Kelompok Baik
Tya : Anak rajin, suka membaca dan menasehati, serta berwawasan luas.
Lia : Agak lemot, lucu, dan woles.
Khusnul : Pendiam, dan suka ngantuk kalau di Kelas.
Pipin : Clemang-clemong, tapi semua kata-katanya bermakna, dan positif
thinking.
Kelompok Jahat
Eka : Leader geng jahat, dan gak mau disalahin.
Nabila : Tomboy, pengawal di geng jahat.
Ainun : Up to date banget, galak.
Siswa Blasteran
Diart : Mau bergaul dengan siapa saja.
Farida : Siswa baru yang datang dari Paris dan menilai salah tentang budaya
Indonesia.
NASKAH DRAMA
CERITA ANAK SMA
Di kelas murid-murid bernyanyi bersama, tiba-tiba Pak Robin datang.
Pak Robin : “Selamat pagi anak-anak.”
Murid-murid : “Selamat pagi pak.”
Pak Robin : “Pagi ini kita kedatangan siswa baru dari luar negeri.”
Ainun : “Waaahh swasta dong pak, hehe..”
Pak Robin : “Huusst sembarangan aja kamu ini, dengerin dulu. Silahkan kenalkan diri
kamu.”
Farida : “I want to introduce myself. My name is Farida. I come from Paris.”
Murid-murid : “Waaa Paris..”
Nabila : “Paris darimana?? Perempatan Ciamiss?? Haha..”
Eka : “Aaaah sok banget lu pake bahasa Inggris. Ini Indonesia guys!”
Pak Robin : “Apakah kamu bisa berbahasa Indonesia??”
Farida : “Bisa pak.”
Nabila : “Halaah tuh bisa bahasa Indonesia. Udah pake bahasa Jawa aja! Bahasa
Planet juga boleh.”
Khusnul : “Emmm ada apa ini rame-rame??” (terbangun dari mimpi panjangnya)
Pipin : “Alaaah kamu tuh yah molor mulu.”
Khusnul : “Hehehe.. maaf-maaf. Semalem abis begadang nonton bola.”
Lia : “Iyaa semalem yang menang kan Taufik Hidayat.”
Tya : “Menurut buku yang aku baca, atlet Taufik Hidayat itu pemain bulu tangkis,
bukan sepakbola Lia.”
Lia : “Oh iya yaaa.”
Pipin, Khusnul : “Huuuuh tell me!!”
Pak Robin : “Lho lho lhoo.. Kenapa pada sibuk sendiri?? Farida, kamu sekarang boleh
duduk.Kamu bisa duduk disamping Diart. Dia juga murid blasteran asal
Paris lho. Benar kan Diart??”
Diart : “Iya pak. Papa saya dari Paris.”
Eka : “Udah, sana gabung ama spesies yang sama.”
(Saat Farida menuju ke bangkunya, tiba-tiba Farida jatuh karena disandung yang disebabkan
oleh kaki Ainun, dan kelompok jahat makin ricuh. Diart datang dan membantu Farida untuk
berdiri).
Diart : “Kamu gak apa-apa??”
Farida : “Gapapa kok. Makasih yaa. Orang Indonesia gak sopan yah.”
Pak Robin : “Bapak tidak mau kalau nanti mendengar berita bahwa Farida dikerjain
sama kalian-kalian.”
Eka : “Huuh bule gadungan.”
Diart : “Hei bisa gak sih ngehargai orang!”
Pak Robin : “Sudah, sudah! Sekarang pelajaran Sejarah Indonesia. Kita akan membahas
tentang globalisasi dan pengaruh barat yang merugikan Indonesia. Disini
ada yang tahu apa itu globalisasi??”
Lia : “Saya pak. Globalisasi adalah gabungan dari kata global dan sasi. Jadi
kalo dibalik akhirnya menjadi sasi dan global. Kemudian dapat diketahui lebih
mendalam lagi arti globalisasi itu adalah suatu global yang ada di
Indonesia. Tapi akhirnyaa..”
Pipin : “Akhirnya globalisasi! Terus artinya apa Lia?!!”
Lia : “Hehehe ya globalisasi.”
Pak Robin : “Hmm ada yang tahu? Khusnul, kamu lagi ngapain??”
Khusnul : (Terbangun) “Eh iya. Ada apa pak?”
Pak Robin : “Apa yang kamu ketahui tentang globalisasi??”
Khusnul : “Heehh, apaan tuh?? Hehehe maaf pak, saya tidak tahu.”
Tya : “Saya tahu pak. Menurut buku yang pernah saya baca, globalisasi itu...”
Pak Robin : “Yaahh kurang lebihnya memang seperti itu. Globalisasi itu membawa
pengaruh bagi bangsa Indonesia. Berdampak baik, namun juga berdampak
buruk.”
Tya : “Tapi lebih banyak pengaruh buruknya, pak. Contohnya saja dalam ber-
pakaian. Orang barat memakai pakaian mini dan sangat tidak sopan.
Pergaulan juga semakin bebas pengaruh dari luar.”
Diart : “Maaf. Tapi pak, pengaruh luar juga sangat mendukung kelancaran
teknologi di Indonesia. Teknologi di Indonesia semakin canggih, kan
berkat globalisasi.”
Khusnul : “Betul itu pak. Berkat teknologi, aku jadi bisa Facebook-an, Twitter-an,
What’s App, dan lain-lain.”
Pipin : “Iya pak. Yang paling aku suka, aku bisa lebih mudah ngerjain tugas. Kan
tinggal browsing ajah. Hehe ups..”
Lia : “Emm tapi tetep aja Indonesia lebih hebat daripada luar negeri. Di luar
negeri kan gak ada Borobudur, Prambanan, Pulau Komodo. Pokoknya
Indonesia hebat deh.”
Tya : “Tumben, bener ngomongnya.”
Lia : “Hehe iya dong. Catet ahh biar kagak lupa!”
Farida : “Di luar negeri juga banyak kok hal-hal yang indah kayak gitu. Ada menara
Eiffel, Gedung Parlemen, Tembok Cina, dan masih banyak lagi.”
Eka : “Yeee dia sok tau.”
Diart : “Emang kamu pernah ke luar negeri?!”
Eka : “Emm ya, yaa udah dong.”
Nabila : “Lhoh, kapan ka??”
Ainun : “Kayaknya belum pernah deh.”
Eka : (Ekspresi malu, dan berbisik) “Diem lu pada!”
Pak Robin : “Kalian itu yah, dijelasin malah pada bahas sendiri-sendiri. Ya sudah,
sekarang bapak lanjutkan ya. Apa peranan dari...”
(Bel istirahat berbunyi. Dengan cepat kelompok jahat lagsung keluar kelas)
Ainun : “Waah istirahat! Ayo ke kantin!!”
Nabila, Eka : “Ayoo ayo!”
Pak Robin : “Heii! Dasar murid-murid ga sopan! Gurunya belum keluar udah lari ke
Kantin. Ya sudah, bapak akhiri ya anak-anak. Selamat siang..”
(Murid lain juga pergi ke kantin dan meninggalkan kelas. Tinggal Diart dan Farida)
Diart : (Memasang headset dan bernyanyi dengan suara keras)
Farida : (Menarik headset Diart) “Aku benci Indonesia.”
Diart : “Kalo kamu benci Indonesia, kenapa kamu pindah ke Indonesia??”
Farida : “Papaku pindah kantor ke Indonesia. Jadi terpaksa aku ikut.”
Diart : “Terus yang bikin kamu jadi benci Indonesia apa??”
Farida : “Indonesia sangat terikat dengan adat. Serba penuh aturan! Gini gak boleh
gitu juga gak boleh. Banyak larangan! Sebel!!”
Diart : “Betul itu! Tapi kamu harus bisa nyesuaiin diri sama lingkungan disini.
Dulu aku juga kayak kamu. Pake rok mini aja langsung disuruh ganti.
Pokoknya banyak batasan deh.”
Farida : “Iya. Beda banget sama di Paris. Kita bebas ngelakuin apa aja.”
Diart : “Sipp. I agree with you.”
Farida : “Temen-temen disana juga asik-asik. Ga kayak disini yang bikin eneg! I
dislike that!”
Diart : “Sabaarr.. Oya, pulang sekolah nanti hang out yuk. Aku ajak kamu muter-
muter Jakarta deh. Gimana??”
Farida : “Okee. Emm aku laper nih. Ke Kantin yuk!”
Diart : “Yuk. Let’s go!”
(Eka, Ainun, dan Nabila berjalan sambil bernyanyi bersama. Lalu mereka menghampiri mading
sekolah. Di sana telah ada Pak Robin yang membawa brosur pengumuman.)
Pak Robin : “Anak-anak, ini ada pengumuman penting tentang Anniversary Party
Widuri Internasional.” (Kemudian pergi)
Nabila : “Ka, Nun, gimana kalo kita ikut dance??”
Ainun : “Oke sip setuju aku. Tapi ngedance apa??”
Eka : “Emmm itu lhoo ngedance yang kayak kuda.”
Ainun : “Ganggang style??”
Eka : “Ahh iyaa itu betul!”
Nabila : “Hm gangnam style kaleee. Ga sekalian gang tujuh, gang delapan, gang
sembilan...”
Ainun : “Hahaha jangan deh, itu aja yang kayak gini.” (Joget ala suffle)
Nabila : “Itu mah gaya orang mabok. Ada-ada aja lu.”
Eka : “Apa india aja?? Aca aca mehere tumhara kuchekkuchek klambineee..”
(Sambil memperagakan tari india)
Ainun : “Aaah itu mah film kesukaan emak gue.”
Eka : “Emak gue juga. Hahaha oya pulang sekolah ntar kita latihan lho ya.”
Nabila : “Yaudah yuk ke Kantin. Yuk cusss”
Setting masih di madding.
Tya : “Waaah ada info baru nih! Tentang kesenian. Seru nih, menurut buku
yang pernah aku baca, kesenian tari itu kesenian yang mengandalkan
gerak tubuh seseorang untuk berekspresi.”
Pipin : “Iya iyaa.. Udah tau. Gak usah dijelasin juga udah paham!”
Lia : “Emang tadi Tya jelasin apa??”
Khusnul : “Akhh elu! Bener-bener lola ya! Kalo disamain ama dispenser yah itu
Pentium! hehe.”
Tya : “Menurut buku yang pernah aku baca, dispenser itu gak ada pentium. Yang
ada mah computer kale.”
Khusnul : “Upss salah lagi deh.”
Pipin : “Emm kita perform tari tradisional aja yuk.”
Lia : “Waahh setuju! It’s good idea!”
Khusnul : “Iya, nanti Tya aja yang ngajarin kita-kita. Dia kan jago banget.”
Tya : “Oh ya dong. Tya gituu lhhoo..”
Pipin : “Okelah kalo begitu..”
Diart : “Excuse me, kalian mau ikut perform ya??”
Lia : “Oh iyaa dong. You??”
Farida : “Emm iya. Tapi I’m confuse. Aku gak tau mau perform apa. Belum ada
bayangan.”
Pak Robin : (Datang dengan membawa bolpoin) “Saya menemukan bolpoin. Ada yang
merasa kehilangan??”
Farida : (Mencari bolpoinnya) “Maaf pak, itu milik saya.”
Pak Robin : “Ini milikmu??”
Farida : “Thank you, sir.” (Menerima pake tangan kiri)
Pak Robin : “Baiklah. Saya ke kantor dulu ya.”
Khusnul : “Hei kamu gak sopan yah!”
Farida : “What’s??”
Pipin : “Iya. Masa nerima bolpoin pake tangan kiri??”
Farida : “Terus masalahnya apa??”
Tya : “Menurut buku yang aku baca, kalo menerima pemberian dari orang lain
apalagi dari orang tua harus menggunakan tangan kanan. Biar sopan.”
Diart : “Iyaa betul itu.”
Farida : “Alaaahh di Paris aja bebas kok.”
Diart : “Tapi kamu harus menyesuaikan.”
Farida : “Tapi Diart, kita hidup secara rasional dan freedom. Gak semua harus ada
aturan!”
Khusnul : “Hellooo mbak yuu!! Tapi ini Indonesia! Kamu tau resikonya kan kalo
tidak dapat menyesuaikan adat??”
Farida : “Aku tak pernah takut dengan resiko! Aku bukan orang-orang Indonesia
yang suka berpikir terlalu panjang kali lebar untuk memperhitungkan
resiko yang gak jelas!”
Diart : “Udah, udah! Masa Cuma gara-gara tangan kanan or tangan kiri aja kita jadi
berantem?”
Lia : “Tapi ini masalah kesopanan. Kita orang timur harus melestarikan
yang namanya kesopanan! Kita kan punya pendirian.”
Pipin : “Iya. Aku gak suka ada orang yang meremehkan kesopanan.”
Farida : “Terus sekarang kalian mau apa kalo aku gak sopan??”
Diart : “Udah jangan berantem! Walaupun kita beda ras dan suku, gak seharusnya
diperdebatkan seperti ini. Maaf temen-temen, mungkin Farida perlu
adaptasi yang lebih.”
Tya : “Okee. Semoga tidak terulang lagi.”
Khusnul : “Udah yukk ke kelas. Aku ngantuk.”
Pipin : “Yaahh elu mah emang Miss Sleepy!”
(Tya dan kawan-kawan memasuki kelas sambil berbincang)
Tya : “Heii gimana rencana yang tadi?? Jadi kan kita tari tradisional?”
Eka : “Ekhemm. Ciyee ada yang mau nari jaipongan nih yee.. haha”
Ainun : “Idihh kampungan banget dehh..”
Lia : “Udah deh gak usah pada sirik! Iri kan elu pada!”
Nabila : “Jiaaahhh ga level! Kita mah ngedance gitu lho. Iya ngga guys??”
Tya : “Hei kamu orang Indonesia kan?? Seharusnya kamu melestarikan
budaya
Indonesia. Bukan malah menjelek-jelekan budaya Indonesia.”
Pipin : “Bener banget tuh. Sok kebarat-baratan!”
Eka : “Eh sok tau banget lu pada!”
Khusnul : “Kayak kita dong bisa nyanyi lagu jawa.” (Menyanyi suwe ora jamu)
Lia : “Kita juga bisa nyanyi lagu yang lain.” (Nyanyi lagu apuse)
Ainun : “Alaahh Apuse kan orang gila yang ada di perempatan nusa indah!”
Tya : “Huu sembarangan banget kamu!”
(Diart dan Farida dating. Dan mereka jalan menuju ke bangku mereka sambil menyanyikan
sebuah lagu).
Nabila : “Eh bule kembar silang! Mau gak gabung ngedance sama kita?”
Diart : “Of course. Kita juga lagi bingung nih mau perform apa.”
Eka : “Oke dah sip. Ntar pulang sekolah kita latihan ya. Dan gue ga mau ada
yang pulang duluan.”
Farida : “Tapi sorry, aku ntar harus ke Apotik dulu mau beli obat.”
Ainun : “Yaudah deh.”
(Pak Robin datang ke kelas dan membawa kabar gembira untuk murid-murid.)
Pak Robin : “Siang anak-anak.”
Murid-murid : “Siang pak..”
Pak Robin : “Bapak bawa kabar gembira buat kalian semua. Hari ini ada rapat sehingga
jam pelajaran cukup sampai jam ini dan kalian boleh pulang sekarang.
Silakan berkemas-kemas.”
Murid-murid : “Horeee.. Pulangg..”
Ainun : “Doo bee doo bee doo bee doo bae..”
Murid-murid : (Sambil pulang menyanyi bersama)
Di Aula. Sudah ada Eka, Ainun, dan Nabila yang sedang latihan dance.
Eka : “Huh si bule kembar silang kemana aja sih?! Lama banget. Udah ngoyolot
nih!”
Ainun : “Masih mending lu, daripada gue uda ngoyot ngembang plus berbuah lagi!”
Nabila : “Yaa baguslah. Kalo lu pada berbuah kan tinggal gue yang petik, di panen,
truss gue jual. Income deh. Haha”
Ainun + Eka : “Hehh enak banget lu!”
Nabila : “Iya dong. Hehe”
Tiba-tiba Diart dan Farida datang dari apotik dengan ngos-ngosan.
Ainun : “Hey. Ini dia nih orangnya!”
Diart : “Aduh guys, sorry yaah kita telat. Tadi di Apotik ngantrinya panjaaaaaang
banget. Berasa kayak ngantri BLT tuh tadi.”
Eka : “Ouh pantes. Tadi selain ke Apotik, sekalian ngantri BLT juga ya?!”
Nabila : “Semedi dulu yah tadi? Gak tau apa kita udah nunggu mpe berhari-hari
Cuma buat latihan??”
Ainun : “Sejam Nabila! Gak nyampe sehari kale. Lebay ah lu!”
Diart : “Kayaknya malah ga ada sejam kok kita pergi.”
Eka : “Alahh! Yaudah sana play lagunya!”
Diart : “Oke.” (Ngeplay lagu)
Eka : “Jiaahh bukan itu lagunya! Masa lagu dangdut sih!”
Diart : “Hehe maaf. Yang ini kan??” (Ngeplay lagu campur sari)
Ainun : “Aaarrggh! Payah banget sih loe! Sini sini gue aja yang play. Ga becus
banget!” (Sambil dorong Diart)
Diart : “Yaahh sorry. Aku kan gatau.”
Nabila : “Masa bule gak tau lagu-lagu modern?! Kampungan banget sih loe!”
Ainun : “Naahh ini dia lagunya. Yaudah yukk latihan!”
Diart dan Farida yang melihat latihan Tya dan kawan-kawan dari luar Aula.
Diart : “Tarian mereka bagus juga yah. Unik.”
Farida : “Iyaa.. Aku jadi tertarik buat gabung sama mereka.”
Diart : “Hah! Ide bagus!!”
Farida : “Tapi aku gak enak nih gara-gara tadi abis debat sama mereka.”
Diart : “Ih gapapa. Mereka baik-baik kok. Mereka pasti maklum. Percaya deh
sama aku.”
Farida : “Bener yaa. Yaudah deh yuk ke sana.”
Di belakang panggung.
Ainun : “Heh! Maksud loe itu apa?? Pake acara jatoh segala! Malu-maluin gue tau
gak!”
Eka : “Helloo.. Sorry gue tadi gak sengaja. Lagian yang kayak gitu aja loe
permasalahin. Gak penting banget!”
Nabila : “Itu penting Eka. Kalo lu tadi gak jatoh, perform kita pasti ga kacau dan
pasti lebih baik dari Tya and the ganknya itu!”
Ainun : “Malu-maluin tau gak! Gak terima gue!” (Dorong Eka)
Eka : “Heh gak usah nyolot dong! Biasa aje dong! Cari masalah ama ague??”
(Dorong Ainun balik)
Nabila : “Duhh kenapa jadi berantem kayak gini??”
Eka : “Dia duluan nih, sok banget! Sok cantik lagi!!”
Ainun : “Eh elu tuh yang sok cantik! Apa loe??!”
Eka : “Apa?!” (Makin berantem)
Nabila : “Haduduh udaahh. Jangan brantem!!”
Tya CS datang.
Diart : “Ehh ehh stop stop! Kalian kenapa sih??”
Lia : “Kayak anak kecil aja deh.”
Tya : “Heyy ada apa sih??”
Eka : “Dia duluan nih yang mulai!”
Ainun : “Apa?? Elu yang cari gara-gara!”
Khusnul : “Udah udah!!”
Nabila dan Khusnul megangin Eka. Pipin dan Lia megangin Ainun.
Nabila : “Udah dong temen-temen, udah!”
Farida : “Kalian tuh anak Indonesia. Gak sepatutnya berantem seperti ini. Sama
sekali tidak menciri khaskan anak Indonesia!”
Diart : “Aduuhh udah dong! Kalian kan sahabatan! Ga perlu lah brantem Cuma
garagara hal sepele kayak gini!”
Tya : “Iya! Jangan nodai persahabatan kalian dengan sedikit permasalahan.”
Pipin : “Masalah itu bisa diselesaikan dengan cara baik-baik.”
Eka : “Tapi dia nyolot duluan! Coba dia gak nyolot kayak tadi!”
Ainun : “Lu juga tau!”
Farida : “Udahh! Aku pengen kalian baikan!”
Eka : “Enggak!”
Ainun : “Enggak!!!”
Khusnul : “Ayoo dong baikan.”
Lia : “Kalian gak inget apa, gimana dulu kalian membangun persahabatan kalian
yang begittuuuu indah?! Terus sekarang rusak gitu aja?? Inget deh gimana
awal persahabatan kalian!”
Nabila : “Iya nih. Jangan brantem dong. Emang lu pada ga kasian ama gue??”
Pipin : “Persahabatan tuh perlu toleransi dan pengertian. Dan juga gak Cuma ada di
saat kita butuh doang.”
Diart : “That’s right. Dipersahabatan itu gak ada yang namanya ego.”
Tya : “Udah sini Eka!” (Menarik tangan Eka untuk bersalaman dengan Ainun)
“Ainun sini!” (Tarik tangan Ainun juga) “Baikan yaahh.”
Lalu Eka dan Ainun pun berjabat tangan dan berpelukan. Mereka kembali akur.
Semua : “Horeee..”
Pipin : “Berpelukaaaaannn.” (Meluk Lia)
Lia : “Ihh kok jadi kita yang pelukan gini??”
Eka : “Makasih yah guys. Kalian udah nyadarin kita. Kita selama ini udah
jahatin kalian semua. Gataunya kalian baik banget dan sangat peduli sama kita-
kita Aku minta maaf yah Ai”
Ainun : “Iyaa Eka. Aku juga minta maaf sama kamu.”
Farida : “Okehh. Sekarang kita berteman semuanya yah!”
Nabila : “Iyaa maaf yaa sekali lagi, kita sering jahil sama kalian.”
Diart : “No problem..”
Tya : “Gapapa kok Nab. Kita buka lembaran baru yang indah dimulai dari
sekarang.”
Pak Robin : (Nongol lagi, lagi, lagi daaaan lagi) “Ada apa ini?? Ada reunian apa ini??”
Khusnul : “Yahhh bapak nongol lagi deh. Telat pula. Hehe ..”
Pak Robin : “Kok kayaknya ada yang ribut-ribut??”
Lia : “Ini lho pak, kita lagi bahas sesuatu.”
Pak Robin : “Ohh gitu. Emang lagi pada bahas apa??”
Farida : “Lagi bahas kalo persahabatan ituuu…..”
Semua : “Bagai kepompongg!! Haha”
Semuanya pun berpelukan sambil bernyanyi bersama Pak Robin. Cerita SMA
pun menjadi semakin indah dengan persahabatan mereka.