Anda di halaman 1dari 29

PENINGGALAN KERAJAAN KUTAI

1.Prasasti Yupa

Prasasti Yupa merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Kutai tertua, dimana benda bersejarah
ini adalah salah satu bukti terkuat bahwa Kerajaan bercorak Hindu ini memang pernah ada di
Kalimantan Timur.

Ada 7 Prasasti Yupa yang masih ada sampai sekarang, dimana prasasti ini ditulis mengunakan
bahasa Sansekerta dan Aksara yang menceritakan tentang kehidupan sosial, politik, dan budaya
Kerajaan Kutai.
2.Kalung Ciwa

Kalung Ciwa juga merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Kutai yang ditemukan pada tahun
1890 oleh seorang penduduk lokal di Danau Lipan, Muara Kaman. Sampai saat ini Kalung Ciwa
masih digunakan oleh Sultan Kerajaan Kutai bila ada pesta penobatan sultan baru.
PENINGGALAN KERAJAAN TARUMA NEGARA

Prasasti Tugu

Ditemukan di Kampung Batutumbu, Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti


tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian
Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa
pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana
alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan
yang terjadi pada musim kemarau.
2. Prasasti Kebon Kopi

Prasasti Kebonkopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang Bogor . Yang
menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak kaki gajah, yang disamakan dengan tapak
kaki gajah Airawata, yaitu gajah tunggangan dewa Wisnu
PENINGGALAN KERAJAAN MATARAM KUNO

CANDI BOROBUDUR

Candi Borobudur Candi peninggalan Kerajaan Mataram Lama yang satu ini sudah terkenal ke
seluruh penjuru dunia sebagai candi Budha terbesar yang pernah ada. Candi Borobudur terletak
di Magelang, Jawa Tengah dan diperkirakan berasal dari ke 8 Masehi

Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk
memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia
beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.[5]
Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari
bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga
tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa
nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam
perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan
tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.
CANDI PAWON

Candi Pawon merupakan candi yang terletak di antara Candi Mendut dan Candi Borobudur. Dalam
bahasa jawa, pawon memiliki arti dapur. Namun, nama Candi Pawon bukan berarti bermakna
PENINGGALAN KERAJAAN SRIWIJAYA

Prasasti Palas Pasemah

Prasasti Palas Pasemah adalah sebuah prasasti yang ditemukan di sebuah pinggiran rawa di desa
Palas Pasemah, Lampung Selatan, Lampung. Prasasti yang ditulis menggunakan bahasa Melayu
Kuno beraksara Pallawa ini tersusun atas 13 baris kalimat. Isinya menjelaskan tentang kutukan
atas orang-orang yang tidak tunduk pada kekuasaan Sriwijaya. Diperkirakan dari bentuk
aksaranya, salah satu prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya ini diperkirakan berasal dari abad ke
7 Masehi. Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
PRASASTI TELAGA BATU

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti telaga batu. Prasasti Telaga Batu ditemukan
di kolam Telaga Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Kota Palembang tahun 1935 yang berisi
tentang kutukan untuk mereka yang berbuat jahat di kedautan Sriwijaya dan kini disimpan pada Museum
Nasional Jakarta. Di sekitar lokasi penemuan Prasasti Telaga Batu ini juga ditemukan Prasasti Telaga
Batu 2 yang menceritakan tentang keberadaam sebuah vihara dan pada tahun sebelumnya juga ditemukan
lebih dari 30 buah Prasasti Siddhayatra yang juga sudah disimpan di Museum Nasional Jakarta. Prasasti
Telaga Batu dipahat di batu andesit dengan tinggi 118 cm serta lebar 148 cm.

Pada bagian atas prasasti ada hiasan 7 buah kepala ular kobra serta di bagian tengah terdapat pancuran
tempat mengalirnya air pembasuh. Tulisan pada prasasti ini memiliki 28 baris dengan huruf Pallawa dan
memakai bahasa Melayu Kuno. Secara garis besar, isi dari tulisan ini adalah tentang kutukan untuk
mereka yang berbuat kejahatan di kedatuan Sriwijaya dan tidak mematuhi perintah dari datu. Casparis
lalu mengemukakan pendapat jika orang yang termasuk berbahaya dan juga bisa melawan kedatuan
Sriwijaya perlu untuk disumpah yakni putra raja (rājaputra), menteri (kumārāmātya), bupati (bhūpati),
panglima (senāpati), Pembesar/tokoh lokal terkemuka (nāyaka), bangsawan (pratyaya), raja bawahan (hāji
pratyaya), hakim (dandanayaka), ketua pekerja/buruh (tuhā an vatak = vuruh), pengawas pekerja rendah
(addhyāksi nījavarna), ahli senjata (vāsīkarana), tentara (cātabhata), pejabat pengelola (adhikarana),
karyawan toko (kāyastha), pengrajin (sthāpaka), kapten kapal (puhāvam), peniaga (vaniyāga), pelayan
raja (marsī hāji), dan budak raja (hulun hāji).

Prasasti ini menjadi prasasti kutukan lengkap sebab juga dituliskan nama pejabat pemerintahan dan
menurut dugaan beberapa ahli sejarah, orang yang terulis di dalam prasasti juga tinggal di Palembang
yang merupakan ibukota kerajan. Sedangkan Soekmono beranggapan jika tidak mungkin Sriwijaya
berasal dari Palembang sebab adanya kutukan kepada siapa pun yang tidak patuh pada kedatuan dan juga
mengusulkan Minanga seperti yang tertulis pada prasasti Kedukan Bukit yang diasumsikan berada di
sekitar Candi Muara Tikus ibukota Sriwijaya.
PENINGGALAN KERAJAAN KEDIRI

CANDI PENATARAN

Candi Penataran Salah satu candi peninggalan sejarah kerajaan Kediri yang hingga saat ini dapat
kita temukan adalah Penataran. Candi ini letaknya berada di lereng Gunung Kelud bagian Barat
Daya, tepatnya di utara Kota Blitar. Candi penataran adalah candi termegah di Jawa Timur. Dari
prasasti yang ditemukan di lokasi penggalian candi, diketahui bahwa candi ini dibangun saat masa
kepemerintahan Raja Srengga hingga kepemerintahan Raja Wikramawardhana atau sekitar abad
ke 12 hingga 14 Masehi. Candi Peninggalan Kerajaan Kediri
CANDI MIRIGAMBAR

Candi Mirigambar merupakan candi peninggalan dari Kerajaan Kediri selanjutnya yang
ditemukan pada sebuah lapangan di Desa Mirigambar, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung,
Jawa Timur. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada tahun 1214 sampai dengan 1310 Saka
dengan material yang terbuat dari bata merah seperti halnya pada candi lain di wilayah Jawa
Timur. Salah seorang petinggi dari Desa Mirigambar di tahun 1965 melindungi Candi
Mirigambar tersebut dari ikonklastik sehingga candi ini masih bisa kita lihat hingga sekarang.
Ikonklastik sendiri merupakan perbuatan menghancurkan berbagai kebudayaan yang dianggap
sebagai berhala.

Struktur candi ini terbuat dari batu bata merah, dimana pada dinding candi terdapat relief patung
yang diukir. Pada bagian kanan depan terdapat relief 2 tokoh lelaki yang sedang mengapit 2
tokoh perempuan dan pada salah satu tokoh lelaki bertubuh besar dan terdapat relief seorang
tokoh lelaki yang sedang berdiri. Pada bagian tepi halaman candi sebelah Utara ada tumpukan
batu bata merah yang menurut cerita merupakan reruntuhan dari candi lainnya yang juga
ditemukan di sekitar Candi Mirigambar tersebut. Pada bagian tepi halaman selatan juga terdapat
lempengan batu andesit dan terukir tahun 1310c atau 1388 Masehi.
PENINGGALAN KERAJAAN SINGGASARI

CANDI SINGOSARI

Candi ini berlokasi di Kecamatan Singosari,Kabupaten Malang dan terletak pada lembah di
antara Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuna. Berdasarkan penyebutannya pada Kitab
Negarakertagama serta Prasasti Gajah Mada yang bertanggal 1351 M di halaman komplek candi,
candi ini merupakan tempat "pendharmaan" bagi raja Singasari terakhir, Sang Kertanegara, yang
mangkat(meninggal) pada tahun 1292 akibat istana diserang tentara Gelang-gelang yang dipimpin
oleh Jayakatwang. Kuat dugaan, candi ini tidak pernah selesai dibangun.
CANDI SUMBERAWAN

Peninggalan Kerajaan Singasari selanjutnya adalah candi sumberawan. Candi


Sumberawan ini berbentuk stupa yang ada di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari,
Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi Sumberawan terbuat dari material batu andhesit
dengan panjang 6.25 M, lebar 6.25 M serta tingi 5.23 M yang dibangun pada ketinggian
650 M dari permukaan laut di kaki bukit Gunung Arjuna. Candi ini ditemukan pada tahun
1904 dan diteliti pada tahun 1935 oleh peneliti Dinas Purbakala. Candi ini mengalami
pemugaran tahun 1937 jaman Hindia Belanda di bagian kaki candi, sementara sisanya
di rekonstruksi dengan seadanya. Candi Sumberawan menjadi satu-satunya stupa yang
ada di daerah Jawa Timur dengan bentuk bujur sangkar dan tidak dilengkapi dengan
tangga serta tidak ada relief. Candi ini memiliki kaki dan juga badan dengan bentuk stupa.
Di batur candi yang tinggi ada selasar dan kaki candi terlihat dari keempat buah sisinya.
Pada bagian atas kaki terdapat stupa yang terdiri dari lapik bujur sangkar serta lapik segi
delapan dan bantalan Padma, sementara untuk bagian atas memiliki bentuk stupa atau
genta yang pada bagian puncaknya sudah hilang.

Karena candi ini tidak dilengkapi dengan tangga seperti pada candi lain yang dibagian
dalamnya biasanya digunakan sebagai tempat menyimpan berbagai benda, maka candi
ini hanya berbentuk stupa namun tidak berfungsi seperti stupa pada umumnya yang
menurut perkiraan memang dibangun hanya sebagai tempat pemujaan saja. Ahli
purbakala menduga jika Candi Sumberawan dulu memiliki nama Kasurangganan yang
merupakan nama terkenal di dalam Kitab Negarakertagama. Candi ini sudah dikunjungi
oleh Hayam Wuruk di tahun 1359 M saat ia melakukan perjalanan.
PENINGGALAN KERAJAAN MAJAPAHIT

Candi Cetho Candi

Cetho terletak di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Karanganyar-Jawa Tengah.
Salah satu candi peninggalan Kerajaan Majapahit ini diperkirakan berasal dari masa akhir
keruntuhan kerajaan Majapahit sebelum menjelang keruntuhannya atau tepatnya sekitar abad ke
15 Masehi. Candi ini ditemukan pada tahun 1842 berkat tulisan arkeolog Belanda bernama van de
Vlies Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit
CANDI JABUNG

Candi Jabung terletak di Desa Jabung, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Candi ini
terbuat dari bata merah yang disusun yang masih bertahan setelah sekian tahun. Di saat lawatan
berkeliling Jawa Timur tahun 1359, Raja Hayam Wuruk dikatakan pernah singgah pada Candi
Jabung tersebut. Candi ini merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit dengan bercorak
bangunan Hindu, sedangkan struktur bangunannya terlihat hampir serupa dengan Candi Bahal
dari peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Utara.

Arsitektur Candi Jabung dibangun pada permukaan tanah dengan ukuran 35 meter x 40 meter
dan pemugaran sudah dilakukan di tahun 1983 sampai 1987 sehingga penataan lingkungan
bertambah 20.042 meter yang terletak di ketinggian 8 meter dari permukaan laut. Candi Jabung
memiliki dua bangunan utama yang berukuran besar dan kecil yang umumnya disebut dengan
Candi Sudut. Sedangkan material yang digunakan adalah bata merah kualitas bagus lengkap
dengan ukiran berbentuk relief. Candi Jabung memiliki panjang 13.13 meter, lebar 9.60 meter
dan ketinggian mencapai 16.20 meter menghadap ke arah Barat dan pada bagian sisi barat agak
menjorok ke depan yang merupakan bekas susunan tangga memasuki candi.

Pada bagian Barat Daya halaman candi terdapat candi kecil yang berguna sebagai pelengkap
Candi Jabung. Candi menara ini dibangun dengan material batu bata dengan ukuran 2.55 meter
serta tinggi 6 meter. Arsitektur Candi Jabung terdiri dari bagian batur, kaki, tubuh dan juga atap
dengan bentuk tubuh bulat yang berdiri diatas kaki candi bertingkat 3 bentuk persegi. Sementara
bagian atapnya berbentuk stupa namun sudah runtuh di bagian puncak dan pada atap tersebut
dilengkapi dengan motif suluran. Pada bagian bilik candi ada lapik arca yang berdasarkan dari
inskripsi pada gawang pintu masuk Candi Jabung didirikan pada tahun 1276 Saka atau 1354 Masehi.
PENINGGALAN KERAJAAN MEDANG KEMULAN

CANDI PRAMBANAN

Candi Prambanan atau Candi Loro Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar
di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti,
tiga dewa utama Hindu yaitu Brahmasebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara,
dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkanprasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini
adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna ‘Rumah Siwa’), dan memang
di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang
menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.
CANDI KEDULAN

Candi Kedulan adalah candi Hindu yang berada tidak jauh dari Candi Sambisari, yaitu di Dusun
Kedulan, Kelurahan Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Yogyakarta. Candi ini dibangun pada sekitar
abad ke-8 dan ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno. Seperti halnya dengan Candi
Sambisari, candi ini ditemukan terletak tiga sampai tujuh meter di bawah permukaan tanah,
kemungkinan besar karena tertimbun lahar dari gunung Merapi yang diduga kuat meletus secara
besar-besaran pada awal abad ke-11 (kira-kira tahun 1006). Karena jenis tanah yang berada di
sekitar candi terdiri dari 13 lapisan yang berbeda, maka kemungkinan besar bahwa candi ini
tertimbun lahar dalam beberapa kali letusan (13 kali).
Candi Morangan adalah candi Hindu yang berada di dusun Morangan, kelurahan Sindumartani,
kecamatan Ngemplak, Sleman,Yogyakarta, dan berada sangat dekat dengan Kali Gendol (100
meter sebelah barat) dan paling utara mendekati Gunung Merapi.
PENINGGALAN KERAJAAN PAJAJARAN

Prasasti Cikapundung

tempo.co
Prasasti ini ditemukan warga di sekitar sungai Cikapundung, Bandung pada 8 Oktober 2010.
Batu prasasti bertuliskan huruf Sunda kuno tersebut diperkirakan berasal dari abad ke-14. Selain
huruf Sunda kuno, pada prasasti itu juga terdapat gambar telapak tangan, telapak kaki, dan wajah.
Hingga kini para peneliti dari Balai Arkeologi masih meneliti batu prasasti tersebut.

Batu prasasti yang ditemukan tersebut berukuran panjang 178 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 55
cm. Pada prasasti itu terdapat gambar telapak tangan, telapak kaki, wajah, dan dua baris huruf
Sunda kuno bertuliskan “unggal jagat jalmah hendap”, yang artinya semua manusia di dunia
akan mengalami sesuatu. Peneliti utama Balai Arkeologi Bandung, Lutfi Yondri mengungkapkan,
prasasti yang ditemukan tersebut dinamakan Prasasti Cikapundung.
PENINGGALAN KERAJAAN BALI

CANDI GUNUNG KAWI

Candi Gunung Kawi atau Candi Tebing Kawi adalah situs Purbakala yang dilindungi di Bali.
Terletak di Sungai Pakerisan, Dusun Penangka, Desa Sebatu, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten
Gianyar, Provinsi Bali, Indonesia. candi ini sangat unik biasanya candi berupa batuan utuh yang
terbuat dari bata merah atau batu gunung, candi ini tidak seperti itu melainkan Pahatan di dinding
tebing batu padas ditepi sungai. Nama Gunung Kawi itu sendiri konon berasal dari kata Gunung
dan Kawi. Gunung berarti Gunung atau Pegunungan dan Kawi Berarti Pahatan Jadi Candi Gunung
Kawi berarti Candi yang dipahat di atas gunung. Candi ini terletak sekitar 40 kilometer dari Kota
Denpasar dengan perjalanan sekitar 1 jam menggunakan mobil atau motor. Sementara dari Kota
Gianyar berjarak sekitar 21 kilometer atau sekitar setengah jam perjalanan. Apabila tidak
membawa kendaraan pribadi, dari Denpasar maupun Gianyar wisatawan dapat memanfaatkan jasa
taksi, bus pariwisata, maupun jasa agen perjalanan.
KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

KERAJAAN PERLAK

Sumber dan Bukti Sejarah


Sumber sejarah Kerajaan Perlak adalah naskah-naskah berbahasa melayu dan bukti-bukti
peninggalan sejarah misalnya Silsilah Raja-Raja Perlak dan Pasai, karangan Sayid Abdullah Ibn
Saiyid Habib Saifuddin. Bukti peninggalan sejarah Kerajaan Perlak terdiri atas :

a. Mata uang
Mata uang perlak terdiri dari emas, perak, dan tembaga. Dan adanya peninggalan mata uang ini
menunjukkan bahwa kerajaan perlak merupakan kerajaan yang telah maju.
b. Stempel kerajaan
Stempel kerajaan bertuliskan kalimat “ Al Wasiq Billah Kerajaan Negeri Bendahara Sanah 512 ”.
Kerajaan Negeri Bendahara adalah menjadi bagian dari Kerajaan perlak
c. Makam Raja
Yaitu ditemukan makam salah seorang raja Benoa tepi Sungai Trenggulon. Batu nisan makam
tersebut bertuiskan huruf arab. Benoa adalah Negara bagian dari Kerajaan Perlak
PENINGGALAN KERAJAAN SAMUDRA PASAI

Dirham

wikipedia.org

Zaman dulu Dirham nggak pake kertas, maka dari itu dirham-dirham yang ada di Kerajaan
Samudera Pasai dibuat dari 70% emas murni 18 karat tanpa campuran kimia kertas. Koin ini
berukuran mungil, berdiameter 10 mm dengan 0,6 gram setiap koinnya.

Dirham ini dicetak dengan dua jenis, yakni satu Dirham dan setengah Dirham. Pada satu sisi
dirham atau mata uang emas itu tercetak tulisan Muhammad Malik Al-Zahir. Sementara di sisi
lainnya tercetak tulisan nama Al-Sultan Al-Adil. Dirham ini banyak digunakan sebagai alat
transaski, terutama tanah.

Dirham ini tetap berlaku hingga bala tentara Nippon mendarat di Seulilmeum, Aceh Besar pada
tahun 1942. Namun ternyata sampai hari ini pun di daerah Sumatera Barat masih bisa dijumpai
pemakaian satuan mas dirham ini (1 mas = 2,5 gram)
PENINGGALAN KERAJAAN ACEH
Benteng Indrapatra

Peninggalan Kerajaan Aceh yang selanjutnya adalah Benteng Indrapatra. Benteng ini merupakan
benteng pertahanan yang sebetulnya sudah mulai dibangun sejak masa kekuasaan Kerajaan
Lamuri, kerajaan Hindu tertua di Aceh, tepatnya sejak abad ke 7 Masehi. Benteng yang kini
terletak di Desa Ladong, Kec. Masjid Raya, Kab. Aceh Besar ini pada masanya dulu memiliki
peranan penting dalam melindungi rakyat Aceh dari serangan meriam yang diluncurkan kapal
perang Portugis. Peninggalan Kerajaan Aceh Sekarang, kita hanya dapat menemukan 2 benteng
yang masih kokoh berdiri. Benteng tersebut berukuran 70 meter x 70 meter dengan tinggi 4 meter
dan tebal sekitar 2 meter. Selain menjadi peninggalan bersejarah, benteng Indrapatra kini juga
dikenal sebagai objek wisata unggulan Kab. Aceh Besar. Gaya arsitekrur serta keunikan
konstruksinya yang hanya terbuat dari susunan batu gunung ini membuat banyak orang penasaran
dan tertarik untuk mengunjunginya.

PENINGGALAN KERAJAAN DEMAK

PINTU BLEDEK

Pintu Bledek Dalam bahasa Indonesia, Bledek berarti petir, oleh karena itu, pintu bledek bisa

diartikan sebagai pintu petir. Pintu ini dibuat oleh Ki Ageng Selo pada tahun 1466 dan menjadi

pintu utama dari Masjid Agung Demak. Berdasarkan cerita yang beredar, pintu ini dinamai pintu

bledek tak lain karena Ki Ageng Selo memang membuatnya dari petir yang menyambar. Saat ini,

pintu bledek sudah tak lagi digunakan sebagai pintu masjid. Pintu bledek dimuseumkan karena

sudah mulai lapuk dan tua. Ia menjadi koleksi peninggalan Kerajaan Demak dan kini disimpan di

dalam Masjid Agung Demak


PENINGGALAN KERAJAAN PAJANG

Masjid Laweyan

Masjid Laweyan adalah masjid peninggalan kerajaan Pajang yang hingga kini bangunan fisiknya
masih dapat kita temukan Kampung Batik, Laweyan, Solo. Masjid ini didirikan oleh raja pertama
Kerajaan Pajang pada tahun 1546.

enurut beberapa sumber, masjid ini awalnya ternyata adalah sebuah bangunan pura tempat ibadah
masyarakat Hindu di Pajang. Karena kedekatan Ki Ageng Henis dengan pimpinan Hindu setempat,
pura Laweyan tersebut kemudian dialihfungsikan menjadi masjid untuk melayani peribadatan
masyarakat Islam Laweyan. Oleh karena itu, hingga masjid Laweyan juga kerap disebut masjid Ki
Ageng Henis

PENINGGALAN KERAJAAN MATARAM SILAM

Segara Wana dan Syuh Brata

Adalah meriam- meriam yang sangat indah yang diberikan oleh J.P. Coen (pihak Belanda) atas
perjanjiannya dengan Sultan Agung. Sekarang meriam itu diletakkan di depan keraton Surakarta
dan merupakan meriam yang paling indah di nusantara
PENINGGALAN KERAJAAN BANTEN

Masjid Agung Banten

Masjid Agung Banten adalah salah satu bangunan peninggalan Kerajaan Banten yang hingga kini
masih berdiri kokoh. Masjid ini terletak di Desa Banten Lama, 10 km utara Kota Serang. Dibangun
pada tahun 1652 tepat di masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin, putera pertama Sunan
Gunung Jati, masjid ini memiliki beberapa keunikan corak. Keunikan corak masjid Agung Banten
di antaranya menaranya berbentuk mirip mercusuar, atapnya menyerupai atap dari pagoda khas
gaya arsitektur China, ada serambi di kiri kanan bangunan, serta kompleks pemakaman sultan
Banten beserta keluarganya di sekitar kompleks masjid.
PENINGGALAN KERAJAAN CIREBON

KERATON CIREBON

Keraton Kasepuhan Cirebon kini terletak di Kec. Lemah Wungkuk, Kotamadya Cirebon. Ia
merupakan pusat pemerintahan dari kesultanan Cirebon pada masa silam. Di keraton ini akan dapat
kita jumpai bangunan-bangunan dengan gaya arsitekturnya yang unik, kereta Singa Barong,
benda-benda kuno dan naskah kuno.

Kesultanan Cirebon adalah sebuah kesultanan Islam ternama di Jawa Barat pada abad ke-15 dan
16 Masehi, dan merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau.
Lokasinya di pantai utara pulau Jawa yang merupakan perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa
Barat, membuatnya menjadi pelabuhan dan "jembatan" antara kebudayaan Jawa dan Sunda
sehingga tercipta suatu kebudayaan yang khas, yaitu kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi
kebudayaan Jawa maupun kebudayaan Sunda.

Kesultanan Cirebon didirikan di dalem agung pakungwati sebagai pusat pemerintahan negara
islam kesultanan cirebon. letak dalem agung pakungwati sekarang menjadi keraton kasepuhan
Cirebon
PENINGGALAN KERAJAAN MAKASAR

Istana Balla Lompoa

Istana ini teletak di Kelurahan Sungguminasa, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, yang
Didirikan oleh Raja Gowa ke-35 I Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bonionompo Sultan
Muhammad Tahir Muhibuddin Tumenangari Sungguminasa. Saat ini, istana dengan 54 tiang,
enam jendala di sisi kiri dan empat jendela di depan difungsikan sebagai Museum Balla Lompoa
yang menyimpan benda-benda kerajaan.
PENINGGALAN KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE

Istana Sultan Ternate

Istana kesultanan Ternate bergaya abad ke-19, berlantai dua menghadap ke arah laut, dikelilingi
perbentengan, terletak satu kompleks dengan masjid Jami Ternate.

Istana ini terletak di wilayah administratif Soasiu, Kelurahan Letter C, Kodya Ternante.
Pemugaran telah dilaksanakan sebanyak dua kali antara 1978-1982 oleh DR Daoed Joesoef.
Kompleks ini dijadikan sebuah Museum Kesultanan Ternate.
PENINGGALAN KERAJAAN BANJAR

Mesjid Sultan Suriansyah

Masjid Sultan Suriansyah adalah sebuah masjid bersejarah yang merupakan masjid tertua di
Kalimantan Selatan. Masjid ini dibangun di masa pemerintahan Sultan Suriansyah (1526-1550),
raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam. Masjid ini terletak di Kelurahan Kuin Utara,
Banjarmasin Utara, Banjarmasin, kawasan yang dikenal sebagai Banjar Lama merupakan situs
ibukota Kesultanan Banjar yang pertama kali.
Bentuk arsitektur dengan konstruksi panggung dan beratap tumpang, merupakan masjid bergaya
tradisional Banjar. Masjid bergaya tradisional Banjar pada bagian mihrabnya memiliki atap sendiri
terpisah dengan bangunan induk. Masjid ini didirikan di tepi sungai Kuin.

Anda mungkin juga menyukai