Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah Indonesia adalah mata pelajaran yang membekali peserta didik dengan
pengetahuan tentang dimensi ruang-waktu perjalanan sejarah Indonesia, keterampilan dalam
menyajikan pengetahuan yang dikuasainya secara konkret dan abstrak, serta sikap
menghargai jasa para pahlawan yang telah meletakan pondasi bangunan Negara Indonesia
beserta segala bentuk warisan sejarah, baik benda maupun takbenda.sejarah Indonesia pada
konsepnya mempelajari tentang masa lalu atau biasa di sebut sejarah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan revolusi kebudayaan?
2. Bagaimana perkembangan kebudayaan pada masa praaksara?

C. Tujuan
Menambah pengetahuan tentang revolusi kebudayaan dan konsep ruang pada hunian
manusia praaksara.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sebuah Revolusi
Zaman neolithikum atau zaman batu baru dapat dikatakan sebagai zaman batu yang
paling penting dalam kehidupan manusia. Pada zaman ini, terjadi revolusi kebudayaan,
yaitu terjadinya perubahan pola hidup manusia. Ada dikatakan bahwa neolitikum itu adalah
suatu revolusi yang sangat besar dalam peradaban manusia. Revolusi neolitik adalah
perubahan secara menyeluruh yang berlangsung dengan cepat yang terjadi pada zaman
prasejarah akhir dimana masyarakat mulai menggunakan cara-cara baru untuk bertahan
hidup. Pola hidup yang dulunya food gathering menjadi food producing. Pada zaman
neolithikum telah hidup Homo sapiens sebagai pendukung kebudayaan zaman neolithikum.
Manusia tidak hanya sudah hidup secara menetap tetapi juga telah bercocok tanam. Masa ini
penting dalam sejarah perkembangan masyarakat dan peradaban karena pada masa ini
beberapa penemuan baru berupa penguasaan sumber-sumber alam bertambah cepat. Berbagai
macam tumbuh-tumbuhan dan hewan mulai dipelihara dan dijinakkan. Hutan belukar mulai
dikembangkan, untuk membuat ladang-ladang. Dalam kehidupan bercocok tanam ini,
manusia sudah menguasai lingkungan alam beserta isinya. Masyarakat pada masa bercocok
tanam ini hidup menetap dalam suatu perkampungan yang dibangun secara tidak beraturan.
Oleh karena mereka sudah hidup menetap dalam suatu perkampungan maka tentunya dalam
kegiatan membangun rumah mereka melaksanakan secara bergotong-royong. Gotong-royong
tidak hanya dilakukan dalam membangun rumah, tetapi juga dalam menebang hutan,
membakar semak belukar, menabur benih, memetik hasil tanaman, membuat gerabah,
berburu, dan menangkap ikan. Berdasarkan alat-alat yang ditemukan dari peninggalannya dan
menjadi corak yang khusus, dapat dibagi kedalam dua golongan sebagai berikut.

2
1. Kebudayaan Kapak Persegi

Kapak persegi adalah alat dibuat dari batu berbentuk persegi. Asal-usul kapak persegi
bermula saat migrasi bangsa Asia ke Indonesia. Nama kapak persegi diberikan oleh von
Heine Geldern dengan memperhatikan penampang dari alat-alatnya, yang kadang kala
berbentuk persegi panjang atau trapesium. Di Indonesia bagian barat seperti pulau Sumatera,
Jawa dan Bali didapatkan kapak persegi, tetapi di Indonesia bagian timur, sedikit ditemukan
dengan pembuatan kasar. Tempat-tempat kapak persegi diketemukan di dekat Lahat
(Palembang), Bogor, Sukabumi, Karawang dan Tasikmalaya, Pacitan (Jawa Timur).
Diketemukan juga chalcedon (batu yang indah) dibuat sangat indah dan halus, sehinga batu
itu mungkin sebagian tanda kebesaran atau alat upacara. Sejenis dengan kapak persegi
dinamakan kapak bahu.

Meskipun namanya kapak persegi, tidak semua kapak persegi berbentuk kapak, ada
juga yang berbentuk pacul dan ada juga yang termasuk jenis tarah, tarah ini digunakan untuk
membuat alat dari kayu. Semua alat ini berbentuk sedikit melengkung dan bertangkai. Hal ini
berbeda pada saat zaman-zaman sebelumnya yang alat-alatnya biasanya tanpa tangkai
sehingga hanya cukup digenggam saja. Berikut macam-macam kapak persegi.

a. Kapak bahu sederhana

Kapak bahu sederhana merupakan salah satu jenis kapak persegi yang dibuat manusia
prasejarah zaman neolithikum yang tangkainya kasar. Persebaran kapak bahu sederhana
banyak ditemukan didaratan Asia termasuk Indonesia. Di Indonesia, peninggalan kapak bahu
sederhana terdapat di situs Kalumpang yang berada di daerah Mamuju, Sulawesi Barat.

3
b. Kapak tangga

Kapak tangga sering disebut beliung tangga karena permukaam atas beliung dibuat lebih
rendah, oleh karena itu bentuknya menjadi seperti tangga. Persebaran beliung ini terdapat
Asia bagian timur, yaitu di Taiwan. Di Indonesia persebaran beliung ini terdapat di daerah
Sulawesi.

c. Kapak Biola

Beliung ini menyerupai biola yang sisi kiri dan kanan kapaknya sedikit cekung. Persebaran
Beliung Biola terdapat di Asia Timur. Persebaran di Indonesia hanya di daearah Kalumpang
sama halnya kapak bahu sederhana.

2. Kebudayaan Kapak Lonjong

Kebudayaan kapak lonjong diperkirakan lebih tua daripada kapak persegi. Dinamakan
kapak lonjong karena mempunyai bentuk lonjong seperti telur. Selain itu kapak lonjong
memiliki ujung yang runcing, namun tidak seruncing mata panah. Pada umumnya kapak
lonjong ini dibuat dari batu kali yang berwarna kehitaman dan mempunyai tingkat kekerasan
tertentu, seperti yang masih digunakan di daerah Papua. Sedangkan ukuran-ukuran dari kapak
ini berbeda-beda, yang besar disebut welzenbeil dan kapak yang kecil disebut
dengan kleinbeil.
Kapak lonjong mempunyai fungsi yang hampir sama dengan kapak persegi. Diantaranya
kapak lonjong yang berukuran besar ini digunakan untuk memotong makanan dan sebagai
pekakas. Sedangkan kapak lonjong yang berukuran kecil digunakan untuk benda wasiat dan
upacara.

4
Daerah penemuan kapak lonjong di Indonesia, hanya terbatas di daerah bagian timur,
yaitu Sulawesi, Sangihe Talaud, Flores, Maluku, Leti, Tanimbar, dan Papua. Dari tempat-
tempat yang disebutkan itu, hanya sedikit yang diperoleh dari penggalian arkeologi, kecuali
di Serawak dan Kalumpang di Sulawesi Tengah.

Selain ditemukannya berbagai jenis kapak batu, masih terdapat beberapa peninggalan lain
seperti berikut.

a. Pahat segi panjang

Daerah asal kebudayaan pahat segi panjang ini meliputi Tiongkok Tengah dan
Selatan, daerah Hindia Belakang sampai ke daerah sungai gangga di India, selanjutnya
sebagian besar dari Indonesia, kepulauan Philipina, Formosa, kepulauan Kuril dan Jepang.

b. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah)

Jenis perhiasan ini banyak di temukan di wilayah jawa terutama gelang-gelang dari
batu indah dalam jumlah besar walaupun banyak juga yang belum selesai pembuatannya.
Bahan utama untuk membuat benda ini di bor dengan gurdi kayu dan sebagai alat abrasi
(pengikis) menggunakan pasir. Selain gelang ditemukan juga alat-alat perhisasan lainnya
seperti kalung yang dibuat dari batu indah pula. Untuk kalung ini dipergunakan juga batu-
batu yang dicat atau batu-batu akik.

Manusia purba waktu itu sudah memiliki pengetahuan tentang kualitas bebatuan
untuk peralatan. Penemuan dari berbagai situs menunjukkan bahan yang paling sering
digunakan adalah jenis batuan kersikan, seperti gamping kersikan, tufa kersikan, kalsedon
dan jasper. Jenis batuan ini disamping keras, sifatnya yang retas dengan pecahan yang
cenderung tajam dan tipis, sehingga memudahkan pekerjaan. Di beberapa situs yang
mengandung fosil-fosil kayu, tampak ada upaya pemanfaatan fosil untuk bahan peralatan.
Pada saat lingkungan tidak menyediakan bahan yang baik, ada kecenderungan untuk
memanfaatkan batuan yang tersedia di sekitar hunian, walaupun kualitasnya kurang baik.

Selain menggunakan batu, manusia purba pada saat itu juga menggunakan logam untuk
kebutuhan sehari-harinya. Zaman logam terdiri dari tiga zaman yaitu zaman perunggu,
tembaga, dan besi. Zaman logam merupakan masa di mana kehidupan semakin lebih maju.
5
Pada masa ini masyarakat sudah mengenal teknik-teknik pengolahan logam. Sejalan dengan
kemajuan-kemajuan yang dicapai manusia dalam meningkatkan taraf penghidupannya maka
tata susunan masyarakat menjadi semakin kompleks. Pembagian kerja semakin ketat dan
membutuhkan ketrampilan-ketrampilan tertentu.

1. Zaman tembaga
Pada zaman tembaga ini, manusia menggunakan tembaga sebagai bahan dasar alat-alat
yang digunakan. Akan tetapi, alat-alat dari tembaga tidak tersebar secara luas. Dengan kata
lain, zaman ini hanya dikenal di beberapa bagian dunia saja. Asia Tenggara, termasuk
Indonesia tidak mengalami zaman tembaga, dengan bukti tidak ditemukannya peninggalan-
peninggalan yang terbuat dari tembaga sehingga zaman neolithikum langsung disusul oleh
masuknya zaman perunggu. Zaman tembaga berkembang di semenanjung Malaya, Kamboja,
Thailand, dan paling banyak ditemukan di Eropa.

2. Zaman perunggu

Pada zaman perunggu atau yang disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tonkin Cina
ini manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 :
10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras. Benda peninggalan yang terbuat dari
perunggu diantaranya sebagai berikut.

Kapak corong
Kapak corong (kapak perunggu), banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Balio,
Sulawesi dan Kepulauan Selayar dan Irian. Kegunaannya sebagi alat perkakas.

Nekara Perunggu (Moko)


Nekara merupakan gendering besar yang terbuat dari perunggu yang berfungsi untuk
upacara ritual, khususnya untuk memanggil hujan. Sedangkan Moko adalah nekara yang
lebih kecil yang berfungsi sebagai mas kawin. Ditemukan di Sumatera, Jawa- Bali,
Sumbawa, Roti, Selayar, Leti

Bejana perunggu
Bejana perunggu di Indonesia ditemukan di tepi Danau Kerinci (Sumatera) dan Madura,
bentuknya seperti periuk tetapi langsing dan gepeng. Kedua bejana yang ditemukan

6
mempunyai hiasan yang serupa dan sangat indah berupa gambar-gambar geometri dan pilin-
pilin yang mirip huruf J.

Arca perunggu (patung)


Arca perunggu/patung yang berkembang pada zaman logam memiliki bentuk
beranekaragam, ada yang berbentuk manusia, ada juga yang berbentuk binatang. Pada
umumnya arca perunggu bentuknya kecil-kecil dan dilengkapi cincin pada bagian atasnya.
Adapun fungsi dari cincin tersebut sebagai alat untuk menggantungkan arca itu sehingga
tidak mustahil arca perunggu yang kecil dipergunakan sebagai liontin/bandul kalung. Daerah
penemuan arca perunggu di Indonesia adalah Bangkinang, Palembang dan Limbangan.

Candrasa
Kalau dilihat dari bentuknya, tentu Candrasa tidak berfungsi sebagai alat
pertanian/pertukangan tetapi fungsinya diduga sebagai tanda kebesaran kepala suku dan alat
upacara keagamaan. Hal ini karena bentuknya yang indah dan penuh dengan hiasan.

3. Zaman besi

Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi
alat-alat yang diperlukan. Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain mata kapak bertungkai
kayu, mata pisau, mata sabit, mata pedang, dan cangkul. Alat-alat tersebut ditemukan di
Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur).
Peninggalan sejarah pada zaman ini sulit ditemui karena sifatnya yang mudah berkarat.

B. Konsep Ruang pada Hunian


Manusia mengenal tempat tinggal atau menetap semenjak masa Mesolithikum (batu
tengah) atau masa berburu dan meramu tingkat lanjut. Sebelumnya manusia belum mengenal
tempat tinggal dan hidupnomaden (berpindah-pindah). Setelah mengenal tempat tinggal,
manusia mulai bercocok tanam dengan menggunakan alat-alat sederhana yang terbuat dari
batu, tulang binatang ataupun kayu. Pada dasarnya hunian pada zaman praaksara terdiri atas
dua macam, yaitu :
1. Nomaden
Nomaden adalah pola hidup dimana manusia purba pada saat itu hidup berpindah-pindah atau
menjelajah. Mereka hidup dalam komunitas-kuminatas kecil dengan mobilitas tinggi di suatu

7
tempat. Mata pencahariannya adalah berburu dan mengumpulkan makanan dari alam (food
gathering).
2. Sedenter
Sedenter adalah pola hidup menetap, yaitu pola kehidupan dimana manusia sudah
terorganisir dan berkelompok serta menetap di suatu tempat. Mata pencahariannya bercocok
tanam serta sudah mulai mengenal norma dan adat yang bersumber pada kebiasaan-kebiasaan

Pola hunian manusia purba memiliki dua karakter khas, yaitu kedekatan dengan
sumber air dan kehidupan di alam terbuka.

Menurut Kostof, arsitektur sudah mulai ada pada saat manusia mampu mengolah
lingkungan hidupnya. Pembuatan tanda-tanda di alam yang membentang tak terhingga itu
untuk membedakan dengan wilayah lainnya. Tindakan untuk membuat tanda pada suatu
tempat itu dapat dikatakan sebagai bentuk awal dari arsitektur. Pada saat itu manusia sudah
mulai merancang sebuah tempat.

Bentuk arsitektur pada masa praaksara dapat dilihat dari tempat hunian manusia pada
saat itu. Gambar-gambar dinding goa tidak hanya mencerminkan kehidupan sehari-hari,
tetapi juga kehidupan spiritual. Cap-cap tangan dan lukisan di goa yang banyak ditemukan di
Papua, Maluku, Sulawesi Selatan dikaitkan dengan ritual penghormatan atau pemujaan nenek
moyang. Gambar dinding yang ada dalam goa-goa menggambarkan pada jenis binatang yang
diburu atau binatang yang digunakan untuk membantu dalam perburuan.

Bentuk pola hunian dengan menggunakan penadah angin menghasilkan pola menetap
pada manusia masa itu. Pola hunian itu masih digunakan oleh Suku Bangsa Punan sampai
sekarang. Bentuk hunian itu merupakan bagian bentuk awal arsitektur di luar tempat hunian
di goa. Secara sederhana, penadah angin merupakan suatu konsep tata ruang yang
memberikan secara implisit memberikan batas ruang.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh yang luas di bidang
perubahan. Perkembangan tersebut merupakan rangkaian dari perkembangan yang pernah
terjadi sebelumnya.
Dalam sejarah dijelaskan yang pada awalnya, kehidupan masyarakat dimulai dari
masyarakat primitif yang hidup sederhana. Mereka hidup dari hasil berburu dan
mengumpulkan makanan yang terdapat di alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Manusia primitif berkembang dan berubah menjadi beternak. Seiring dengan berkembangnya
peradaban, kemudian muncul pertanian dalam bentuk yang sederhana yaitu dengan cara
berladang, lalu kemudian dengan semakin berkembangnya teknologi kemudian manusia
mulai mengenal apa yang namanya industri. Perubahan-perubahan yang terjadi pada manusia
dan kebudayaan yang ada terjadinya karena adanya proses revolusi
B. Saran
Kita harus melestarikan kebudayaan di negara ini dan harus menjaga peninggalan yang
ada sejak zaman dahulu. Dan kehidupan sejarah masa lalu harus dijadikan pedoman supaya
kita tidak hidup terbelakang seperti dulu, tetapi harus semakin maju dan maju seperti alur
zaman. Dan kita harus mengetahui bagaimana proses revolusi yang terjadi sejak zaman
prasejarah hingga saat ini

9
DAFTAR PUSTAKA

Buku Sejarah Indonesia Kelas X Kurikulum 2013, Kementrian Pendidikan


http://maribelajarsejarahindonesia.blogspot.com/2013/11/kapak-lonjong-dan-kapak-
persegi.html
http://amtsalhly.blogspot.com/2013/07/zaman-logam.html
http://iamfriatmoko.blogspot.com/2013/05/revolusi-budaya.html
http://auliamaharany.blogspot.com/2013/05/revolusi-kebudayaan.html

10

Anda mungkin juga menyukai