Anda di halaman 1dari 5

PENTINGNYA PERANAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK

Dino adalah seorang anak yatim piatu. Orang tuanya sudah lama meninggal dunia. Kini
dia hanya tinggal bersama kakak perempuannya. Sejak ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya
akibat kecelakaan, dia menjadi anak yang nakal, suka membangkang, suka marah tidak jelas,
dan suka hura-hura. Akibat kebiasaan buruknya itu diapun dikeluarkan dari sekolah. Kakaknya
pun tak berdaya menghadapinya jika dia sudah membabi buta. Suatu hari ketika pulang bekerja,
kakaknya kaget bukan kepalang. Kamar yang dia tinggal dalam keadaan rapi berubah bak
kapal pecah. Kak Dinapun berteriak memanggil Dino.

TISA : “Dino……………….. sini kamu!”

RIZAL : “ ada apa kak? Kayak kebakaran jenggot aja…..” (dengan tampang seolah-olah
tak tahu apa-apa)

TISA : “ coba lihat kamar kakak! Siapa yang sudah melakukan ini? “

RIZAL : “ mana Dino tahu... ini kan kamar kakak seharusnya kakak yang lebih tahu.”

TISA : “ nggak usah bohong deh,,,, pasti kamukan diam-diam masuk ke kamar kakak
selama kakak bekerja?”

RIZAL : “ kalau iya emangnya kenapa?”

TISA : “ apa yang kamu cari? Pasti kamu ngambil uang kakak lagi iya? Emang uang
yang kakak kasih kemarin sudah habis?”

RIZAL : “ iya habislah……uang cuma 20 ribu mana cukup sehari?”

TISA : “ iya ampun Dino…. 20 ribu kamu nggak cukup sehari? Kamu nggak mikir,
betapa susahnya kakak banting tulang bekerja untuk mencukupi biaya hidup kita sehari-hari?
Tapi kamu, kamu menghabiskannya dengan foya-foya. Pasti kamu mabuk-mabukkan lagi?

RIZAL : “ tahu ah….. capek ku denger kakak ngomel setiap hari. Kalau kakak ngerasa
aku ini beban dalam hidup kakak. Aku akan pergi dari rumah sekarang”. (andi kabur dari rumah)
TISA : “ Dino jangan pergi……!” (sambil berusaha mengejar Dino)

Dino pun pergi dari rumah dan bertemu dengan temannya Tantri di pinggir jalan.

ARIS : “ hey…. Kenapa tampangmu kusut banget ? “

RIZAL : “ iya.. aku kabur dari rumah gara-gara nggak dikasih uang sama kakakku.”

ARIS : “ ah…cuma masalah kecil (sambil menjentikkan jari), kalau kamu mau dapat
uang, besok pagi kamu ikut aku nyari uang.”

RIZAL : “ mau ngapain ?”

ARIS : “ kita mau nyopet di halte busway. Oke!”

RIZAL : “ oey,oey….!

ARIS : “gitu donk…itu baru anak apatis….”

Keesokan harinya mereka berdua melancarkan aksi mereka sesuai target yang telah
ditentukan sebelumnya. Layaknya penumpang biasa mereka berdua duduk santai sambil
menunggu mangsa. Tak lama menunggu, mangsa yang ditunggu-tunggu pun datang.
Penampilan yang mewah mengundang nafsu Dino tuk segera melancarkan aksi perdananya.
Tapi aksinya ternyata tak berjalan mulus.

SARAH : “ eh.. ayam… copet… (teriak sambil latah) tolong……… ada copet….! (teriak
sambil minta tolong)
Ternyata nasib Dino saat itu sangat malang. Karena halte busway yang sedang
beroperasi merupakan koridor baru, sehingga banyak polisi yang sedang melakukan sidak
sehingga tak perlu waktu lama Dinopun ditangkap dan dipukul oleh korban pencopetan.

SARAH : “ dasar kamu ini…kecil-kecil sudah jadi copet. Emang kamu nggak dikasih
makan sama orang tua mu?” (dengan nada marah sambil memukulnya dengan tas yang dibawa)

RIZAL : “ ampun buk…ampun bu polisi….saya kapok. Saya hanya ikut-ikutan aja.


Tolong jangan tangkap saya.”

ZANA : “ sudah. Nggak usah banyak bicara. Nanti saja dijelaskan di kantor polisi. Mari
bu ikut saya ke kantor polisi sebagai saksi.”

SARAH : “ baik pak…..”

Merekapun pergi ke kantor polisi, sedangkan teman Dino, tantri hilang bak ditelan bumi
ketika Dino ketahuan mencopet.

Sampai di kantor polisi Dino terhisak-hisak menangis. Polisipun segera menghubungi


Kak Dina. Kak Dinapun tiba di kantor polisi beberapa saat kemudian.

TISA : “ ada apa ini pak? Kenapa adik saya ditangkap?”

ZANA : “tadi adik anda tertangkap tangan mencopet di halte busway koridor X, dan ibu
ini adalah korbannya.”

TISA : “benar itu No?” (heran tak percaya)

RIZAL : “ iya kak…. maafin Dino iya kak! Dino janji Dino nggak akan nakal lagi.”

TISA : “ iya sudahlah No, kamu nggak perlu minta maaf. Seharusnya kakak yang minta
maaf sama kamu. Gara-gara kakak kamu jadi begini. Kakak jadi merasa gagal menjadi kakak
yang baik untuk mu apalagi sejak orang tua kita meninggal. Kakak juga minta maaf karena
selama ini kakak sudah berbohong sama kamu, sebenarnya kakak selama ini bekerja sebagai
PSK.”

RIZAL : “apa…???? Hiks..hiksss” (kaget sambil menangis)

SARAH : “ siapa namanya mu nak??” (Tanya korban pada Dina)

TISA : “ saya Dina bu.. dan ini adik saya Dino”

SARAH : “ tadi ibu dengar kalau kalian anak yatim piatu iya?”

TISA : “iya bu…. tiga tahun yang lalu orang tua kami kecelakaan dan nyawa mereka
tak tertolong.”

SARAH : “ oh.. kasian sekali kalian.Bu polisi,,,saya mencabut tuntutan saya pada anak ini,
sebenarnya Dino anak yang baik, tapi karena cara kakaknya mendidik dia yang salah sehingga
dia berbuat begini.”

ZANA : “baiklah bu….Dino hari ini sudah bebas”

TISA : “apa bu? Adik saya bebas? Terima kasih banyak bu.. saya tidak tahu dengan cara
apa saya membalas kebaikan ibu ini?”

SARAH : “iya… nggak apa-apa. Kamu dan adikmu harus membalasnya dengan tinggal di
rumah saya dan menjadi anak angkat saya.”

TISA : “ ah…. terima kasih banyak bu… ibu memang malaikat yang dianugrahkan
tuhan pada kami. Kami tentu sangat senang sekali apabila kami dapat membalas kebaikan ibu
dengan menjadi anak angkat ibu. Kami janji kami tidak akan mengecewakan ibu.”

SARAH : “ iya sudah ayo kita pulang ke rumah kalian untuk beres-beres karena kalian
akan tinggal di rumah ibu.”

TISA DAN RIZAL : “ayo bu….!”


Diangkat nya mereka oleh Ibu korban ternyata membawa perubahan. Dino kini tak lagi
nakal, dan Kak Dina pun behenti bekerja sebagai PSK. Mereka pun hidup bahagia karena
sudah menemukan orang tua baru yang bisa membimbing mereka ke jalan yang baik. Disinilah
pentingnya peranan orang tua dalam membentuk karakter anak. Karena anak sangat
membutuhkan kasih sayang dari orang tua, meskipun bukan orang tua kandung sekalipun.

Anda mungkin juga menyukai