Anda di halaman 1dari 14

KERAJAAN GOWA TALLO

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7 ( 12 IPA 10 SKS ) :

1. RAJA’ ALBI
2. SAIPUL ASROH POHAN

PEMBIMBING :
MUHAMMAD THOHIR, S.Ud, M.Ag

MA NEGERI 3 PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2021 - 2022

1|Kerajaan Gowa Tallo


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “Kerajaan Gowa Tallo” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini di ajukan guna memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Kami menyadari, jika makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari sempurnanya makalah ini. Semoga makalah
ini memberikan informasi bagi teman-teman dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Palembang, 04 November 2021

Penulis

2|Kerajaan Gowa Tallo


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB 1 Pendahuluan.....................................................................................................................4
1.1Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3Tujuan...............................................................................................................................4
BAB 2 Pembahasan.....................................................................................................................5
2.1 Sejarah Terbentuknya Kerajaan Gowa Tallo....................................................................5
2.2 Letak Kerajaan Gowa Tallo..............................................................................................5
2.3 Masa Perkembangan Kerajaan Gowa Tallo..................................................................... 5
2.4 Proses Kehancuran Dari Kerajaan Gowa Tallo ...............................................................6
2.5 Silsilah Raja Kerajaan Gowa Tallo...................................................................................7
2.6 Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo..............................................................8
BAB 3 Penutup...........................................................................................................................13
3.1Kesimpulan......................................................................................................................13
3.2Saran................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................14

3|Kerajaan Gowa Tallo


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses
yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang
berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada dibawah
Kabupaten Gowa dan daerah sekitarnya yang dalam bingkai negara kesatuan RI dimekarkan menjadi
Kota madya Makassar dan kabupaten lainnya. Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar
Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-
1669) terhadap Belanda yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang berasal dari Suku Bugis dengan rajanya
Arung Palakka. Tapi perang ini bukan berati perang antar suku Makassar – suku Bugis, karena di pihak
Gowa ada sekutu bugisnya demikian pula di pihak Belanda-Bone, ada sekutu Makassarnya. Politik
Divide et Impera Belanda, terbukti sangat ampuh disini. Perang Makassar ini adalah perang terbesar
Belanda yang pernah dilakukannya di abad itu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah terbentuknya Kerajaan Gowa Tallo?
2. Dimana letak Kerajaan Gowa Tallo?
3. Bagaimana proses perkembangan Kerajaan Gowa Tallo?
4. Siapa saja yang menjadi Raja Kerajaan Gowa Tallo?
5. Bagaimana proses kehancuran Kerajaan Gowa Tallo?
6. Apa saja peninggalan Kerajaan Gowa Tallo?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui sejarah terbentuknya Kerajaan Gowa Tallo
2. Mengetahui letak Kerajaan Gowa Tallo
3. Mengetahui proses perkembangan Kerajaan Gowa Tallo
4. Mengetahui siapa saja yang menjadi Raja Kerajaan Gowa Tallo
5. Mengetahui proses kehancuran Kerajaan Gowa Tallo
6. Mengetahui apa saja peninggalan Kerajaan Gowa Tallo

4|Kerajaan Gowa Tallo


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Terbentuknya Kerajaan Gowa Tallo


Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama Bate
Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-
Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik damai maupun
paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari pendahulu di Gowa
dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri Istana Gowa, tetapi tradisi Makassar lain menyebutkan empat
orang yang mendahului datangnya Tumanurung, dua orang pertama adalah Batara Guru dan saudaranya
Gambar di bawah merupakan peta Sulawesi Selatan. Di Sulawesi Selatan pada abad 16 terdapat beberapa
kerajaan di antaranya Gowa, Tallo, Bone, Sopeng, Wajo dan Sidenreng. Masing-masing kerajaan tersebut
membentuk persekutuan sesuai dengan pilihan masing-masing. Salah satunya adalah kerajaan Gowa dan
Tallo membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih dikenal
dengan sebutan kerajaan Makasar.

2.2 Letak Kerajaan Gowa Tallo


Secara geografis daerah Sulawesi Selatan memiliki posisi yang sangat strategis, karena berada di
jalur pelayaran (perdagangan Nusantara). Bahkan daerah Makasar menjadi pusat persinggahan para
pedagang baik yang berasal dari Indonesia bagian Timur maupun yang berasal dari Indonesia bagian
Barat. Dengan posisi strategis tersebut maka kerajaan Makasar berkembang menjadi kerajaan besar dan
berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.

2.3 Masa perkembangan Kerajaan Gowa Tallo


Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan internasional dan banyak
disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang
untuk berdagang di Makasar. Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga
yang disebut dengan ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE, sehingga dengan adanya
hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami perkembangan yang
pesat. Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena Makasar juga
menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi Selatan. Kehidupan Sosial Budaya
Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah nelayan dan pedagang. Mereka
giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau
untuk menambah kemakmuran hidupnya. Sejak Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan ini
menjalin hubungan dengan Ternate yang sudah menerima Islam dari Gresik. Raja Ternate yakni
Baabullah mengajak raja Gowa Tallo untuk masuk Islam, tapi gagal. Baru pada masa Raja Datu Ri
Bandang datang ke Kerajaan Gowa Tallo agama Islam mulai masuk ke kerajaan ini. Setahun kemudian
hampir seluruh penduduk Gowa Tallo memeluk Islam. Mubaligh yang berjasa menyebarkan Islam adalah
Abdul Qodir Khotib Tunggal yang berasal dari Minangkabau. Raja Gowa Tallo sangat besar perannya
dalam menyebarkan Islam, sehingga bukan rakyat saja yang memeluk Islam tapi kerajaan-kerajaan
disekitarnya juga menerima Islam, seperti Luwu, Wajo, Soppeg, dan Bone. Wajo menerima Islam tahun
1610 M. Raja Bone pertama yang menerima Islam bergelar Sultan Adam. Walaupun masyarakat Makasar
memiliki kebebasan untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya
mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat
Makasar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut PANGADAKKANG. Dan masyarakat
Makasar sangat percaya terhadap norma-norma tersebut. Di samping norma tersebut, masyarakat Makasar
juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan
5|Kerajaan Gowa Tallo
keluarganya disebut dengan “Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka”
dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”. Dari segi
kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak menghasilkan benda-benda budaya yang berkaitan
dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang
Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo. Kapal Pinisi dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat
Makasar dan terkenal sampai mancanegara.

2.4 Proses Kehancuran Dari Kerajaan Gowa Tallo


Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk Robandang dari Sumatera, sehingga
pada abad 17 agama Islam berkembang pesat di Sulawesi Selatan, bahkan raja Makasar pun memeluk
agama Islam. Raja Makassar yang pertama memeluk agama Islam adalah Karaeng Matoaya (Raja Gowa)
yang bergelar Sultan Alaudin yang memerintah Makassar tahun 1593 – 1639 dan dibantu oleh Daeng
Manrabia (Raja Tallo) sebagai Mangkubumi bergelar Sultan Abdullah. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin
kerajaan Makassar berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa pemerintahan
raja Malekul Said (1639 – 1653). Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa
pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa pemerintahannya Makassar berhasil
memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah
yang dapat menunjang keperluan perdagangan Makassar. Perluasan daerah Makassar tersebut sampai ke
Nusa Tenggara Barat.
Daerah kekuasaan Makassar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasainya.
Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia
menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk itu
hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya
kerajaan Makassar. Dengan kondisi tersebut, maka timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan
VOC, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku.
Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk
memorak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas
keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan
dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makassar yaitu dengan melakukan politik
adu-domba antara Makassar dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makassar). Raja Bone yaitu Aru
Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar meminta bantuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari
kekuasaan Makassar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan
Makassar. Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan Makassar. Dan
secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui kekalahannya dan menandatangani perjanjian Bongaya
tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan Makassar.

Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:


a. VOC memperoleh hak monopoli di Makassar.
b. VOC diizinkan membangun benteng di Makassar.
c. Makassar harus melepaskan yang dijajah seperti Bone.
d. Semua bangsa asing tidak diterima dari Makassar, kecuali VOC.
e. Kerajaan Makassar diperkecil hanya tinggal Gowa saja.
f. Makassar membayar semua utang perang.
g. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone.

Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makassar terhadap Belanda tetap
berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan
perlawanan melawan Belanda. Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makassar, Belanda mengerahkan
pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya kerajaan Makassar, dan
Makassar mengalami kehancurannya.

6|Kerajaan Gowa Tallo


2.5 Silsilah Raja Kerajaan Gowa Tallo
Masa Pra-Islam :
1. Tumanurung Bainea (awal abad ke-14)
2. Tamasalangga Baraya (1320 -1345)
3. I Puang Loe Lembang (1345-1370)
4. I Tuniata Banri (1370-1395)
5. Karampang Ri Gowa (1395-1420)
6. Tunatangka Lopi (1420-1445)
7. Batara Gowa Tuniawangngang Ri Paralakkenna (1445-1460)
8. Pakere Tau Tunijallo Ri Passukki (1460)
9. Daeng Matanre Karaeng Tumapa’risi Kallonna (1460-1510)
10. I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga (1510 -1546)
11. I Tajibarani Daeng Marompa Karaeng Data Tunibatta (1546-1565)
12. I Manggorai Daeng Mammeta Karaeng Bontolangkasa Tunijallo (1565)
13. I Tepu Karaeng Daeng Parabbung Tunipasulu (1565-1590)

Masa Islam :
1. Sultan Alauddin I (1593-1639)
2. Sultan Malikussaid (1639-1653)
3. Sultan Hasanuddin (1653-1669)
4. Sultan Amir Hamzah (1669-1674)
5. Sultan Mohammad Ali (1674-1677)
6. Sultan Abdul Jalil (1677-1709)
7. Sultan Ismail (1709-1711)
8. Sultan Najamuddin (1711-….)
9. Sultan Sirajuddin (….-1735)
10. Sultan Abdul Chair (1735-1742)
11. Sultan Abdul Kudus (1742-1753)
12. Sultan Maduddin (1747-1795)
13. Sultan Zainuddin (1767-1769)
14. Sultan Abdul Hadi (1769-1778)
15. Sultan Abdul Rauf (1778-1810)
16. Sultan Muhammad Zainal Abidin (1825-1826)
17. Sultan Abdul Kadir Aididin (1826-1893)
18. Sultan Muhammad Idris (1893-1895)
19. Sultan Muhammad Husain (1895-1906)
20. Sultan Muhammad Tahir Muhibuddin (1906-1946)
21. Sultan Muhammad Abdul Kadir Aiduddin (1946-1957)
22. Andi Kumala Andi Idjo (Sejak 2020)

7|Kerajaan Gowa Tallo


2.6 Peninggalan-peninggalan Kerajaan Gowa Tallo

1. Ford Rotterdam

Salah satu peninggalan bersejarah yang cukup mengagumkan dari kerajaan Gowa-Tallo adalah
Ford Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang. Ford Rotterdam adalah sebuah benteng yang dibangun oleh I
Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung, yaitu Raja Gowa ke-9 pada tahun 1545. Fort Rotterdam sendiri
terletak di pesisir pantai sebelah barat Makassar. Dahulu kala benteng yang dikenal dengan sebutan
Benteng Panyyua oleh masyarakat setempat berfungsi sebagai markas pasukan katak Kerajaan Gowa.
Nama Panyyua sendiri diambil karena bentuk bentengnya yang mirip dengan seekor penyu yang hendak
turun ke lautan.

2. Balla Lompoa

Balla Lompoa atau rumah besar adalah sebuah istana tempat tinggal sultan Gowa. Istana yang
berdiri di atas lahan seluas sekitar 3 hektar ini merupakan salah satu peninggalan kerajaan Gowa-Tallo yang
masih berdiri hingga saat ini.

Balla Lompoa dibangun setelah diangkatnya Raja Gowa XXXV, I Mengimingi Daeng Matutu,
Karaeng Bontonompo yang bergelar Sultan Muhammad Tahir Muhibuddin pada tahun 1936. Balla Lompoa
terletak di Jalan Sultan Hasanuddin No 48, Kota Sungguminasa, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi
Selatan.

8|Kerajaan Gowa Tallo


3. Masjid Katangka

Peninggalan kerajaan Gowa-Tallo selanjutnya adalah Mesjid Katangka yang bernama asli Masjid
Al-Hilal. Mesjid Katangka merupakan masjid tertua yang berada di provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di
Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa. Mesjid yang sempat digunakan oleh
kesultanan Gowa sebagai benteng pertahanan ketika melawan penjajah ini memiliki desain unik perpaduan
Jawa-Eropa-China. Menurut sebuah prasasti, mesjid yang berdiri di tanah seluas 150 meter ini dibangun
pada tahun 1603. Namun, tak sedikit pula para peneliti yang menyebutkan bahwa bangunan bersejarah itu
dibangun pada awal abad ke-18.

4. Kompleks Makam Katangka

Kompleks Makam Katangka merupakan situs pemakaman raja dari kesultanan Gowa. Makamnya
sendiri berada di area sekitar halaman masjid Katangka yang terletak di kelurahan Katangka, Kecamatan
Somba Opu, Kabupaten Gowa. Di makam ini diketahui terdapat 71 buah makam kuno dengan 112 nisan
yang terdiri dari 76 nisan berbentuk pipih, 31 nisan berbentuk silindris dan 4 berbentuk balok polos. Nama
Katangka sendiri diambil dari bahasa Makassar Tangkasa atau berarti kampung suci.

9|Kerajaan Gowa Tallo


5. Batu Pallantikang

Batu Petantikan raja atau batu Pallantikang adalah peninggalan kerajaan Gowa yang juga masih
bisa kita lihat hingga saat ini. Konon, Batu Pallantikang merupakan tempat mengikrarkan sumpah para Raja
penguasa Kerajaan Gowa-Tallo. Batu ini terletak di sebelah tenggara kompleks pemakaman Tamalate. Batu
Pallantikang merupakan batu yang terbentuk secara alami. Batu ini terdiri dari dua jenis batuan, yaitu satu
batuan andesit dan dua batu kapur. Batu Andesit merupakan batu yang sering digunakan dalam ritual para
penganut animisme. Masyarakat yang hidup pada masa tersebut pun mempercayai bahwa batu tersebut
adalah batu keramat dari khayangan.

6. Makam Syekh Yusuf Tajul Khalwati

Salah satu peninggalan yang bisa kita lihat lainnya adalah makan Syekh Yusuf Tajul Khalwati.
Selain pernah berjuang mempertahankan tanah air dari para penjajah Belanda, Syekh Yusuf Tajul Khalwati
merupakan tokoh ulama yang telah berjasa menyebarkan agama Islam di Kerajaan Gowa. Makam Syekh
Yusuf terletak tidak jauh dari Benteng Somba Opu yang dibangun oleh Daeng Matanre Karaeng Tumapa.
Shekh Yusuf diketahui wafat pada 23 Mei 1699 di wilayah bernama Kaap yang berada di Afrika Selatan.
Sementara proses pemakamannya sendiri dilakukan di Lakiung, Kabupaten Gowa pada tanggal 6 April
1705. Kini makam Shekh Yusuf telah menjadi salah satu situs cagar budaya yang berada di kabupaten
Gowa.

10 | K e r a j a a n G o w a T a l l o
7. Benteng Somba Opu

Benteng Somba Opu adalah benteng peninggalan dari Kesultanan Gowa. Benteng ini dibangun
oleh Daeng Matanre Karaeng Tumapa ‘risi' Kallonna, yaitu Raja Gowa ke-9 yang dibangun pada abad ke-
16. Benteng Somba Opu berlokasi di Jalan Daeng Tata, Kelurahan Benteng Somba Opu, Kecamatan
Barombong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Dahulu kala, Benteng Somba Opu pernah menjadi pusat
perdagangan sebelum akhirnya dikuasai oleh penjajah VOC pada tahun 1669 dan ditemukan kembali pada
tahun 1980 setelah sebelumnya tenggalam oleh air laut.

8. Benteng Tallo

Peninggalan kerajaan Gowa-Tallo lainnya yang juga cukup menarik adalah benteng Tallo yang
berada di muara sungai Tallo. Benteng yang memilliki luas sekitar 2 kilometer diperkirakan memiliki tebal
dinding mencapai 260 cm. Benteng Tallo sendiri kemudian dihancurkan setelah perjanjian Bongaya pada
tahun 1667. Meski bangunannya sudah tidak berbentuk, namun masyarakat sendiri masih bisa melihat sisa-
sisa reruntuhan batuan yang tersebar di wilayah tersebut. Masyarakat sendiri kerap memanfaatkan batuan
tersebut untuk beberapa keperluan. Sementara sisanya masih bisa kita lihat dalam bentuk fondasi yang
mengelilingi makam raja-raja Tallo.

9. Masjid Jongaya (Babul Firdaus)

11 | K e r a j a a n G o w a T a l l o
Nah, salah satu mesjid tertua selanjutnya yang menjadi peninggalan kerajaan Gowa-Tallo adalah
Masjid Jongaya atau Babul Firdaus. Mesjid yang dibangun pada 1893 Masehi di Sulawesi Selatan ini berada
di Jalan Kumala, Kelurahan Jongaya, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar. Babul Firdaus sendiri adalah
masjid ketiga yang dibangun oleh Kesultanan Gowa, setelah Masjid Katangka dan Masjid Taeng. Dahulu
kala Masjid Babul Firdaus ini digunakan sebagai tempat untuk memperdalam ilmu agama dan juga
digunakan sebagai tempat pertemuan raja-raja dalam rangka mengatur strategi menghadapi para penjajahan
Belanda.

10. Masjid Jami’ Nurul Mu’minin

Masjid Nurul Mukminin adalah masjid kuno yang terletak di Kecamatan Panakkukang jalan Urip
Sumoharjo, kota Makassar. Dahulu masyarakat menyebut mesjid ini dengan nama Karuwisi. Masjid ini
dibangun pada tahun 1924 oleh sang pemilik mesjid yang bernama H. Kawari. Pada awalnya mesjid yang
dirancang oleh H. Andi Cincin Karaeng Lengkese ini digunakan untuk kegiatan peribadatan keluarga.
Namun, sejak 1995 masjid Nurul Mukminin pun kemudian berubah menjadi milik masyarakat umum yang
ada di sekitar masjid. Sebelum renovasi, Masjid Nurul Mukminin sendiri dikenal memiliki ciri khas dua
menara kembar yang mengapit serambi depan mesjid.

12 | K e r a j a a n G o w a T a l l o
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses
yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang
berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan
komunitas, yang dikenal dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat
kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili.
Sejak Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan dengan Ternate yang
sudah menerima Islam dari Gresik. Raja Ternate yakni Baabullah mengajak raja Gowa Tallo untuk masuk
Islam, tapi gagal. Baru pada masa Raja Datu Ri Bandang datang ke Kerajaan Gowa Tallo agama Islam
mulai masuk ke kerajaan ini. Setahun kemudian hampir seluruh penduduk Gowa Tallo memeluk Islam.
Mubaligh yang berjasa menyebarkan Islam adalah Abdul Qodir Khotib Tunggal yang berasal dari
Minangkabau. Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin
(1653 – 1669). Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat
dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Dalam
peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-
porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas
keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan
dari Timur.

3.2 Saran

Saran yang bersifat membangun dari para guru, pembaca, dan teman-teman lainnya kami harapkan
demi perbaikan makalah tentang Kerajaan Gowa Tallo ini. Kami pun mohon maaf jika terdapat kesalahan
dalam penulisan dan kata-kata.

Sekian dan Terimakasih

13 | K e r a j a a n G o w a T a l l o
DAFTAR PUSTAKA

http://www.e-dukasi.met/mol/mo_full.php?moid=121&fname=sej107_10.htm

http://id.Wikipedia.org/wiki/kesultanan_Gowa

http://blog.unila.ac.id/redha/2009/01/04/kerajaan-islam-nusantara-kerajaanislam-di-Sulawesi/

http://p2k.unhamzah.ac.id/id1/2-3073-2970/Kesultanan-Makassar_109898_p2k-unhamzah.html

https://tirto.id/kesultanan-gowa-tallo-masa-islam-sejarah-peninggalan-daftar-raja-f9Er

https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/08/200234079/raja-raja-kerajaan-gowa-tallo
https://keluyuran.com/peninggalan-kerajaan-gowa-tallo/

14 | K e r a j a a n G o w a T a l l o

Anda mungkin juga menyukai