1. Religi (Kepercayaan)
Pada masa ini kepercayaan masyarakat semakin bertambah, bahkan masyarakat juga
mempunyai konsep tentang apa yang terjadi dengan seseorang yang telah meninggal
yaitu penghormatan dan pemujaan kepada roh nenek moyang sebagai suatu kepercayaan
yang disebut dengan Animisme. Serta kepercayaan bahwa benda-benda disekitar kita
memiliki jiwa atau kekuatan yang disebut dengan Dinamisme.
2. Ekonomi
Dengan dikenalnya sistem bercocok tanam, maka ada banyak waktu yang terluang yaitu
waktu antara musim tanam hingga datangnya musim panen. Pada saat itulah mereka
mulai mengembangkan perekonomian mereka dengan mengenal sistem barter, dimana
terjadi pertukaran barang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sistem
barter merupakan langkah awal bagi munculnya sistem perdagangan/ sistem ekonomi
dalam masyarakat. Untuk memperlancar diperlukan suatu tempat khusus bagi pertemuan
antara pedagang dan pembeli yang pada perkembangannya disebut dengan pasar. Melalui
pasar masyarakat dapat memenuhi sebuah kebutuhan hidupnya.
3. Adat Istiadat
Peninggalan kebudayaan manusia pada masa bercocok tanam semakin banyak dan
beragam, kebudayaan semakin berkembang pesat, manusia telah dapat mengembangkan
dirinya untuk menciptakan kebudayaan yang lebih baik dibandingkan dengan masa-masa
sebelumnya, pada masa Neolithikum budaya manusia telah maju dengan pesat. Berbagai
macam pengetahuan telah dikuasai, misalnya pengetahuan tentang perbintangan,
pranatamangsa (cara menentukan musim berdasarkan perbintangan atau tanda-tanda
lainnya), pelayaran, kalender (menentukan hari baik atau buruk).
4. Kesenian
Banyak unsur-unsur kebudayaan Neolithikum yang masih hidup hingga sekarang. Salah
satunya adalah kesenian seperti pertenunan dengan menggunakan tenun gendong.
5. Alat
Alat-alat yang dibuat bentuknya sudah tidak kasar. Kedua sisi alat tersebut sudah
dihaluskan untuk menunjang sistem bercocok tanam mereka. Beberapa alat tersebut
seperti beliung persegi, kapak lonjong, alat-alat obsidian, mata panah, kapak persegi, dan
kapak bahu. Alat-alat tersebut tersebar di hampir seluruh Indonesia.
E. ALAT-ALAT ZAMAN NEOLITHIKUM
Pada zaman neolitikum ini alat-alat terbuat dari batu yang sudah dihaluskan.
1. Pahat Segi Panjang
2. Kapak Persegi
Asal-usul penyebaran kapak persegi melalui suatu migrasi
bangsa Asia ke Indonesia. Nama kapak persegi diberikan oleh
Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya yang
berbentuk persegi panjang atau trapesium. Penampang kapak
persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar dan
kecil. Yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan
fungsinya sebagai cangkul/pacul. Sedangkan yang ukuran kecil
disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat
pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.
Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu api/chalcedon.
Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanya dipergunakan sebagai alat upacara
keagamaan, azimat atau tanda kebesaran. Kapak jenis ini ditemukan di daerahi Sumatera, Jawa,
bali, Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.
3. Kapak Lonjong
Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan warnanya kehitam-hitaman. Bentuk
keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya
yang lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan ujung lainnya
diasah hingga tajam. Untuk itu bentuk keseluruhan permukaan kapak
lonjong sudah diasah halus.
Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan
Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan
fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah penyebaran
kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan
Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan
Melanesia, sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain dari
kapak lonjong dengan sebutan Neolithikum Papua.
4. Kapak Bahu
Kapak jenis ini hampir sama seperti kapak persegi, hanya
saja di bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher.
Sehingga menyerupai bentuk botol yang persegi. Daerah
kebudayaan kapak bahu ini meluas dari Jepang, Formosa,
Filipina terus ke barat sampai sungai Gangga. Tetapi anehnya
batas selatannya adalah bagian tengah Malaysia Barat. Dengan
kata lain di sebelah Selatan batas ini tidak ditemukan kapak
bahu, jadi neolithikum Indonesia tidak mengenalnya,
meskipun juga ada beberapa buah ditemukan yaitu di
Minahasa.
5. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah)