Anda di halaman 1dari 2

BELIUNG PERSEGI

Beliung persegi atau kapak persegi merupakan alat batu yang paling dominan dari masa neolitik
(masa bercocok tanam). Penemuannya hampir di seluruh kepulauan Indonesia, khususnya di pulau
Jawa, Sumatera, dan Bali. Oleh karena itu, sering kali beliung persegi dijadikan acuan bagi masa
neolitik di Indonesia.

Bahan batuan yang digunakan bermacam-macam, dari batuan semi permata hingga batuan
biasa seperti gamping. Penggunaan jenis batuan kerap menentukan fungsi dari beliung
tersebut, apakah sebagai alat kerja pertanian, benda upacara atau benda pertukaran.

Beliung temuan dari daerah Sukabumi, Jawa Barat ini, dibuat dari batuan kalsedon (jenis
batuan semi permata). Proses pembuatan yang sempurna hingga proses pengupaman
(pengasahan) menghasilkan kilau dan memperlihatkan tekstur batuannya yang indah.

Ditinjau dari fungsinya, tampak beliung ini tidak digunakan sebagai alat kerja melainkan
sebagai benda upacara, bekal kubur, dan kemungkinan juga sebagai benda barter.

KAPAK LONJONG

Menurut ilmu arkeologi salah satu pembagian zaman yang terjadi pada zaman prasejarah
adalah zaman Neolitikum. Zaman ini dikatakan jauh lebih baik dari zaman sebelumnya yaitu
zaman Paleolitikum, hal ini bisa dikatakan lebih baik karena hasil peralatan yang ditemukan
pada zaman ini lebih maju. Zaman Neolitikum menghasilkan beberapa kebudayaan yang
salah satunya adalah kebudayaan kapak lonjong. Kapak lonjong ini dikatakan jauh lebih maju
apabila dibandingkan dengan kebudayaan zaman Paleolitikum, yaitu kebudayaan kapak
genggam dan kapak perimbas.

Tradisi kapak lonjong dapat diduga lebih tua daripada tradisi beliung persegi. Bukti-bukti
stratigrafis telah ditunjukkan oleh T. Harrison dalam ekskavasi yang dilakukan di Gua Niah,
Serawak, dan menurut pertanggalan C-I4 yang diperolehnya, kapak lonjong ditemukan dalam
lapisan tanah yang berumur ± 8.000 SM.
Kapak ini bentuk umumnya lonjong dengan pangkal agak runcing dan melebar pada bagian
tajaman. Bagian tajaman diasah dari dua arah dan menghasilkan bentuk tajaman yang
simetris. Di sinilah bedanya dengan beliung persegi yang tidak pernah memiliki tajaman
simetris (setangkup). Bentuk penampang lintangnya seperti lensa, lonjong, atau kebulat-
bulatan.

MATA PANAH DARI KAYU

Mata panah menjadi petunjuk penting tentang kegiatan berburu pada masa prasejarah. Ini
menunjukkan bahwa aktivitas perburuan sudah dilakukan dengan baik, tidak langsung
berhadapan dengan hewan buruan. Penggunaan alat dari panah ini juga menjadi petunjuk
perkembangan teknologi yang digunakan pada masa itu.

Mari kita bayangkan bagaimana membuat mata panah itu hingga dapat digunakan. Pertama,
mungkin kita sudah mempunyai batu yang cocok untuk dijadikan mata panah.

Lalu kita membuatnya sedemikian rupa dengan cara menggosokan dengan batu lain, atau
menggunakan batu pengikir yang lebih kuat agar dibagian tajamannya lebih enak dipandang.

Pekerjaan ini jelas membutuhkan ketelitian. Belum lagi jika melihat pada mata panah
peninggalan prasejarah. Mata panah yang dibuat pada masa lalu itu bahkan memperlihatkan
bagian ujung yang seperti ditatah dari dua arah sehingga menghasilkan bentuk tajaman yang
bergerigi.

Anda mungkin juga menyukai