KELOPOK 4
Egi
Septia Nanda.p
Ratu aisyah
Revolusi
SMKN 1 LEUWILIANG
Makalah ini berisi tentang makna dasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar serta
posisinya di dalam penerapan konstitusi di Indonesia. Dalam penyusunannya
melibatkan berbagai pihak, baik dari dalam sekolah maupun luar sekolah. Oleh
sebab itu saya mengucapkan banyak terima kasih atas segala kontribusinya dalam
membantu penyusunan makalah ini.
Meski telah disusun secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasa
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.
Besar harapan saya makalah ini dapat menjadi sarana membantu masyarakat
dalam memahami sumber hukum tertinggi di Indonesia yakni Pancasila dan UUD
1945.
Demikian apa yang bisa saya sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil
manfaat dari karya ini.
Kata Pengantar........................................................................i
Daftar Isi...................................................................................ii
Daftar Gambar.........................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................
B. Rumusan Masalah....................................................
C. Tujuan.......................................................................
D. Metologi Data............................................................
BAB 2 PEMBAHASAN
B. Kerajaan Wajo........................................................
1. Sejarah awal..........................................
2. Kerajaan wajo........................................
3. Peninggalaan kerajaan wajo.................
4. Raja raja................................................
BAB 3 PENUTUPAN
A. Kesimpulan.................................................................48
B. Saran..........................................................................48
Daftar Pusaka................................................................. v
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam sudah dikenal masyarakat sejak dahulu. Banyak sekali cara penyebaran
agama islam sehingga dapat diterma dengan mudahnya oleh masyarakat. Dalam hal
ini, dahulu islam berkembang melalui kerajaan– kerajaan di Nusantara. Kerajaan
Islam berkembang pesat di nusantara baik berasal dari penyebaran oleh para
pedangang maupun melalui media lainnya. Seiring dengan persebaran agama Islam di
nusantara banyak didirikan kerajaan Islam. Salah satu Kerajan Islam tertua di
kawasan timur nusantara ialah Kerajaan Ternate, kerajaan ini berdiri pada abad ke-13
hingga abad ke-17. Kerajaan Ternate pada umumnya disebut kesultanan Ternate
memiliki kekuatan besar dibidang perekonomian karena memiliki kekayaan rempah-
rempah dan daerah ini mengalami eksodus penduduk dari Halmahera. Oleh sebab
tersebut Kerajaan Ternate memiliki pengaruh besar terhadap perdagangan di
nusantara dan padat penduduk. Kerajaan Islam yang berkedudukan di Maluku setelah
Kerajaan Ternate ialah Kerajaan Tidore. Kerajaan Tidore berdiri pada tahun 1108 M
dibawah kekuasaan Kolonel Belanda. Belanda berusaha untuk memonopoli bumi
Maluku karena memiliki kekayaan rempah-rempah yang melimpah. Kerajaan Tidore
mengalami masa kejayaan pada era Sultan Nuku dengan keadaan system
pemerintahan yang telah berjalan dengan baik. Dalam menghadapi penjajahan
Kolonial Belanda, Kerajaan Tidore mendapat bantuan dari Kerjaan Makassar yang
berkedudukan di Pantai barat semenanjung Sulawesi Selatan untuk berjuang melawan
Kolonial Belanda. Kerajaan Makassar menjadi persinggahan para pedagang karena
lokasinya strategis dengan jalur perdagangan nusantara. Meskipun memiliki kekuatan
yang besar dibawah kepemimpinan Sultan Hassanudian, Belanda mampu
menumbangkan kejayaannya dengan melakukan politik devide et impera dan
berdiplomasi dengan kerajaan Bone yang diperintah oleh Raja Aru Palaka melakukan
pemberontakan terhadap Makassar. Kerajaan tersebut diatas berperan penting dalam
persebaran Islam, keadaan perekonomian, budaya, serta politik pemerintahan di
nusantara.
A. Rumusan Masalah
B. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
A. Kerajaan Gowa-Tallo
1. Sejarah Awal
Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik
sebagai pendiri Istana Gowa, tetapi tradisi Makassar lain menyebutkan empat
tersebut yang kemudian muncul sebagai kerajaan besar ialah Goa dan Tello
dengan adanya para mubalig yang disebut Dato’ Tallu (Tiga Dato),
Februari 1605 M). Kemudian disusul oleh Raja Gowa dan Tallo yaitu
1607 M.2
agama masyarakat.3
raja-rajanya telah memperoleh gelar Sultan, maka kerajaan itu juga yang
suatu jalan yang lebih baik, maka ia akan memberitahukan jalan itu
3
Prof. Dr. M. Ahmad Sewang, Islamisasi Kerajaan Gowa (Abad XVI sampai abad XVII), Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia,2005, hlm. 2
4
Agussalim, S.Pd., “Suplemen Materi Ajar” Prasejarah Kemerdekaan di Sulawesi Selatan, Yogyakarta:
Deepublish Publisher, 2016, hlm.48.
5
Sufisme Khalwatiyah (Tarekat Khakwatiyah) adalah sebuah nama tarekat yang berkembang di Mesir. Tarekat
Khalwatiyah artinya menyendiri untuk merenung. Diambilnya nama ini dikarenakan seringnya Syekh
Muhammad Al-Khalwati, pendiri Tarekat Khalwatiyah, melakukan khalwat di tempat-tempat sepi.
6
Mufti adalah ulama yang memiliki wewenang untuk menginterpretasikan teks dan memberikan fatwa kepada
umat.
7
Op.cit., hlm. 222-223.
Dalam sejarah Kerajaan Gowa perlu dicatat tentang sejarah
setelah kapal Portugis dirampas oleh VOC pada masa Gubernur Jendral
peperangan dari waktu ke waktu terus berjalan dan baru berhenti antara
pada 1638 terjadi perampokkan kapal orang Bugis yang bermuatan kayu
8
Ibid, hlm.223.
3. Peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo
Yusuf.
barat pantai kota Makassar. Benteng ini dibangun oleh raja Gowa ke-9,
pada tahun 1545. Karena awalnya berbahan tanah liat, Raja Gowa ke-
sebutan benteng panyyua atau benteng penyu. Pasalnya, jika dilihat dari
atas, benteng ini memiliki bentuk seperti penyu. Bentuk ini memiliki
laut dan daratan, sama seperti penyu yang hidup di dua alam. Pada masa
atas distrik Sulawesi benteng ini pernah beralih fungsi menjadi tempat
yang diapit batu kapur. Batu peninggalan Kerajaan Gowa Tallo ini dipercaya
memiliki tuah karena dianggap sebagai batu dari khayangan. Karena anggapan
sumpah atas setiap raja atau penguasa baru di kerajaan Gowa Tallo. Batu ini
pemakaman Tamalate.
c. Masjid Katangka
tempat atau desa di mana masjid berdiri. Ketika naskah ini dibuat nama jalan
di mana masjid berada adalah Jl. Syech Yusuf, sebuah cabang dari Jalan Raya
kurang lebih 500M terdapat makam Syech Yusuf ulama Sufi dari Makassar
beberapa ratus meter di sebelah timur makam di sisi selatan jalan yang
Tahun didirikan masjid Katangka tertera pada 1603 prasasti namun diragukan
dibangun oleh seorang ulama Sumatera tepatnya dari Minang kemudian oleh
Sulawesi Selatan pada 1582, raja Gowa XOO Tunijallo membangun masjid
atap, pintu dan jendela, yang sudah cukup rusak. Masjid dikelilingi oleh
makam raja dari keluarga pendimnya, para pemuka islam dengan bentuk
dengan kubah. Sementara makam pemuka agama, kerabat, serta keturunan raja
Pengaruhnya yang sangat besar bagi perlawanan rakyat Gowa Tallo terhadap
Gowa dan Tallo menjadi besar karena letaknya strategis, yaitu berada di jalur
Ternate dan Tidore yang akan berdagang ke Malaka atau Jawa. Kerajaan
Gowa Tallo berkembang pesat dan menjadi penghubung antara Malaka, Jawa
dan Maluku.
Banyak pedagang dari Malaka, Aceh, dan Maluku yang pindah ke Makassar.
Para pedagang Makassar membawa beras dan gula dari Jawa dan daerah
seperti kain dari India, sutra dan tembikar dari Cina, serta berlian dari Banjar.
daerah selatan, seperti pulau Selayar, Buton demikian juga Lombok dan
10
Pelabuhan transito adalah pelabuhan tempat persinggahan kapal-kapal yang datang dari Indonesia Barat
maupun Indonesi Timur.
musim Barat yang melalui sebelah Utara kepulauan Nusa Tenggara dan jalan
dikuasainya.
1. Letaknya strategis
Makasar
berdekatan. Beberapa raja atau Sultan yang pernah berkuasa pada masa
1) Karaeng Matoaya
2) Sultan Alaudin
Raja Tallo).
.
4) Sultan Hassanudin
12 Januari 1631.
14
PerjanjianBungaya (seringjugadisebutBongayaatauBongaja) adalahperjanjianperdamaian yang
ditandatanganipadatanggal 18 November 1667 di BungayaantaraKesultananGowa yang diwakilioleh Sultan
Hasanuddindan phial HindiaBelanda yang diwakiliolehLaksamanaCornelisSpeelman.
Namun perjanjian Bongaya ini tidak berhasil memelihara
oeh isis perjanjian itu. Pada bulan April 1667 Sultan Hasanuddin
diri dari tahta kerajaan dan ia tetap tidak mau bekerja sama dengan
Timur”.15
5) I Mappasomba
b. Wilayah Kekuasaan
Marege-Australia Utara.
sebagai kerajaan yang “lebih besar” dan lebih kuat dari mereka.
Opu. Kerajaan itu tak lain Kerajaan Gowa, yang mulai gencar
Maluku.
5. Perkembangan Agama
Agama yang berkembang di kerajaan Gowa Tallo adalah agama
Yusuf al-Makasari juga tersebar di kerajaan Gowa dan kerajaan lainnya pada
pelaut yang ulung. Salah satu hasil budayanya yang mengagumkan adalah
prinsip mare liberum atau laut bebas. Meskipun begitu, mereka sangat terikat
dengan dengan norma adat yang ketat. Norma yang dianut masyarakat
mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan
Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang
7. Kerajaan Wajo
1. Sejarah Awal
berbagai daerah, utara, selatan, timur dan barat, berkumpul dipinggir Danau
sebagai orang yang bijak, mengetahui tanda-tanda alam dan tatacara bertani
yang baik. Adapun penamaan danau Lampulung dari kata sipulung yang
berarti berkumpul.
komunitas ini cair. Hingga tiba seseorang yang memiliki kemampuan sama
menjadi Arung Cinnotabi III yang diganti oleh putranya La Patiroi sebagai
di Boli dan membentuk komunitas baru lagi yang disebut Lipu Tellu
KajuruE.
2. Kerajaan Wajo
terdapat pada sumber hikayat lokal. Di hikayat lokal tersebut ada cerita yang
orang anak raja dari kampung tetangga Cinnotta’bi yaitu berasal dari
keturunan dewa yang mendirikan kampung dan menjadi raja-raja dari ketiga
keluarga dari mereka menjadi raja di seluruh Wajo dengan gelar Batara Wajo.
Batara Wajo yang ketiga dipaksa turun tahta karena kelakuannya yang buruk
dan dibunuh oleh tiga orang Ranreng. Menarik perhatian kita bahwa sejak itu
raja-raja di Wajo tidak lagi turun temurun tetapi melalui pemilihan dari
seorang keluarga raja menjadi arung-matoa artinya raja yang pertama atau
utama.
hakim), dan tiga duta, sehingga jumlah anggota dewan berjumlah 40 orang.
dan Soppeng dalam perjanjian Tellum Poco pada 1582. Wajo pernah
tunduk pada 1610. Di samping itu diceritakan pula dalam hikayat tersebut
Islam terhadap raja-rajaWajo dan rakyatnya dalam masalah kalam dan fikih.
Pada waktu itu di Kerajaan wajo dilantik pejabat-pejabat agama atau syura
dan yang menjadikadi pertama di Wajo ialah konon seorang wali dengan
Wajo selama 1612 sampai 1679 diperintah oleh sepuluh orang arung-
pada 1643, 1660, dan 1667. Kerajaan Wajo sendiri pernah ditaklukkan
Kerajaan Bone tetapi karena didesak maka Kerajaan Bone sendiri takluk
pimpinan Speelman yang mendapat bantuan dari Aru Palaka dari Bone
berakhir dengan perjanjian Bongaya pada 1667. Sejak itu terjadi penyerahan
Kerajaan Gowa pada VOC dan disusul pada 1670 Kerajaan Wajo yang
diserang tentara Bone dan VOC sehingga jatuhlah ibukota Kerajaan Wajo
Posisi Batara Wajo yang bersifat monarki absolut diganti menjadi Arung
diserang oleh pasukan gabungan setelah terlebih dahulu Lamuru yang juga
satu panglima perang Wajo yang tidak terima kekalahan merantau ke Kutai
ke 30, ia membangun Wajo pada sisi ekonomi dan militer dengan cara
Bungaya.
Bone. Saat itu Belanda melancarkan politik pasifikasi untuk memaksa semua
melawan Kompeni juga harus ditanggung oleh Wajo sehingga Wajo harus
Indonesia Timur, berbentuk swapraja pada tahun 1945-1949. Setelah Konferensi Meja
Bundar, Wajo bersama swapraja lain akhirnya menjadi kabupaten pada tahun 1957. Antara
pemberontahan DI/TII. Setelah 1957, pemimpin di Wajo adalah seorang Bupati. Wajo yang
menjadi kabupaten.
3. Peninggalan Kerajaan Wajo
dalam kondisi tidak terawat. Salah satu, bukti dan peninggalan sejarah
yang tersisa yakni Masjid Kuno di Tosora. Tempat ibadah umat Islam ini
pada zaman dahulu. Bahkan, Tosora pernah menjadi ibu kota Kabupaten
wilayah ini.
b. Makam-makam kuno
tersebut di atas, penulis masih dapat amati ketika pertama kali berkunjung
menyedihkan, namun kita tidak bisa berbuat banyak untuk mengatasi hal
berupa suatu kompleks, sebagian besar sudah dilindungi oleh pihak Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala, walaupun kelihatannya tidak terawat
dengan baik.
dalamnya, yaitu :
Mesjid Tua Tosora (Lihat Foto 3).Kompleks makam ini berada pada
terlihat karena sebagian besar jirat makam ini terbuat dari papan batu
nisan yang terlihat, yaitu : nisan dari meriam yang konon menurut
16, 22, dan nisan tipe pipih (berbentuk perisai, ujung tombak). Bahan
nisan yang terlihat adalah bentuk menhir yang pada umumnya masih
1487)
1521)
Zaman islam
1643)
Panggaranna (1643-1648)
(1648-1651)
11 La Paremma To Rewo Arung Matoa Wajo Matinroe ri Passirinna
(1651-1658)
(1658-1670)
(1679-1699)
1770)
Wajo (1795-1817)
(1821-1825)
1916)
terakhir
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
kerajaan Islam di Sulawesi tidak terlepas dari perdagangan yang berlangsung ketika itu.
Islam yang dilakukan para pedagang bisa dimungkinkan karena mereka pergi ke
berbagai penjuru bumi. Dalam ajaran Islam setiap orang memiliki kewajiban yang sama
untuk berdakwah. Setiap Muslim, apapun kedudukan dan profesinya mereka dituntut
untuk dapat menyampaikan ajaran Islam walaupun hanya satu ayat Al-Quran.
B. Saran
Demi kesempurnaan makalah ini, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan agar makalah ini dapat menjadikan suatu pedoman untuk
kalangan umum. Kami sebagai penyusun memohon maaf atas segala kekurangan dan
kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Atas kritik, saran, dan perhatiannya kami
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Ari Listiyani. 2009. Sejarah 2 Untuk SMA/MA Kelas XI BAHASA. Jakarta : Pusat
Restu Gunawan, Amurwani Dwi Lestariningsih, dan Sadirman. 2016. Sejarah Indonesia
Kemendikbud.
Prof. Dr. M. Ahmad Sewang. 2005. Islamisasi Kerajaan Gowa (Abad XVI sampai abad
Dr. Akin Duli, MA, ST, dkk.2013. Monumen Islam di Sulawesi Selatan. Makassar : Balai
Imtam Rus Ernawati. Nursiwi Ismawati.2009. Sejarah Kelas XI Untuk SMA/MA Program
Group.
S.M Noor. 2011. Perang Makassar 1669. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.
https://kerjaanislamdiindonesia.blogspot.co.id/2016/05/kerajaan-islam-di-sulawesi-dan-
gorontalo.html
http://iingmetalica.blogspot.co.id/2012/11/makalah-sejarah-islam-di-sulaesi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Gowa
http://ariakesuma12.blogspot.co.id/2016/11/kehidupan-ekonomi-kerajaan-gowa-tallo.html
http://www.nafiun.com/2013/02/masyarakat-kerajaan-gowa-tallo-kehidupan-sosial-dan-
ekonomi.html
http://www.sejarah-negara.com/2015/02/tokoh-sejarah-kerajaan-gowa-tallo.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Karaeng_Matoaya
http://muhishaqramli.blogspot.co.id/2016/01/sultan-alauddin.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Bungaya
https://artmelayu.blogspot.co.id/2013/07/tinggalan-masjid-lama-tosora-remains-of.html
http://www.arkeologi-sulawesi.com/berita-138/situs-tosora-kabupaten-wajo.html