Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH BALI

Bali dikenal dengan sebutan Pulau Dewata. Sebutan pulau Dewata adalah sangat populer,
karena pulau Bali didominasi oleh pemeluk Hindu yang dalam kepercayaan umat Hindu mengenal
adanya banyak Dewa. Bali ini terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Bali sebelumnya
merupakan bagian dari Provinsi Sunda Kecil bersama dengan Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan
Timor. Pada tahun 1958 Bali resmi menjadi provinsi sendiri dengan ibukota Singaraja. Kemudian pada
tahun 1960 berpindah ke Denpasar.

SISTEM KASTA BALI

Sistem kasta Bali merupakan suatu sistem organisasi sosial yang mirip dengan sistem kasta India.
Kemiripan ini mampu terjadi karena kedua sistem ini berasal dari akar yang sama, yaitu kekeliruan
dalam penerapan sistem Warna yang berasal dari Veda. Akan tetapi, sistem kasta India jauh bertambah
melilit daripada Bali, dan hanya berada empat kasta dalam sistem kasta Bali.

Empat kasta Bali antara lain :

1. Kasta Brahmana, Kasta ini adalah kasta tertinggi yang terdirikan atas pendeta dan pemuka
agama lainnya.
2. Kasta Ksatria, Kasta ini adalah kasta yang mencakup prajurit, bangsawan dan raja.
3. Kasta Waisya, Kasta ini adalah kasta yang mencakup para pedagang dan pegawai pemerintah.
4. Kasta Sudra, Kasta ini adalah kasta yang terendah yang terdirikan atas 90 % petani dari
penduduk di Bali.
5. Kasta Paria, Kasta ini adalah kasta yang paling terendah dari ke 4 kasta di atas di perlakukan
tidak manusiawi hanyalah pembersih kakus, penyamak kulit, tukang cuci, dan macam pekerjaan
kasar lain.

Dari keempat kasta tersebut yang tertinggi menurut sistem kasta adalah Brahmana, karena dalam buku
ke-10 Rig-Veda yang memuat tentang sistem warna tertulis: “Golongan Brahmana keluar dari mulut
Dewa Brahmana, golongan Ksatria dari tangannya, Waisya dari paha atau perutnya, Sudra keluar dari
telapak kakinya”. Karena inilah sistem kasta yang mengadopsi sistem warna, kemudian menganggap
golongan Brahmana sebagai yang tertinggi.

TRADISI BALI

1. Mekotek (Munggu, Badung)

Tradisi Mekotek atau ngrebeg merupakan tradisi sakral yang turun temurun tetap dilestarikan oleh
warga Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali. Tradisi Mekotek dilaksanakan setiap
6 bulan sekali, tepatnya saat Hari Raya Kuningan atau 10 hari setelah Hari Raya Galungan. Mekotek
adalah tradisi yang menggunakan tongkat panjang dengan berjumlah puluhan hingga ratusan
membentuk formasi layaknyanya piramid yang menjulang tinggi. Dari sinilah nama Kotekan ini diambil,
dari suara “tek tek tek” yang berasal dari ujung tongkat yang saling bertemu.

2. Siat Geni (Desa Adat Tuban, Badung)


Siat Geni atau perang api adalah sebagai rangkaian ritual Purnama Kapat, bulan keempat dalam
perhitungan kalender Bali di Desa Adat Tuban, Kuta, Kabupaten Badung, Bali. Siat Geni ini digelar
sebagai persembahan untuk Kala Ludra Gni. Tujuannya agar dapat membersihkan dan menyucikan
segala keletehan jagat, seperti menjauhkan kejahatan, wabah atau gering, serta kekotoran yang ada di
desa. Sehingga peserta dari Siat Geni adalah orang yang suci.

3. Lukat Gni (Desa Paksebali, Klungkung)

Lukat Gni mirip dengan tradisi Siat Geni di Desa Adat Tuban, Kuta.Tradisi Lukat Gni digelar di area catus
pata (perempatan) Desa Paksebali, Kecamatan Dawan, Klungkung, Bali, bertepatan dengan malam Tilem
Sasih Kasanga, Hari Raya Pengerupukan. Lukat Geni itu sendiri merupakan tradisi yang dilakukan oleh
masyarakat Bali sebelum pengerupukan yang bertujuan untuk melepaskan ataupun mengurangi kotoran
dengan sarana api.

4. Perang Pandan atau Mekare-kare (Desa Tenganan, Karangasem)Desa Tenganan Pengringsingan,


Karangasem, Bali memiliki tradisi Perang Pandan yang sudah kesohor ke seluruh pelosok dunia. Perang
Pandan atau Mekare-kare digelar sebelum prosesi ayunan. Peran pandan merupakan salah satu tradisi
yang dilakukan untuk menghormati dewa Indra atau Dewa perang. Perang pandan merupakan bagian
dari ritual Sasihh Sembah. Sasih sembah ialah ritual terbesar yang ada di Desa Tenganan.

BAHASA BALI

Bahasa Bali terdiri atas dua dialek, yaitu :

(1)dialek Bali Aga atau Bali Mula

yang dituturkan oleh penduduk Bali di daerah dataran tinggi di Bali.

(2) dialek Bali Dataran

yang dituturkan oleh penduduk yang pada umumnya berdiam di daerah dataran rendah di Bali.

SUKU BALI

1. Suku Bali Aga

Pulau Bali memiliki beberapa suku, salah satunya yaitu suku Aga atau Bali Mula. Suku Aga muncul dari
gelombang migrasi Bali pertama.

2. Suku Bali Majapahit

Suku Bali Majapahit adalah orang-orang yang keturunan Kerajaan Majapahit, dari para pendatang dari
Pulau Jawa. Sebagian besar dari mereka tinggal di dataran rendah Bali.

3. Suku Nyama Selam

Suku Nyama Selam merupakan suku yang terdapat di Pulau Bali. secara bahasa, Nyama artinya saudara,
sedangkan Selam berarti Islam.
4. Suku Loloan

Suku Loloan adalah suku Bali yang berasal dari kedatangan masyarakat Melayu, yang diperkirakan sudah
ada di Bali sejak abad ke-17.

UPACARA ADAT

1. Ngaben

Ngaben merupakan adat istiadat Bali yang biasa dilakukan ketika salah satu anggota keluarganya
meninggal dunia. Upacara ini dilakukan dengan membakar mayat atau kremasi jenazah. Makna dari
ngaben adalah mengembalikkan roh yang telah meninggal dunia ke tempat asalnya, sebagai tanda
keikhlasan dari keluarga yang ditinggalkan.

2. Omed-omedan

Adat istiadat suku Bali yang lain adalah Omed-omedan. Tradisi ini hanya boleh dilakukan wanita dan pria
yang masih single atau tidak memiliki pasangan. Pasalnya, antara pasangan muda-mudi akan saling tarik
menarik dan berciuman. Tradisi ini dilakukan setelah hari raya Nyepi sebagai bentuk suka cita di Banjar
Kaja, Desa Sesetan, Denpasar.

3. Melasti

Sebelum pelaksanaan hari raya Nyepi, umat Hindu di Bali biasa melaksanakan upacara Melasti. Upacara
ini dilakukan dengan mendatangi beberapa sumber mata air, seperti pantai dan bermakna untuk
menyucikan diri.

4. Mepandes

Upacara adat ini juga dikenal dengan nama Potong Gigi. Biasanya, yang melaksanakan upacara ini adalah
anak-anak yang dianggap telah beranjak dewasa. Adapun, gigi taring bagian atas sang anak akan dikikis.
Hal itu dilakukan untuk menghilangkan sifat buruk yang ada di dalam diri manusia.

5.Galungan & Kuningan

Galungan adalah upacara dan adat istiadat Bali yang dilakukan guna memperingati terciptanya alam
semesta. Upacara ini dilakukan dengan melakukan persembahyangan di rumah masing-masing hingga
ke Pura sekitar. Sedangkan, Kuningan biasanya berdekatan dengan hari raya Galungan. Hari raya ini
dilakukan dengan menyiapkan persembahan berwarna kuning.

6. Nyepi

Upacara dan adat istiadat Bali yang terakhir adalah Nyepi. Perayaan ini dilakukan selama satu hari
lamanya dengan menahan hawa nafsu dan berdiam diri di rumah.
RUMAH ADAT

1. Aling-Aling

Aling-aling adalah bagian rumah adat Bali yang terletak di Pulau Seribu Pura. Bangunan rumah Aling-
aling berfungsi sebagai pembatas antara bagian luar dan angkul-angkul.

2. Angkul-Angkul

rumah adat Bali berikutnya adalah Angkul-angkul. Jika detikers tengah berkunjung ke pulau Dewata,
kamu bisa menemukan rumah masyarakat yang bentuknya seperti Candi Bentar dan letaknya ada di
depan bangunan rumah yang berfungsi sebagai pintu masuk.

3. Bale Manten

Bale Manten merupakan salah satu rumah adat Bali yang biasanya diperuntukkan untuk kepala keluarga
atau anak perempuan yang belum menikah.

4. Pura Keluarga

Pura Keluarga adalah rumah adat Bali yang sering digunakan oleh pemiliknya sebagai tempat beribadah.

SENJATA ADAT

1.Keris Tayuhan

Masyarakat Bali juga menjadikan keris sebagai senjata tradisional mereka. Keris Bali disebut dengan
Keris Tayuhan Keris Tayuhan dianggap berasal dari budaya Kerajaan Majapahit, dan memiliki nilai-nilai
sakral yang masih diyakini hingga saat ini. Masyarakat Bali menilai Keris Tayuhan sebagai simbol serta
identitas diri.

2. Kandik bali

berikutnya adalah Kandik, yang dalam bahasa Bali berarti kapak. Kandik berbentuk kapak besi bermata
satu dengan gagang yang panjang, tebal, dan kokoh. Dalam mitologi Bali, Kandik merupakan simbol dari
Ayudha Dewata atau senjata para dewa.

3. Trisula Trisula juga menjadi salah satu senjata tradisional Bali. Ada yang menyebut senjata ini dengan
nama Serampang atau dalam Sansekerta Trishul. Trisula Bali berwujud tombak yang memiliki tiga mata.
Hal ini membuat senjata tersebut juga dimaknai sebagai 3 tombak

TARIAN ADAT

1. Tari Kecak

Tari kecak berasal dari jenis tari sakral yaitu tari Sang Hyang yang digunakan untuk berkomunikasi
dengan para dewa atau leluhur. Baru pada tahun 1930-an mulai disisipkan cerita epos Ramayana ke
dalam pertunjukan Tari Kecak.
2. Tari Pendet

Tari Pendet yang disebut juga Tari Bhatara atau Bhatari adalah sebuah tari tradisional Bali yang
digunakan sebagai persembahan untuk para leluhur. Tari Pendet dipentaskan di halaman pura,
menghadap ke sebuah palinggih, dimana Bhatara dan Bhatari distanakan.

3. Tari Barong

Tari Barong merupakan tari tradisional yang menggunakan topeng dan dilakukan oleh dua laki-laki. Tari
Barong menceritakan perseteruan antara kebijakan yang disimbolkan dengan barong dan kejahatan
yang simbolkan oleh sosok rangda.

PAKAIAN ADAT

1. Payas Agung

Jenis pakaian adat Payas Agung merupakan pakaian tradisional paling lengkap dan mewah dengan
aturan yang ketat. Pakaian Payas Agung biasanya digunakan saat pernikahan dan identik dengan warna
cerah yang menggambarkan kebahagiaan. Selain kain pakaian yang melekat di tubuh, Payas Agung juga
dilengkapi mahkota nuansa emas, baik untuk laki-laki dan perempuan.

2. Payas Madya

Pakaian adat Payas Madya biasanya diwajibkan bagi orang-orang yang hendak memasuki kawasan yang
dianggap suci oleh krama, seperti pura dan situs peninggalan kerajaan. Terutama wisatawan. Payas
Madya lebih sederhana dibandingkan Payas Agung. Hanya terdapat tiga bagian pokok, yakni kamen,
kancrik (kain ikat pinggang), dan udeng.

3. Payas Alit

Payas Alit merupakan jenis pakaian adat yang paling sering digunakan dalam kegiatan sehari-hari,
biasanya digunakan untuk ibadah. Payas Alit biasanya didominasi warna putih. Penggunaan unsur-unsur
pada Payas Alit juga tidak semuanya bersifat wajib.

MAKANAN KHAS BALI

Babi guling Merupakan salah satu makanan terkenal di Bali. Babi Guling atau babi putar (di Bali disebut
guling) adalah sejenis makanan yang terbuat dari anak babi betina atau jantan yang perutnya diisikan
dengan bumbu dan sayuran seperti daun ketela pohon dan lalu dipanggang sambil diputar-putar
(diguling-gulingkan) sampai matang dengan ditandai dengan perubahan warna kulit menjadi
kecokelatan dan renyah. Contoh lain dari makanan khas Bali :

1. Nasi Gepeng

2. Sate plecing

3. Tum Ayam
4. Sate Kakul

5. Nasi campur

EKONOMI

1. Bertani

Indonesia adalah negara agraris, pekerjaan bertani menjadi mata pencaharian sebagian besar orang.
Begitu pula di Bali, bertani juga merupakan sumber penghasilan masyarakat. Masyarakat agraris di Bali
biasa menanam padi di sawahnya. Jika kalian pernah ke Ubud, maka kalian pasti melihat kawasan yang
dipenuhi persawahan yang luas dan sangat sejuk dipandang mata. Persawahan di Bali menggunakan
sistem terasering, sehingga selain untuk bercocok tanam, juga menjadi potensi wisata alam yang
menarik. Masyarakat Bali masih menggunakan sistem tradisional, misalnya sistem pengairan subak.

2. Berkebun

Selain bertani, masyarakat Bali juga berkebun untuk menghasilkan berbagai komoditas. Beberapa hasil
perkebunan di Bali yaitu kelapa, kopi, cengkeh, tembakau, karet, jambu mete dan berbagai palawija
serta buah-buahan. Dalam bercocok tanam, masyarakat Bali mengenal sistem tulak sumur dan sistem
kerta masa. Sistem tulak sumur yakni menanami lahan dengan menanami padi secara terus menerus
karena airnya mencukupi. Sedangkan sistem kerta masa yaitu menanami lahan dengan padi dan
diselingi palawija karena sewaktu-waktu kekurangan air.

3. Nelayan

Bali merupakan pulau kecil yang dikelilingi perairan. Daerah pesisir Bali memiliki potensi hasil laut yang
tinggi. Salah satu hasil laut yang dikenal dunia adalah ikan tuna. Bali banyak mengekspor ikan tuna ke
Cina, Korea, Taiwan, dan Jepang. Namun saat ini, mata pencaharian nelayan sudah banyak ditinggalkan,
terutama oleh pemuda. Laut di Bali saat ini kebanyakan dimanfaatkan untuk objek pariwisata.

4. Beternak

Beternak juga banyak dilakukan masyarakat Bali. Namun kebanyakan orang beternak sebagai usaha
sambilan di samping bertani, beternak atau bekerja di sektor lain. Beberapa hewan yang sering diternak
di Bali, yaitu sapi, kambing, ayam, babi dan itik.

5. Pariwisata

Pariwisata di Bali adalah sektor yang berkembang pesat sejak tahun 1969. Keindahan alam dan
kebudayaan Bali menjadi potensi yang mampu menarik wisatawan. Pekerjaan yang langsung berkaitan
dengan sektor ini, antara lain pemandu wisata, biro wisata, jasa transportasi wisata, hingga persewaan
peralatan water sport. Pariwisata juga secara tidak langsung meningkatkan sektor lainnya, seperti
perdagangan, perhotelan, kuliner, kesenian, kerajinan dan masih banyak lagi.
6. Berdagang

Karena Bali adalah pulau wisata, maka kegiatan perdagangannya pun bisa menghidupi masyarakat Bali.
Terutama di kawasan wisata, masyarakat bisa menjual berbagai barang, seperti oleh-oleh, suvenir,
hingga kebutuhan sehari-hari.

7. Hotel dan Restoran

Setiap tempat wisata di Bali pasti terdapat banyak hotel dan restoran, mulai dari level bawah hingga
papan atas. Beberapa pekerjaan di hotel dan restoran antara lain pramusaji, resepsionis, cleaning
service, room boy dan koki.

8. Sektor Budaya

Sektor budaya pun menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat, terutama di bidang kesenian. Seniman
tari, musik, patung dan kerajinan sangat diminati oleh para wisatawan.

9. Sektor Lain

Selain mata pencaharian di atas, masih banyak pekerjaan umum lainnya yang ada di Bali, seperti guru,
dosen, polisi, TNI, karyawan swasta, dan masih banyak lagi.

LARANGAN

1. Amati geni

Selama Nyepi berlangsung, umat Hindu tidak diperbolehkan menyalakan api, lampu, dan benda
elektronik lainnya. Hal tersebut ditujukan sebagai bentuk simbolis dalam melawan hawa nafsu duniawi.

2. Amati karya

Selain tidak menyalakan api dan lampu, hal lain yang tidak diperbolehkan adalah bekerja. Saat Nyepi
berlangsung, umat Hindu diharuskan untuk fokus introspeksi diri atas segala tindakan yang pernah
dilakukan.

3. Amati lelungan

Umat Hindu juga tidak diperkenankan untuk bepergian. Mereka harus berdiam diri di rumah dan
khusyuk beribadah.

4. Amati lelanguan

Pantangan terakhir adalah bersenang-senang. Umat Hindu harus menghentikan sejenak segala bentuk
kesenangan duniawi agar fokus sembahyang. Oleh sebab itu, tak ada toko dan tempat hiburan yang
buka selama Nyepi.

5. Pakaian ke pura

Larangan berpakaian tidak sopan ke pura, banyak pura di Bali dijadikan sebagai objek wisata, sehingga
banyak orang asing diluar warga Hindu yang datang berkunjung, untuk setiap pengunjung ke tempat
suci wajib memakai kamben (kain) dan selendang diikatkan di pinggang. Kalau itu tidak dilakukan anda
tidak boleh masuk atau bisa ditegur oleh petugas atau warga setempat.

6. Etika di jalan saat ada upacara keagamaan

Pantangan berbicara atau bersikap kasar seperti mengumpat ataupun membunyikan klakson berulang-
ulang saat jalanan macet karena sedang dalam prosesi upacara keagamaan, seperti Ngaben ataupun
Melasti, jika itu anda lakukan berarti tidak menghargai budaya lokal, dan bisa membuat warga
tersinggung.

7. Menginjak sesajian

Saat liburan di pulau Bali, diperhatikan juga ketika anda jalan-jalan, karena larangan dengan sengaja
menginjak persembahan umat Hindu seperti sesajen berupa canang, yang banyak dilakukan di pinggir
jalan atau pada trotoar seperti di depan warung, toko ataupun rumah. Jika tidak sengaja terinjak juga itu
tidak masalah, namun akan lebih baik bilang maaf kepada orang disana atau minimal maaf dalam hati
saja.

CONTOH TOLERANSI

Bukti nyata kerukunan umat beragama di Bali adalah adanya Pusat Peribadatan Puja Mandala yang
berada di kawasan Nusa Dua. Tempat ini terdapat 5 tempat ibadah sekaligus dalam satu tempat.

Contoh toleransi di tempat ini adalah ketika sebelum memasuki adzan sholat dzuhur, kamu akan
mendengar lonceng terdengar lebih dulu dari gereja. Setelah lonceng benar-benar berhenti, barulah
muadzin akan segera mengumandangkan adzan. Bangunan peribadatan satu dengan yang lain tak akan
saling berebut. Berjalan beriringan dan saling menghormati.

DAMPAK DAMPAK

Dampak Positif :

- Menciptakan aliran uang untuk orang bali dan juga pemerintah Indonesia

- Ada juga manfaat sosial yang mendorong pelestarian budaya seperti upacara dan tarian suci.

- Menciptakan lebih banyak kesempatan kerja untuk orang Bali.

- Aspek positif lain dari pariwisata Bali adalah manfaat sosial; banyak turis meningkatkan bahasa Inggris

- Namun ekonomi di pulau Bali adalah 'pemenang" dari industri pariwisata

Dampak Negatif :

- Saat ini populasi di Pulau Bali semakin padat, sehingga banyak pembangunan dimana-mana.

- Banyak orang membuang sampah sembarangan.


- Pulau dan masyarakat Bali tidak mendapatkan manfaat langsung dari keuntungan besar yang dibuat
oleh hotel internasional, pabrik-pabrik dan perusahaan-perusahaan.

- Adanya pariwisatawan yang tidak menghormati budaya dan lingkungan di Pulau Bali.

Permasalahan yang muncul adalah masalah politik dan ekonomi. Kebanyakan orang yang berkunjung ke
Bali akan menetap di wilayah Kuta, Seminyak, Nusa Dua, Sanur, dan Ubud. Destinasi ini terletak di
wilayah Bali Selatan. Tentunya, pembangunan infrastruktur dan ekonomi akan lebih banyak di kawasan
selatan. Hal ini yang membuat ada kesenjangan di kawasan Bali Utara, yang memang destinasi
pariwisatanya tidak seramai kawasan Bali Selatan.

SOLUSI

Dari dampak negatif di provinsi bali tersebut, beberapa solusi yang dapat di terapkan seperti:

Membuatkan undang-undang yang lebih tegas mendidik semua orang tentang dampak pariwisata pada
pulau Bali. Memberikan batasan kepada turis dan tanpa mengurangi minat turis datang ke bali seperti
dengan membuat jadwal turis agar provinsi bali tetap bisa terorganisir dengan baik dan di manfaatkan
untuk mengembangkan provinsi bali.

Anda mungkin juga menyukai