Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH GEOGRAFI

“SEBAB TIMBULNYA GELOMBANG


TSUNAMI YANG MENDERA ACEH”

OLEH :
1. AKHDES NURTABARA P.F
2. ANISA LARASATI
3. FERDI SETIAWAN
4. FIKHA AMANDASARI
5. TIKA HANDINI E.S
6. RAHMAT HIDAYAT

GURU PEMBIMBING : YESI S.Pd

SMA NEGERI 1 SEMENDAWAI SUKU III


TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana


atas berkat, rahmat dan ridho-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Sebab timbulnya
gelombang tsunami yang mendera aceh”.
Tak Ada Gading Yang Tak Retak Penulis menyadari bahwa di
dalam pembuatan makalah ini masih ada kekurangan. Oleh
karena itu, segala saran dan kritik yang sifatnya memotivasi
penulis agar tercapainya kesempurnaan makalah ini. Penulis
mohon maaf jika terdapat kesalahan atau kekurangan kata-
kata dalam penulisan makalah ini. Semoga penulisan makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir.
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang
1.2. Identifikasi
1.3. Perumusan
1.4. Tujuan
1.5. Manfaat
BAB II: Landasan Teori
2.1. Tinjauan Pustaka
BAB III: Metodologi Penelitian
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2. Teknik Pengumpulan Data
3.3 Teknik Analisis Data
BAB IV : Hasil Penelitian
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian
BAB V: PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gempa bumi dan tsunami, 26 Desember 2004, yang menimpa Aceh dan telah
menyebabkan hampir 230.000 penduduk meninggal dunia dan 600.000 penduduk
kehilangan tempat tinggal. Sebanyak 1.644 kantor pemerintah, 270 pasar, 239
pertokoan hancur, 2.732 tempat peribadatan rusak, lebih dari 1.151 sekolah dan
pesantren, 33 rumah sakit dan rumah bersalin musnah, 58 Puskesmas dan poliklinik
ikut hancur. Diperkirakan 82% jalan dan 499 jembatan mengalami rusak total,
berikut 49 pelabuhan. Kerugian material yang diakibatkan bencana ini ditaksir
hampir ratusan trilyun rupiah. Banyak sarana-sarana transportasi, komunikasi dan
infrastruktur lainnya hancur ditelan gelombang air pasang ini. Kota yang dulunya
dipadati oleh rumah-rumah penduduk, bangunan batu, kini hampir rata dengan tanah.
Ratusan ribu nyawa melayang, dalam waktu sekejap mayat-mayat bergelimpangan di
sepanjang jalan dan dibiarkan membusuk tanpa ada yang merawatnya. Bencana ini
kini tidak saja dirasakan oleh mereka yang terkena langsung, tetapi dirasakan oleh
segenap masyarakat dunia.
Ketika tsunami melanda wilayah Aceh dan Nias pada tanggal 26 Desember 2004
lalu, lebih dari dua ratus ribu jiwa meninggal dunia dan dinyatakan hilang. Namun di
pulau Simeulue, salah satu daerah yang juga dilanda tsunami dan berada dekat pusat
gempa, jumlah korban yang jatuh relatif sedikit. Beberapa sumber menyebutkan
bahwa korban meninggal dunia sebanyak 7 orang. Suatu jumlah yang tidak signifikan
dibandingkan dengan jumlah penduduk pulau Simeulue yang pada saat itu sebanyak
78.128 jiwa (Juni 2005) yang sebagian besar bermukim di wilayah pantai, sedikit
jumlah korban meninggal akibat tsunami di pulau Simeulue ditafsirkan karena
beberapa hal yaitu :
a. Sebagai kuasa Tuhan
b. Adanya kearifan lokal, dan
c. Topografi wilayah

1.2 Identifikasi
Prinsip masyarakat Aceh dan Simeulue yang sangat agamis seringkali
mengkaitkan berbagai peristiwa di dunia ini dengan aspek ketuhanan, sehingga
peristiwa tsunami juga dianggap sebagai bagian dari cobaan terhadap keimanan
manusia. Alasan kedua, adanya suatu “kearifan” lokal dalam bentuk cerita turun
temurun tentang peristiwa tsunami yang pernah terjadi pada masa-masa
sebelumnya. Salah satu nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Simeulue
adalah apabila terjadi suatu gempa kuat yang diiringi dengan surutnya air laut, maka
masyarakat harus naik ke wilayah yang lebih tinggi. Kondisi topografi wilayah di
sebagian besar permukiman di pulau Simeulue yang berbukit-bukit juga memudahkan
masyarakat untuk segera menyelamatkan diri.
Dari penjelasan di atas, maka penulis dapat menarik sebuah judul yaitu “SEBAB
TIMBULNYA GELOMBANG TSUNAMI YANG MENDERA MASYARAKAT ACEH”
yang akan dibahas lebih lanjut dalam paper ini.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas tentang “SEBAB TIMBULNYA
GELOMBANG TSUNAMI YANG MENDERA MASYARAKAT ACEH” maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud tsunami ?
b. Apa penyebab terjadinya tsunami ?
c. Bagaimana sistem peringatan dini tsunami di Indonesia ?

1.4 Tujuan dan Manfaat


Dari penulisan paper di atas tujuan dan manfaat paper ini adalah :
a. Sebagai syarat untuk mengikuti ujian Nasional
b. Untuk mengetahui apa yang dimaksud tsunami
c. Untuk mengetahui penyebab terjadinya tsunami
d. Sistem peringatan dini saat terjadi tsunami

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tinjaun pustaka


Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang tsu artinya pelabuhan dan nami artinya
gelombang laut. Secara harfiah berarti “ombak besar di pelabuhan”, adalah sebuah
ombak yang terjadi setelah sebuah gempa bumi, gempa laut, gunung berapi meletus
atau hantaman meteor di laut. Tenaga setiap tsunami adalah tetap terhadap fungsi
ketinggian dan kelajuannya. Dengan itu, apabila gelombang menghampiri pantai,
ketinggiannya meningkat sementara kelajuannya menurun. Gelombang tersebut
bergerak pada kelajuan tinggi, hampir tidak dapat dirasakan efeknya oleh kapal laut
(misalnya) saat melintasi di laut dalam, tetapi meningkat ketinggian hingga mencapai
30 meter atau lebih di daerah pantai. Tsunami dapat menyebabkan kerusakan erosi
dan korban jiwa pada kawasan pesisir pantai dan kepulauan. Sedangkan gelombang
adalah getaran yang merambat. Selain radiasi elektromagnetik dan mungkin radiasi
gravitasional, yang bisa berjalan lewat vakum, gelombang juga terdapat pada
medium (yang karena perubahan bentuk dapat menghasilkan gaya memulihkan
lentur), dimana mereka dapat berjalan dan dapat memindahkan energi dari satu
tempat kepada lain tanpa mengakibatkan partikel medium berpindah secara
permanen, yaitu tidak ada perpindahan secara massal, malahan setiap titik khusus
berosilasi di sekitar satu posisi tertentu. Dampak negatif yang diakibatkan tsunami
adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan
mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air
asin, lahan pertanian, tanah dan air bersih.

1. Thermonuclear Weapon yang mungkin disebarkan di palung Sumatera


Danny Hilman, peneliti LIPI Bandung, sebagai pakar gempa, bahwa gempa di Aceh
diakibatkan/disebabkan oleh berbagai sumber bukan hanya dari satu titik,
melainkan garis atau bidang yang mengarah ke utara hingga ke laut Andaman
sepanjang 1.000 km. Berdasarkan data GPS, pulau Simeulue yang terletak paling
dekat dengan sumber gempa terpindahkan sekitar 10 m secara lateral dan 2 m
vertikal. Secara rata-rata, Sumatera sendiri mempunyai pergerakan 3 cm/tahun.
Pak Danny juga menyebutkan ada kemungkinan perubahan di bawah permukaan
sumatera akibat gempa Aceh ini. Diusulkan agar dilakukan pemeriksaan vulkanologi,
terutama kandungan gas di setiap gunung api di Sumatera Utara dan sekitarnya.
H. Harni Arrasyid MK
Gempa berkekuatan 8,9 SR dengan patahan sepanjang 200 km diiringi gelombang
tsunami raksasa yang menimpa Aceh, Sumatera Utara dan sejumlah negara di Asia
Tenggara, Asia Selatan dan Afrika Timur 26 Desember 2004 tidak diragukan lagi
merupakan bencana alam terdahsyat abad ini karena sangat eskalatif dan korban
tewas sangat besar.

Penyebab Gelombang Tsunami


Gempa-gempa yang paling mungkin dapat menimbulkan tsunami adalah gempa yang
terjadi di dalam laut. Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km, magnitudo lebih
besar dari 6,0 skala Richter, serta jenis penyesaran gempa tergolong, sesar naik
atau sesar turun.
Pasca bencana gempa dan gelombang tsunami di Nangroe Aceh Darussalam 26
Desember 2004, kata “tsunami” kini makin populer di Indonesia. Padahal sejak 1992
tsunami mulai dikenal masyarakat di negeri ini ketika terjadi bencana tsunami di
Flores pada 12 Desember. Meski mulai dikenali, namun belum dipahami secara benar.
Menurut Dr. Nanang T. Puspito, dosen dan kepala laboratorium seismo-tektonik di
jurusan geofisika dan meteorologi Institut Teknologi Bandung, dapat dimaklumi jika
tsunami belum dipahami secara benar oleh masyarakat awam, karena tsunami sering
disalah-artikan sebagai gelombang pasang. Padahal, sangat berbeda artinya. Ia
menyebutkan gelombang pasang terjadi karena adanya gaya tarik bulan terhadap
bumi, sedangkan tsunami berasal dari bahasa Jepang “tsu” dan “nami” yang arti
harfiahnya adalah gelombang di pelabuhan atau pantai yang terjadi karena adanya
gangguan impulsif pada ari laut akibat terjadi perubahan bentuk dasar laut secara
tiba-tiba.
Nanang menyebut penyebab tsunami dapat berasal dari tiga sumber, yaitu gempa,
letusan gunung api dan longsoran yang terjadi di dasar laut. Menurut dia, dari ketiga
penyebab timbulnya tsunami itu, gempa merupakan penyebab utama. Besar atau
kecilnya gelombang tsunami sangat ditentukan oleh karakteristik gempa yang
menyebabkannya. Gempa-gempa yang paling mungkin dapat menimbulkan tsunami
adalah gempa yang terjadi di dasar laut. Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km.
Magnitudo lebih besar dari 6,0 skala Richter, serta jenis penyesaran gempa
tergolong sesar naik atau sesar turun. Gempa-gempa semacam itu biasanya terjadi
pada zona subduksi, zona bukaan dan zona besar.
Dikatakannya pula bahwa kecepatan penjalaran gelombang tsunami, berkisar
antara 50 km sampai 1.000 km per jam. Pada saat mendekati pantai, kecepatannya
semakin berkurang karena adanya gesekan dasar laut. Tetapi tinggi gelombang
tsunami justru akan bertambah besar pada saat mendekati pantai. Ia menyebutkan
gelombang tsunami mencapai ketinggian maksimum pada pantai berbentuk landai dan
berlekuk seperti teluk dan muara sungai. Pada pantai semacam ini, tinggi gelombang
tsunami dapat mencapai puluhan meter. Seperti gempa Flores tahun 1992 dengan
magnitudo 6,8 SR secara teoritis akan menghasilkan gelombang tsunami setinggi
satu sampai dua meter di episentrum gempa. Namun, pada saat tiba di pantai Flores,
gelombang tsunami mencapai ketinggian maksimum sekitar 24 meter.
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan
sejumlah besar air, seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, longsor maupun
meteor yang jatuh ke bumi. Namun 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah
laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus.
Misalnya ketika meletusnya gunung Krakatau, gerakan vertikal pada kerak bumi
dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba yang
mengakibatkan gangguan kesetimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini
mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut yang ketika sampai di pantai menjadi
gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut dimana gelombang
terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami
mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya
sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang
tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai,
tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan massa
air. Saat mencapai pantai, tsunami akan merayap masuk daratan, jauh dari garis
pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa
kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi
juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke
bawah lempeng benua. Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan
gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan
tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya,
dasar laut naik turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada
di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang
jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi
mega tsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
Syarat terjadinya tsunami akibat gempa :
• Gempa bumi yang berpusat di tengah-tengah laut dangkal (0 – 30 km)
• Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 skala Richter
• Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun

Potensi tsunami di Indonesia


Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap tsunami, terutama kepulauan
yang berhadapan langsung dengan pertemuan lempeng, antara lain barat Sumatera,
selatan Jawa, Nusa Tenggara, utara Papua, Sulawesi dan Maluku serta timur
Kalimantan. Tsunami di Indonesia pada umumnya adalah tsunami lokal, dimana waktu
antara terjadinya gempa bumi dan datangnya gelombang tsunami antara 20 s/d 30
menit.
Berdasarkan katalog gempa (1629 – 2002) di Indonesia pernah terjadi tsunami
sebanyak 109 kali, yakni 1 kali akibat longsoran (landslides), 9 kali akibat gunung
berapi dan 98 kali akibat gempa bumi tektonik. Gempa yang menimbulkan tsunami
sebagian besar berupa gempa yang mempunyai mekanisme fokus dengan komponen
dip-slip, yang terbanyak adalah tipe thrust (Flores, 1992) dan sebagian kecil tipe
normal (Sumba, 1977). Gempa dengan mekanisme fokus strike slip kecil sekali
kemungkinan untuk menimbulkan tsunami.

Tanda-tanda akan datangnya tsunami di daerah pinggir pantai adalah :


a. Air laut yang surut secara tiba-tiba
b. Bau asin yang sangat menyengat
c. Dari kejauhan tampak gelombang putih/suara gemuruh yang sangat keras.
Tsunami terjadi jika :
a. Gempa besar dengan kekuatan gempa > 6,5 SR
b. Lokasi pusat gempa di laut
c. Kedalaman dangkal < 40 km
d. Terjadi deformasi vertikal dasar laut
Pembelajaran gempa dan tsunami 26 Desember 2004 memberikan pelajaran
penting, betapa waktu singkat antara gempa besar sebelum gelombang tsunami
datang. Sebagian masyarakat bertanya dengan polosnya mengapa tidak ada
peringatan sama sekali dari pihak berwenang. Terlepas dari pengetahuan mereka
bahwa gempa sampai hari ini belum ada ilmuwan yang mampu menentukan kapan
suatu gempa akan terjadi, namun demikian tsunami yang terjadi setelah gempa
dapat diprediksi sehingga pihak berwenang bisa memberi peringatan kepada
masyarakatnya. Kejadian kesalahan gempa pada 3 Juni 2007 merupakan pelajaran
yang berharga bagi kita semua.

Gempa berkekuatan 5,8 SR landa Aceh Singkil


Sebagian masyarakat di kota Singkil, Kabupaten Aceh Singkil, Nangroe Aceh
Darussalam, berhamburan keluar rumah akibat terkejut guncangan gempa bumi
berkekuatan 5,8 pada skala Richter.
Kepala stasiun geofisika Mata Le, Banda Aceh, Syahran, menyebutkan gempa
yang terjadi sekitar pukul 21.51 WIB itu berada pada koordinat 2,24 Lintang Utara
(LU) – 97,88 Bujur Timur (BT). Lokasinya berada di desa Singkil Utara, sekitar 10
km tenggara ibukota Kabupaten Aceh Singkil. Gempa yang berada di kedalaman
sekitar 62 km itu tidak dirasakan masyarakat di ibukota Banda Aceh dan Aceh
Besar. Gempa tercatat pada alat pencatat gempa Mata Le berlangsung selama 6,5
menit. Salah seorang warga Singkil, Masyithoh, menyebutkan gempa tersebut cukup
mengejutkan masyarakat, karena fenomena alam itu terjadi bersamaan dengan
padamnya aliran listrik ke rumah-rumah penduduk. Sebagian warga berhamburan
keluar rumah dalam kegelapan malam karena panik merasakan getaran gempa, namun
suasana tenang kembali, setelah sebagian mereka melihat permukaan air laut masih
normal. “Warga panik karena masih trauma dengan bencana tsunami yang melanda
sebagian pesisir Aceh akhir tahun 2004”, katanya.
Dari data yang diperoleh dari kantor stasiun geofisika Mata Le, diketahui bahwa
gempa susulan yang mengguncangkan wilayah Singkil itu merupakan gempa kuat
ketiga di Aceh. Setelah pada 21 Juli lalu berkekuatan 5,0 SR mengguncang
Takengon, ibukota Kabupaten Aceh Tengah, sedangkan pada 13 Juli 2007, gempa
susulan juga menggucangkan wilayah pantai barat selatan Aceh. Gempa berkekuatan
4,8 SR itu berada di kedalaman 33 km, namun pusatnya sekitar 109 km sebelah
barat daya kota Banda Aceh.

Korban Jiwa
Di Indonesia, gempa bumi mengakibatkan tsunami (gelombang pasang) yang
menelan sangat banyak korban jiwa. Dipastikan lebih dari 150.000 jiwa tewas,
puluhan gedung hancur oleh gempa utama, terutama di Meulaboh dan Banda Aceh di
ujung Sumatera. Di Banda Aceh, sekitar 50% dari semua bangunan rusak terkena
tsunami, tetapi kebanyakan korban disebabkan oleh tsunami yang menghantam
pantai barat Aceh dan Sumatera Utara. Foto dari kerusakan sulit diperoleh karena
ada pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka yang mengakibatkan sedikitnya jumlah
reporter, pejabat pemerintah, dan tim penolong di sumatera Utara. Pejabat
pemerintah khawatir akan kurangnya laporan dari kota-kota di pantai barat
Sumatera, termasuk beberapa resort kecil. Kota-kota ini hanya berjarak 100 km
dari episenter dan diperkirakan menerima kerusakan berat dan juga pulau Simeulue
dan pulau Nias.
Dirancang sebagai media informasi tentang musibah tsunami di Samudera Hindia
dahsyat tanggal 26 Desember 2004 lalu, khususnya yang terjadi di wilayah Aceh,
sebagai kawasan bencana yang paling parah dengan korban tewas paling tinggi.
Sekarang ini siapa saja yang datang di provinsi Aceh terutama ke Kotamadya Banda
Aceh, kabupaten Aceh Besar, Aceh Barat, Aceh Jaya, Aceh Barat Daya, Pidie,
Lhokseumawe dan kabupaten Aceh Utara dengan tujuan apa saja termasuk tsunami
tour, tidak terlalu perlu harus banyak orang bercerita bagaimana saat gempa
mengguncang atau dari mana tsunami datang, karena mereka masih bisa melihat
sendiri kerusakan semua sendi kehidupan yang ditimbulkan kedua bencana alam
tersebut.
Kecuali itu, sekarang ini hanya yang tidak terlihat lagi dengan mata kepala adalah
korban yang hilang dan meninggal dunia karena yang meninggal dan ditemukan
mayatnya sudah dikebumikan dalam berbagai kuburan massal. Data akhir yang
diterima Suara Karya pada sekretariat Pemda Provinsi Aceh, 30 Juli 2005
menyebutkan lebih dari 234.271 penduduk Aceh tewas serta 165.729 orang hilang
dan 150.000 rumah mereka hancur total akibat diguncang gempa serta diterjang
tsunami pada Minggu, 26 Desember 2004 lalu. Sedangkan korban yang selamat
namun sudah kehilangan sanak saudara dan harta benda masih berada di barak-
barang pengungsi di seluruh Aceh. Belakangan dari 512.000 pengungsi itu hanya
sebagian kecil mereka yang nekat pulang kembali ke bekas lokasi rumahnya dengan
cara membuat pondok kecil atau tenda darurat. Tujuan mereka pulang juga beragam
mulai dari tidak sanggup lagi hidup di barak-barak pengungsi yang berderet-deret.
Setiap barak 12 kamar berukuran satu kamar 4 x 5 m dengan ketentuan huni satu
kamar satu keluarga atau 5 orang. Juga supaya lahan bekas rumah mereka tidak
hilang jejak atau beralih tangan.

Masih banyak korban tsunami Aceh yang belum ditemukan


Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengatakan, masih banyak sekali korban
yang meninggal dunia akibat diterjang badai tsunami di Nangroe Aceh Darussalam
(NAD) yang belum ditemukan. Para korban diduga masih banyak yang tertimbun
reruntuhan bangunan yang belum bisa diidentifikasi petugas di lapangan, kata
Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari di Kupang, Selasa (11/01). Dia mengemukakan
jumlah korban yang meninggal dunia diperkirakan mencapai 150 ribu orang, tetapi
sebagiannya belum ditemukan karena tertimbun reruntuhan bangunan.
Departemen Kesehatan, kata Menteri Supari, saat ini berkonsentrasi menangani
para korban yang menderita sakit, karena jumlahnya banyak sekali, dengan
membentuk posko-posko kesehatan. Selain membentuk posko-posko, juga
menyiapkan pencegahan guna mengantisipasi meledaknya suatu wabah. “Sampai saat
ini kita masih bersyukur karena wabah belum meledak, tetapi pasiennya banyak
sekali, sehingga ada yang dievakuasi ke Medan, sekarang ke Pekan Baru karena
Medan sudah penuh, kalau Pekan Baru penuh ke Batam,” katanya.

Dampak Tsunami Aceh di NTB


Salah satu desa dampingan P2KP yaitu Desa Lembar, Kecamatan Lembar
Kabupaten Lombok Barat, NTB pada 26 desember 2004 lalu terkena dampak
tsunami Aceh berupa gelombang air pasang setinggi 5 meter. Dalam peristiwa
tersebut tidak ada korban jiwa, namun sebanyak 20 rumah di pesisir pantai dan 9
bagan nelayan hanyut. Dari musibah tersebut, Pemda Lombok Barat mengambil
langkah antisipasi dini dengan mengevakuasi sejumlah 1.045 jiwa penduduk atau
sekitar 238 KK pada 27 Desember 2004 lalu.

Jumlah para pengungsi yang ditampung di gudang Dolog Pemda Lombok Barat
sebanyak 645 jiwa serta 403 jiwa ditampung di workshop PU provinsi NTM.
Masyarakat peduli sesama dan Pemda Lombok Barat menyalurkan bantuan pangan
berupa beras, mie instan, air mineral dan bahan pangan lainnya. Personil P2KP juga
menghimpun dana bantuan yang dikoordinir oleh team leader KMW 10 NTB, Asfan
Syufainal serta Korkot 1 kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat, Hartatik.
Dana tersebut telah disalurkan dalam bentuk bahan pangan berupa beras 20 kg, mie
instan 10 dos dan sabun cuci 10 dos.
Pemetaan swadaya di desa tersebut telah dilakukan sebelum dampak tsunami
datang memporak-porandakan lingkungan perumahan dan pemukiman penduduk. Kini,
masalah yang paling prioritas adalah tidak terdapatnya jembatan penyeberangan
sepanjang 20 meter yang menghubungkan dusun Cemara dengan desa induknya.
Setelah musibah melanda, masyarakat dusun Cemara melalui tim PS telah
mengajukan permohonan (kepada fasilitator) agar pemetaan swadaya diulang melalui
rembuk masyarakat guna penetapan prioritas mendesak saat ini.
Gubernur NTB Lalu Serinata saat meninjau lokasi tersebut mengungkapkan
kesediaannya guna membiayai pembangunan jembatan penyeberangan tersebut.
Dukungan P2KP sebatas pada perbaikan lingkungan perumahan dan pemukiman yang
berupa MCK dan SPAL. Sebanyak 1.043 orang pengungsi pada 3 Januari 2005 lalu
telah dipulangkan di kampungnya di dusun Cemara, Desa Lembar oleh Pemda Lombok
Barat. Sedangkan untuk 2 orang penduduk yang masih sakit, tengah dirawat di RSU
Gerung Lombok Barat (Hartatik, Korkot 1 Lombok Barat dan kota Mataram)
(www.google.co.id).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu penelitian


Tempat penelitian: SMA Negeri 1 Semendawai Suku III
Waktu penelitian : 12 November 2017

3.2 Pengumpulan data


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kepustakaan.
Pemilihan metode ini karena penelitian yang dilakukan ditujukan untuk
mengidentifikasi sebab timbulnya gelombang tsunami yang mendera masyarakat
aceh mengacu pada literatur, artikel-artikel dan sumber bacaan lain.

3.3 Teknik analisis data


Banyak kota-kota di sekitar Pasifik, terutama di Jepang dan juga Hawaii,
mempunyai sistem peringatan tsunami dan prosedur evakuasi untuk menangani
kejadian tsunami. Bencana tsunami dapat diprediksi oleh berbagai institusi
seismologi di berbagai penjuru dunia dan proses terjadinya tsunami dapat dimonitor
melalui perangkat yang ada di dasar atau permukaan laut yang terkoneksi dengan
satelit.
Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama dengan perangkat yang mengapung
di laut (buoy) dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat dilihat
oleh pengamatan manusia pada laut dalam, sistem sederhana yang pertama kali
digunakan untuk memberikan peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba
di Hawaii pada tahun 1920-an, kemudian sistem yang lebih canggih dikembangkan
lagi setelah terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April 1946 dan 23 Mei 1960.
Amerika Serikat membuat Pacific Tsunami Warning Center pada tahun 1949 dan
menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional pada tahun 1965.
Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami (REST Project)
dipasang di pantai barat Amerika Serikat, Alaska dan Hawaii oleh USGS, NOAA dan
Pacific Northwest Seismograph Network serta oleh tiga jaringan seismik
Universitas. Hingga kini, ilmu tentang tsunami sudah cukup berkembang meskipun
proses terjadinya masih banyak yang belum diketahui dengan pasti. Episenter dari
sebuah gempa bawah laut dan kemungkinan kejadian tsunami cepat dihitung.
Pemodelan tsunami yang baik telah berhasil memperkirakan seberapa besar tinggi
gelombang tsunami di daerah sumber, kecepatan perjalanannya dan waktu sampai di
pantai. Berapa ketinggian tsunami di pantai dan seberapa jauh rendaman air yang
mungkin terjadi di daratan. Walaupun begitu, karena faktor alamiah, seperti
kompleksitas topografi dan batimetri sekitar pantai dan adanya corak ragam
tutupan lahan (baik tumbuhan, bangunan, dll) perkiraan waktu kedatangan tsunami,
ketinggian dan jarak rendaman tsunami masih belum bisa dimodelkan secara akurat.

Pemecahan Masalah
Dari penyajian data dan analisis di atas maka disimpulkan bahwa salahsatu
pemecahan masalah tsunami di Indonesia adalah diwujudkannya sistem peringatan
dini di Indonesia.
Saat ini Indonesia sedang melakukan pekerjaan pembangunan sistem peringatan
dini tsunami. Salah satu proyek yang dikerjakan adalah kerjasama dengan negara
Jerman. Proyek ini bernama GITEWS (Germany Indonesia Tsunami Early Warning
System). Ada 3 pilot area yang dipilih untuk pelaksanaan proyek ini yaitu kota
Padang, Jawa Tengah (Cilacap, Kebumen dan Bantul) serta Bali (Kab. Badung).
Pengembangan sistem peringatan dini tsunami ini melibatkan banyak pihak dan
instansi pemerintah. Sebagai koordinator dari pihak Indonesia adalah kementerian
Ristek (Riset dan Teknologi). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung
jawab untuk mengeluarkan Info Gempa dan Peringatan Tsunami adalah BMG (Badan
Meterologi dan Geofisika). Tujuan utama pembangunan sistem peringatan dini
tsunami ini adalah untuk terciptanya sebuah sistem yang dapat menginformasikan
serta memperingatkan masyarakat luas apabila terjadi suatu gempa yang berpotensi
tsunami dalam waktu sesingkat-singkatnya agar kerugian nyawa dan materi dapat
dihindarkan semaksimal mungkin.
Cara kerja :
Sebuah sistem peringatan dini tsunami adalah merupakan rangkaian sistem kerja
yang rumit dan melibatkan banyak pihak secara internasional, regional, nasional,
daerah dan bermuara di masyarakat.
Apabila terjadi suatu gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat
seismograf (pencatat gempa). Di lautan, peralatan-peralatan elektronis juga
mencatat serta merekam data-data dasar serta permukaan laut. Data-data
tersebut kemudian dikirim melalui satelit ke kantor-kantor yang berwenang (untuk
Indonesia bernama BMG) selanjutnya BMG akan mengeluarkan info gempa yang
disampaikan melalui peralatan teknik secara simultan. Cara penyampaian info gempa
tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS, faksimile, telepon, email, RANET (radio
internet) FM RDS (radio yang mempunyai fasilitas RDS/radio data system) dan
melalui website BMG (www.bmg.go.id). Apabila gempa tersebut telah memenuhi
syarat atau kondisi terjadinya tsunami maka BMG akan mengeluarkan peringatan
awas tsunami. Artinya, gempa tersebut berpotensi untuk menimbulkan tsunami.
Untuk jenis peringatan ini maka pemerintah mengeluarkan isu evakuasi. Untuk
kategori awas tsunami ini, Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan untuk
membunyikan sirine yang berarti Lakukan evakuasi !
Peringatan awas tsunami ini juga akan secara otomatis ditampilkan melalui masa
media elektronik TV dan radio.
Pengalaman serta banyak kejadian di lapangan membuktikan bahwa meskipun
banyak peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang palingefektif hingga saat
ini untuk sistem peringatan dini tsunami adalah RADIO.Oleh sebab itu, kepada
masyarakat yang tinggal di daerah rawan tsunami,diminta untuk selalu siaga
mempersiapkan RADIO FM untuk mendengarkanberita peringatan dini tsunami. Alat
lainnya, yang juga dikenalampuh adalahradio komunikasi antar penduduk, organisasi
yang mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia). Mengaparadio?
Jawabannya sederhana, karena ketika gempa seringkali mati lampu,tidak ada listrik,
radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain itu karena ukurannya kecil, dapat
dibawa kemana-mana (mobile), radiuskomunikasinya pun relatif cukup memadai.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi hasil penelitian


Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang tsu artinya pelabuhan dan nami
artinya gelombang laut. Secara harfiah berarti “ombak besar di pelabuhan”, adalah
sebuah ombak yang terjadi setelah sebuah gempa bumi, gempa laut, gunung berapi
meletus atau hantaman meteor di laut. Tenaga setiap tsunami adalah tetap
terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Dengan itu, apabila gelombang
menghampiri pantai, ketinggiannya meningkat sementara kelajuannya menurun.
Gelombang tersebut bergerak pada kelajuan tinggi, hampir tidak dapat dirasakan
efeknya oleh kapal laut (misalnya) saat melintasi di laut dalam, tetapi meningkat
ketinggian hingga mencapai 30 meter atau lebih di daerah pantai. Tsunami dapat
menyebabkan kerusakan erosi dan korban jiwa pada kawasan pesisir pantai dan
kepulauan. Sedangkan gelombang adalah getaran yang merambat. Selain radiasi
elektromagnetik dan mungkin radiasi gravitasional, yang bisa berjalan lewat vakum,
gelombang juga terdapat pada medium (yang karena perubahan bentuk dapat
menghasilkan gaya memulihkan lentur), dimana mereka dapat berjalan dan dapat
memindahkan energi dari satu tempat kepada lain tanpa mengakibatkan partikel
medium berpindah secara permanen, yaitu tidak ada perpindahan secara massal,
malahan setiap titik khusus berosilasi di sekitar satu posisi tertentu. Dampak
negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan,
tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan
genangan, pencemaran air asin, lahan pertanian, tanah dan air bersih.
Dari hasil pemaparan karya ilmiah ini dari awal hingga akhir, sebagai uraian
kiranya penulis perlu memberikan beberapa langkah kongkret yang dapat kita
lakukan saat daerah kita dilanda tsunami. Adapun langkah-langkah tersebut antara
lain :
a. Saat Tsunami Datang
1. Jangan panik
2. Jangan menjadikan gelombang tsunami sebagai tontonan. Apabila gelombang
tsunami dapat dilihat, berarti kita berada di kawasan yang tidak aman.
3. Jika air laut surut dari batas normal, tsunami mungkin terjadi.
4. Bergeraklah dengan cepat ke tempat yang lebih tinggi, ajaklah keluargadan orang
di sekitar turut serta tetaplah di tempat aman sampai air laut benar-benar surut.
Jika Anda sedang berada di pinggir laut atau dekat sungai, segera berlari sekuat-
kuatnya ke tempat yang lebih tinggi. Jika memungkinkan, berlarilah menuju bukit
yang terdekat.
5. Jika situasi memungkinkan, pergilah ke tempat evakuasi yang sudah ditentukan.
6. Jika situasi tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan seperti di atas,carilah
bangunan bertingkat yang bertulang baja (ferroconcrete building), gunakan tangga
darurat untuk sampai ke lantai yang paling atas (sedikitnya sampai ke lantai 3).
7. Jika situasi memungkinkan, pakai jaket hujan dan pastikan tangan
Anda tidak membawa apa-apa.

b. Sesudah Tsunami
1. Ketika kembali ke rumah, jangan lupa memeriksa kerabat satu persatu.
2. Jangan memasuki wilayah yang rusak, kecuali setelah dinyatakan aman.
3. Hindari instalasi listrik.
4. Datangi posko bencana untuk mendapatkan informasi. Jalinlah komunikasi dan
kerja sama dengan warga sekitar.
5. Bersiaplah untuk kembali ke kehidupan yang normal.

BAB V
PENUTUP

5. 1 Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi, tanah longsor,
meteor atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut.
Terjadinya Tsunami diakibatkan oleh adanya gangguan yang menyebabkan
perpindahan sejumlah besar air meluap ke daratan, seperti letusan gunung api,
gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami
adalah akibat gempa bumi bawah laut.
Dampak Tsunami sebagian besar mengakibatkan kerusakan parah dan banyak
menelan korban jiwa dan harta benda sehingga perlu adanya upaya untuk
menghadapi tsunami baik dalam keadaan waspada,persiapan,saat terjadi tsunami dan
setelah terjadi tsunami.

5.2 Saran
Untuk mengantisipasi datangnya tsunami yang sampai saat ini belum bisa
diprediksikan dengan tepat kapan dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan
beberapa langkah sebagai berikut :
Selalu waspada dan memantau dengan aktif informasi tentang bahaya tsunami dari
pihak yang berwenang terhadap adanya potensi tsunami terutama penduduk yang
bermukim didekat pantai.Menentukan tempat-tempat berlindung yang tinggi dan
aman jika terjadi tsunami. Menyediakan persediaan makanan dan air minum untuk
keperluan darurat dan pengungsian. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat
diisi) barang-barang yang sangat dibutuhkan di tempat pengungsian seperti
perlengkapan P3K atau obat-obatan.

Penutup
Penulis mengucapkan puji syukur sebesar-besarnya kepada Allah SWT yangtelah
memberikan taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper
yang berjudul “SEBAB TIMBULNYA GELOMBANG TSUNAMI YANG MENDERA
MASYARAKAT ACEH”, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Saya sebagai penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan paper ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian data dan
sebagainya. Oleh karenanya penulis masih mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan paper ini.
Akhirnya hanya keridhoan Allah SWT yang penulis dambakan, semoga rahmat dan
hidayah-Nya senantiasa dilimpahkan kepada kita semua. Semoga paper yang penulis
sajikan ini memberikan manfaat buat semua pembacanya. Amin ya robbal alamin.
DAFTAR PUSTAKA

Moch. Ma’ruf Tanudjaja. 1995. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Jakarta :
Balai Pustaka.
Anonim. 1987. Atlas Geografi Indonesia dan Dunia. Jakarta : Pustaka Ilmu.
http://www.google.com

Anda mungkin juga menyukai