Anda di halaman 1dari 6

PERUBAHAN DRASTIS DI MASA NEW NORMAL

Di Desa Tanjung ada seorang remaja yang bernama Doni Sastra Wiguna tapi sering di
panggil dengan sebutan Doni. Doni tinggal bersama dengan Ibunya saja karena Ayahnya
sudah lama meninggal karena kecelakaan saat Doni masih kecil. Doni adalah anak yang
sering dibicarakan tetangganya karena Doni adalah anak yang nakal. Setiap harinya Doni
hanya menghabiskan waktunya dengan nongkrong bersama teman-temannya, padahal Doni
adalah anak sekolah yang baru menginjak bangku SMK kelas X. Di usia Doni yang masih
menginjak umur 15 tahun, seharusnya Doni harus belajar dengan giat untuk membahagiakan
kedua orangtuanya bukan untuk membuat orang tuanya merasa malu dengan sikap dan
pergaulannya. Namun orang tua Doni selalu sayang padanya walaupun Doni sering
membuatnya sedih. Di suatu hari Doni hendak pergi ke pesta ulang tahun kawannya dan
meminta uang pada ibunya.

“Buk Doni minta uang untuk datang ke pesta ulang tahun teman Doni.” ucap Doni pada
Ibunya.

“Don, Ibu masih belum punya uang lebih untuk memberimu karena masih ada kebutuhan lain
yang harus ibu penuhi.” jawab Ibu Doni dengan raut muka yang sedih.

“Tapi masa Ibu tidak mempunyai uang sepeserpun, kan Ibu selalu kerja setiap hari kemana
uangnya?” Donipun bertanya dengan nada yang tinggi.

“Ibu selalu menyisihan uang kerja Ibu untuk kebutuhan hidup, belum lagi biaya sekolahmu,
apalagi di masa pandemi seperti ini kerjaan semakin susah bahkan untuk mendapatkan sesuap
nasipun susah, sedangkan kerjaanmu hanya bersenang-senang saja tanpa memikirkan
pahitnya hidup.” Jawab Ibu Doni sambil menangis. Doni hanya terdiam ketika melihat
Ibunya menangis karena tingkah lakunya.

Keesokan harinya Doni di datangi oleh kawan sekelasnya yang bernama Andi untuk
memberinya surat dari sekolah karena Doni tidak pernah mengikuti pembelajaran daring.

“Assalamualaikum” salam Andi sambil mengetuk pintu rumah Doni.

“Waalaikumsalam” jawab Doni.

“Don Ibumu mana, ada surat dari sekolah untuk Ibumu.” tanya Andi.
“Ibuku sedang kerja, emang surat apa berikan saja padaku nanti akan ku bagikan ke Ibu
setelah Ibu pulang nanti.” jawab Doni.

“Ini Don.” Andipun menyodorkan suratnya pada Doni dengan penuh rasa percaya kalau
Doni akan memberikan surat itu pada Ibunya.

“Terimakasih ya An, karena sudah mau mengantarkan surat ini untuk Ibuku.” ucap Doni
dengan memasang muka baik agar Andi percaya kalau suratnya akan di berikan kepada
Ibunya.

“Sama-sama Don” jawab Andi.

Andipun pulang dan Doni segera membuka isi surat yang diberikan oleh Andi karena
penasaran apa isi dari surat tersebut. Setelah Doni membukanya Donipun kaget melihat isi
surat tersebut, karena surat tersebut berisi tentang peringatan sekolah. “Untung Ibu tidak ada
di rumah kalau ada bisa bahaya ini.” ucap Doni dalam hati sambil berjalan menuju ke tempat
sampah yang berada di depan rumahnya untuk membuang surat tersebut. Haripun sudah larut
sore dan Ibu Donipun pulang ke rumah.

“Assalamualaikum… Don… Doni, buka pintunya Nak ini Ibu.” ucap Ibu Doni sambil
mengetuk pintu. Namun Doni diam saja dan langsung bersembunyi di belakang sofa ruang
keluarganya karena Doni sangat penasaran dengan apa yang Ibunya harapkan dari Doni.
“Aku harus diam di sini sampai Ibu mengungkapkan isi hatinya dengan apa yang selama ini
aku perbuat padanya.” ungkap Doni dalam hatinya. “Loh kenapa pintunya tidak di kunci,
kemana Doni” Tanya Ibu Doni dalam hati sambil melangkahkan kakinya ke dalam rumah.
Lalu Ibu Donipun duduk di sofa rumahnya sambil bersedih dan berkata:

“Maafkan aku Mas karena aku tidak bisa mendidik anak kita seperti apa yang kamu
inginkan, jangankan menjadi TNI sekolah saja dia malas.” Ucap Ibu Doni. tak terasa air
matapun menetes di pipinya. Dan disitulah Doni tahu perasaan Ibunya terhadap dirinya, dia
hanya terduduk kaku karena mendengar perkataan Ibunya sambil meneteskan air mata dan
berkata dalam hati “Maafkan Doni Bu, seharusnya Doni tahu kalau Ibu kerja dari pagi sampai
sore untuk memenuhi kebutuhan hidup Doni. Selama ini Doni salah menilai Ibu, Doni selalu
menganggap Ibu tidak sayang kepada Doni tetapi kenyataannya Ibu sangat peduli akan diri
Doni.” ucap Doni dalam hati sambil menangis. Tiba-tiba Ibu Doni mendengar suara isak
tangis, tetapi Ibu Doni tidak meresponnya karena dia menganggap itu hanya perasaannya saja
yang sedang bersedih.
Keesokan harinya Ibu Doni hendak pergi berangkat kerja tiba-tiba Doni bersikap tidak seperti
biasanya, Doni bangun lebih awal dari Ibunya dan membuat nasi goreng untuk sarapan
mereka, Ibu Doni pun bertanya padanya:

“Nak tidak biasanya kamu sudah berada di meja makan, apa kamu lapar?” Tanya Ibu Doni.

“Tidak Bu, Doni hanya menyiapkan nasi goreng untuk sarapan kita pagi ini.” Jawab Doni.

“Owhhh” Ibu Doni menjawabnya dengan muka yang heran. ”Kenapa sikap Doni tiba-tiba
berubah seperti ini.” Tanya Ibu Doni dalam hati

“Duduklah Buk.” sambil menyodorkan kursi untuk Ibunya duduk, setelah mereka duduk
Doni berkata pada Ibunya: “Doni sudah siapkan sarapan untuk Ibu sebagai tanda terima kasih
Doni pada Ibu karena sudah menjaga Doni dengan baik meskipun Ayah sudah tidak ada.
Sambil memegang tangan Ibunya Doni berkata, ”Doni ingin minta maaf sama Ibu atas segala
perbuatan yang Doni lakukan selama ini, Doni salah Bu. Doni belum bisa menjadi anak yang
baik setelah Ayah tiada.” ucap Doni dengan penuh sesal.

Ibu Donipun merasa kaget mendengar perkataan anaknya. Tanpa terasa air mata Ibu
Donipum menetes melihat perbuatan Doni, Ibu Donipun langsung memeluk Doni degan erat
dan berkata, “Alhamdulliah Ya Allah, Engkau telah membuka hati putra hamba” ungkap Ibu
Doni dalam hati. “Doni janji sama Ibu dan almarhum Ayah, mulai saat ini Doni akan menjadi
anak yang rajin dan Doni akan bekerja membantu Ibu setelah selesai belajar. Doni akan
menjadi TNI yang Ayah inginkan dan menjadi pemuda yang selalu rajin belajar dalam masa
NEW NORMAL ini walaupun belajarnya belum bertatap muka.” janji Doni pada sang Ibu.
Mendengar perkataan Doni hati Ibupun merasa senang, Ibu Donipun hanya menganggukkan
kepalanya sambil tersenyum dalam tangisan.

Keesokan harinya tiba-tiba guru Doni merasa heran dalam melaksanakan pembelajaran
karena tidak seperti biasanya Doni mengikuti pelajaran online via webex. Dan guru Donipun
langsung bertanya kepada Doni:

“Assalamualaikum semuanya, Ibu minta tolong semuanya matikan microfonnya dulu kecuali
Si Doni ya Nak.” ucap guru Doni dalam pembelajaran daring tersebut.

“Siap Buk.” ucap semua murid.

“Don apakah ini benar-benar kamu Nak?” Tanya guru Doni padanya.

“Siap Buk, ini benar benar saya.” jawab Doni dengan sigap.
“Alhamdulillah akhirnya kamu bisa mengikuti pelajaran Ibu, Ibu berharap kamu akan
menjadi anak yang baik selamanya ya Nak, tinggalkan sikap burukmu dan kembangkan
bakatmu karena sebenarnya kamu adalah anak yang berbakat dan pintar.” Ucap guru Doni.

“Siap Buk, sebelumnya Doni minta maaf sama Ibu karena Doni jarang mengikuti pelajaran
Ibu. Doni janji mulai saat ini dan seterusnya Doni akan belajar dengan giat agar Doni bisa
menjadi anak yang berbakti pada orang tua, dan Doni bisa menggapai cita-cita yang Ayah
Doni harapkan untuk mrnjadi seorang TNI.” Jawab Doni.

“Sangat mulia cita-citamu Nak, semoga Tuhan mengabulkan harapanmu. Ibu bangga sama
Doni, walaupun Ibu tidak tahu sebabnya apa yang membuat Doni bisa berubah seperti ini,
Ibu bangga sama Doni.” Kata guru Doni

“Siap terimakasih Bu.” ucap Doni dengan semangat.

Merekapun kembali belajar seperti biasanya setelah guru bertanya kepada Doni. Donipun
belajar dengan semangat pada saat itu dan pembelajaran daring pun terlihat lebih seru karena
terasa mendapatkan suasana baru.

Pembelajaranpun sudah selesai dan Doni langsung saja menuju ke tempat Ibunya bekerja
yang cukup jauh dari rumahnya dengan membawa bekal nasi yang telah dia siapkan untuk
Ibunya. Ketika dia sudah sampai di depan pabrik tempat Ibunya bekerja, Doni mendengar
ucapan tetangganya yang tidak segaja bertemu di depan gerbang tempat Ibunya bekerja, “Eh
itukan Si Doni, mau ngapain dia ke tempat Ibunya bekerja, tumben-tumbenan dia mau datang
ke tempat ibunya bekerja.” Ucap tetangga Doni saat berjalan bersama temannya. Namun
Doni tetap berjalan dan seolah-olah Doni tidak mendengarkan kata-kata tetangganya tersebut.
Doni pun sampai di tempat Ibunya bekerja dan Doni menanyakan pada satpam yang berada
di pagar tempat bekerja ibunya.

“Selamat siang Pak, maaf Pak saya Doni anaknya ibuk Sara. Apakah saya boleh masuk ke
dalam untuk membantu Ibu saya dan memberi bekal makan siang?” tanya Doni.

“Ada Dek silahkan masuk, tapi sebelumnya Bapak cek suhu tubuh dulu ya.” kata si Bapak.

“Siap pak silakan di cek.” jawab Doni.

“Aman Dek, silahkan masuk tapi dengan catatan tetap memakai masker dan jaga jarak.”
Kata si Bapak.

“Siap terimaksih Pak.” kata Doni.


Donipun langsung masuk ke tempat Ibunnya yang bekerja di pabrik sepatu dan langsung
memanggilnya, “Bu, Doni datang untuk membantu Ibu bekerja dan membawa makanan
untuk makan siang.” ucap Doni kepada Ibu. “Terimaksih Nak.” jawab Ibu kepada Doni
sambil tersenyum. Teman-teman kerja Ibu Donipun merasa heran karena tidak seperti
biasanya bahkan tidak pernah Si Doni peduli sama Ibunya seperti ini. Merekapun ikut
tersenyum dengan melihat sikap Doni yang sekarang.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan Donipun telah selesai melaksanakan Ujian
Semester Genap dia mendapatkan peringkat ke-3 dari 40 siswa karena kegigihan dan
keinginannya yang begitu kuat untuk berubah sehingga Doni mendapatkan prestasi tersebut.
Sang Ibupun merasa sangat bangga karena kewajibannya sebagai seorang ibu yang mendidik
anaknya dengan baik sudah tercapai.

Keesokan harinya Doni dan Andi bersama teman-temannya melakukan kegiatan yaitu
kegiatan “PEDULI LINGKUNGAN BERSIH AGAR TERHINDAR DARI VIRUS.” Doni
dan teman-temannya melakukan kegiatan tersebut dengan cara membersihkan selokan,
membersihkan masjid, membersihkan kantor desa dan mengambil sampah di jalanan. Dengan
kegiatan Doni tersebut tetangga-tetangga Doni sekarang merasa bangga padanya karena Doni
tidak yang seperti mereka bayangkan. Tetangga-tetangga Donipun sekarang selalu
membanggakan Doni. “Buk Sara, anak Ibu sekarang sudah berubah drastis ya Bu semenjak
masa NEW NORMAL ini, saya jadi malu karena saya dulu sering menjelek-jelekan anak Ibu,
sekarang saya minta maaf sama Ibu, saya sangat bangga pada Doni karena Doni peduli
dengan lingkungan di sini.” ucap tetangga Doni pada Ibu Doni. Ibu Doni hanya tersenyum
sambil menganggukkan kepalanya saja.

Karena kegiatan tersebut, Doni dan teman-temannya mendapatkan penghargaan dari Kepala
Desa Tanjung sebagai pemuda yang peduli linkungan berupa uang tunai 2 juta rupiah per
orang dan di situlah nama Doni terkenal hingga ke pelosok Desa Tanjung karena prestasinya.
Donipun berpesan kepada teman-temannya, “Jadilah pemuda yang peduli keluarga,
lingkungan dan Negara karena sikap tidak peduli atau masa bodoh akan melahirkan kerugian
dan kerugian tidak dapat dibanggakan” ucap Doni

TAMAT
BIODATA PESERTA SAYEMBARA PENULIAN CERPEN TINGKAT
SLTP/SLTA SEKOTA JAMBI TAHUN 2020 DINAS PEMUDA DAN
OLAHRAGA KOTA JAMBI

Nama : Sidik Permana


Tempat, dan tanggl lahir : Banyuasin, 06-07-2004
Alamat Rumah : kelurahan Tanjung Katung Pasar Minggu Rt 08 Rw 00 Kec.
Maro sebo Kab. Murao Jambi

Utusan Sekolah : SMKN 6 KOTA JAMBI


Kelas :X
Alamat Sekolah : Jl.liposos II, Pal Merah, Kec. Jambi Sel, Kota Jambi
Telepon/HP : 085267361808/082252697582
Alamat pos-el : 36381
Judul Cerpen : PERUBAHAN DRASTIS DI MASA NEW NORMAL
Pengalaman dalam menulis :

Mengetahui, jambi, 2020


Kepala Sekolah peserta,

Hj. Asmiati, M.Pd. Sidik Permana


Nip. 19721005 200501 2 006

Anda mungkin juga menyukai