Anda di halaman 1dari 10

Naskah drama untuk 4 orang

NASKAH DRAMA
Tema : NASIB SEORANG MANUSIA
Judul : RODA KEHIDUPAN
sis : Andi, seorang anak miskin penjual koran. Sedangkan Reza
adalah seorang anak dari keluarga yang kaya dan sangat membenci
Andi. Namun, terjadi sesuatu yang akhirnya membuat kehidupan
mereka berubah hingga 360o dari sebelumnya. Apakah yang
sebenarnya terjadi ?

Adegan I
Tampak berjejer rumah-rumah mewah dan elite di sebuah kompleks
perumahan. Terlihat sangat bersih dan rapi. Andi tampak sedang
menyusuri jalan sambil menjajakan korannya ke setiap rumah. Ia
pun terus berjalan dan akhirnya berada di depan pagar rumah Reza.

ANDI :
Koran, koran, koran. Koran pak, koran bu...

REZA :
Koran.... ( berlari kecil keluar rumahnya ) Aku mau beli koran.
Berapa satunya ?

ANDI :
Murah kok. Cuma Rp 3.500,-

REZA :
Oh, gitu. Ini uangku, sisanya ambil aja.

ANDI :
Wah, tapi uang kamu Rp 100.000,-

REZA :
Gak apa-apa. Ambil saja, orang miskin kayak kamu pasti butuh uang
itu. Jadi, ambil aja.

ANDI :
Kalau gitu terima kasih ya. Oh iya, ini korannya ( Memberikan koran
kepada Reza sambil tersenyum )

REZA :
Ya udah, sana pergi. Jangan lama-lama disini.
ANDI :
Iya, sekali lagi terima kasih.

REZA :
Iya, iya. Cepet sana pergi.

Adegan II
Tampak lingkungan yang sangat kotor dan bau. Sampah berserakan
dimana-mana, serta keadaan tanah yang becek pada tempat itu.
Andi pun berjalan menuju rumahnya yang berada di kampung itu.

ANDI :
Bu.. Ibu... Andi pulang bu.

BU SITI :
( Segera keluar rumah dan membukakan pintu untuk Andi ) Kamu
sudah pulang ?

ANDI :
( Masuk kedalam rumah bersama Bu Siti, lalu menutup pintu ) Iya
bu. Hari ini Andi dapat banyak uang.

BU SITI :
Wah, bagus kalau begitu. Mana uangnya ?

ANDI :
( Merogoh sakunya lalu mengambil uang hasil penjualan korannya
dan memberikannya kepada Bu Siti ) Nih bu !

BU SITI :
Hah, banyak sekali.. ( Menunjukkan ekspresi wajah kaget dengan
mulut menganga )

ANDI :
Tadi yang beli anak orang kaya bu. Terus, dia bilang kembaliannya
ambil aja.

BU SITI :
Dia anaknya baik ya. Jarang loh, ada anak orang kaya yang baik.

ANDI :
Iya bu, dia memang baik, tapi sayangnya dia sombong. Tadi waktu
Andi udah selesai beli koran, dia langsung ngusir Andi dari
rumahnya dan waktu dia minta koran, dia bilangin Andi ini orang
miskin.
BU SITI :
Oh, begitu ya. Ternyata orang kaya dimana-mana sama saja. Selalu
menginjak harga diri orang dibawahnya, padahal harta itu gak
dibawa mati.

ANDI :
Ya udah bu kita jangan bicarakan orang lain terus, nanti bisa dosa.
Andi mau simpan uangnya di celengan dulu ya bu.

BU SITI :
Eh, tunggu dulu, ibu mau bilang sesuatu. Isi celengan kamu sudah
ada berapa ?

ANDI :
Andi tidak tahu bu, Andi nggak pernah hitung. Memangnya kenapa
bu ?

BU SITI :
Kalau uangnya sudah cukup banyak dan masih cukup untuk biaya
makan kita, ibu pinjam sedikit ya. Karena belum terima gaji dari
majikan ibu, padahal ibu Lastri sudah terus menagih hutang sama
ibu.

ANDI :
Iya bu. Nanti pasti Andi kasih kalau sudah cukup banyak. Ibu tidak
usah pinjam, ambil aja bu.
BU SITI :
Tapi kan itu uang tabungan kamu untuk nanti masuk kuliah. Ya kan ?

ANDI :
Tidak apa-apa bu. Kan kuliah Andi masih lama. Jadi, masih ada
waktu untuk Andi mengumpulkan uang yang lebih banyak lagi.

BU SITI :
Kamu memang anak baik. Terima kasih ya nak. Dan kamu juga
harus lebih rajin lagi untuk menabung. Kamu masih ingin jadi dokter
kan ?

ANDI :
Iya bu. Andi harus jadi dokter. Andi mau mengobati orang yang
sedang sakit supaya mereka cepat sembuh dan tidak menderita
atas penyakit yang ia miliki.

BU SITI :
Kemauan kamu benar-benar mulia. Ibu do’akan supaya itu semua
cepat terwujud.
ANDI :
Amin...

Adegan III
Andi berangkat dari rumahnya untuk pergi menjajakan korannya
kembali di kompleks rumah Reza. Namun...

ANDI :
Koran, koran, koran. Koran pak, koran bu...

Ckitttt..... Sebuah mobil berada tepat di depan Andi lalu


menyerempetnya.

ANDI :
( Tersungkur ke dekat trotoar ) Aduhh....

Keluarlah seorang wanita dari dalam mobil dan segera melihat


keadaan Andi yang tersungkur di dekat trotoar.

IBU NIKITA :
( Berkata dengan terbata-bata ) Ya ampun.. Ya ampun.. Kamu.. Kamu
saya bawa ke rumah sakit ya.

ANDI :
Tidak usah bu. Saya tidak apa-apa, kaki saya hanya keseleo sedikit.

BU NIKITA :
Tapi, kaki kamu memar. ( Menghela napas ) Kalau begitu saya bawa
kamu saja masuk kedalam rumah saya supaya kaki kamu bisa
diobati agar tidak bengkak.

ANDI :
Tidak usah bu. Kaki saya tidak apa-apa, nanti juga memarnya hilang.

BU NIKITA :
Sudah.. Sudah.. Pokoknya kamu masuk saja ke rumah saya. Kalau
kamu pulang dengan keadaan seperti ini, kamu tidak bisa jual koran
karena kaki kamu memar.
Bu Nikita berteriak di depan pagar untuk memanggil pembantunya
agar membawa Andi masuk ke dalam rumah.

MBOK SUMI :
Ada apa bu ?

BU NIKITA :
Bawa anak ini kedalam rumah, lalu obati kakinya pakai obat di
dalam kotak P3K dan ambilkan surat-surat yang ada di meja kerja
saya. Saya masih harus kembali ke kantor karena masih ada banyak
urusan.

MBOK SUMI :
Baik bu.

Mbok Sumi masuk kedalam rumah sambil menggendong Andi dan


menidurkannya di atas sofa. Ia pun masuk ke dalam ruang kerja Bu
Nikita lalu mengambil surat-surat dan segera keluar rumah untuk
memberikannya kepada ibu Nikita. Mbok Sumi pun kembali masuk
ke dalam rumah dan melihat keadaan Andi.

MBOK SUMI :
Apanya yang sakit ?

ANDI :
Kaki saya keseleo bu, jadi agak memar.

MBOK SUMI :
Kamu tidak usah panggil saya ibu. Panggil saja dengan Mbok. Ya
sudah, Mbok ambilkan dulu ya kotak obatnya.

Mbok Sumi berjalan menuju tempat penyimpanan kotak P3K.


Setelah mendapatkannya, ia pun kembali ke sofa tempat ia
menidurkan Andi.

MBOK SUMI :
( Duduk di atas sofa ) Sini kakinya biar ibu kasih obat, lalu dipijat.

ANDI :
Iya Mbok.
Mbok Sumi pun memberikan obat dan memijat kaki Andi. Tiba-tiba
terdengar suara dari lantai atas.

REZA :
Mbok Sumi... Aku mau makan... Makanannya sudah siap belum ?

MBOK SUMI :
( Berteriak sambil sedikit mengangkat kepala menuju ke arah
keberadaan Reza ) Sudah saya siapkan di atas meja makan Mas
Reza.

REZA :
( Menuruni tangga menuju ruang makan ) Loh mbok, itu siapa ?
Kenapa mbok mijat-mijat kakinya ?

MBOK SUMI :
Kakinya keseleo dan memar. Makanya saya pijat supaya memarnya
hilang.
REZA :
Tapi dia itu orang miskin ( Menuju ke dekat Andi ) Heh,
gembel gak tau diri ! Pergi kamu dari sini, ini bukan rumah kamu.
Seenaknya aja ya, kamunyuruh pembantu saya untuk pijat-pijat kaki
kamu.

MBOK SUMI :
( Berkata dengan terbata-bata ) Tapi.. tapi mas... dia itu...

REZA :
Mbok tidak usah ikut campur. Mbok lebih masuk aja, saya mau
mengusir gembel ini dulu.

Mbok Sumi pun masuk ke dalam. Tapi, ia segera mengangkat


telepon untuk menelepon ibu Nikita.

BU NIKITA :
Ada apa Mbok ?

MBOK SUMI :
Gawat bu, gawat

BU NIKITA :
Gawat kenapa Mbok ?
MBOK SUMI :
Mas Reza mau mengusir anak yang sudah ibu tabrak tadi.

BU NIKITA :
Apa ? Mbok cepat cegah dia, saya akan pulang sesegera mungkin.

MBOK SUMI :
Baik bu. Saya akan berusaha mencegah Mas Reza.

Mbok Sumi pun kembali ke ruang tamu dan segera mencegah Reza
agar tidak mengusir Andi.

MBOK SUMI :
Mas Reza! Mas Reza jangan usir dia. Tadi itu nyonya nyerempet anak
ini. Dan kakinya itu luka. Mas Reza mau kalau kakinya tambah parah
dan tidak bisa jualan koran lagi?
REZA :
Itu urusan dia. Kalau memang dia tidak bisa jualan koran lagi,
kenapa kita harus pusing. Lagian, nggak mungkin mama nyerempet
dia kalau si gembel ini nggak hati-hati. Dasar ya kamu, gembel yang
pintar banget ambil hati orang.

Tiba-tiba pintu terbuka dan Bu Nikita segera masuk ke dalam rumah


dan menuju ke arah Reza.

BU NIKITA :
Apa-apaan kamu mau ngusir anak yang tidak bersalah ini?
REZA :
Nggak bersalah? Mama itu salah, dia itu bersalah, Ma. Dia ini
berusaha buat ngambil kesempatan dalam kesempitan.
BU NIKITA :
Apa maksud kamu?
REZA :
Aduh, Ma. Masa’ mama nggak tau sih?. Dia itu sengaja nempel-
nempel ke mobil mama supaya bisa diserempet. Dan disaat dia
udah diserempet, dia pasti akan berharap mama ngasih dia uang
ganti rugi. Atau mungkin disaat dia udah dibawa masuk ke dalam
rumah, dia akan berusaha untuk mengambil barang-barang
berharga yang ada dalam rumah kita saat kita semua sedang
lengah.
ANDI :
Maaf ya. Saya sudah sering kali mendapatkan cacian dan makian
dari orang lain lantaran saya ini orang miskin. Dan saya tidak pernah
merasa tersinggung atau marah terhadap sikap mereka. Tapi disaat
saya mendapat fitnah bahwa saya berusaha untuk mencuri, maka
disitulah saya akan marah.
REZA :
Terus, kalau kamu marah kamu bisa apa?
ANDI :
Mungkin, saya memang tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi saya
mohon, jangan sekali-kali kamu mengganggap bahwa setiap orang
miskin itu adalah penjahat. Karena nyatanya tidak semua orang
miskin itu mempunyai pikiran untuk mencuri. Dan ( Andi menatap
Bu Nikita ) terima kasih ibu telah mau mengobati luka saya. Saya
pamit bu.
REZA :
Ya... ya... ya... Mungkin sekarang basa-basinya sudah cukup. Sana
keluar dari rumahku.

Andi keluar dari rumah Reza dan pulang ke rumahnya.

Adegan IV
Malam hari. Reza sedang asyik berbaring di ranjangnya sambil
mengutak-atik handphone-nya. Tiba-tiba terdengar suara yang
sangat berisik dari lantai bawah. Reza pun segera bangkit dari
ranjang dan menuju ke lantai bawah.

REZA :
Mama, ada apa sih? Kok, ribut banget?
BU NIKITA :
Reza, papa kamu....
REZA :
Papa kenapa, Ma?
BU NIKITA :
Papa kamu ditangkap polisi, dia... dia melakukan korupsi ( katanya
yang diringi dengan tangis yang terisak-isak )
REZA :
Terus, bagaimana nasib kita, Ma?
BU NIKITA :
Mama nggak tau. Tapi polisi tadi mengatakan kalau rumah,
perusahaan dan semua harta yang kita punya akan disita sebagai
ganti atas uang yang papa korupsi.
REZA :
Terus, kita tinggal dimana, Ma? Mama mau kerja apa? Kita nggak
mungkin harus tidur di jalanan.
BU NIKITA :
Sudah tidak ada pilihan lain lagi. Mama harus mencari pekerjaan di
tempat lain. Dan masalah tempat tinggal, mama akan carikan
kontrakan yang harganya murah. Jadi kita tidak perlu tidur di
jalanan.
REZA :
Tapi, Ma. Kalau kontrakannya itu harganya murah, pasti tempatnya
juga sangat kumuh, Ma.
BU NIKITA :
Sayang, masih baik kita masih bisa tidur di bawah atap. Kamu nggak
liat? Masih banyak orang lain diluar sana yang nggak seberuntung
kita. Ingat itu!
REZA :
( menangis di pangkuan ibunya ) Baik, Ma. Reza mau tinggal di sana.

Adegan V
7 tahun kemudian. Akhirnya, Andi yang rajin menabung memiliki
masa depan yang gemilang dan sebagian hasil dari kesuksesannya
ia gunakan untuk membangun sebuah Panti asuhan yang
menampung banyak anak yatim. Namun, pada malam itu, Reza
tidak sengaja melintas di depan Panti Asuhan milik Andi dan
berteduh sejenak karena malam itu sangat dingin dan hujan deras.

ANDI :
( berjalan menuju Reza ) Ehmm..
REZA :
( berpaling ke wajah Andi) Eh, maaf, Pak. Saya hanya numpang
berteduh.
ANDI :
Oh, tidak apa-apa. Justru saya menawarkan bapak untuk masuk
sekaligus untuk istirahat di dalam. Atau, mungkin bapak mau
makan? Di dalam anak-anak juga sedang makan. Bapak juga bisa
ikut makan.
REZA :
Tidak usah, Pak. Terima kasih banyak atas tawarannya.
ANDI :
Baiklah, kalau begitu. ( menatap Reza dengan penuh kehangatan )
REZA :
Loh, kenapa Bapak menatap saya seperti itu?
ANDI :
Begini, Pak. Entah kenapa saya rasa sosok Bapak itu begitu familier
untuk saya. Apa kita pernah ketemu?
REZA :
Saya juga tidak tahu, Pak. Memangnya nama Bapak siapa?
ANDI :
Saya Andi.
REZA :
Hah? Andi? Kamu Andi yang waktu itu menjual koran?
ANDI :
Iya, berarti kamu Reza ?
REZA :
Iya, senang sekali saya bisa bertemu kamu lagi.
ANDI :
Memangnya kamu tidak jijik dengan saya? Dulu kamu sangat tidak
ingin saya ada di dekat kamu. Kenapa sekarang kamu jadi berubah?
REZA :
Karena hidup saya pun juga sudah berubah.
ANDI :
Berubah?
REZA :
Iya. Saya sekarang sudah tidak punya apa-apa. Harta dan rumah
saya sudah disita karena papa saya korupsi.
ANDI :
Sabar, itu namanya hidup. Tuhan memberikan kita cobaan. Dunia ini
berputar, seperti dengan manusia, nasibnya juga berputar, kadang
diatas, kadang dibawah, seperti roda kehidupan. Jadi, kita harus siap
jalani semuanya.”
REZA :
Iya, Kata-kata kamu itu benar. Saya janji, saya akan berusaha untuk
mendapatkan hal yang pernah saya miliki dulu.
ANDI :
Betul. Karena hidup penuh dengan perjuangan.

Amanat : Dunia pasti berputar, kadang di bawah dan kadang di atas


bagaikan roda. Sama dengan nasib manusia, oleh karena itu kita
harus siap menjalani semuanya dan mengikhlaskan segalanya.
Karena semua itu semata hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa.

Anda mungkin juga menyukai