Anda di halaman 1dari 2

CERPEN PENDIDIKAN

“AYO BERANGKAT SEKOLAH”


Mentari telah terbit di ufuk timur. Tapi Faisal
masih saja tak beranjak dari tempat tidurnya.
Burung-burung berkicauan menambah indahnya
suasana pagi itu. Mentari semakin meninggi dan
terlihat pagi ini sangat cerah.
Faisal adalah murid kelas VII di SMP bina
harapan. Ia tampak malas untuk bangun, padahal
hari ini adalah hari selasa yang artinya ia harus
berangkat ke sekolah. Ibunya lekas
membangunkan Faisal karena jam telah
menunjukkan jam 6.15.
Tapi ia tampak malas untuk bangun dan tak
mau untuk sekolah lagi. Ibunya membangunkan
Faisal tetapi ia masih saja berbaring di tempat
tidur. “Faisal tidak mau sekolah lagi bu,” jawab
Faisal sambil menggeliat.
Ibunya bingung dengan sikap Faisal, padalah ia
adalah anak rajin dan pandai di sekolah. “Kalau
Faisal tidak sekolah, besuk mau jadi apa? Apa
tidak kasihan dengan ibu?”, tanya ibunya. “Tapi
pendidikan saat ini sudah rusak bu, hanya orang-
orang kaya yang mendapat pelayanan baik dari
sekolah, sedangkan orang-orang miskin seperti
kita sering dianggap bodoh dan nakal. Beasiswa
juga hanya diberikan pada anak-anak pandai saja,
lantas dimana tugas pendidikan untuk merubah
sikap dan perilaku menjadi lebih baik bu? Akibat
biaya pendidikan yang mahal sekarang ini, banyak
pejabat yang korupsi dan akhirnya akan
melahirkan koruptor-koruptor baru. Jadi apa
gunanya Faisal sekolah lagi bu?”, bantah Faisal.
“Jadi Faisal prihatin dengan kondisi pendidikan
saat ini? Lantas apa yang ingin Faisal lakukan
untuk mengubahnya?”, Tanya ibu. “Ya Faisal ingin
mengubah sistem pendidikan di negara ini bu”.
“Lantas bagaimana cara Faisal mewujudkan cita-
cita tersebut?”, Ibu kembali bertanya. “Ya dengan
sekolah yang baik bu,” jawab Faisal. “Nah itu
Faisal tau. Sekarang lekas mandi dan berangkat ke
sekolah ya nak”.
Akhirnya Faisal mau berangkat ke sekolah.
Ibunya pun merasa lega anaknya mau berangkat
kesekolah lagi. Beberapa menit kemudian Faisal
sudah siap berangkat ke sekolah dan berpamitan
kepada ibunya

Anda mungkin juga menyukai