Anda di halaman 1dari 32

Nama : RIRIN NOVITA SARI

Kelas : VIII-D
No absen : 21
KEBAIKAN MEMBAWA KEBERUNTUNGAN

Hari itu matahari bersinar dengan sangat terik, seakaan – akan sang raja siang itu ingin
membakar semua yang ada di bawahnya. Namun, ditengah – tengah panasnya hari tersebut,
seorang anak laki – laki setegah baya, sedang duduk di bawah pohon sambil menjaga
keranjang kuenya. Dia adalah Doni, seorang anak kurus dengan rambut hitam yang sedikit
ikal.

“Hey Don, berapa harga donat itu?” tanya Aisyah, sambil menunjuk ke arah kue yang ada di
dalam keranjang miliknya.

“Murah kok, hanya lima ribu,” jawab Doni.

“kalau begitu berikan aku satu dong” pinta Aisyah.

Aisyah adalah seorang gadis yang baik salah satu teman sekolah Doni. Mereka berdua
bersekolah di SMP Teladan, sebuah sekolah yang sangat bagus dan kebanyaan muridnya
berasal dari keluarga yang kaya. Kecuali Doni, dia berbeda dengan teman – temannya.
Ayahnya telah meninggal dunia, yang ada hanyalah ibunya yang bekerja sebagai buruh
pabrik. Doni dan ibunya hidup dengan sangat susah, bahkan dia harus membantu ibunya
berjualan kue di sekolah untuk membiayai sekolahnya.

Meskipun dia harus berjualan di sekolah, dia sama sekali tidak merasa malu. Padahal banyak
teman – temannya yang selalu mengejek dirinya. Bahkan ada sebagian guru yang tidak
menyukai perbuatanya tersebut, tetapi itu semua tidak menjadi masalah bagi Doni. Dia telah
kebal dengan itu semua karena dia memiliki cita – cita yang lebih kuat dari ejekan – ejekan
yang menghampirinya.
“Apa kamu tidak malu makan makanan seperti itu. Donat itu mengandung kuman yang
sangat banyak. Kalau kamu mau nanti aku belikan Pizza,” Anjar menjawab sambil merampas
donat yang ada di tangan Aisyah dan membuangnya ke tanah.

Melihat perbuatan Anjar, Aisyah menjadi marah. Dia pun hendak menampar wajah Anjar,
tetapi Doni menghalanginya.
“Sudahlah Aisyah, nanti aku ganti yang baru. Jangan dipermasalahkan”
“Apa kamu tidak tersinggung dengan perbuatannya?”
“Sudah, tidak apa – apa kok?” jawab Anton.
“Kau dengar sendiri kan, dia pun mengakui kalau kue yang dia jual tidak sehat?” ejek Anjar.

Meskipun Anjar terus saja mengejeknya, Doni tetap bersabar. Dia memang sudah mengetahui
watak Anjar yang sombong. Dia pun tahu, Anjar berperilaku begitu karena ayahnya
merupakan ketua komite di sekolah ini.

“Anjar, kenapa kau sombong sekali? aku tidak menyangka kau berkata seperti itu? kau bukan
seperti Anjar kecil yang dahulu aku kenal. Mulai sekarang aku tidak mau lagi berbicara
denganmu” bentak Aisyah kepada Anjar sambil menarik tangan Doni dan menjauhinya.
Semenjak dari kejadian itu, Anjar semakin membenci Doni. Dia selalu mengganggunya
seperti menyembunyikan sepatu Doni, melempar keranjang Doni, bahkan dia juga sengaja
mengancam teman – temannya untuk tidak membeli kue Doni.
Nama : RIRIN NOVITA SARI
Kelas : VIII-D
No absen : 21
MENEMUKAN DOMPET
Sudah beberapa bulan aku menunggu panggilan kerja. Rasanya hariku pilu bingung tanpa
arah. Kerjaanku hanya luntang-lantung di rumah. Aku bingung harus ngapain. Ingin usaha
tapi tak punya modal. Suatu hari, kuniatkan untuk bertemu teman-temanku, sekedar berbagi
tentang masalahku ini.
Saat jalan menuju rumah temanku, di samping jalan sedikit ujung dari trotoar, aku melihat
sebuah dompet berwarna hitam. Kuhampiri dompet itu, kubuka, dan kulihat isinya. KTP,
SIM A, beberapa surat- surat penting, tabungan yang isinya fantastis, dan sebuah kartu kredit.
Dalam pikiranku muncul suara agar aku menggunakan isi dalam dompet itu.
Tapi tidak, aku harus mengembalikan dompet ini pada pemiliknya. Tak selang berapa lama
setelah aku pulang dari rumah temanku, kukembalikan dompet itu. Bermodalkan alamat di
KTP, aku menemukan rumahnya di perumahan elit dekat dengan hotel Grand Palace.
Kupencet bel dan kemudian dibuka oleh tukang kebun yang bekerja di rumah itu.
“Permisi, Pak. Benarkah ini alamat Pak Budi?” Tanyaku.
“Iya benar. Anda siapa, ya?” Tanya tukang kebun.
“Saya Adi, ingin bertemu dengan Pak Budi. Ada urusan penting.”
“Baiklah silakan masuk, kebetulan bapak ada di dalam,” Pinta tukang kebun.
Aku masuk dengan malu-malu ke dalam rumah megah pemilik dompet yang kutemukan.
“Ada apa? Siapa Kamu?” Tanya pemilik rumah itu kepadaku.
“Saya Adi, Pak. Mohon maaf sebelumnya, saya menemukan dompet Bapak di trotoar dekat
hotel.”
“Oh, ya silakan duduk, Nak!”
Aku duduk di dekat beliau dan menyerahkan dompet yang kutemukan tersebut.
“Kau tinggal di mana, Nak? Dan bekerja di mana?” Tanyanya dengan penasaran.
“Di kompleks Asri Cempaka, Pak. Saya masih ngganggur sudah berbulan – bulan melamar
tapi belum dapat panggilan.” Tambahku.
“Kau sarjana apa?” Tanyanya.
“Ekonomi Manajemen, Pak.” Jawabku.
“Oke baiklah, Nak. Di perusahaan Bapak sedang membuthkan staff administrasi. Barangkali
jika kamu tertarik bisa ke kantor saya besok pagi jam 9. Ini kartu nama saya.” Sambung Pak
Adi sambil menyodorkan kartu namanya padaku.
“Sungguh, Pak?”
“Iya, Nak. Saya membutuhkan karyawan yang penuh dedikasi dan jujur seperti dirimu ini.”
“ Terima kasih banyak, Pak.” Kataku tidak percaya, ini seperti keajaiban.
Nama : RIRIN NOVITA SARI
Kelas : VIII-D
No absen : 21

TRAUMA

Terdengar suara ketukan pintu dari luar.

“Silakan masuk.” Sambung Pak Toni dari dalam ruangan.

“Maaf, Pak Toni ada, Pak?” Tanya seorang pemuda yang dipanggil interview panggilan
pekerjaan.

“Engga, silakan keluar!“

“Baiklah.”

“Di mana Pak Toni? Kenapa OB yang berada di dalam?” Tanya pemuda itu pada petugas di
luar ruangan.

“Ya yang di dalam tadi itu Pak Toni. Dia memang begitu, suka berpura – pura berpenampilan
seperti OB untuk mengetes karyawannya.” Ia menjelaskan.

“Maksudnya?”

“Ya kamu gak lolos hari ini, memang begitu Pak Toni. Dahulu dia pernah trauma dengan
beberapa karyawannya karena materi.”
Nama : RIRIN NOVITA SARI
Kelas : VIII-D
No absen : 21

Cerpen Persahabatan

BAIK LUAR DALAM

“Ra, ada Sinta tu di depan nyariin kamu, ditemuin gih. Dah nungguin dari tadi.” Sahut Tina
pada Rara yang sedang mengerjakan tugas sekolah di rumah Rara.

“Bi, bilang aja aku gak ada, lagi diluar atau di mana gitu.” Pinta Rara pada Bi Inah yang
bekerja di rumahnya.

“Iya, Non.”

“Kenapa kamu kaya gitu sama Sinta? Dia sudah datang jauh-jauh tapi malah kamu usir. Dia
anak baik lho, Ra.”

“Iya dari luarnya memang baik, manis, ramah. Tapi apa hanya itu saja kamu mengukur sifat
seseorang? Dari luar memang manis. Tapi dalamnya pahit.”

“Pahit gimana?”

“Dia sering ngomongin keburukan temannya sendiri di belakang. Banyak pokoknya Tin,
yang tidak bisa aku jelaskan.”

“Lihatlah kamu ini. Judes, ceplas-ceplos sama aku. Tapi setidaknya hatimu tulus, Tin, bukan
baik di luar tapi dalamnya busuk. Aku gak butuh tampilan luar orang dalam berteman.” Jelas
Rara.
Nama : RIRIN NOVITA SARI
Kelas : VIII-D
No absen : 21
Cerpen Kehidupan Sehari-hari

TAK KONSISTEN

Suara alarm begitu keras mengusik tidur Joni yang begitu terlelap. Dia masih mengeliat
menahan rasa kantuk. Kemudian perlahan membuka matanya.

“Oh Tuhan!” Joni terkaget melihat jam ternyata pukul 7 pagi. Dia langsung bergegas mandi
dan merapikan diri lalu tancap gas untuk pergi ke kantor. Sesampai di kantor, dia sudah telat
menghadiri meeting yang diajukan dari jam biasannya karena bosnya akan segera ke luar
kota.

“Permisi, Pak. Bolehkah saya masuk?” Tanya Joni pada bosnya yang sedang memimpin
meeting.

”Silahkan duduk, Jon, tapi maaf hari ini proyekmu digantikan Hamid.”

“Tapi kenapa, Pak? Saya hanya telat sebentar.”

“Bukan masalah sebentar atau lama. Kita di sini para pekerja profesional. Project itu sudah
lama saya percayakan padamu tapi kamu ternyata tidak bisa konsisten. Walaupun telat
sebentar, ada temanmu yang bisa memberi ide bagus untuk proyek itu. Jadi maaf, sudah
bagus kamu tidak saya keluarkan dari tim.” Jelas bosnya dengan tegas.

Langsung seketika Joni terdiam dengan wajah pucat. Setelah meeting selesai joni pergi
menuju meja kerjanya.

“Ada apa hari ini, Jon? Kamu sampai telat tak seperti biasannya.”

“Ini salahku, Mer. Aku begadang nonton bola sampai larut malam, sampai lupa kalau ada
project penting dan seharusnya menguntungkan bagiku.”

“Oalah makanya utamakan profesi dari pada hobi.” Sambung Meri sedikit menasehati.
Nama : NABILA DWI SEPTI ANDINI
Kelas : VIII-D
No absen : 19
Contoh Cerpen Anak Sekolah

RAJIN BELAJAR

Hari Senin yang cerah. Setelah anak-anak upacara bendera, mereka menuju kelasnya masing
masing untuk mendapat mata pelajaran dari guru. Hari ini ada mata pelajaran matematika,
Bahasa indonesia, Bahasa Jawa, dan PPKN.

Mata pelajaran pertama adalah matematika. Ibu guru menyuruh untuk mengerjakan halaman
5 sampai 6. Suasana kelas nampak hening ketika para siswa sedang mengerjakan soal.
Kemudian setelah selesai, bu guru berpesan untuk mempelajari materi perkalian dan
pembagian dengan soal cerita karena sewaktu-waktu bisa diadakan tes dadakan.

Setelah selesai mendapat pelajaran di sekolah, para siswa pulang. Tika, Dwi, dan Rima
pulang bersama jalan kaki karena jarak rumah mereka yang tak jauh dari sekolahan.

“Habis makan siang nanti kita bermain yuk. Di rumahku ada boneka baru yang dibelikan
ibuku dari Bandung.” Pinta Rima pada kedua sahabatnya.

“Asyik.” Ucap Dwi dengan penuh kegembiraan.

“Gimana, Tik, kamu bisa ikut tidak?”

“Aku tidak ikut saja. Mau belajar di rumah karena tadi kan ibu guru berpesan untuk belajar
karena siap-siap jika ada tes dadakan.” Sanjang Tika dengan polosnya.

Sesampai di rumah masing-masing, Tika langsung ganti baju, makan siang, solat, kemudian
istirahat siang sehingga malamnya dia bisa belajar dengan tenang dan konsentrasi. Sesekali
dia bertanya kepada kakaknya jika kurang paham dengan materi di buku.

Sedangkan Dwi dan Rima bermain boneka sampai larut sehingga tidak sempat mempelajari
materi. Keesokan harinnya mereka berangkat bersama dan sesampai di kelas ternyata
memang ada tes dadakan. Dwi dan Rima merasa kesulitan dalam mengerjakan soal dan
akhirnya nilainya jelek sehingga harus mengulang tes susulan.

Lain halnya dengan Tika. Dia mendapat nilai terbaik di kelas karena dia sudah belajar dengan
rajin sesuai nasehat gurunya. Ibu guru meminta agar Dwi dan Rima belajar dengan temannya,
Tika.

“Wah, Tik, selamat ya, nilaimu 10. Besok kita ikut belajar denganmu ya.” ucap Rima pada
Tika.
Nama : NABILA DWI SEPTI ANDINI
Kelas : VIII-D
No absen : 19
Cerpen Pendidikan

WIRAUSAHA
Yola adalah mahasiswi lulusan pertanian yang memilih berwirausaha daripada bekerja
kantoran. Uniknya, yang dia jual adalah produk olahannya sendiri yang dia racik dari
penelitian yang dia lakukan di kampus. Produk yang ia jual adalah sambal dengan campuran
rumput laut yang ekonomis dan sehat.

Awalnya dia memasarkan di kalangan teman kuliahnya sampai dosen dan staf kampus. Hasil
risetnya masuk dalam kategori produk riset terbaik tahun 2017. Selain hargannya yang relatif
terjangkau sesuai dengan kantong mahasiswa, produknya juga menyehatkan.

“Yol, apa sih yang membuatmu lebih suka berwirausaha? Padahal kamu termasuk mahasiswa
berprestasi loh, bisa masuk perusahaan manapun dengan mudah bahkan tanpa tes. Apalagi
produk sambalmu itu kamu jual dengan harga terjangkau, bagaimana kamu bisa meraih
keuntungan?” Tanya salah satu temannya penasaran.

“Iya memang, aku bisa saja menjual produkku ini dengan harga tinggi jika aku mau. Pasti
juga laku. Apalagi bagi orang yang paham kesehatan. Aku juga bisa saja bekerja di
perusahaan bonafit dengan gaji tinggi, bisa saja, tapi mohon maaf teman, aku kuliah tinggi-
tinggi bukan untuk uang atau balik modal dari seluruh biaya yang aku keluarkan. Aku
bahagia jika pekerjaanku bisa bermanfaat untuk orang lain baik dari segi biaya dan kesehatan
mereka.” Jelas Yola.

Mendengar penjelasan Yola, temannya langsung terdiam.


Nama : NABILA DWI SEPTI ANDINI
Kelas : VIII-D
No absen : 19
Cerpen Lucu

SCRUB GULA PASIR

Di siang hari, Keke sedang berbincang – bincang dengan Rosa dengan begitu asyiknya.

“Ros, menurutmu Dion itu suka tipe cewe yang seperti apa sih?”

“Em, apa ya? Setahuku dia gak muluk-muluk sih, suka sama cewe yang alami apa adannya.”
Jelas Rosa.

“Jadi gak suka sama cewe bergincu gitu dong?” Tanya Keke.

“Ya seperti itu mungkin.”

“Lalu apa dong yang membuat bibir merah tanpa lipstik?”

“Coba saja pake scrub gula pasir setiap malam, bibir akan merah merona secara alami.”

“Oya?”

”Baiklah akan kucoba nanti malam demi mendapat cinta sang pangeran. Hahaha.”

“Seminggu lagi ada acara festival tuh di kampus, coba saja scrub-an rutin setiap malam.”
Sambung Rosa.

“Benar juga ya. Nanti harus tampil maksimal di depan sang pangeran.” Tukas Keke
mengiyakan. Beberapa hari sudah lewat. Di hari sebelum acara, Keke tampil seperti yang
dikatakan Rosa. Ketika melihat Keke, Rosa terkaget-kaget.

“Ada apa dengan bibirmu? Kenapa merah sekali? Berapa kilo gula yang kau gunakan? Itu
sensual apa bonyok ya?” Tanya Rosa terheran.

“Ini akibat gigitan semut setiap malam tau, sampai sesensual dan semerah ini, benar-benar
pengorbanan.” Jawab Keke.

“Oh My Good”.
Nama : NABILA DWI SEPTI ANDINI
Kelas : VIII-D
No absen : 19
Cerpen Islami

KEUTAMAAN SEDEKAH

“Bu, hari ini barang dagangan Bapak hanya sedikit yang laku. Hanya segini yang bisa Bapak
berikan pada Ibu.” Sambil memberikan uang kepada istrinnya untuk kebutuhan rumah
tangga.

“Iya Pak. Nda papa yang penting Bapak sudah berusaha dan selebihnya ini adalah rejeki dari
Tuhan.”
Keesokan harinya, si suami berangkat bekerja dengan membawa barang dagangannya ke
pasar. Di perjalanan ia bertemu dengan nenek tua yang kebingungan di jalan.

“Ada apa nek?” Tanya pak Bejo menghampiri nenek tua tersebut.

“Nak, bolehkah saya meminta uang? Saya ingin pulang tapi tak ada ongkos.” Pinta nenek
lirih kepada Pak Bejo.

“Uangku juga mepet, dagangan dari kemarin gak laku, untuk makan saja kadang masih
kurang, ah tapi gak papa. Kata pak ustad sedekah bisa melancarkan rejeki, bismillah saja.”
Gumamnya dalam hati.

“Baiklah, Nek, ini ada uang segini buat naik bis nenek sampai tujuan ya. Biar saya antar
sampai terminal.” Ucapnya sambil mengantar nenek tersebut menuju terminal.

“Terima kasih nak, semoga rejekimu selalu lancar.”

“Amin, Nek”.
Setelah mengantar nenek tersebut, Pak Bejo kembali ke pasar untuk menjual dagangannya.
Sesampainya di pasar, ada seorang pembeli yang memborong dagangannya sampai habis.

“Alhamdulillah rejeki memang tak ke mana. Memang sedekah bisa melancarkan rejeki.”
Gumam Pak Bejo bersyukur.
Nama : NABILA DWI SEPTI ANDINI
Kelas : VIII-D
No absen : 19
Cerpen Motivasi

MALAS SEKOLAH

Minggu adalah hari libur yang membuat orang malas beraktivitas. Ada yang memilih berlibur
tapi ada pula yang memilih tinggal di rumah melepas lelah setelah seminggu penuh dengan
aktivitas. Begitu pula dengan Banu, dia memilih untuk bersantai di rumahnya. Sampai-
sampai setelah hari Minggu Banu masih belum siap menghadapi aktivitas sekolah yang
membosankan baginya.

“Nu, kamu tidak berangkat sekolah? Ini sudah siang lho. Nanti telat.” Tanya ibunya.

“Banu masih capek, Bu. Bolos sehari saja gak papa. Lagian gak ada PR dan tes kok. Santai
saja, Bu.”

“ Ya jangan begitu. Kamu sekolah itu bayar. Menuntut ilmu tidak bisa disepelekan begitu
saja Nu.” Jawab ibunya menyanggah.

“Sudahlah bu, Banu masih ngantuk mau tidur lagi.”

Melihat gelagat anaknya, ibunnya menjadi geram dan menyeret anaknya ke suatu tempat.
Kemudian ibunnya mengajaknya ke panti asuhan yang dipenuhi berbagai anak dengan latar
belakang yang berbeda.

“Nah, tuh, lihat mereka. Tak punya orang tua yang membiayai sekolah padahal mereka juga
ingin sepertimu.” Jelas ibunnya memberi tahu anaknya melalui kaca dalam mobil.

Kemudian ibunya mengajaknya melihat anak-anak yang mengamen di jalanan. “Lihat anak
itu, dia mengemis mencari uang. Untuk makan saja susah apa lagi sekolah.” Jelas ibunya lagi.

Kemudian Banu sadar dan akhirnya mau berangkat sekolah walau agak terlambat. Dia diantar
ibunnya sampai ke sekolah. Di perjalanan dia melihat anak sekolah yang berjalan pincang,.
Dalam hati dia berkata “Alangkah beruntungnya aku, masih punya fisik yang sempurna tapi
malah malas sekolah. Sedangkan anak cacat saja bisa semangat seperti itu.”
Nama : SITI HURUL AINI
Kelas : VIII-D
No absen : 22

GUNAKAN WAKTUMU UNTUK BELAJAR

Malam begitu cerah, bagi anak muda tentunya akan menghabiskan waktu untuk pergi keluar.
Namun tidak dengan Ani, ia menghabiskan malam minggu yang cerah untuk belajar, karena
keesokan harinya ada UAS.

Tak selang berapa lama terdengar suara telepon, ternyata dari Lia, ia ingin mengajak Ani
untuk bermain di luar. Namun Ani menolak untuk diajak, sebab ia lebih memilih untuk
belajar di rumah.

Keesokan harinya Ani bertemu Lia di sekolah. Lia mengatakan bahwa Ani pasti akan
menyesal karena ia tak ikut tadi malam untuk melihat konser.

UAS pun dimulai, ketika Ani dengan penuh semangat mengerjakan, Lia di pojokan
kebingungan menoleh sana-sini untuk mencari jawaban. Sebab ia tidak belajar sama sekali.
Nama : SITI HURUL AINI
Kelas : VIII-D
No absen : 22

CERPEN SINGKAT TENTANG AGAMA

Sore itu menjelang maghrib hujan begitu deras. Hingga akhirnya adzan maghrib pun
terdengar. Pak Mamat tentu saja merasa bingung, sebab bagaimana cara ia pergi ke masjid
sedangkan ia tak punya payung.

Akhirnya pun ia nekat untuk menerobos hujan yang sangat deras demi mengikuti solat
maghrib berjamaah. Namun atas izin Allah, baru saja ia keluar dari pintu, ada pak Wawan
yang berjalan melewati rumahnya menggunakan payung hendak pergi ke masjid.

Pak Wawan pun tentu saja mengajak pak mamat pergi bersama ke masjid untuk solat
berjamaah.
Nama : SITI HURUL AINI
Kelas : VIII-D
No absen : 22

TOLONG MENOLONG SESAMA TETANGGA

Pagi hari yang cerah Pak Mamat membaca koran di teras dan sang istri di dapur sedang
memasak. Kemudian datanglah Pak Hendri meminta bantuan Pak Mamat untuk
memasangkan televisi. Tentu saja pak mamat membatu pak Hendri dengan sepenuh hati
sebagai tetangganya.

Keesokan harinya pak mamat keluar menuju halaman. Ia sangat terkejut ternyata pohon di
depan rumahnya tumbang. Karena ia tak bisa membersihkan sendiri, maka ia meminta
tolong pada Pak Hendri. Dan tentu saja pak Hendri dengan senang hati menolong pak Mamat.
Nama : SITI HURUL AINI
Kelas : VIII-D
No absen : 22

SEPERTI BUNGA DAN LEBAH

“Rif, berikan aku sebuah kisah untuk kujadikan pelajaran” ujar Risa tiba-tiba di sore hari
yang sejuk itu.
“Hmm, kisah apa ya? Aku bacakan sepenggal kisah tentang analogi Bunga dan Lebah, mau?”
jawabku yang berbalas anggukan penuh semangat dari Risa.
Seperti bunga dan lebah.
Ya, aku lebah dan ia bunganya. Atau mungkin sebaliknya. Aku tak peduli.
Simbiosis mutualisme, pikirku. Karena kami saling memberi, dan tanpa sadar saling
menerima.
Lalu aku mulai meminta lebih banyak. Dan otomatis ia memberi lebih banyak.
Begitu yang kami lakukan sebagai bunga dan lebah.
Tapi aku sadar.
Mungkin aku bunganya.
Objek yang tidak akan pernah bisa berpindah tempat, hanya menunggu untuk disinggahi
sesaat.
Ia lebahnya.
Hadir kala memang saatnya hadir. Pergi kala memang saatnya pergi.
Kala sang bunga menutup diri, berhenti untuk meminta, maka sunyi akan segera tercipta.
Sang lebah boleh pergi, mencari keindahan bunga yang lain.
Lalu sepi.
Risa menatapku dengan nanar, seraya berkata “Tuan Rifazi, sejak kapan kamu pandai
bercerita seperti ini?”.
“Sejak aku sadar, bahwa aku dan kamu hanya bisa sekedar menjadi teman, Nyonya Risa.
Aku-lah bunganya, dan tentu, kau lebahnya” ujarku, tentu saja hanya berani kusampaikan
dalam hati.
Nama : SITI HURUL AINI
Kelas : VIII-D
No absen : 22

PERSAHABATAN

Pagi itu hujan turun dengan deras. Ani merasa bingung bagaimana untuk berangkat ke
sekolah. Ketika sedang memandang hujan, terdengar suara HP berdering dari kamar Ani,
lantas saja Ani masuk ke kamar dan menjawab telepon.

Ternyata yang menghubungi Ani adalah Lia sahabatnya. Dalam teleponnya Lia mengatakan
bahwa ia akan menjemput Ani, sebab Lia tahu jika Ani sedang kebingungan bagaimana untuk
pergi ke sekolah.

Tak selang berapa lama, Lia sudah sampai di depan rumah Ani bersama ayahnya
menggunakan mobil. Ani pun bergegas berpamitan pada orang tuannya dan keluar untuk
menemui Lia.

Setelah sampai di sekolah, yang merupakan teman sebangku tersebut pun masuk menuju
kelasnya. Istirahat pun tiba, keduanya pergi ke kantin untuk menghilangkan rasa lapar. Ketika
hendak membayar ternyata Lia lupa membawa dompet. Sehingga Ani sang sahabat
membayarkannya.
Nama : YULIA UTAMI
Kelas : VIII-D
No absen : 24

CINTA YANG TERPAKSA BERAHIR

Langkah kaki perempuan itu menjauh membelakangi lelaki tersebut.

Dalam hujan malam hari itu, perempuan tersebut menerobos butiran air yang jatuh
menerpanya. Dia tidak peduli dengan lelaki yang ada dibelakangnya.

“adinddaaaa …” teriak lelaki itu.

Tapi perempuan tersebut tetap saja berjalan semakin menjauh tanpa menengok sedikitpun.

“aadinnddaaaaa …” teriak lelaki itu sekali lagi.

Perempuan itu bertenti untuk beberapa detik, walau jarak yang sudah cukup jauh, tapi wanita
itu masih mendengar suara teriakan nyaringnya.

Dalam tepi taman samping trotoar tersebut, hanya ada dua orang di sana. Lampu jalan
remang kekuningan menghiasi sedihnya suasana malam itu. Jalanan sepi akan kendaraan
yang melintas, benar-benar sepi.

Sejanak, wanita itu meneteskan air mata membasahi pipi yang bercampur air hujan. Berharap
terhapus bersamaan air yang turun dari langit, agar tidak menyisakan kesedihan yang
mendalam.

Terahir memandang lelaki tadi berdiri dengan wajah yang tidak percaya apa yang dikatakan
perempuan tersebut. Padahal dia mengatakan yang sejujurnya. Berat memang rasanya, tapi
dia tidak bisa menghindar.

dalam hati dia menggumam sendiri,

“maafkan kau sayang, tapi kita sudah tidak bisa bersama lagi. Aku ingin pergi jauh
meninggalkanmu, lebih jauh dari yang kau kira. Aku takut kau akan kesepian saat
sepeninggalanku. Terpaksa aku harus mengatakannya kepadamu, demi baktiku kepada orang
tuaku. Aku harus lanjut sekolah. Mungkin kau dapat mencari yang lebih baik dariku, banyak
wanita yang lebih baik dan lebih cantik dariku. Maafkan aku sayang, kau lelaki yang paling
istimewa sepanjang hidupku.”

Lalu sekejap wanita itu mengusap air yang bercampur hujan di matanya dan pergi tanpa
permisi dengan sedikit berlari. Meninggalkan lelaki yang masih diam terpaku tanpa
senyuman.
Nama : YULIA UTAMI
Kelas : VIII-D
No absen : 24

SAHABAT BARU

Aku adalah Andi anak yang baru pindah dari provinsi sebelah. Sekarang aku tinggal di kota
Lamongan. Aku tidak menyangka ternyata kota Lamongan itu indah banget. Tempatnya yang
asri, bukit yang menjulung, daerah yang masih hijau, aku senang berada di sini.
Di setiap harinya, aku bisa melihat lautan yang luas. Jarang sekali aku bisa main. Di tempat
tinggalku dulu, aku bahkan hampir tidak pernah mainan air. Aku bisa mainan air sama
keluargaku jika waktu liburan dan mampir di suatu wahana.
Kebetulan saat di sana, ada tetanggaku yang bernama Luqman. Dia juga seumuranku, masih
duduk di bangku kelas 3 SD.
Karena aku akan menetap di kota ini, maka aku juga harus pindah sekolah. Nah kebetulan
aku satu sekolahan sama Luqman, teman baruku.
Setiap hari aku berangkat sekolah bersama, pulang sekolah juga. Kami sering bermain di
pesisir pantai. Kami hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk pergi di bibir pantai.
“Luqmaann ..” panggiku dari depan rumah temanku.
“Iya sebentar”
“ayok cepetan kita main”
“ayok .. ayok ..”
Hampir setiap hari libur kami menghabiskan waktu untuk bermain air. Tentunya sudah izin
dengan orang tua kami masing-masing.
Terkadang juga kami menonton film kartun bersama.
Pernah juga saat kita asik bermain di pantai, ada anak dari teman kami sekelas datang kesana.
Namanya Anton.
“Hai.. Antoonn” teriaku pada sedikit kejauhan
Dia pun menoleh, dan dia langsung menghampiri kami berdua.
“kalian sedang apa” kata Anton.
“kami sedang bermain air, sambil cari kerang ini” kata Luqman.
“eh bagaimana kalau kita lomba lempar batu aja ke sana. Siapa yang paling jauh maka itu
pemenangnya.” Anton menjelaskan.
Kami pun saat itu ikut saran dari teman kami Anton, mengambil bebatuan karang yang cukup
untuk dilemparkan sejauh yang kami bisa.
Pertama aku yang menang, terus disusul oleh Anton lalu Luqman. Permain itu sudah cukup
menggembirakan buat kami. Menurut kami bahagia itu sederhana, tinggal kitanya saja dapat
bersyukur atau tidak.
Kami mengulang-ngulangi permainan itu sampai kami puas. Kadang juga Anton duluan yang
menang, kadang juga Luqman, kadang juga aku yang paling akhir.
Itulah persahabatan kami yang sungguh menyenangkan. Semoga kalian juga memiliki
sahabat yang baik seperti teman-temanku.
Nama : YULIA UTAMI
Kelas : VIII-D
No absen : 24
PAK GURU HADI YANG IKHLAS MENDIDIK

Sosok guru yang sedang berbicara di depan kelas adalah pak Hadi. Beliau mengajar pelajaran
biologi di berbagai sekolah. Tapi kali ini mungkin dia harus menguasai semua mata
pelajaran, karena dialah satu-satunya guru yang ada di dusun terpencil ini.
Pak Hadi adalah seorang guru yang baik. Ketulusannya membimbing anak-anak di dusun ini
tak menyurutkan semangatnya. Walau dia tidak dibayar, tapi pak Hadi tekun dan terus
mengajarkan pelajaran kepada anak-anak kami.
Di dusun ini tidak ada sekolahan. Jika ingin sekolah yang formal, maka penduduk dusun ini
harus menempuh perjalanan yang sukup jauh agar bisa bersekolah.
Harus menempuh perjalanan dengan melewati sungai yang deras, hutan yang rimba dan
waktu yang cukup panjang.
Tapi guru yang satu ini, dia dengan ikhlasnya mau tinggal di dusun ini. Kalau ditanya makan
apa disini, kami biasanya hanya makan dengan singkong yang dibakar, mandi di sungai dan
tempat tinggal yang terbuat dari bambu yang kami keringkan dengan atap seadanya.
Terlihar jelas ketegunan guru tersebut. Kami penduduk dusun kecil ini sering melihat guru
beserta murit-murit belajar di tanah dengan alas seadanya, kadang juga di sawah, kadang juga
di rumah warga.
Bagi kami hal itu tidak membuat masalah, karena dia sudah menolong anak-anak kami
dengan memberikan pendidikan.
Lambat laun karena kerja kerasnya pak Hadi, berdirilah sekolahan SD di dusun tersebut.
Pastinya tidak dengan gampang, bertahun-tahun dia menghabiskan waktunya untuk
menolong dusun kami.
Sampai listrik pun bisa masuk ke dusun kami. Perjuangan pak Hadi harus di akui jempol.
Pernah sekali mendengar pak Hadi mengajar,
“bagaimana anak-ana, apakah kalian paham?”
“paham pak”
Waktu itu, pak Hadi dengan kemaunya sendiri membawa peralatan tulis dari kota tempat
tinggalnya. Dia rela membawakan buku tulis, papan bor, dan kapur untuk menuliskan
pelajaran. Muritnya juga senang sekali dengan kedatangan guru tersebut.
Ada sepuluh anak yang ikut kelas pak Hadi untuk belajar. Pak Hadi berusaha penuh agar
semua anak yang ada di sana mendapatkan pendidikan yang layak.
Walaupun tidak bisa mengajak semuanya, tapi cukup untuk mewakili dusun tersebut kelak
suatu hari nanti.
Murit pak Hadi bermacam-macam, ada yang masih kecil, ada yang sudah kumisan, ada juga
murit yang masih anak-anak dan masih di awasi oleh orang tuanya.
Bagi pak hadi itu tidak menjadi masalah, karena datangnya murit dengan semangat untuk
belajar saja sudah membuanya senang.
Harapan terbesar dari pak hadi adalah ketika anak-anak didiknya tumbuh besar, mereka bisa
memajukan bangsa mereka, terutama dusun yang mereka tinggali.
Itulah pak Hadi, guru yang ikhlas untuk mengajarkan ilmu-ilmunya.
Nama : YULIA UTAMI
Kelas : VIII-D
No absen : 24

Guru yang Pilih Kasih dalam Mendidik

Siswa peringkat satu akan selalu disanjung.

Dari luar kelas terlihat sosok siswa sedang membaca buku, sendiri, sepi, tanpa ada murit yang
lain. Memicu guru kagum dengan sikap rajinya.

Siswa yang lain iri padanya, berharap bukan hanya dia saja yang diperhatikan oleh para guru.

Seorang guru mendatanginya dan mengucapkan kata-kata pujian kepada murit tersebut.
Sedangkan yang lain sama sekali tidak diperhatikannya.

Murit tersebut juga mendapatkan hadiah yang spesial dari guru. Menjadiakan murit lain yang
melihatnya semakin iri. Sepele mungkin, tapi sangat menyayat hati para murit. Guru tersebut
seperti tak pernah menganggap murit yang lain ada.

Pernah ditanya tentang suatu soal yang sulit, tapi jawaban darinya hanyalah menyuruh seperti
murit yang rajin itu, dikiranya murit lain tidak pernah belajar.

Tapi datang kepala sekolah dan mengumpulkan kami, menasehati agar selalu belajar yang
rajin dan jangan sampai memiliki sifat sombong jika sudah menjadi tinggi.

Dari perkataan kepala sekolah tersebut juga menyatakan kalau guru tidak boleh membeda-
bedakan murit yang satu dengan murit yang lain, siswa yang pintar maupun siswa yang
kurang bisa menangkap pelajaran.

Dari situ banyak murit tumbuh semangat lagi untuk belajar dan tidak peduli lagi dengan
omongan guru yang satu itu. Meskipun dia masih tetap saja menganggap kami murit yang
dibawah peringkat satu seperti tak pernah ada.
Sedih Melihat Jasa Kucingku Tersayang

Bulu lebat dengan hidung pesek dan ekor yang sedang mengibas-ngibaskan ke arahku itu
namanya Kelly. Dia adalah kucing kesayanganku. Kelly adalah nama yang diberikan oleh
ibuku.
Aku suka sekali dengan kucing, dia selalu menemani hariku. Disaat santai menonton tv,
sedang belajar, juga sedang bermain di halaman.
Kami selalu bersama jika aku sedang di rumah. Dia kucing yang manja, tapi sebetulnya dia
adalah kucing yang berani. Jenis kelaminya saja jantan, masak iya sih kalo dia penakut? ya
mungkin dia tidak pernah keluar saja, cuman dia pemberani kok, aku yakin itu.
Sampai suatu hari kami tinggal pergi ke luar kota. Aku sedih karena tidak bisa mengajaknya.
Dia akan menyusahkan bila diajak pergi.
Aku hanya memberikannya makanan yang cukup untuk beberpa hari pada wadah
makanannya.
Sebelum keberangkatan, aku peluk dia dan bilang kepadanya.
“Kelly.., kamu baik-baik saja kan di rumah, aku sama mama dan papa mau pergi beberapa
hari, kamu jaga ruamah aja yaa.”
Kelly pun hanya bisa mengeong kecil.
Keesokan harinya aku beserta mama-papaku sudah siap untuk pergi dengan beberapa tas
besar di depan rumah. Papa mengeluarkan mobil dari garasi.
Sebelum kami naik, Kelly pun datang menghampiriku sambil mengeong-ngeong. Kami
sengaja memberi pintu khusus agar bisa dibuat keluar-masuknya peliharaan kami. Dan dia
tidak ingin kami pergi begitu saja meninggalkan dia. Tapi apa boleh buat kami harus pergi.
Aku pun menaruhnya setelah memeluk tubuhnya yang lembut beberapa saat, lalu kami
masuk mobil dan pergi. Ku lihat dari kaca belakang mobil, Kelly mengejar mobil kami, aku
pun sedikit sedih karena telah meninggalkannya.
Lalu aku masih melihatnya dari dalam mobil, setelah berjarak sedikit jauh, Kelly terhenti dan
memandangi mobil kami yang melaju.
Dalam perjalanan aku pun cemas, apa jadinya kalau kucing manja tersebut kami tinggal. Apa
dia akan baik-baik saja? Aku harap sih begitu, semoga dia baik-baik saja.
Tiga hari berlalu, kami pun pulang ke rumah. Tak sabar melihat kucingku, aku segera
bergegas masuk ke dalam rumah. Sesaat aku tidak mendapatinya, aku cari dikamar dia tidak
ada, aku cari di rumah kecilnya juga tidak ada, sampai ketika aku mencarinya di dapur. Aku
tidak menyangkanya, ada bercak darah di sana.
Dan sebentar saja aku melihat kucingku berbaring dekat pintu dapur. Dia tak sadarkan diri.
Aku segera membangunkannya, tapi tubuh kucing tersebut sangat berat, lebih berat 10x dari
biasanya. Tubuhnya juga sudah dingin dan kaku.
Ayahku datang dan menghampirinya, ternyata kucingku telah mati. Aku menangis sejadi-
jadinya. Kenapa dengan kucingku, ada apa dengan dia. Seharunya dia baik-baik saja, kan dia
adalah kucing yang pemberani.
Ayahku mencari tahu kenapa Kelly bisa terbunuh. Dia menelusuri dapur, ruang tamu, tidak
ada apa-apa di sana. Sampai ketika dia melihat ke arah taman dan didapatinya ada seekor ular
ukuran sedang berbaring tewas di sana. Tubuhnya penuh dengan luka cakaran dan gigitan.
Dari sini kita baru tau, kucingku terbunuh setelah melawan ular pengganggu ini untuk
melindungi rumah kami.
Nama : IKA PUTRI OKTAVIA
Kelas : VIII-D
No absen :7
KEHIDUPAN YANG MENYEDIHKAN BERSAMA LELAKI PECINTA BURUNG

Perempuan itu menutup telinganya sembari menyumpah-nyumpah pada suara yang berisik
yang ada diluar rumah. Di sana terdapat seorang yang sedang bermain dengan hewan
peliharaannya. “Kau tak bisa membuatnya diam?” kata perempuan itu.
Lelaki itu menengok kepada wanita itu yang mukanya merah marah. Lalu dia melanjutkan
memberi makan burung tanpa menjawab pertanyaan dari wanita itu, istrinya.
Perempuan itu kesal, karena di harinya yang harusnya membuat dia tenang tapi gara-gara
burung suaminya yang berkicau nyaring, dia tidak bisa berfikir.
Dia tak peduli dengan semua peliharaan suaminya. Sering memaki-maki sendiri karena
kotoran yang ada pada lantai disebabkan oleh burung peliharaan suaminya.
Sudah cukup bersabar untuk suaminya, dia selalu saja tak peduli dengan ulah yang
disebabkan dirinya sendiri. Setiap hari perempuan itu harus membersihkan rumahnya yang
penuh dengan kotoran burung.
Ini rumah manusia, bukan kandang burung, gerutunya dalam hati. Tapi lelaki itu tetap saja
tidak memedulikanya meskipun pernah memohon agar burung-burung peliharaanya tidak
ditaruh di dalam ruamah.
“Lebih baik kamu buatkan tempat khusus untuk burung-burungmu” kata perempuan itu
“sudahlah sayang, tak apa.”
“tapi burung itu membuat rumah kita kotor, kau mau tinggal di rumah yang penuh dengan
kotoran burung?”
“kau kan bisa membersihkannya.” katanya suaminya acuh.
Dalam hatinya dia terbebani dengan rasa kesal dan tak bisa mengelak. Apa boleh buat, inilah
kehidupan yang harus di jalani, hidup berdua bersama dengan lelaki pecinta burung.
Nama : IKA PUTRI OKTAVIA
Kelas : VIII-D
No absen :7

KESEDIHAN SEORANG ISTRI

Kehilangan memang selalu menyakitkan.

Wanita itu menangis sejadi-jadinya di depan tubuh pria dengan mata tertutub. Tubuhnya
dingin lebih dingin dari es, hatinya membeku, darahnya berhenti mengalir, tidurnya sangat
lelap sampai dokter pun tak mampu membangunkannya.

Di dalam rumah tersebut banyak orang yang mengerumuninya. Banyak dari mereka yang
merasa sangat kehilangan tergambar dari tangisan yang terdengar dari penjuru ruangan.

Pria yang tidur pulas itu segera dimandikan oleh keluarganya. Beberapa orang di kerumunan
itu ada yang membawa kitab suci dan membacanya untuk mendoakan sang mayit.

Tangisan wanita tersebut terus saja nyaring berharap dari tangisan itu pria yang paling
dicintainya hidup kembali. Tapi begitulah kehidupan, semua sudah ditentukan, siapa saja
tidak bisa menolaknya apabila waktunya sudah datang.

Segera seusai jasat pria tersebut dimandikan, kain putih bersih yang telah di siapkan pagi hari
tadi, di pakaikan menyelimut ke badanya. Dua lubang hidup miliknya ditutup dengan kapas
lembut.

Sebelum diangkat ke keranda, wanita tersebut punya satu permintaan kepada petugas yang
ada di sana. Dia ingin menatap wajah suaminya untuk terahir kalinya dan ingin pemandangan
itu tidak hilang di telan waktu, agar dia selalu mengingat jasa yang banyak telah diberikanya
kepada dia beserta anak-anaknya.

Selang beberapa puluh detik, empat petugas itu pun langsung mengangkat mayat menuju
masjid hendak disholati.

Kini wanita tersebut harus mencari kerja untuk kehidupan anak-anaknya. Dia yang tidak tau
harus mencari uang sekarang dipaksa belajar agar tau bagaimana mendapatkannya.

Sayang sekali pria malang tersebut, padahal cita-citanya masih jauh untuk meraih kelar
manager. Dia sudah dipanggil di usia yang masih muda, usia yang pas untuk membentuk
seseorang menjadi laki-laki sejati.
Nama : IKA PUTRI OKTAVIA
Kelas : VIII-D
No absen :7

KELUARGA YANG PENUH OMELAN

Kehidupan keluarga memanglah rumit.

Dalam kamarnya bocah itu memakai penutup telinga yang dicolokan ke handphone mewah
milikinya. Diputar musik ber-genre metal agar sama sekali tidak terdengar keributan yang
ada diluar sana.

Diluar sana, tepatnya di dalam rumah miliknya sendiri.

Setiap hari terdengar begitu saja suara-suara yang meninggi dari dua orang yang paling dia
sayang. Saling menyahut dan menjatuhkan satu sama lain.

Di setiap pagi, di setiap roti sudah terjejer rapi di atas meja dan susu telah dituangkan di gelas
kaca yang indah, bocah kecil itu merasa kalau dirinya adalah inti permasalahan dari kedua
ibu-ayahnya.

Pernah sekali saat itu dia mengelak untuk mendengarkan ocehan dari keduanya, tapi semakin
dia melawan semakin dia kena semburan kata-kata menyakitkan dari ayahnya.

Anak itu tidak tau harus apalagi, dia sudah mematuhi semua perintah ayah-ibunya. Les privat
di mana-mana, belajar di malam hari, baca buku dan lain sebagainya sudah dia lakukan. Tapi
hasil tak seperti mereka harapkan. Itulah yang membuat pertengkarang ibu-ayahnya.

Anak itu pun menyalakan laptop dan bermain game. Dalam ruangannya, terdapat kursi hitam
merah mewah dan beberapa lampu warna indah menghiasi ruang gelapnya. Dia lebih suka
menyendiri dari pada berkumpul dengan orang tuanya, dia merasa dalam permainan lebih
membuatnya nyaman dari pada mendengar ocehan ibu-ayahnya.

Begitu saja terus kehidupan yang dialami oleh bocah tersebut.


Nama : IKA PUTRI OKTAVIA
Kelas : VIII-D
No absen :7

PERSAHABATAN

Aku baru saja masuk SMA (sekolah menengah atas) di salah satu Kota malang, saat itu MOS
sedang berlansung pada hari ke 3. Pada hari tersebut kami diperintahkan untuk membawa
bekal denga ntelor mata sapi beserta vegetarian.

Saat makan siang telah tiba, kami seluruh peserta MOS makan bersama, namun ada satu anak
yang mejadi perhatanku, ia tidak makan, aku langsung menghampirinya, aku berfirasat
bahwa dia tidak membawa bekal. Aku memang sengaja membawa dua bekal.

Akhirnya ia langsung kuhampiri dan langsung kusodorkan bekal satunya tepat didepannya.

“ini untukmu”

“apa ini?”

“ini makanan untukmu, ayo kita makan bersama”

“terimakasih” ia langsung menerima bekal tersebut dan mereka makan bersama-sama.

“Pesan singkat dari cerpen persahabatan diatas yakni, sahabat itu bukan dari ucapan kita
bilang sahabat, taetapi sahabat adalah ia yang dapat menerima kita dengan segala
kekurangan kita, dan teman kita yang selalu ada untuk kita. Sahabat adalah teman yang
saling terbuka, dan berbagi dengan teman satu sama lain.”
Nama : IKA PUTRI OKTAVIA
Kelas : VIII-D
No absen :7

PENDIDIKAN

Aku sekolah selalu diantar bersama ibuku, ibuku selalu mengantarku dengan berjalan kaki.
Karena jarak rumah dan sekolah berjarak dekat. Walaupun dekat namun kami masih
menyebrang jalan raya, karena sekolahku berada di pinggir jalan raya.

Suatu ketika jalan raya sangatlah ramai dari biasanya, ibuku menyuruhku untuk berdiri disini.
Ibuku membantu menyebrang nenek-nenek yang ingin menuju kesekolahku, karena nenek-
nenek tersebut adalah penjual di kantin sekolahku. Akhirnya nenek-nenek tersbut
disebrangkan oleh ibukku, sedangkan aku disuruh menunggunya disini. Setelah ibuku
mengantarkan nenek tersebut, ibuku kembali dengan wajah tersnyum dan menghampiriku
sambil berkata “maaf ya nak, ibu tadi sedang mambantu nenk itu menyebrang, kasihan yaa”

“iya bu”

“bagus, nanti kalau rehan sudah besar, kalau ada orang yang lebih tua dimanapun berada
dahulukan ya nak”

“iya bu aku menegerti”


BAHASA INDONESIA

Ibu dan aku pergi kepasar disetiap hari minggu di pagi hari. Kebetulan hari ini kami
kedatangan hajat untuk aqiqohku. Sehingga harus ada banyak yang dibeli, namun untuk
makanan sudah pesan di cateringan, agar lebih praktis.

Saat itu kita hendak ke tempat makanan ringan, untuk cemilan para hadiri undangan aqiqoh,
ibu berhenti di suatu ruko. Yang berisikan banyak makanan ringan disana. Saat itu sangat
ramai pengunjung, sehingga kami harus mengantri.

Sambil mengantri ibu memilih-milih makanan, dan disisihkan pada tempat yang bisa
menampung makanan ringan. Aku tidak bisa membantuibu, karena tempat makanan ringa
terlalu tinggi daripada badanku. Ketika ibu suda didepan kasir, ibu langsung mengeluarkan
dmpet bersiap-siap untuk membayarnya.

Uang ibu 100.000 dan habisnya 75.000, namun oleh kasirnya diberi kembalian 50.000, ibuku
tetap menerimanya. Dan sontak aku bilang, loh bu, bukannya kembalian 25.000 kok jadi
kembali 50.000 bu. Udah gapapa, jangan bu dikembalikan saja, mungkin tadi mbaknya salah
hitung. Iyausdah ibu kembalikan yaaa….
“SAHUUR..SAHUURR..IMSAK KURANG 20 MENIT LAGI..”

Bau aroma makanan yang siap untuk di santap, sudah menggoda perutku. Telur dadar dan
sayur sop dilengkapi dengan krupuk hmm, sungguh nikmat sambil menonton televisi dan
duduk bersila, ibuku berada di samping kiriku sedangkan ayahku duduk di atas kursi yang
tepat di depan televisi. Aku merasa hangat jika berada diantara ayah dan ibuku, karena hanya
aku anak semata wayangnya. Tak terasa puasa ramadhan kurang seminggu lagi, tak ingin
rasanya berakhir karena hanya puasa ramadhan aku dan keluarga bisa bangun bersama-sama
untuk melaksanakan sahur, menyiapkan diri untuk berpuasa sehari penuh.

Kebiasaan seorang muslim jika setelah melaksanakan puasa yaitu merayakan Idul Fitri,
berkumpul bersama keluarga besar menyambung silaturahmi yang mungkin pernah terputus
dan saling bermaaf-maafan. Seperti biasa setiap 2 tahun sekali aku bersama ayah dan ibuku
mudik ke pulau Sumatera, Lampung Selatan. Siapa yang di Lampung? yang Lampung adalah
mertua dari Ayahku, jauh ya jodohnya hihi, ceritanya panjang deh pokoknya. Soalnya
Ayahku, tempat asalnya di kota kelahiranku yaitu Malang, Jawa Timur.
GADIS CANTIK

Ada seorang gadis cantik walaupun wajahnya sempurna, namun ia tidak memiliki seorang
ayah, dia tinggal bersama ibunya dirumah beserta adiknya. Setiap harinya ia berslek, padahal
ibunya susah-susah banting tulang untung adeknya dan dirinya.

Ketik diberitau dia membantah, dan tidak mau meneruskan kegiatan tersbeut. Suatu ketika
ibunya jatuh sakit, hari itu tidak ada yang bisa dimakan, akhirnya si gadis cantik itu sadar
bahwa apa yang telah dilakukan salah, karena dia tidak membantu ibunyahingga ibunya jatuh
sakit.

Ibu adalah segalanya, terimakasih atas pengrbananmu ibu, terimakasih sudah menolongku
disaaat aku membutuhkanmu, terimakasih sudah berada didekatku ketika aku embutuhkan
sosok rang yang menghiburku. Ibu biarkan yang saat ini aku yang berkerja, walau aku tak tau
harus makan apa, tetapi yang jelas aku akan membuatmu nyaman dimasa tuamu nanti bu.
Biarkan aku sekarang bekerja untukmu, untuk membeli obatmu, agar ibu sembuh dari
penyakit yang diderita sekaranag.

Aku mencari kayu bakar untuk ku jual ke pasar, mencari buah-buahan di hutan untuk dijual
dipasar, aku tidak terbiasa hawa panas, sehingga aku sellau dingin. Akhirnya dia lesehan
dideket rumah dinoyo sberang atau di kiri ITN.
PERUSAK PERSAHABATAN

Namaku Adel, sekarang aku duduk di kelas 5 SD. Aku di kelas 5 SD A. Aku memiliki
sahabat bernama Jingga, sekarang aku tidak sekelas lagi dengannya. Tetapi aku masih
semangat sekolah.

Aku memiliki kakak bernama Azmi, dimana dia menjadi guru di sekolahku. Hari ini aku akan
berangkat sekolah bersama dengan kakakku itu.

Ketika telah tiba di sekolah, aku bergegas ke kelas karena tidak sabar ingin pergi ke kelasnya
Jingga. Aku tiba di kelas 5 SD B dimana itu kelasnya Jingga, dan dia sudah berada disana.

“Hai Jingga!” Aku menyapanya.

“Hai juga Del!” Jawab Jingga singkat.

Batinku berkata “Jingga terlihat tidak seperti biasanya, ada apa ya..”

Saat itu aku merasa sangat bosan karena Jingga dengan sengaja bersikap cuek kepadaku,
akhirnya aku kembali ke kelas ku dan menuju ke lapangan.

Tuuut Tuuut Tuut.. bel berbunyi dan aku bergegas ke kelas dan belajar

Waktu berlalu dengan cepat dan tak terasa sudah masuk waktu istirahat pertama. Sekarang
saatnya sholat dzuhur seperti biasa, aku bersama Jingga tetapi dia tetap saja bersikap cuek
sehingga aku lebih memilih menyendiri.

Setelah sholat dzuhur selesai, terdengar bel waktu pulang telah tiba. Padahal biasanya pulang
jam 4. Ternyata para guru sedang mengadakan rapat. Akupun pulang ke rumah.

Setelah sampai rumah, aku segera membuka handphone dan mengeceknya. Saat aku buka
BBM, terdapat sebuah pesan dari Cika, teman sekelas Jingga.

Cika: “Del, mulai sekarang dan seterusnya, kamu ngga usah dekat-dekat dengan jingga lagi!
karena Jingga sudah menjadi teman deketku”

Aku: “Memangnya kenapa? ya sudahlah aku mengalah saja..”

Chattinganku dan Cika berakhir.

Aku duduk sembari merenung di atas kasur dan berkata “Kenapa jadi seperti ini? Hiks..
Hiks..” tangisku..

Akhirnya mulai saat itu, aku sudah tidak dekat lagi dengan Jingga.
BINTANG

Dia, duduk di samping jendela, dibawah sinar lampu yang temaram. Mencoba memandang
langit yang gelap, hanya ada rembulan yang memantulkan sebagian dari cahaya matahari.
Tak ada bintang yang terlihat, semua bersembunyi dibalik awan, barangkali malu untuk
kulihat, katanya dalam hati seraya tersenyum. Angin malam berhembus sepoi-sepoi, solah
menghembuskan udara pada wajahnya yang lembut. Awan bergerak perlahan, memberikan
seni tersendiri di kegelapan malam. Ahh, ternyata ada satu bintang di balik awan, senyumnya
tersungging di balik bibirnya yang mungil. Ya Rabb, ternyata setitik cahaya pun bisa
memberikan keindahan yang luar biasa diantara luasnya langit yang gelap di malam hari. Ah,
seandainya ketika membuka jendela, memandang langit dan tak menemukan bintang
kemudian dia tak mencoba menatap awan tapi menutup jendela kembali, dia tak akan
menemukan bintang yang tersembunyi di balik awan.

***
Seperti setitik bintang di kegelapan malam, terkadang kita tak menyadari ada cahaya kecil
dalam malam yang gelap, yang kita berinama “bintang”. Betapa indahnya cahaya itu
walaupun tak bisa menerangi malam. Tapi, lain halnya ketika kita melihat ada setitik noda di
atas kain putih yang membentang. Kita justru terfokus pada noda yang kecil, dan seolah lupa
betapa bersihnya kain itu terlepas dari setitik noda yang ada, yang mungkin bisa hilang hanya
dengan sedikit detergent pemutih. Itulah hidup, kadang-kadang kita lupa untuk memandang
sesuatu dari sisi lain yang dimiliki.

Saya, memiliki seorang murid yang saya pikir kecerdasannya kurang menonjol dibanding
lainnya. Suatu hari, ketika kami tengah membicarakan sistem tata surya, hanya sebagai
pengetahuan bahwa bumi merupakan salah satu planet dalam sistem tata surya yang menjadi
tempat tinggal manusia, murid saya itu, sebut saja namanya Rimba, tiba-tiba berdiri dan
mengambil helm milik guru lain yang disimpan diatas loker dalam ruang kelas serta
memakainya. Tanpa saya sadari saya berkata kepadanya :”Wah,,,teman-teman, lihat!! Rimba
memakai helm, seperti astronot yang mau terbang ke bulan ya…”. Semua teman-temannya
memandang ke arahnya, dia tersenyum, spontan helmnya langsung di lepas dan dikembalikan
ke tempat semula, tanpa harus disuruh untuk mengembalikan. Kemudian saya ajak mereka
untuk menggambar roket di atas kertas putih yang tersedia. Dan hasilnya, Subhanallah, murid
yang saya pikir kecerdasannya kurang menonjol itu justru tahapan menggambarnya dua
tingkat lebih tinggi dibanding murid yang saya pikir paling pandai di kelas.

Seandainya saja saya memberikan reaksi yang lain seperti :”Rimba, silakan dikembalikan
helmnya karena sekarang saatnya kita belajar”, atau :”Maaf, silakan dikembalikan helmnya
karena Rimba belum minta ijin bu guru”, atau yang lainya, mungkin saya tidak akan pernah
tahu bahwa kecerdasan dia sudah lebih dari apa yang saya sangka karena pembahasan hari itu
bukan tentang astronot atau roket. Atau barangkali saya membutuhkan lebih dari satu kalimat
perintah untuk membuatnya mengembalikan helm ke tempat semula.

Reaksi berbeda yang kita berikan ketika kita memandang bintang di kegelapan malam atau
setitik noda di selembar kain putih ternyata akan memberikan hasil yang berbeda pula. Hidup
ini indah, cobalah kita memandang sesuatu dari sisi yang lain, maka yang tampak bukan
hanya sekedar 2 dimensi. Bukankah lebih seru ketika kita melihat film 3 dimensi???

-Karya Wijayanti-
SEMUT YANG PINDAH RUMAH

“Maju.. maju..
dia mendekat, cepatlah..
kita harus selamat sampai di sana..”
Begitulah suara riuh-riuh kecil yang kudengar sejak dari tadi aku bangun tidur. Meraka keluar
dari kediaman pertama mereka, berbaris entah itu menuju kemana. Perjalanan mereka yang
begitu panjang, membuat mereka takut akan terjadi sesuatu.

Aku yang langsung kaget melihat mereka, dapatkah engkau bayangkan ketika bangun tidur
mereka berbaris di dinding, sedangkan wajahku mengahadap kesana. Sontak aku langsung
kaget, saat itu juga rasa ngantukku hilang, padahal awalnya aku malas sekali untuk bangun.
Rasa takut meghampiriku. Tapi, lama-lama rasa itu mulai hilang, aku mulai memperhatikan
mereka dengan seksama, apa yang mereka fikirkan? Mengapa mereka tampak terlalu tergesa-
gesa berjalan?

Mungkin mereka mengira bahwa aku adalah raksasa jahat yang akan mengganggu mereka..
hmm.. mereka terlalu berprasangka buruk terhadapku, tapi lama-kelaman pasukan mereka
bertambah sampai- sampai ratu mereka juga keluar. Aku yang tadinya niat tidak akan
mengganggu mereka mulai merubah fikiran, kaya’nya mereka yang akan menakut-takutiku.

Aku beraksi, aku ambil minyak angin aku semburkan pada mereka, sontak mereka
berkeliaran tak tau arah lagi. Aku mulai prihatin, banyak di antara mereka keluar dari jalur
yang ada, kehilangan arah kerena semburan tadi. Hidup mereka memang sulit. Ada saja yang
mengganggu mereka di tengah perjalanan. Tidak lama kemudian mereka malui terarah lagi,
telah berbaris dan jalan ke tempat tujuan awal mereka, mereka mencari jalan baru yang tidak
terkontaminasi dengan minyak angin tadi.

Aku menyerah untuk memganggu mereka. Aku biarkan mereka menuju tempat yang lebih
nyaman, perlahan aku tau ternyata mereka berjalan menuju rumah baru yang lebih aman dari
rumah sebelumnya. Ratu mereka memerintahkan untuk pindah karena tempat yang lama di
rasa sudah tidak memberikan perlindungan bagi meraka lagi. Perjalanan mereka yang jauh
akhirnya bermuara pada tempat yang lebih baik dari sebelumnya, disana mereka kembali
menata kehidupan mereka.

Dari kisah semut tadi aku belajar perjalannan hidup yang mahal harganya. Dimana saat kita
telah mengusahakan sesuatu katakanlah itu impian kita, maka jika di tengah perjalanan dalam
menggapai impian itu kita jatuh. Langsung bangkit, temukan jalan lain yang lebih baik untuk
menggapainya. Karena jika kita tetap diam, kita akan ketinggalan yang impian itu semakin
jauh dari kita, kehidupan akan terus berlanjut meskipun tanpa kita.

Anda mungkin juga menyukai