Anda di halaman 1dari 4

MENGEJAR CITA

Cerpen Karangan: Nur Lailatul Fitrotin


Lolos moderasi pada: 3 June 2014
Pagi itu Dani ingin sekali bersekolah, tapi dengan kondisi keuangan yang
tidak mencukupi. Dani sementara tidak bisa melanjutkan sekolah. Ibunya
sehari-hari mencari nafkah sebagai penjual nasi.
Bu, kapan aku bisa sekolah seperti teman-teman dani yang lain?
menatap ibunya dengan penuh harapan.
Sabar ya nak, nanti kalau tabungan ibu udah cukup buat biaya sekolah
Dani. Secepatnya Dani bisa sekolah.. Katanya.
Dengan

melihat

ibunya

bekerja

keras

demi

membantu

ekonomi

keluarganya, Dani hanya bisa membantu ibunya jualan nasi pecel.


Semenjak ayahnya meninggal ekonomi keluarga Bu Indah tidak stabil.
Sehingga membuat mereka berusaha keras mengumpulkan uang untuk
kebutuhan sehari-hari. Dan berharap mendapatkan rejeki lebih agar Dani
bisa bersekolah kembali.
Ketika Dani berangkat menjajakan korannya. Tidak menyangka di jalan ia
bertemu dengan temannya yang bernama Tina dia anak seorang Kepala
Sekolah. Dengan melihat Tina, sudah memakai seragam sekolah yang rapi
dan lengkap dengan membawa tas dan tak lupa bekal makan siang. Dani
merasa iri hati melihat Tina, yang bisa bersekolah dan mempunyai banyak
teman.
Dani aku berangkat sekolah dulu ya, takut telat ada Upacara Bendera
Sambil bergegas meninggalkan Dani.
Ooh iya Tina, hati-hati di jalan ya.. Menatap Tina dengan perasaan
sedih.
Dila datang untuk menemui Dani, dan mengajak Dani untuk menjajakan
koran di sekitar Terminal. Seperti biasa dengan semangat yang luar biasa
mereka benar-benar tak merasakan lelah, meskipun terik matahari siang
itu begitu terasa di kulit. Mereka berdua masih tetap semangat dan
termotivasi

untuk

mengumpulkan

uang

yang

banyak.

Agar

bisa

melanjutkan sekolah dan mewujudkan cita-cita. Sambil menjajakan koran


Dila bertanya kepada Dani.

Emang cita-citamu pengen jadi apa Dan?


Ada deh, mau tau aja.. Dani tertawa melihat wajah Dila yang penasaran.
Dila pun masih tetap bersih keras menanyakan cita-cita Dani. Tetapi Dani
masih tetap tidak mau memberitau Dila.
Setelah selesai menjajakan koran Dani dan Dila melanjutkan untuk
mengamen. Mereka ingin mendapatkan penghasilan lebih. Kemudian
setelah mendapatkan uang, mereka menyimpanyya bersama-sama.
Dani dan Dila pun menyimpannya dalam kaleng kemudian dikuburnya
dalam tanah kaleng itu. Agar tidak dicuri orang. Karena menurut mereka
berdua dengan menyimpan uang seperti itu akan lebih aman, dan beda
dari pada yang lainnya. Setelah menyimpan uang hasil penjualan koran
dan ngamen. Dani berpamitan dengan Dila untuk pergi sebentar. Dila
ingin ikut pergi bersama Dani, tetapi Dani melarang Dila ikut.
Dani setiap hari pergi ke sekolah Tina, dengan harapan ia ingin sekolah.
Meskipun ia tidak memakai seragam sekolah seperti anak-anak yang
lainnya. Dani melihat dari bagian pojok jendela kelas ada banyak anak
yang mendengarkan materi dari Pak Guru. Setelah pelajaran selesai. Pak
Guru mendekati Dani dan bertanya.
Loh nak, kamu siapa?
Saya Dani Pak..
Kenapa setiap hari kamu melihat dari jendela ketika ada pelajaran di
kelas?
Dani menjawab dia ingin sekolah tapi tidak punya biaya. Dan Dani bilang
kalau dia ingin menjadi seorang guru seperti Ayahnya. Karena ia
termotivasi melihat Ayahnya yang menjadi seorang guru teladan bagi
murid-muridnya.
Keesokan harinya Dani dan Dila Kaget melihat kalau di dalam kaleng
tersebut semua uangnya yang dikumpulkan selama ini telah hilang. Dila
mencurigai kalau kemarin sore ia melihat ada seorang laki-laki yang
berjalan mengendap-endap di belakang rumah Dani. Ternyata uang itu
dicuri oleh orang. Dani merasa kecewa karena tidak bisa mewujudkan
keinginannya. Tetapi Dila memberikan motivasi kepada Dani. Agar jangan

terlalu sedih, pasti Tuhan akan mengembalikan lebih banyak lagi rejeki
untuk kita.
Setelah kejadian tersebut, Dila mengajak Dani kembali beraktivitas
menjajakan korannya demi mencari uang untuk bisa melanjutkan sekolah.
Dani tetap bersemangat meskipun masih ada sedikit perasaan kecewa.
Tak disangka sebuah mobil menyerempet Dani dari belakang. Dani pun
jatuh tersungkur. Kemudian datanglah seorang ibu-ibu yang bernama Bu
Sinta keluar dari mobilnya setelah menabrak Dani. Bu Sinta mengajak
Dani untuk pergi ke Rumah Sakit tetapi Dani menolak. Dan Dila kaget
melihat kaki Dani memerah dan bengkak, sehingga Dani susah untuk
berjalan. Bu Sinta pun langsung membawa Dani ke rumahnya untuk diberi
obat.
Sesampainya di rumah Bu sinta menyuruh pembantunya untuk merawat
Dani yang kakinya keseleo dan bengkak itu. Kemudian Bu Sinta bertanya
kepada

Dani

dan

Dila.

Mengapa kalian berada di pinggir jalan waktu pagi-pagi? Apakah kalian


tidak sekolah. Dengan wajah yang penuh bersalah karena sudah
menyerempet

Dani.

Dani bilang kalau ia tidak sekolah. Dila menjelaskan kalau kita ingin
bersekolah dan kita tidak punya biaya. Kemudian anaknya Bu Sinta yang
bernama Andi tiba-tiba datang dari dalam kamarnya menghampiri Dani,
dan Andi pun tidak suka melihat kedatangan Dila dan Dani. Andi mengusir
Dani dan Dila karena mereka orang miskin.
Bu Sinta menasehati Andi agar tidak bersikap kasar kepada Dani dan Dila.
Tetapi Andi masih bersih keras dia tidak suka dengan kedatangan Dani
dan Dila. Andi tidak suka Mamanya menolong Dani. Dan Bu Sinta ingin
menolong mereka agar bisa sekolah kembali. Tetapi dengan niatan Bu
Sinta seperti itu, Andi tidak suka mamanya membantu mereka untuk
sekolah di tempat Andi bersekolah.
Luka Dani sudah selesai diobati, Bu Sinta mengantarkan pulang Dani dan
Dila. Sampai rumah Dani Bu sinta minta maaf kepada kepada Ibunya Dani.
Karena tidak sengaja telah menyerempet Dani. Bu indah dengan sabar
menjawab

Kedatangan saya kemari mau minta maaf, karena sudah tidak sengaja
menyerempet Dani Kata Bu Sinta.
Tidak apa-apa bu saya mengerti. Memang kondisi ekonomi saya tidak
memungkinkan. Sehingga dani membantu saya. Memenuhi kebutuhhan
sehari-hari, maafkan anak saya kalau berjalan dengan menghalangi jalan
ibu.
Setelah Bu sinta minta maaf, ia menawari kepada Dila dan Dani untuk
bersekolah. Dani dan Dila pun merasa senang dan tidak percaya. Pada
akhirnya mereka berdua bisa melanjutkan sekolah kembali. Dan Bu indah
merasa bersyukur akhirnya Dani bisa sekolah sehingga dani dapat
mewujudkan cita-citanya menjadi seorang Guru.
Kisah ini didalamnya terdapat pesan moral, bahwa jangan pernah putus
asa dalam menjalani cobaan hiduh. Tetap semangat dan berusaha untuk
menggapai cita-citamu. Dan jangan pernah bersikap kasar kepada orang
lain karena itu merupakan sifat tercela yang tidak boleh dilakukan.
Selesai.

Anda mungkin juga menyukai