Tokoh:
1. Gilang (Danu/suami)
2. Anissa (Linda/istri)
3. Najwa (ibu)
4. Reva (Sita/kakak)
5. Chandra (Raes/adik)
Tata panggung:
6. Ayudha
7. Silvika
Tata Busana dan rias:
8. Nasywa
9. Nabila
Penata musik
10. Rayhanun
11. Rahma
PROLOG
Danu seorang anak yang harus menjadi tulang punggung keluarga, ia harus memikul beban
untuk menafkahi keluarganya tanpa bantuan seorang ayah, meski memiliki warisan yang
cukup, Danu menolak untuk mengelola harta yang di beri, memiliki 2 orang adik yang hidup
dengan ibunya di kampung, sementara dirinya yang harus melangkah untuk pergi ke kota
besar, sikap Danu yna baik hati terhadap keluarganya, ia terkenal sebagai pribadi yang lembut
dan sangat sayang kepada keluarganya, tetapi kepribadiannya berubah semenjak ia pergi ke
kota, ia mulai jarang mengabari keluarganya di kampung, sehingga keluarganya mulai
kehilangan kabarnya, tetapi setelah beberapa tahun berlalu terdapat kabar angin yang
memberi tahu kan kepada keluarganya jika dia sudah memiliki istri, sang ibu yang mendapat
informasi tersebut sangat ingin menemui dan mengetahui kabar anak dan menantunya.
ADEGAN 1
(Di dapur) Terlihat Linda yang sedang mengambil minum di dapur, kemudian dia
berjalan untuk duduk di meja makan, lalu Danu masuk ke dapur menghampiri Linda.
Danu: ”Lin”
(Linda menoleh ke arah Danu)
Danu: “Aku gak mikir gitu sih, kita bisa ngirim duit aja buat mereka”
Linda: “Lah, kenapa gak dateng aja, toh kita sambil jenguk ibumu, aku juga belum
pernah ketemu ibumu toh?”
Danu: “ck, kayaknya gak usah deh, buat apa juga, ibu kan di urus sama adekku juga”
Linda: “Kamu ngelarang aku gitu, buat nemuin ibumu? Kamu belum pernah
ngenalain aku loh ke keluargamu, atau...kamu nyembunyiin sesuatu ya sama aku?”
Danu: “Bukan gitu to Lin, aku kan cuma gak mau bikin kamu ribet aja, kalo misal kita
pulang ke kampungku kan nanti kamu cape,nanti kamu rewel, minta belanja ini itu,
pas perjalanan, gimana toh?”
Linda: “Nggak! Gak bakal aku minta yang ngga ngga, kamu tuh kok kaya ngelarang
aku ya buat ketemu keluargamu? Kamu nyembunyiin sesuatu dari aku? Jangan jangan
keluarga mu miskin ya?”
Danu: “Linn...Maksud aku bukan gitu to”
(Linda langsung menyela Danu)
Linda: “Halahhh....Bilang aja toh kalo kamu miskin? Ternyata selama ini kamu
nyembunyiin itu dari aku, kaluarga aku udah percaya sama kamu ya, bahkan sampe
ngebantu kamu buat wujudin mimpimu!”
Danu: “Bukan gitu lin, dengenrin aku dulu-”
Linda: “Diem deh! Kamu tuh bohongin aku terus tau gak! Aku tuh cape yah di
bohongin mulu!”
Danu: “Oke okee! Lin, aku tuh gak pernah bohong sekali pun ya sama kamu! Aku
bisa buktiin kalo aku dan keluarga ku itu orang kaya, kasta ku itu paling tinggi di
kampungku, bahkan aku bisa beli semua apa yang kamu mau!”
Linda: “Banyak cincong kamu! Kalo emang kamu kaya, tunjukin dong! Jangan cuma
ngasih angan angan sama janji mu itu! BASI tau gak!”
( Danu marah mendengar Linda yang mengolok oloknya, dia tidak bisa memendam
amarahnya lagi, Danu mengangkat tangannya hendak menampar Linda)
ADEGAN 2
(Linda dan Danu akhirnya sampai di rumah sang ibu, Danu berenti di depan sebuah
rumah kecil)
Linda: “Dimana? Gak mungkin kan yang ini?”
Danu: “y-yaa, haha, aku bisa jelasin Lin”
(Ucap Danu dengan gugup dan panik)
Linda: “Apa? Apa? Kamu mau jelasin apa lagi!? Lihat buktinya juga ada, apa lagi
yang mau kamu jelasin!”
Danu: “Gak Lin, dengerin mas dulu, mas gak bohong sama kamu, ibu itu punya tanah
yang besar dan itu bakal jadi milik mas, berarti itu milik kamu juga toh Lin”
Linda: “Itu percuma aja mas! Orang orang itu ngeliat kita dari luar, sekarang bayangin
aja kalo temen temen sama keluarga aku tau kalo ternyata aslinya kamu itu miskin,
masa aku harus jelasin dulu ke orang orang kalo kamu itu punya tanah yang besarr
gitu? Orang itu aja masih tanah warisan kok!”
Danu: “ya kamu jangan dengerin mereka to Lin, emang mereka ngasih kita makan?”
(Kata kata Danu terpotong ketika melihat seorang wanita tua yang keluar dari rumah
tersebut)
Danu: “Linda!”
Linda: “Pokoknya aku gak sudi ya mas, buat tidur di rumah kecil, dekil ini!”
(Ucap Linda sembari pergi meninggalkan tempat tersebut, Danu yang tidak tau harus
berbuat apa terdiam melihat sang ibu yang masih berada di tanah, tapi ia segera pergi
meninggalkan sang ibu untuk mengejar sang istri)
(Setelah beberapa saat berlalu datanglah seorang wanita muda yang menghampiri
sang ibu)
(Beberapa hari berlalu tetapi tetap saja sang ibu tidak mau memberitahukan kepada
Sita apa yang terjadi beberapa hari yang lalu, tetapi sang ibu menunjukan perbedaan
sikap kepada anak anaknya, ia lebih tampak murung dan kehilangan nafsu makan,
Sita sudah berusaha membujuk sang ibu, tetapi sang ibu tetap pada pendiriannya,
hingga suatu hari, Sita menghampiri sang ibu yang tengah duduk dikursi depan
rumah)
Sita: “Ibu, ibu kenapa to bu, akhir akhir ini ibu tu lebih sering ngelamun, gak mau
makan, sering nangis, ibu kenapa? Ibu ceita to bu sama Sita, Sita kan khawatir sama
ibu”
Linda: “Asal kamu tau ya sit, abang mu! Si Danu itu! Dia bohongin aku, dia bilang
sam aku kalo dia itu kaya, keluarganya itu orang yang terpandang dan tersohor di
kampungnya, tapi liat kenyataannya, MANA?! MANA SIT! Semuanya bohong!
AKU, udah ngaish tau sama temen temen ku kalo suami ku itu orang yang tersohor,
terkaya, tapi apaa!!!???”
Sita: “Mba, mba tau gak sih mba ngomong apa sama ibu?! ibu gak pernah buat jahat
sama mba, asal mba tau, ibu selalu nungguin mba sama mas Danu pulang, tapi kenapa
pas ibu bisa wujudin itu, mba malah ngancurin perasaan ibu!”
Linda: “HEH SITA!! kalo kamu mau marah, marah aja sama abang mu itu! Jangan
sama aku dong, aku ini...disini..itu sebagai korban!”
Sita: “KORBAN?! MBA BILANG MBA KORBAN!? disni yang seharusnya jadi
korban itu IBU!! BUKAN KAMU!!, permisi!!”
(Sita membentak Linda dan langsung pergi dengan marah)
Linda: “Sial, perempuan tua itu, udah sakit sakitan nyusahin lagi!!”
(Kata Linda dengan kesal sembari mengambil tas untu berniat pergi kerumah ibu,
akhirnya sita sampai diurmah snag ibu mertua, Sita menggedor pintu rumah snag Ibu,
dengan marah)
Linda: “IBU...IBU KELUAR BU!!!”
(Teriak Linda dengan marah)
Ibu: “Linda? Apa to Lin? Kok kamu marah marah gitu to”
Linda: “Siapa yang ngizinin ibu buat bilang bilang sama Sita kalo aku, kemarin
dorong ibu? HAH!!, karena ibu sita dateng ke aku! Marah marah ke aku!”
Sita: “Bukan itu maksud ibu Lin, ibu gak mau bikin kalian berantem, ibu cuma cerita
aja sama sit-”
(Sebelum menyelesaikan kata kata nya sang ibu tiba tiba merasakan sesak dan
akhirnya terjatuh, Linda hanya melihat itu tanpa berniat membantunya sekali, ia
akhirnya memutuskan pergi mennggalkan sang ibu sediri yang berbaring di lantai)
(Setelah beberapa saat berlalu, Sita dan adiknya yaitu Raes datang, mereka terkejut
melihat sang ibu yang sudah terbaring di lantai)
Sita: “IBU??? ibu....ibu kenapa buu?? ibu bangun buuu”
Raes: “Ibu...ibu, mba mending bawa ibu ke rumah sakit sekarang mba”
(Ucap Raes sembari menelfon Danu)
(Sita dan Reas membawa sang ibu ke rumah sakit, setelah berhasil mendapatkan
pertolongan, sang ibu ditempatkan di ruang emergancy, setelah mendapatakan
informasi tersebut, Reas kembali menelfon Danu)
Reas: “Mas kamu kemana sih?! ibu itu di rawat, kamu malah gak tau kemana!”
(Terdengar suara dari sebrang telfon, Reas berhasil menghubungi sang kakak)
Danu: “Ibu di rawat? Dimana? Tapi aku masih ada urusan disini”
Reas: “MAS IBUMU SAKIT SAMPE MASUK RUMAH SAKIT, DAN KAMU
NGOMONG KAYA GINI SEKARANG?! KAMU TUH ANAK IBU BUKAN SIH!,
kalo sampe kamu gak dateng jangan harap kamu dapet warisan dari ibu”
Danu: “bent-” (tutttttt, suara telfon di putus)
(Akhirnya Danu sampai di rumah sakit, Danu segera menghampiri Raes ketika ia
melihat adiknya yang sedang menunggu di luar)
Danu: “Re??”
Reas: “Aku udah tau mas, ketika mas sampe ke rumah dan istri mas ngedorong ibu,
aku juga tau mas, DI SAAT MBA LINDA NGEBIARAIN IBU YANG JATOH
KARENA JANTUNG IBU YANG KAMBUH.....mas aku tau kita ini miskin, aku tau
kita orang gak punya, tapi mas, yang bisa ngebawa mas sampe bisa di titik ini juga
karena IBU! TAPI MAS SELALU NGEBELA ISTRI MAS, YANG MAS SENDIRI
JUGA TAU KALO ISTRI MU ITU SALAH!”
Danu: “Linda? Mba kamu gak bakal ngelakuin hal setega itu Re”
Reas: “NGGAK?! GIMANA MAS TAU?? BAHKAN MAS SENDIRI GAK
NGELIAT ITU SEMUA!!!! mas...aku kadang kadang iri sama mas yang selalu
disayang sama ibu, mas ibu selalu cerita ke aku sama mba Sita kalo ibu itu sayang
sama mas, bahkan kita gak pernah denger kata kata ibu dari ibu mas, tapi kita selalu
seneng karena ibu juga seneng, MAS HARUS INGET, siapa yang ngurus mas
pertama kali saat mas mau ngerantau? Di saat mas nelfon ke mba Sita nangis nangis
kalo mas itu ke copetan, uang mas habis dan gak tau harus kaya gimana, ibu...rela
ngejual salah satu tanahnya buat mas malem itu juga!! SEKARANG MAS BAHKAN
GAK PEDULI SAMA IBU YANG MASIH GAK SADARIN DIRI!!”
(Reas kembali memukul Danu dengan kuat dan mnegakibatkan Danu yang terjatuh ke
tanah)
(Perkelahian berhenti ketika perawat datang dan memberi tahu kepada mereka berdua
jika sang ibu telah tiada, Danu dan Reas segera berlari menuju sang ibu, mereka
melihat sang ibu yang sudah terbujur kaku, keduanya menangis tersedu sedu, Reas,
menghampiri sang ibu dan mmeluknya, sementara Danu pergi keluar untuk menelfon
Linda)
(Linda sampai di rumah sakit, ia langusng berlari dan langsung memeluk sang ibu
yang sudah terbujur kaku di ranjang rumah sakit)
Linda: “Ibu...ibu..maafin Linda bu, Linda gak bermaksud ngelakuin semua itu sama
ibu....maafin linda ibuu”
(Danu yang melihat sang istri yang menangis tersedu sedu, mengusap pundak sang
isrti, mencoba menenangkannya)
Sita: “INI SEMUA SALAH MBA, COBA AJA KALO MBA GAK NINGGALIN
IBU, MBA GAK BENTAK IBU, ibu gak bakal jadi kaya ginii....”
(Kata Linda sembari memukul sang ibu)
Linda: “Maafin mba Sita, maafin mba....”
(Ucap Linda sembari memeluk sang adik)
Selesai...
“Tidak semua yang berada di dunia berakhir bahagia, dan tidak semua berjalan seperti
apa yang kita mau, terkadang hal yang kita anggap kecil bisa menjadi sangat dalam
dari sudut pandang lain. Harta yang telah membutakan Linda dan Danu, membuat
sang bunda terbujur kaku di ranjang rumah sakit dengan kain putih yang menutupi
seluruh tubuhnya, hanya karena perbedaan kasta dan martabat membuat suatu
hubungan terputus, anak dan ibu yang terpecah karena harta, sebuah keluarga yang
telah kehilangan sosok terpenting dalam kehidupan, tidak lagi ada nahkoda dalam
hidup mereka, tujuan dan harapan seakan sirna dalam sekejap.
Jangan sampai perbedaan ego menguasi diri kita, hanya karena perbedaan harta dan
kasta, mengakibatkan kepergian, kalian bisa saja melempar sebuah batu kedalam air
yang tenang, tapi kalian tidak akan tahu seberapa jauh batu itu tenggelam, sama
seperti hati manusia, kata maaf yang terucap memang terlontarkan tapi kita tidak tau
bagian mana dari hati tersebut yang masih bertas”
Tamat.