Anda di halaman 1dari 5

PERLAWANAN KESULTANAN GOWA / MAKASAR DAN

PERLAWANAN PATIMURA DI MALUKU

Pada awalnya orang-orang belanda ketika datang ke kepulauan indonesia


pada mulanya tidak begitu tertarik dengan kerajaan Gowa yang letaknya di kaki barat
daerah sulawesi selatan. Belanda pada mulanya dalam perjalanan ke Timur sesudah
berangkat dari pelabuhan-pelabuhan jawa mereka meneruskan perjalanan nya ke
maluku. Belanda baru mengetahui pentingnya pelabuhan Gowa setelah kejadian di
dekat perairan malaka. Dimana pihak belanda merampas kapal milik portugis yang
ternyata memilki seorang awak kapal makassar. Dari orang makassar ini lah belanda
mengetahui bahwa pelabuhan Gowa merupakan pelabuhan transito bagi kapal-kapal
yang berlayar deri atau ke maluku. Selain itu setelah bertemu dengan kapal-kapal
Gowa yang memuat orang-orang portugis tidak di serang oleh belanda. Hal ini di
lakukan guna mencari kesan yang baik dengan raja Gowa. Pada saat itu belanda
berkesimpulan bahwa pelabuhan Gowa sangat strategis karena terletak antara malaka
dan maluku

Kemudian belanda mencoba menjajagi hubungan dengan terlebih dahulu


mengirim sepucuk surat yang dikirim dari banda kepada sultan Gowa. Isi dari surat
itu adalah semata-mata tujuan belanda hanya ingin berdagang saja. Ahirnya raja
Gowa mengundan belanda berkunjung ke pelabuhan Gowa, tetapi dengan tekanan
bahwa belanda hanya boleh berdagang saja di Gowa. Raja Gowa tidak ingin
kerajaanya menajdi tempat adu senjata antara orang asing yang datang berdagang
disana.atas undangan raja gowa, pedagang belanda mulai dtang ke pelabuhan gowa
untuk berdagang. Belanda pernah mengajak kerjaan gowa untuk menyerang Banda
yang merupakan pusat rempah-rempah, tetapi raja gowa menolak hal tersebut.
Anggota kompeni belanda sering melakukan kunjungan ke gowa. Meraka selalu
membujuk raja gowa agar tidak menjual berasnya pada portugis. Akan tetapi raja
gowa tidak ingin memmutuskan hubungan dagang dengan portugis karena di anggap
menguntungkan. Bahkan raja gowa mengeluh karena kapal-kapal kompeni mulai
melakukan penyerangan ke maluku. Ahinya keadaan gowa dan belanda pun makin
memburuk karena kedua-duanya mempunyai kepantingan yang sama dalam
perdagangan. Karena itu suatu saat bentrokan antara ke duanya tidak dapat
terelakkan.(Nugroho Notosutanto, 79 : 1992).

Beberapa penyebab timbulnya perselisihan belanda dengan kerajaan gowa di


karenakan kelicikan orang belanda yang hendak menagih hutang dari pembesar-
pembesar Gowa. Pembesar ini du undang ke kapal belanda untuk di jamu, akan tetapi
mereka di lucuti oleh belanda. Hal ini yang membuat kebencian masyarakat
makassar tidak senag dengan belanda. Sebagai balas dendam orang-orang makassar
membunuh awak kapal belanda. Hal ini membuat Jon Pieteers Coen menaruh
dendam pada orang makassar.

Tokoh sejarah Kerajaan Gowa-Tallo


Kerajaan Gowa dan Tallo merupakan kerajaan kembar yang terletak di Provinsi
Sulawesi Selatan. Kedua kerajaan ini letaknya berdekatan. Beberapa raja atau Sultan
yang pernah berkuasa pada masa kerajaan Gowa dan Tallo adalah sebagai berikut :
1. Karaeng Matoaya
Karaeng Matoaya merupakan raja Tallo yang merangkap sebagai mangkubumi
Kerajaan Gowa, dan bergelar Sultan Abdullah dengan julukan Awalul Islam.
2. Sultan Alaudin
Sultan Alaudin merupakan raja Gowa yang memiliki nama asli Daeng Manrabia.
Raja Gowa dan Tallo disebut Penguasa Dwitunggal. Mereka dengan gigih memimpin
kerajaan.
3. Sultan Muhammad Said
Sultan Muhammad Said merupakan pengganti Sultan Alaudin. Ia meneruskan
perjuangan ayahnya dan terus berjuang melawan Belanda. Ia wafat pada tahun 1653.
4. Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin adalah putra Sultan Muhammad Said yang memerintah dari tahun
1653 sampai 1669.
5. I Mappasomba
I Mappasomba adalah pengganti Sultan Hasanuddin. Ketika menjadi raja, ia masih
berusia 13 tahun. Ia bergelar Sultan Amir Hamzah. Beliau wafat pada tanggal 7 Mei
1674. Penggantinya adalah Sultan Ali. Namun, kerajaan pada masa ini sudah tidak
berkembang lagi.
Tokoh sejarah yang terkenal pada masa Kerajaan Gowa-Tallo adalah Sultan
Hasanuddin. Ia merupakan raja yang sangat gigih dalam melawan penjajah. Dia tidak
mau diajak kerja sama dengan penjajah. Beberapa bentuk perlawanan Sultan
Hasanuddin terhadap Belanda bisa anda baca pada artikel sejarah Perlawanan Sultan
Hasanuddin terhadap voc di Makassar

Isi Perjanjian Bongaya adalah sebagai berikut:


1. Sultan Hasanuddin memberi kebebasan kepada VOC melaksanakan perdagangan
di kawasan Makassar dan Maluku
2. VOC memegang monopoli perdagangan di Sombaopu, di wilayah Indonesia
bagian timur dengan pusatnya Makassar
3. Benteng Makassar di Ujungpandang diserahkan pada VOC,
4. Bone dan kerajaan-kerajaan Bugis lainnya terbebas dari kekuasaan Gowa /
Wilayah Kesultanan
Bone yang diserang dan diduduki Sultan Hasanuddin dikembalikan kepada Aru
Palaka dan dia diangkat menjadi raja Bone.
5. Makassar harus membayar biaya perang VOC.

Perlawanan Rakyat Makassar (Gowa) terhadap VOC (1616 - 1667)


Permusuhan rakyat Makassar dengan VOC terjadi sejak tahun 1616. Pada saat itu
pembesar Makassar diundang dalam suatu perjamuan di atas kapal VOC. Namun
dalam keyataannya mereka dilucuti sehingga terjadilah perkelahian seru yang
menimbulkan banyak korban di pihak Makassar. Sejak saat itu, orang-orang
Makassar membenci VOC.

Pada tahun 1634, VOC mengadakan blokade terhadap Makassar, tetapi tidak
berhasil. Sebaliknya, di Buton bayak terjadi pembunuhan terhadap orang-orang
VOC. VOC mengalami kesulitan dalam menundukkan Makassar sehingga diadakan
perjanjian perdamaian yang berlangsung tahun 1637 - 1654.

Perjanjian damai antara Makassar dan VOC banyak dilanggar oleh VOC sendiri.
Akhirnya perang terbuka meletus pada awal tahun 1654 sampai dengan tahun 1655.
Pertempuran terjadi di berbagai tempat seperti di Gowa, Buton, dan Maluku secara
serentak. VOC harus membagi kekuatan menjadi tiga bagian padahal tempatnya
berjauhan. VOC yang berperang di berbagai daerah secara serentai itu akhirnya
kewalahan. VOC kembali mengajak berdamai dengan perjanjian yang
menguntungkan Makassar. Namun perjanjian damai itu sebenarnya hanya siasat
VOC untuk mengatur strategi dan persiapan yang lebih besar.

Pada tahun 1660 VOC mengadakan serangan kembali ke Makassar. Namun VOC
belum sepenuhnya menguasai Makassar. Untuk menguasai Makassar, VOC
membantu Raja Bone, Aru Palaka yang bermusuhan dengan Sultan Hasanuddin
(Sultan Gowa).

Pada tahun 1666 VOC bersama Aru Palaka mengadakan serangan besar-besaran
terhadap Makassar dan Bonthain. Perang yang dahsyat banyak membawa korban di
kedua belah pihak. Pada tahun 1667 VOC dan Aru Palaka makin meningkatkan
serangan terhadap Bonthain dan Makassar. Di bawah pimpinan Speelman, VOC
berhasil menguasai Bonthain. Gowa (Makassar) bertahan mati-matian, tapi akhirnya
tidak mampu menghadapi serangan gabungan VOC dengan Aru Palaka. Oleh Karena
itu, jatuhlah Makassar ke tangan VOC. Berakhirnya perlawanan Makassar ditandai
dengan perjanjian damai yang disebut Perjanjian Bongaya (1667).

Anda mungkin juga menyukai