Di susun oleh:
Rifal Iriansyah
Sintia Martina Lubis
Konsep Dasar Pemisahan dengan Kromatografi
o Bila harga K besar berarti populasi molekul dalam fase diam lebih besar
dari pada fase gerak dan berarti rata-rata lebih lama tertahan dalam fase
diam.
o prinsip dari kromatografi adalah "LIKE DISSOLVED LIKE" dimana fasa
polar akan mengikat kuat senyawa polar dan fasa nonpolar akan mengikat
kuat senyawa nonpolar.
Istilah Dalam Kromatografi
Fase diam (Stationary phase) merupakan salah satu komponen yang penting dalam
proses pemisahan dengan kromatografi. Karena dengan adanya interaksi dengan fase
diamlah terjadi perbedaan waktu retensi (tR) dan terpisahnya komponen senyawa
analit. Fase diam dapat berupa bahan padat atau porous (berpori) berbentuk molekul
kecil atau cairan yang umumnya dilapiskan pada padatan pendukung.
Fase bergerak (moving phase, mobile phase), merupakan pembawa analit, dapat bersifat
inert maupun berinteraksi dengan analit tersebut. Fase gerak tidak hanya berupa
cairan, tapi juga dapat berupa gas inert yang umumnya dapat dipakai sebagai carrier
gas senyawa mudah menguap (volatil).
Istilah Dalam Kromatografi
Penyangga atau matrik (support), yaitu bahan padat yang digunakan pada
kromatografi untuk menahan fase diam yang berupa cairan atau gas supaya tidak
bergerak.
Penyerap (sorbent), yaitu bahan padatan yang berfungsi sebagai penyangga sekaligus
sebagai fase diam.
Solut (solute), adalah komponen-komponen yang terdapat dalam bentuk campuran
dalam pelarut yang akan dipisahkan melalui sistem kromatografi.
Pengembang (developer) atau eluen (eluent), adalah pelarut/larutan yang digunakan
untuk mengelusi campuran komponen yang sudah ada di dalam sistem kromatografi
supaya dapat bergerak sepanjang pelat-pelat teoritis (kolom).
Istilah Dalam Kromatografi
Eluat, yaitu pengembang atau eluen yang keluar dan sistem kromatografi yang secara
periodik mengandung komponen-komponen yang sudah terpisahkan.
Elusi ialah pekerjaan atau usaha untuk menjalankan komponenkomponen dalam
pelarut untuk bergerak sepanjang kolom dalam sistem kromatografi dengan cara
mengalirkan eluen.
Pemuatan (loading) sampel, yaitu pekerjaan menempatkan sejumlah larutan sampel
yang mengandung komponen-komponen yang akan dipisahkan ke dalam ruang
sampel yang ada pada peralatan kromatografi.
Volume retensi (retention volume, void volume, hold-up volume), ialah jumlah larutan
pengelusi (fase bergerak) yang memenuhi rongga-rongga dan pori-pori dalam kolom
(matrik).
Istilah Dalam Kromatografi
Volume bed (bed volume) adalah jumlah larutan pengelusi ditambah dengan volume
kolom.
Volume pengelusi (elution volume) ialah jumlah larutan pengeluasi yang harus
ditambahkan ke dalam sistem kromatografi untuk menghasilkan (mengeluarkan dari
kolom) sebuah puncak kromatogram.
Kolom adalah sejumlah matnik yang dimasukkan ke dalam tabung untuk
kromatografi.
Kromatogram adalah respon detektor dalam bentuk grafik di antara sumbu respon
versus waktu retensi atau dalam bentuk noda-noda di atas bahan penyerap atau fase
diam.
Sistem dalam Kromatografi
1. Sistem partisi
Ialah pemisahan komponen yang didasarkan atas perbedaan polaritas pada
matrik (fase diam). Sistem ini terjadi pada kromatografi yang menggunakan fase
diam dan fase bergeraknya berupa cairan, fase diam dan fase bergeraknya berupa
gas, fase diam berupa cairan sedangkan fase bergerak berupa gas, atau fase diam
berupa gas sedangkan fase geraknya berupa cairan.
2. Sistem adsorpsi
Ialah pemisahan komponen yang didasarkan pada kecenderungan
komponen-komponen mengadakan adsorpsi pada matrik (fase diam). Sistem ini
terjadi pada kromatografi yang menggunakan fase diam berupa padatan
sedangkan fase bergeraknya berupa cairan atau gas.
Sistem dalam Kromatografi
3. Sistem normal (normal phase)
Ialah kromatografi yang menggunakan fase diam bersifat polar dan
fase bergeraknya bersifat non-polar.
4. Sistem sungsang atau sistem terbalik (reversed phase)
Ialah dalam kromatografi digunakan fase diam bersifat non-polar
sedangkan fase bergeraknya bersifat polar.
5. Sistem penukar ion (ion exchange)
Ialah sistem kromatografi yang menggunakan dasar perbedaan
muatan antara komponen yang dipisahkan dengan muatan matriknya.
Sistem dalam Kromatografi
6. Sistem afinitas
Ialah pemisahan komponen dengan kromatografi yang mendasarkan
pada perbedaan afinitas (kemampuan bergabung) untuk mengadakan
ikatan dengan fase diam.
7. Sistem penyaring molekuler (molecular sieve) atau sistem ekslusi bentuk
(size exclussion)
jika pemisahan komponen didasarkan pada perbedaan ukuran
(bentuk) atau berat molekulnya. Pada sistem ini molekul-molekul yang
besar (berat molekul tinggi) akan keluar terlebih dahulu karena molekul-
molekul yang kecil mengadakan retensi sementara waktu di dalam pori-
pori matrik.
Sistem dalam Kromatografi
8. Sistem pasangan ion (ion pairing)
jika ke dalam sistem kromatografi ditambahkan bahan atau
komponen yang dapat merubah tegangan ionik pada matrik atau eluen
atau keduanya. Kromatografi ini sering digabungkan dengan kromatografi
fase normal atau kromatografi fase sungsang.
Faktor Retardasi (Rf)
Jika nilai ekivalensi pelat teoritis kecil maka menguntungkan karena akan
menghasilkan kromatogram yang ideal.
Menurut Van Deemter dan Gidding:
R = resolusi
Atr = jarak antara dua puncak yang memisah
WA = lebar garis dasar puncak A
WB = lebar garis dasar puncak B
Pengaruh berbagai faktor terhadap resolusi kromatogram.
(a) Pemisahan pada kolom pendek dengan sedikit lapisan teoritis.
(b) Kondisi (a) tetapi suhu dinaikkan, resolusi bertambah baik.
(c) Pemisahan pada kolom panjang dengan lapisan teoritis banyak.
(d) Kondisi (c) tetapi suhu dinaikkan, resolusi bertambah baik.
Pengelompokan Kromatografi
Kromatografi dapat digolongkan berdasarkan pada jenis fase-fase yang
digunakan.
Dalam kromatografi fase bergerak dapat berupa gas atau zat cair dan fase diam
dapat berupa zat padat atau zat cair, maka berdasarkan fase bergerak-fase diam
terdapat empat macam sistem kromatografi, yaitu: kromatografi gas-cair,
kromatografi gas-padat, kromatografi cair-padat dan kromatografi cair-cair.
Kromatografi juga dapat didasarkan atas prinsipnya, misalnya kromatografi
partisi (Partition chromatography) dan kromatografi serapan (Adsorption
chromatography).
Sedangkan menurut teknik kerja yang digunakan, misalnya kromatografi kolom,
kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi kertas dan kromatografi gas.
KROMATOGRAFI KOLOM PARTISI
Peralatan
• Kromatografi kolom partisi menggunakan suatu tabung yang
terbuat dari kaca, nilon, fiberglass, atau logam tahan karat.
• Pada bagian bawah (dasar)tabung diberi penahan (glasswool dan
atau pasir) untuk menahan bahan penyangga supaya tidak keluar
dan tabung.
• Di bagian bawah tabung terdapat pipa bergaris tengah kecil, dapat
dilengkapi dengan keran yang dapat dibuka atau ditutup untuk
mengalirkan atau menghentikan aliran pelarut dan dalam tabung.
• Tabung kemudian diisi dengan kolom yang sudah disiapkan
terlebih dahulu.
• Tinggi kolom paling sedikit 20 kali diameternya.
• Pada bagian atas tabung ditempatkan reservoir eluen.
• Cara mengoperasikan peralatan adalah dengan mengelusi sampel
yang diletakkan di atas kolom. Elusi dihentikan jika diperkirakan
semua komponen telah terpisahkan.
Bahan Penyangga (Matrik = Kolom)
ionik (elektrostatik), gaya Van der Wals, atau tenaga-tenaga lainnya mau pun
kombinasinya.
penyangga.
• Kekuatan penyerapan dipengaruhi oleh sifat penyangga dan solut.
• Pada umumnya penyangga merupakan komponen yang mempunyai polaritas
tinggi, sehingga penyerapan solut pada permukaan penyangga sangat
tergantung pada polaritas solut.
• Komponen-komponen yang mempunyai polaritas tinggi akan terikat kuat
pada permukaan penyangga, sedangkan yang polaritasnya rendah kurang kuat
atau tidak terikat pada permukaan penyangga.
• Sebagai bahan penyangga harus dipilih sesuai dengan komponen-komponen
yang akan dipisahkan. Dalam praktek pada umumnya sering digunakan
alumina yang dapat digunakan untuk memisahkan hanipir semua komponen
organik.
• Sifat eluen atau pelarut juga berpengaruh pada kromatografi adsorpsi. Umumnya
digunakan pelarut yang polaritasnya rendah.
• Kekuatan pelarut mengelusi komponen-komponen yang terikat pada penyangga
meningkat dengan meningkatnya polaritas.
Peralatan
• Pada kromatografi kolom adsorpsi juga digunakan tabung seperti
halnya pada kromatografi kolom partisi dan cara penyiapannya juga
tidak berbeda dengan penyiapan kolom partisi.
• Partikel-partikel penyangga dibuat dengan menggunakan pelarut
yang akan digunakan sebagai fase bergerak, kemudian dimasukkan ke
dalam tabung dan dibiarkan beberapa waktu lamanya supaya
partikel-partikel penyangga mengendap.
• Cara memuatkan sampel, teknik mengelusi, dan pengumpulan
fraksifraksi, serta cara-cara analisisnya sama dengan yang telah
diterangkan pada kromatografi kolom partisi.
• Komponen yang keluar kolom terlebih dahulu tergantung pada
sistem kromatografi yang digunakan. Pada kromatografi adsorpsi
dengan sistem fase normal, maka yang keluar kolom lebih awal
adalah komponen yang mempunyai sifat lebih nonpolar daripada
komponen-komponen yang membentuk puncak kromatogram lebih
akhir. Sebaliknya pada kromatografi adsorpsi dengan sistem fase
sungsang, maka yang membentuk puncak kromatogram lebih awal
adalah komponen yang bersifat lebih polar dan pada yang kemudian.
KROMATOGRAFI GEL
Pada kromatografi gel, partikel-partikel yang dipisahkan berupa
molekulmolekul berdasarkan pada ukurannya.
Yang bertindak sebagai penyaring adalah suatu kolom gel yang dipersiapkan
dan bahan-bahan tertentu, misalnya dekstran.
Suatu gel adalah jaringan tiga demensi yang biasanya mempunyai struktur
acak dan suatu komponen bahan. Persyaratan utama gel yang dapat
digunakan pada kromatografi gel adalah yang inert, artinya tidak bereaksi
dengan atau mempengaruhi sifat-sifat molekul-molekul yang dipisahkan atau
dengan komponen-komponen pelarut atau larutan penyangga yang
digunakan. Di samping itu gel juga harus tidak bermuatan (positif atau
negatif) . Tiga macam gel yang banyak digunakan pada kromatografi gel
adalah dekstran, agarosa, dan poliakrilamida.
KROMATOGRAFI GAS
Ada dua macam kromatografi gas, yaitu kromatografi gas
cairan (gas liquid chromatography, GLC) dan kromatografi
gas padatan (gas solid chromatography, GSC). Fase diam
pada kromatografi gas cairan adalah cairan yang
mempunyai titik didih tinggi yang ditahan/diikatkan pada
penyangga. Pemisahan komponen pada kromatografi gas
cairan asarkan pada proses sorpsi partisi. Pada
kromatografi gas padatan diam yang digunakan adalah
padatan yang sekaligus berfungsi sebagai bahan penyerap.
Peralatan
Fase Diam
Persyaratan untuk fase diam harus innert terhadap sampel, bahan penyangga,
dan bahan tabung, dan tidak mudah menguap (nonvolatile), stabil pada suhu
operasi kromatografi, mempunyai kemurnian tinggi, tidak tercampur oleh
bahan lain. Fase diam ada yang bersifat polar misalnya poliester yang berat
molekulnya tinggi, golongan ester, carbowax, amin, dan yang berisfat non-polar
misalnya hidrokarbon, minyak (lemak), silikon. Pada penggunaannya sebaiknya
digunakan fase diam yang mempunyai sifat kimiawi mirip dengan komponen-
komponen yang dipisahkan. Perbedaan polaritas akan menyebabkan tailing atau
fronting.
Tabel 2.
Berbagai jenis fase diam untuk kromatografi gas
Fase Bergerak
Merupakan gas pembawa yang ditempatkan dalam tabung bertekanan tinggi
(rata-rata 40 psi) untuk menghasilkan kecepatan aliran gas 10-100cm3/menit.
Gas pembawa harus murni
Bahan Penyangga
Fungsi bahan penyangga untuk kromatografi gas cairan adalah sebagai bahan
yang mengikat/menahan fase diam berbetuk cairan atau gas, sedangkan pada
kromatografi gas padatan berfungsi sebagai fase diam. Persyaratan untuk bahan
penyangga adalah innert, murni . Sebelum digunakan bahan penyangga harus
dicuci dengan larutan asam atau basa untuk menghilangkan cemaran logam,
dilakukan silanasi untuk mengubah gugus Si-OH menjadi Si-O-Si(CH3)3.
silanasi dapat dilakukan dengan mencuci bahan penyangga dengan dimetil
dikiorosilan atau dengan heksametildisilazan.
Kolom
Kolom yang dapat digunakan pada kromatografi gas ada dua macam, yaitu
Injection Port
didih sangat tinggi). Hexaport adalah ijection port untuk sampel berbentuk gas,
sedangkan injection splitter adalah injection port untuk kolom kapiler. Jumlah
1. Untuk pemisahan asam amino digunakan pelarut campuran fenol dan air
(larutan jenuh), campuran n-butanol, asam cuka dan air (4: 1 :5 atau
12:3:5), campuran n-butanol, piridin dan air (1:1:1).
Sampel sebelum diaplikasikan pada kertas atau lapis tipis harus dibuat larutan
dahulu. Larutan sampel kemudian diteteskan pada kertas atau lapis tipis pada
salah satu tepinya dengan jarak kurang lebih 2, 5 cm dan tepi. Tetesan sampel
diusahakan ekecil mungkin, maka sebaiknya menggunakan pipa kapiler, pipet
mikro, atau siring (spet, jarum suntik berukuran mikro). Sebelum dielusi
tetesan sampel dikering anginkan, jika perlu dapat dikerjakan dengan
menghembuskan udara dengan kipas angin atau alat pengering rambut (hair
drier).Yang perlu dijaga adalah selama pengeringan tidak terjadi perubahan sifat
sampel, oleh karena itu sebaiknya pengeringan dilakukan pada suhu kamar.
Teknik Elusi (Pengembangan)
Teknik ascending merupakan cara yang paling sederhana. Kertas atau lapis tipis
sesudah diberi sampel, tepinya setinggi kurang lebih 2,5cm dicelupkan pada
eluen yang ditempatkan di dalam bejana. Eluen akan meresap pada kertas atau
bahan penyangga dan bergerak naik secara kapileri sampai pada ketinggian yang
dikehendaki. Teknik descending merupakan kebalikan dari teknik ascending.
Eluen dialirkan dari tepi kertas bagian atas dimana sampel diaplikasikan. Eluen
akan bergerak mengalir (meresap) ke bawah melalui kertas atau bahan
penyangga secara perlahan-lahan sampai batas yang dikehendaki.
Ada satu hal yang perlu mendapat perhatian pada teknik descending, yaitu cara
mengalirkan eluen dan atas ke bawah. ini dapat ditempuh dengan
menghubungkan kertas atau lapis tipis dengan kertas saring yang dicelupkan
pada tangki atau bejana penyedia eluen. Pada teknik radial atau horizontal,
sampel diteteskan di sekitar pusat kertas atau lapis tipis. Eluen dialirkan tepat
melalui tengah-tengah kertas sehingga peresapan atau gerakan eluen akan
menyebar ke arah radial.
Ada pun metoda pengembangannya ada dua cara, yaitu metode satu arah (one
way direction) dan metoda dua arah (two ways direction). Pada metoda satu
arah, kertas atau lapis tipis dikembangkan melalui satu sisinya di mana sampel
dimuatkan. Sedangkan pada metoda dua arah, kertas atau lapis tipis yang telah
dikembangkan, dilakukan pengembangan sekali lagi melalui tepi siku-siku kertas
atau lapis tipis (lihat gambar).
Visualisasi Hasil
Setelah perrnukaan eluen mencapai batas yang ditentukan, kertas atau lapis tipis
diambil (diangkat) dan dikeluarkan dari dalam tangki, kemudian dikeringkan pada suhu
kamar sampai semua eluen menguap. Tempat komponen yang memisah dapat diketahui
dengan visualisasi. Ada beberapa teknik visualisasi yang dapat dikerjakan tergantung
pada jenis dan sifat komponen yang dipisahkan.Visualisasi secara fisik dapat dilakukan
dengan sinar ultra violet atau dengan pengeringan pada suhu tinggi.Visualisasi dengan
penyinaran atau dengan pengeringan menyebabkan timbulnya warna pada komponen.
Visualisasi dapat pula secara kimiawi yang dapat dilakukan dengan nyemprotkan suatu
larutan atau senyawa yang dapat mengadakan reaksi dengan komponen sehingga timbul
wama.
Interpretasi
Secara kualitataif dapat dilakukan dengan menghitung faktor retardasinya. Rf
diekspresikan sebagai rasio jarak tempuh solut dan jarak tempuh larutan
pengelusi pada kertas atau lapis tipis, yaitu:
J𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢h 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 𝑡𝑖𝑝𝑖𝑠
Rf = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠 𝑡𝑖𝑝𝑖𝑠
Penentuan Presisi
Penentuan presisi larutan baku laktosa dilakukan dengan melakukan penyuntikan
larutan laktosa secara berulang pada tiga hari yang berbeda. Penentuan presisi
tiga prosedur preparasi ditentukan dengan cara penentuan konsentrasi laktosa
pada sampel SFB dengan enam kali replikasi untuk setiap prosedur. Presisi
ditentukan dari nilai % KV. Penentuan presisi larutan sampel SFB dilakukan
dengan melakukan penyuntikan larutan sampel SFB secara berulang pada tiga hari
yang berbeda