Anda di halaman 1dari 4

Nama: Dyah Agni Mazroatul Jannah

Kelas: 9E

Absen: 08

Cerpen Ibu

Sama seperti biasanya, Sesudah terbangun, mandi dan pergi kesekolah, Fina pergi kesekolah
dengan senyumannya yang khas pagi ini. “ Fin , kamu kenapa pagi ini senyum terus , ada kabar
gembira ya?” ucap Diki teman akrabnya Fina. “Iya dong bagaimana nggak senang, kamu
bayangin aja hari ini karya tulisku yang sudah berbulan-bulan akhirnya selesai juga, hahaha”
balas Fina . Fina memang adalah salah satu murid dengan prestasi yang cukup membanggakan,
dan kemampuan menulisnya juga bias terbilang bagus untuk remaja seusianya, sembari
menunggu gurunya masuk Diki pun membaca karya tulis Fina yang sudah lama ia tunggu-
tunggu karena belum selesai.

“Wahh Fin, Cerita mu ini sangat menyentuhku, darimana kau belajar semua ini, hahaha”
kata Diki sambil tertawa. “Ah kamu ini seperti baru mengenalku saja, aku ini kan memang
hobinya membuat cerita , dan suatu saat bakalan jadi penulis professional kok ,hahaha” Ucap
Fina. Bel masuk pun telah berbunyi dan Fina dan Diki pun belajar seperti biasanya, ya seperti
biasa , Mereka selalu menjadi perhatian para guru karena mereka selalu dapat menjawab soal-
soal yang diberikan guru.. Tak terasa waktu belajar sudah habis, sekarang saatnya kedua teman
akrab itu harus berpisah. Fina yang baru pulang dari sekolah pun dikejutkan dengan beberapa
lelaki bertubuh besar dan lumayan kekar membawa barang-barang dari rumah mereka menuju
ke mobilnya. “Ehh, kalian siapa seenaknya mengambil barang-barang dari rumahku ini?” Ucap
Fina ke orang-orang itu. Akhirnya dijelaskan bahwa ayah Fina mempunyai hutang yang sudah
melebihi batas dan mereka adalah orang-orang dari pihak bank yang bertugas untuk menyita
barang-barang rumah mereka.

Fina sekarang terpaksa harus putus sekolah karena sekarang ia tidak mempunyai biaya
lagi, Ayahnya sekarang kabur tidak tahu kemana bersama keempat kakaknya, Ia sekarang
tinggal bersama Ibu nya disuatu ruko . Ibu-nya seorang wanita berusia 55tahun yang sekarang
berprofesi sebagai penjual kue keliling dengan menggunakan sepeda warisan kakeknya. Fina
hanya bisa menduga-duga kemana saja uang yang ayahnya hasilkan dari tiga buah toko kue
yang lumayan besar dulu. Setiap malam Fina membantu ibunya membuat adonan-adonan kue
untuk dijual pada paginya, Ibu-nya sudah beberapa kali mengatakan padanya agar tidur tepat
pada waktunya, tetapi Fina tidak tega melihat Ibu-nya setiap hari seorang diri membuat kue-
kue itu sampai larut malam. Dan setiap pagi Fina selalu ikut bersama ibunya pergi berkeliling
Kota demi Kota untuk mencari pembeli.
Tiga Bulan pun telah berlalu, Suatu pagi ia bertemu dengan Diki kawan terbaikknya dulu.
“ Eh Fin, apa kabar kamu sekarang? Sungguh sepi sekolah tanpa dirimu Fin , haha. Masih hobi
kah menulis cerita,Fin? Ucap Diki sambil tertawa. “ Kii,Kii . Kabar baik Kii , kamu sekarang
terlihat beda ya hahaha, Iya aku masih suka menulis , Bagaimana kamu sekarang disekolah,
Kii?” Balas Fina . “Yah gitu Fin, Eh Fin ngomong-ngomong kamu ingat tidak dengan cerita yang
pernah kamu tulis dulu? Yang katanya berbulan-bulan buat nyelesainnya , kemarin aku ceritain
ke adik dan kakakku mereka bilang kenapa tidak coba kirim ke tempat-tempat percetakkan
saja? Kata mereka sih hahaha” balas Diki. “ Ah Kii, Kamu seperti tidak tahu saja mengirim
barang seperti itu kan perlu uang , dan kalau-pun pergi ketempatnya setidaknya butuh 2 jam
naik bus dan itu-pun harus memakan biaya juga” Ucap Fina. Melihat kondisi Fina yang sekarang
Diki pun tak bisa berkata apa-apa. “Fin , Aku pulang dulu ya. Ada tugas yang harus diselesaikan
nih, Sukses buat kamu ya Fin”Ucap Diki. Fina pun terus melanjutkan berjualan bersama Ibu-nya.

Esok hari-nya ketika Ibu Fina berencana untuk menghidangkan secangkir kopi kepada
Fina yang terlihat lelah karena telah membantu Ibu-nya membuat adonan, tapi secara tidak
sengaja ia terpeleset dan jatuh , sialnya lagi kopi tersebut tumpah dan mengenai beberapa
karya tulis Fina . “Maaf-in ibu ya nak, Ibu benar-benar tidak sengaja.”Ucap Ibu-nya merasa
bersalah. Fina tidak tahu harus merasa sedih atau biasa saja, tetapi ia coba untuk tetap
bersabar. “ Tidak apa-apa bu, masih kebaca kok, nanti Fina tulis ulang lagi saja.” Ucap Fina. Ia
memang tidak sampai hati untuk mengatakan perkataan yang cukup kasar kepada ibunya,
karena ia sadar betapa besar jasa Ibu-nya dari dulu, Ia pernah secara tidak sengaja
menjatuhkan beberapa tumpukkan buah dulu pada saat ayahnya masih mempunyai usaha,
tetapi Ibu-nya yang mengaku bahwa ia yang telah menjatuhkannya, agar tidak menerima
hukuman dari sang Ayah. Mereka pun berangkat mengelilingi kota seperti biasanya. Tapi ketika
mereka mencoba untuk menyebrangi jalanan, Tiba2 datang sebuah sepeda motor dengan
kecepatan cukup tinggi dan menyenggol sepeda mereka, tidak ada yang membantu dan
pengendara pun meninggalkan mereka karena hari masih terlalu pagi.

Sepeda mereka rusak , Kue-kue bertaburan di jalanan, Fina hanya mengalami sedikit
luka-luka , sedangkan ibunya mengalami luka yang cukup serius pada pergelangan kakinya .
mereka terpaksa pulang dengan membawa kue-kue tersebut dan mendorong sepeda mereka.

“Bu , aku akan pergi memperbaiki sepeda ini , Ibu tetap dirumah saja ya” Ucap Fina dengan
muka yang cukup bersedih. “Tidak nak, uang hasil penjualan kue kita akan kita pakai untuk
biaya kamu pergi ke tempat percetakan disana,Ibu percaya karya mu ini pasti diterima dan Ibu
dengar ada pertemuan para Penulis disana, Kamu bisa bertemu dengan beberapa penulis yang
cukup terkenal minggu ini” Balas Ibunya . terjadi beberapa perdebatan antara Fina dan Ibu-nya.

Malam hari telah tiba. Fina terus memikirkan kondisi Ibu-nya , terutama perkataan Ibu-nya tadi
pagi. Ia tidak menyangka Ibu-nya telah merencanakan ini semua untuknya. Ia hanya terus
membayangkan pengorbanan-pengorbanan Ibu-nya selama ini sembari melihat Ibu-nya telah
tertidur lelap, kerap kali ia meneteskan air matanya karena merasa bersalah dulu pernah
meluapkan amarah-amarahnya ketika masih lebih kecil. Ia membayangkan itu semua hingga
tertidur.

“Fina, malam ini kamu harus pergi ke tempat pak Nota ya, Kamu akan dibawa ke kampung
sebelah dan esok paginya kamu pasti dibimbing untuk naik bus mana saja agar sampai ke
tempat percetakan. Ini uangnya nak, Ibu sudah tabung dari kemarin, Jangan nakal ya nak.”
Ucap Ibu Fina. Tak berkata apa-apa Fina hanya merasa terharu bercampur sedih melihat dirinya
harus meninggalkan ibunya seorang diri malam ini. Ia hanya mengangguk-anggukan kepala dan
memeluk Ibu-nya.

Malam hari pun telah tiba, Fina pergi dengan membawa tas dan beberapa uang yang
diberi ibunya. Tetapi Ia lupa untuk memasukkan karya-karyanya kedalam tas itu. Esok pagi nya
pada saat di bus ia baru menyadari itu semua. Dalam pikirannya ini sudah terlambat, ia
membayangkan betapa sedih Ibu-nya jika ia mengetahui ini. Tiba-tiba terdengar suara yang
cukup keras dari depan busnya. Segerombolan penumpang pun turun melihat apa yang terjadi.
Alangkah terkejutnya Fina melihat ibunya tergeletak ditanah sembari memegang karya tulis
milikknya. Ibu-nya ternyata tertabrak bus tepat didepan bus yang ditumpangi Fina. Kondisi Ibu-
nya cukup memprihatikan. Ia masih sedikit sadar tetapi kelihatannya ia kesakitan pada
pergelangan kaki nya, ia mencoba berbicara pada Fina “Nak , ini karya tulismu. Kamu dapat
melanjutkan perjalanan-mu , Ibu tunggu hasilnya ya Nak” Sambil menyodorkan beberapa
lembar kertas-kertas yang penuh tulisan Fina, dan Ibunya pun pingsan. Fina tak sempat berkata
apa-apa , hanya menangis sambil merangkul Ibu-nya. Tetapi ia sadar ia harus melanjutkan
perjalanannya, ini membuatnya bertambah semangat dan optimis bahwa karya-karyanya akan
diterima. Ternyata Ibu Fina menyadari terlebih dahulu bahwa karya-karya Fina masih berada
diatas meja, dan ia terus mengayuh sepeda dari larut malam hingga pagi untuk menuju ke
tempat percetakan itu. Ibu nya sekarang dirawat di rumah sakit.

Esok harinya ,Pagi-pagi sekali Fina mendapat kabar dari pihak percetakan untuk pergi ke tempat
percetakan yang tidak begitu jauh dari rumah sakit Ibunya dirawat. Sesampainya disana, ia
mendapat kejutan dari pihak percetakan bahwa karya tulisnya akan diterbitkan beberapa bulan
mendatang, dan Ia mendapat sejumlah uang sebagai awal dari karya nya tersebut. Fina hanya
merasa sangat senang karena Ibu-nya pasti bangga jika mendengar kabar ini. Ia pun bergegas
menuju rumah sakit ibunya dirawat. Sesampainya disana ia melihat beberapa orang suster dan
seorang dokter keluar dari ruangan Ibu-nya dirawat sambil menundukkan kepala, ia pun
mempercepat langkah kakinya dan melihat apa yang terjadi dengan Ibu-nya. Ternyata, Ibunya
sudah tiada. Dokter mengatakan bahwa ada masalah yang cukup serius pada kedua kakinya,
dan ia terlihat sangat lemah mungkin karena kebanyakan aktivitas yang membuat Dirinya
terlalu capek. Fina terus meneteskan air matanya dihadapan Ibu-nya, tidak tahu harus berbuat
apa. Ia terus memikirkan apa yang akan terjadi jika Ibu-nya melihatnya berhasil sekarang, dan
pengorbanan apa saja yang telah Ibu-nya lakukan hari-hari sebelumnya, Terlebih lagi kalimat
terkahir yang Ibu-nya sampaikan padanya.

Anda mungkin juga menyukai