penuh perhatian. Masyarakat miskin saat itu menjadi korban pemungutan
pajak Belanda dan antek-anteknya.Dendam Sarip pada Belanda dan para anteknya
diwujudkan dengan aksi pencurian harta benda mereka. Hasil curian inilah yang
kemudian dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Antara keduanya dibuatlah perjanjian yang menyatakan Ridwan akan membayar
pajak tambak, sementara ibu Sarip mendapat bagian sekadarnya dari hasil tambak.
Dalam perjalanannya, Ridwan tak menepati janji itu.
Ridwan diam-diam membuat perjanjian rahasia dengan seorang pejabat Belanda
bernama Kapten Hansen. Perjanjian antara keduanya menyebabkan kerugian besar
di pihak ibu Sarip.Ridwan menyatakan bahwa tambak itu seluruhnya merupakan
hak milik Ibu Sarip. Dengan demikian, Ibu Sarip lah yang wajib membayar
pajaknya.
Di sinilah terjadi pertarungan hebat dua jagoan di Tambak Oso. Paidi yang
merupakan pengawal pribadi Ridwan menumbangkan Sarip dengan senjata
Jagang Baceman andalannya. Jenazah Sarip dibuang ke Sungai Tambak Oso.
Keesokan harinya, Ibu Sarip yang sedang mencuci di sungai terheran-heran
dengan air sungai yang mulai berwarna merah. Ia berhenti mencuci dan segera
mencari asal warna merah itu.Mendapati jenazah anaknya, Ia sontak berkata
bahwa saat itu belum tiba saatnya bagi Sarip untuk tutup usia. Berkat ratapan
ibunya, Sarip kembali hidup. Sarip mencari Paidi untuk kembali bertarung. Kali
ini Ia tampil sebagai pemenang.
Keluarga Bani Kertopatrem

Keluarga Bani Kertopatrem ini merupakan salah satu keluarga tertua di desa
tulangan. Sehingga keluarga bani kertopatrem yang merupakan keluarga tertua di
desa memiliki banyak keuinakan dalam berbagai kisah di masa lalu. Legenda
mengatakan ada sebuah kejadian unik pada saat musih hujan badai petir
menyambar nyambar desa tulangan hingga banyak memproak prondakan rumah-
rumah warga disana, kebun-kebun yang awalnya banyak buah bergelantungan
sekarang menjadi jatuh berserakan di tanah, persawahan yang awalnya baik
mempunyai padi yang tumbuh hijau segar-segar sekarang menjadi rubuh yang
alhasil membuat petani menjadi gagal panen.
Cerita bermula pada salah satu seorang leluhur dari salah satu keluarga bani
kertopatrem yang konon katanya bernama mbah Waginam. Pada suatu ketika
mbah Wagiman sedang berjalan jalan di tengah persawahan desa tulangan yang
tidak jauh dari tempat tinggal mbah Wagiman, tiba-tiba dia mendengar seorang
pemuda yang sedang menangis terseduh-seduh di antara pepohonan bambu yang
sangat lebat yang biasanya oleh orang tulangan dinamakan (barongan).mbah
wagiman pun mencari-cari sumber suara tersebut, ternyata ada pemuda tersebut
sangat putih menyilaukan dengan baju yang di balut dengan selendang putih bak
seperti raja dari kayangan langit dan membawa tongkat yang diselimuti oleh petir,
sehingga mbah wagiman pun menamainya ki bledek.
Ki bledek meminta tolong kepada mbah wagiman untuk melepaskan lilitan bambu
yang menjeratnya di barongan ini. Mbah Wagiman pun tidak mau menolong ki
bledek itu karena ki bledek dianggap sebagai dewa badai yang telah menyusahkan
desa tulangan. Namun ki bledek pun terus memohon mbah wagiman untuk
melespakn lilitan bambu yang menjerat dirinya. Hingga akhirnya ki bledek pun
memberikan sebuah tawaran yang besar yaitu “jika kau melepaskan ku semua
anak keturunan mu yang memiliki hati yang bersih akan aku lindungi selalu dari
mara bahaya dan aku akan menyapdah mereka menjadi seorang guru yang akan
berbakti kepada bumi ini dan hidupnya akan sejahtera sampai hari kiamat nanti,
dan aku juga akan memberhentikan musibah yang ada di desa tulangan ini dan
melindungi warga desa yang baik hatinya”, mendengar tawaran baik yang
diajukan oleh ki bledek kepada mbah Wagiman itu dengan ikhlas dan tulus hati
mbah wagiman mengucapkan sebuah mantra untuk melepaskan lilitan ki bledek.
Akhirnya lilitan ki bledek pun lepas dan ki bledek pun merasa gembira dan
mengucapkan banyak terima kasih kepada mabh wagiman. Setelah bercakap-
cakap kemudian ki bledek terbang pelan pelan ke langit dan mengucapkan selamat
tinggal kepada mbah Wagiman. Sebelum ia pergi kelangit ia juga berpesan kepada
mbah Wagiman “berjalanlah yang lurus andai kata engkau berbelok ingatlah
tuhan, dan andai kata engkau terjatuh ingatlah tuhan dan jangan sampai bebuat
kejahatan yang bisa menyengsarakan manusia yang ada di bumi ini dan suatu saat
Ketika hawa busuk kemunafikan dan kejahatan merambah dan memasuki desa
tulangan aku akan menitis pada satu keturunan mu dan membawa kedamaian “.
Demikianlah cerita leluhur bani kerto patrem yang memiliki banyak keunikan
salah satunya cerita diatas. Banyak orang yang tidak percaya cerita tersebut
karena tidak ada bukti yang kuat. Namun keturunan keluarga bani kerto patrem
pun tetap menyakini cerita tersebut, karena sekarang hampir 80% orang di
keluarga bani kerto patrem tersebut adalah merupakan seorang guru dan salah satu
dari keturunan bani kerto patrem menjadi kepala desa di desa tulangan,dan juga
semua keturunan keluarga bani kertopatrem memliki hati yang baik.

Anda mungkin juga menyukai