0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2K tayangan3 halaman
Cerpen ini menceritakan tentang Doni, seorang anak laki-laki yang berjualan kue di sekolahnya untuk membiayai kebutuhannya. Dia di-bully oleh temannya, Anjar. Suatu hari, Doni menolong seorang pria tua dari perampokan dan pria itu ternyata adalah ketua komite sekolah. Ketua komite sekolah kasihan pada Doni dan membayarkan SPP-nya sehingga Doni bisa bersekolah lagi
Cerpen ini menceritakan tentang Doni, seorang anak laki-laki yang berjualan kue di sekolahnya untuk membiayai kebutuhannya. Dia di-bully oleh temannya, Anjar. Suatu hari, Doni menolong seorang pria tua dari perampokan dan pria itu ternyata adalah ketua komite sekolah. Ketua komite sekolah kasihan pada Doni dan membayarkan SPP-nya sehingga Doni bisa bersekolah lagi
Cerpen ini menceritakan tentang Doni, seorang anak laki-laki yang berjualan kue di sekolahnya untuk membiayai kebutuhannya. Dia di-bully oleh temannya, Anjar. Suatu hari, Doni menolong seorang pria tua dari perampokan dan pria itu ternyata adalah ketua komite sekolah. Ketua komite sekolah kasihan pada Doni dan membayarkan SPP-nya sehingga Doni bisa bersekolah lagi
Kebaikan Membawa Keberuntungan Hari itu matahari bersinar dengan sangat terik. Terlihat seorang anak laki-laki bernama Doni sedang membawa keranjang kuenya. Aisyah : (Menunjuk kue yang berada di dalam keranjang Doni) “Hey Don, berapa harga donat itu?” Doni :”Murah, kok. Hanya 5 rb.” Aisyah :”Kalau gitu, berikan aku satu, dong!” Aisyah adalah teman baik Doni yang sama-sama bersekolah di SMP Teladan. Doni berbeda dengan teman-temannya. Ayahnya telah meninggal dunia dan Ibunya seorang buruh pabrik. Doni harus berjualan kue di sekolahnya demi menutupi kesusahan hidupnya dan dapat membayar uang sekolahnya. Walau begitu, Doni tidak malu walau banyak ejekan dan Gurunya banyak yang tidak suka tindakan itu. Dia tetap mengejar mimpinya walau banyak ejekan di belakangnya. Anjar : (Menghina) “Kamu masih membeli makanan kotor itu, Aisyah?” Aisyah :”Kenapa kamu berbicara seperti itu?” Anjar : (Merampas donat Aisyah dan membuangnya ke tanah) ”Apa kamu tidak malu makan makanan seperti itu? Donat itu mengandung banyak kuman. Kalau kamu mau, nanti aku belikan pizza.” Aisyah : (Hendak menampar wajah Anjar dengan marah) Doni : (Menahan tangan Aisyah) “Sudahlah, Aisyah. Nanti aku ganti yang baru. Tak usah dipermasalahkan.” Aisyah :”Apa kamu tidak tersinggung?” Doni :”Tidak apa-apa, kok.” Anjar : (Mengejek) ”Kamu denger sendiri, ‘kan? Dia saja mengakui kuenya tidak sehat.” Doni tetap sabar. Ia tau kalau watak Anjar sombong karna Ayahnya adalah ketua komite di sekolah ini. Aisyah :”Anjar, kenapa kamu sombong sekali? Kamu tidak seperti Anjar yang kukenal dahulu.” (Menarik tangan Doni menjauhi Anjar) Semenjak itu, Anjar makin membenci Doni. Ia pun sering usil pada Doni serta mengancam teman-temannya untuk tidak membeli kue Doni. Akibat ulah Anjar, pembelian kue Doni pun berkurang. Doni pun memutuskan untuk berhenti sekolah sementara waktu dan berjualan kue di pasar karena Ia tak mampu membayar SPP bulan depan. Seminggu sudah Doni mencari uang untuk SPPnya. Aisyah yang tidak mengetahui apa-apa pun khawatir dan segera mencari tahu keberadaan Doni. Tetapi, hasilnya nihil. Doni pun sudah bersusah payah untuk mencari uang di pasar. Pada saat sedang menghitung hasil penjualannya, Doni melihat seorang pria membuntuti lelaki tua yang membawa tas hitam. Doni : (Berteriak memperingati lelaki tua tersebut) Lelaki Tua :”Terimakasih, Nak. Berkat kamu, perampok itu gagal mengambil tas ini.” Doni :”Tidak apa-apa, kok, Pak. Kita sebagai manusia sudah sepatuhnya saling membantu.” Lelaki tua itu merasa kasihan terhadap Doni dan bertanya mengapa Ia tidak bersekolah. Doni pun menceritakan segalanya kepadanya. Lelaki Tua : (Beranjak dari tempat duduknya) “Teruskan mimpimu, Nak. Saya salut dengan kamu. Andai saja anak Saya seperti itu.” Setelah berjuang dengan keras, Doni pun mendapat dana untuk membayar SPPnya. Ia pun mengajak Aisyah ke ruang kepala sekolah. Ia merasa heran karna mendapat info bahwa SPPnya telah lunas dan Ia tak perlu lagi membayar SPP. Ia pun berterimakasih kepada kepala sekolah dan segera meninggalkan ruang kepala sekolah. Tetapi, Ia terkejut melihat foto lelaki yang Ia tolong ketika di pasar hari itu. Doni :”Itu foto siapa?” Aisyah :”Itu ketua komite sekolah kita.” Doni : (Tersenyum) Pantas saja, akhir-akhir ini Anjar jarang mengganggunya. Doni pun dapat bersekolah tanpa gangguan apapun.