Suatu ketika disaat keadilan sudah menjadi kata yang punah. Sedang diadakannya
ujian semester. Adi dan Banu duduk sebangku, Sita dan Dini duduk sebangku di depannya,
sedangkan Budi duduk sendiri disamping Banu.
Mata pelajaran yang sedang di ujiankan adalah matematika, semua murid terlihat
kebingungan dan kewalahan melihat soalnya. Dan terjadi lah percakapan antara 5 sekawan,
Adi, Budi, Banu, Sita dan Dini.
Banu:
Dini:
A dan C
Sita:
Banu:
Adi:
Sita:
Mereka berempat saling contek-mencontek seperti pelajar lainnya. Tapi tidak dengan
Budi, ia terlihat rileks dan mengerjakan soal ujian sendiri tanpa mencontek.
Banu:
Budi:
Banu:
Budi:
Banu:
Dini:
Adi:
Budi:
Sita:
Budi:
Mencontek atau pun memberi contek adalah hal buruk, yang dosa nya
sama. Aku tidak mau mencotek karena dosa, begitu pula member contek ke kalian. Aku minta
maaf
Sita:
Dini:
Budi:
Adi:
yasudah, biarkan. Urus saja dirimu sendiri Bud, dan kami urus diri kami
Banu lalu mengeluarkan buku dari kolong bangkunya secara diam-diam, kemudian
melihat rumus dan jawaban di dalamnya. Lalu Sita menanyakan hasilnya.
Sita:
Banu:
Kareana suara Banu yang agak terdengar keras, Guru pun mendengarnya dan
menghampiri mereka berempat.
Guru:
Dini:
Sita:
Adi:
Banu:
Sita:
Aku menyesal!
Budi:
Sita:
Dini:
Adi:
Lalu mereka semua menjalani hukuman dengan penuh senyum dan tawa. Persahabatan
akan mengalahkan segala keburukan.
FATHAN MUFADHDHAL (KLS IV-1 MIN BLANG PASEH SIGLI)
Mala : Gue mau ngucapin terima kasih karena selama ini lo udah baik banget ama gue. Lo
udah mau jadi sahabat gue, pengertian ama gue, dan gue juga minta maaf kalau gue
punya salah ama lo.
Vee : Sebenarnya lo itu kenapa sih La ? Apa yang lo sembunyiin dari gue ?
Mala : ( Menangis tersedu-sedu ) Gue ngak tau apa yang harus gue lakuin buat ngebalas
kebaikan elo di sisa-sisa waktu gue ini ?
Vee : Sisa-sisa waktu ? Kenapa lo ngomong kayak gitu ? Emangnya elo mau kemana La ?
Mala : Elo tau kan kalau kepala gue itu sering sakit ?
Kemarin gue periksa ke dokter karna gue udah ga tahan, terus saat itu juga dokter
nyuruh gue buat roncen daerah kepala, dan tadi pagi gue ambil hasil roncennya.
Vee : Trus ?
Mala tak menjawab pertanyaan Vee. Langsung saja Vee merebut secarik kertas yang
sedari tadi di genggam oleh Mala.
Vee : Apa ? Ini ngak mungkin. Saudari Mala Salsabila Putri positif mengidap penyakit kanker
otak stadium akhir ? Lo bohong kan La ?
Mala : Lo bisa liat sendiri kan Vee. Itu semua bukan rekayasa. Hidup gue bentar lagi berakhir.
Bentar lagi gue akan ninggalin lo buat selama lamanya. Harapan hidup gue udah kecil
banget.
Vee : Ngak, lo ngak boleh bilang gitu, kita ngak boleh pisah, ngak boleh.
Mala : Tapi Vee, setiap ada pertemuan, disitu juga pasti ada perpisahan.
Vee : Ngak, gue ngak mau La. Gue ngak mau pisah sama elo. Tiba tiba Mala merintih
kesakitan sambil memegangi kepalanya. Lalu kemudian pingsan.
Mala : ( Memegangi kepalanya ) Aw, sakit. Kepala gue sakit Vee.
Vee : La, lo kenapa ? ( Menopang tubuh Mala yang pingsan ) La bangun La ! Bangun ! Ya
Tuhan, Mala kenapa ?? Toloong .... tolooong ..... Mala pun segera dibawa ke rumah
sakit. Kemudian, Mala segera ditangani oleh dokter Indah. Vee pun menelfon ibu Mala,
Ibu Tirsani agar segera datang melihat keadaan Mala.
Vee : Halo, ibu bisa datang ke rumah sakit Kasih Ibu, ngak bu ?
Ibu Tirsani: Memangnya ada apa nak ?
Vee : Mala pingsan bu. Ibu harus ke sini buat ngeliat keadaan dia sekarang bagaimana.
Ibu Tirsani: Iya, iya. Ibu pasti datang. Terima kasih atas pemberitahuannya ya.
Vee : Iya bu. Sama-sama. Tak beberapa lama kemudian, Ibu Mala pun datang. Setelah genap
15 menit memeriksa keadaan Mala, akhirnya Dokter Indah pun telah selesai
memeriksanya. Namun, wajahnya kelihatan tidak bahagia.
Ibu Tirsani: Dokter, bagaimana keadaan Mala ?
Dokter : Sebelumnya saya minta maaf yang sebesar besarnya, saya sudah bekerja dengan
semaksimal mungkin, tapi saya bukanlah Tuhan yang bisa mengubah jalan hidup
seseorang. Maaf , anak ibu tidak bisa di selamatkan. Kondisinya sudah sangat
kritis, dan sel kanker tersebut telah menyebar keseluruh tubuhnya.
Ibu Tirsani: Maksud Dokter, Mala sudah meninggal ?
Dokter : Saya sudah berusaha bu.
Vee : Mala, ini ngak mungkin. Ngak mungkin.
Dokter Indah pun pergi meninggalkan Vee dan Ibu Tirsani. Vee pun menghampiri Ibu
Tirsani yang sedang meratapi kepergian Mala.
: Ibu yang sabar ya bu. Aku yakin di balik semua kejadian pasti ada hikmah yang bisa
di petik.
Ibu Tirsani: Terima kasih ya, selama ini kamu sudah menghiasi hari-hari Mala lewat
persahabatan yang kalian jalin bersama.
Vee : Udah bu, aku juga emang sedih karena kepergian Mala. Tapi, nasi udah menjadi bubur.
Dan semua itu udah ngak bisa kembali lagi.
Ibu Tirsani : Iya, kamu benar. Semoga saja Mala tenang di alam sana.
Vee : Amin...
Keesokan harinya pun jenasah Mala sudah sampai di pemakaman yang berada tepat di
depan sekolah Vee.
Aurel : Vee ! ( berlari dengan tergopoh-gopoh ) Gue udah denger dari siswa-siswa kalau Mala
meninggal karena penyakit kanker otak.
Vee : Iya. Hari ini dia bakal di makamkan.
Aurel : Kalau gitu cepet kita ke pemakaman dia ( Menggenggam tangan Vee )
Vee : Iya, iya. Sesampai di pemakaman, Vee dan Aurel melihat Ibu Tirsani yang terus
menangis.
Vee : La, kenapa sih elo cepet banget tinggalin gue ? Gue ngak mau pisah sama elo.
Aurel : Udahlah Vee, kita harus relain kepergian Mala. Ini semua mungkin udah jadi takdir
Tuhan.
Vee : ( Menangis sambil memandangi batu nisan Mala ) La, kenapa sih Lo harus ninggalin
gue secepat ini? lo pergi sebelum gue bisa bikin lo bahagia. Asal lo tau La, di hati gue
nggak ada sahabat sebaik lo. Lo itu sahabat sejati gue, yang selalu bisa nemenin gue
dalam suka ataupun duka. La, semoga lo tenang di alam sana. Gue harap, lo nggak akan
lupain gue, karna gue juga ngak akan pernah lupain lo. Selamat jalan ya sobat !
( Beranjak pergi meninggalkan rumah abadi milik sahabatnya,