Anda di halaman 1dari 4

Perjuangan Meraih Mimpi

Cerpen Karangan: Muallifah


Kategori: Cerpen Motivasi, Cerpen Perjuangan
Lolos moderasi pada: 9 December 2016

Sindi gadis cantik dan cerdas, ia terlahir dari keluarga kurang mampu. Ayahnya telah meninggal
saat ia masih duduk di bangku SMP kelas 3. Sindi anak pertama dari tiga bersaudara, kini ia
hanya tinggal bersama ibu dan kedua adiknya yang masih duduk di bangku SD. Pekerjaan
ibunya sehari-hari sebagai buruh tani. Saat ini Sindi duduk di SMK Farmasi Bojonegoro, biaya
sekolahnya cukup mahal. Sehingga membuat Sindi harus bekerja di sebuah Perumnas.
Majikannya sangat baik hati semua biaya sekolah ditanggung olehnya. Sindi kini tinggal
bersama majikannya untuk mengurus rumah sang majikan. Di sekolah Sindi terkenal siswa yang
sangat tanggap dalam proses belajar.

Semua perhatian guru tertuju padanya, sehingga banyak siswa yang iri. Setiap harinya selalu
mendapat ejekan dari teman sekolahnya. Tapi tidak semua temannya memperlakukannya seperti
itu. Nadia teman yang selalu ada di sampingnya. Nadia berbeda dari Sindi yang hanya anak
buruh tani. Nadia terlahir dari keluarga yang kaya tapi Nadia tak pernah menyombongkan diri.
Kedekatan mereka sudah seperti saudara sendiri.

Jarum jam menunjukan pukul 03.00 pagi Sindi bangun dari tidurnya dan mengambil air wudhu
untuk melakukan sholat tahajud, diakhir sholat tidak lupa ia berdoa meminta keinginan yang
sangat ingin dicapainya. Selesai berdoa ia ke dapur mengambil sepiring nasi dengan lauk tempe,
dimakannya dengan lahap untuk sahur. Lalu ia mengambil buku pelajaran untuk dibacanya
sambil menunggu sholat subuh. Kegiatan ini dilakukan setiap hari, Udara pagi begitu sejuk dan
mentari dipagi hari selalu mendukung aktivitasnya. Setelah semua kegiatan telah terselesaikan ia
berangkat sekolah dengan mengayuh sepeda yang jarak dari rumah ke sekolah sekitar 2 km.
Sampai di sekolah ia masuk dan mengikuti pelajaran yang akan segera dimulai.

Bel masuk berbunyi jam pertama dimulai tapi saat itu guru pengajarnya tidak hadir. Tiba-tiba
tiga cewek datang menghampiri Sindi dan menariknya ke luar menuju kamar mandi. Sindi hanya
terdiam tak berani membantah. Nadia yang tahu akan hal itu langsung mengikutinya dari
belakang.
“Dasar cewek sialan!” bentak salah satu cewek dari ketiga cewek itu
“Apa salahku sampai kalian ngebuli aku terus?” tanya Sindi sambil menangis
“Eh… gembel. Kamu seharusnya tahu kalau yang dipuji-puji semua guru itu aku bukan kamu.
Kamu itu gak pantas diperlakukan seperti itu.” Bentak cewek tadi
Sindi hanya terdiam dan tak bisa berkata apapun pada mereka. Nadia datang menghampiri
mereka, Nadia pun menghentikan perkataan yang diucapkan oleh ketiga cewek itu, dan mereka
bertiga pergi meninggalkan Nadia dan Sindi.
“Kamu tidak apa-apa kan Sin?” tanya Nadia
Sindi hanya menggelengkan kepalanya, Nadia pun memeluk Sindi dan membawanya kembali di
kelas.
Hari-hari mereka lalui dengan penuh canda tawa dan suka cita bersama. Sampai tiba saatnya
detik kelulusan sekolah, Hal itu membuat para siswa dalam tangisan bahagia dan duka. Sindi dan
Nadia akhirnya lulus dan keduanya saling berpelukakan untuk perpisahan pertemuan mereka.
Yang membuat bangga nilai ujian Sindi tertinggi nomor dua dari seluruh siswa di Indonesia.
Sehingga ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan ke Universitas Gajah Mada impiannya
selama ini. Tapi ia juga ingin sekali mencari pekerjaan yang lebih baik untuk ibu dan kedua
adiknya.

Sindi tak bekerja lagi di rumah majikannya, sebelum pergi tak lupa ia menyampaikan ucapan
terima kasih atas bantuan yang diberikan majikannya selama ini. Ia pun melamar pekerjaan di
perusahaan “Kable Farma” sebagai detailer. Walau jarang orang bercita-cita menjadi detailer, tak
mudah pula untuk memasukinya. Persyaratan menjadi tenaga pemasar farmasi sangat rumit
seperti memiliki kepribadian yang menarik, fisik dan mental yang kuat, memiliki kemampuan
komunikasi yang baik, sehat jasmani dan rohani dengan melalui tes kesehatan maupun psikotest.
Banyak saingan tidak membuat ia mundur begitu saja, tapi menambah semangat untuk
mendapatkan pekerjaan itu.

Setelah berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai detailer selanjutnya ia menjalani serangkaian


pelatihan yang terdiri medical knowledge, produk knowledge, selling skill, dan peraturan
perusahaan. Bila sudah lulus pelatihan ia akan ditugaskan di berbagai kota dan daerah di seluruh
Indonesia. Beruntungnya ia ditempatkan di daerah Yogyakarta dimana tempat ia kuliah. Pagi
sampai sore ia kuliah dan sore sampai malam bekerja, itu dilakukan setiap harinya. Belum lagi
tugas kuliah yang menumpuk, tetapi ia melakukannya dengan ikhlas dan senang hati. Ditengah
kesehariannya ia juga mengunjungi panti asuhan untuk memberi bantuan dengan apa yang
dimilikinya. Sindi meluangkan waktunya untuk bermain dan berbagi ilmu dengan anak-anak
panti asuhan
Perhatian serta kasih sayangnya terhadap mereka sangat tulus dan begitu akrab. Wajah mereka
seakan berubah saat Sindi pergi meninggalkan panti. Semangatnya seakan tenggelam dalam
lautan.
“Adek-adek kakak pulang dulu ya, besok kalau ada waktu kakak pasti kesini.”
“Kok gitu sih kak, kami masih mau main dan belajar bersama kakak” kata salah satu anak panti
tersebut.
“Nggak boleh sedih gitu dong, nanti kakak ikut sedih. Mana semangat kalian” kata Sindi.
“Iya kak kita gak sedih lagi, kakak hati-hati ya kalau pulang” jawab anak itu
Sindi pun menuju kost dan beristirahat sejenak untuk menghilangkan capek. Kebiasaan buruk
selalu dilakukan kembali yaitu tidur sambil membaca, ia pun tertidur lelap.

Malam harinya ia berangkat bekerja dengan mengendarai motor dengan kecepatan 50 km/jam.
Di tengah perjalanannya mulai terasa capek dan mengantuk. Braaaaak…!!! Tiba–tiba menabrak
sebuah bus yang ada di depannya dari arah berlawanan ia terpental mengenai truk di
belakangnya dan jatuh di jalan, darah segar keluar deras, matanya buram seakan tak bisa melihat
apa yang telah dialami. Mobil ambulan segera datang dan membawa Sindi menuju rumah sakit
untuk mendapatkan penanganan segera. Setelah sampai ia pun dibawa di ruang UGD, dokter dan
perawat bergegas menanganinya dengan cepat. Ibu Sindi mendapat kabar tersebut langsung pergi
menuju rumah sakit dimana anaknya dirawat walaupun harus menempuh jarak jauh. Selesai
ditangani dengan segera, dokter memberitahukan bahwa kaki kanan Sindi harus segera
diamputasi. Karena lama menunggu, dokter menghubungi ibunya Sindi untuk meminta
keputusan. Tak berpikir panjang sang ibu menyetujuinya. Kemudian operasi dilakukan dengan
segera karena biaya operasi juga sudah ditanggung oleh perusahaan di mana Sindi bekerja.
Beberapa jam kemudian operasi berhasil dilakukan. Sindi kemudian dipindahkan ke ruang
perawatan. Ia berada di ruang perawatan seorang diri tanpa ada yang menemani karena sang ibu
belum sampai di rumah sakit.

Pagi hari ibunya baru sampai rumah sakit karena keadaan jalan yang macet. Ibunya hanya bisa
meneteskan air mata tak tega melihat sang putri kesayangannya berbaring lemah. Nadia yang
tahu berita bahwa Sindi kecelakaan langsung menghampirinya di rumah sakit. Sampai di sana
Nadia hanya bertemu dengan ibu Sindi, Sindi pun baru siuman dan ia kebingungan dengan
keadaan ruangan yang ia tempati selain itu ada juga Nadia dan ibunya yang hadir di sebelahnya.
“Ibu, Nadia ada apa kok pada ngumpul, trus ini aku di mana?” tanya Sindi bingung
“Kamu ada di rumah sakit kemarin kamu kecelakaan” jawab Nadia
Sindi kaget kemudian ia mengingat kejadian kemarin saat ia mencoba menggerakkan anggota
badannya. Di situlah ia merasakan keganjalan bahwa ada sesuatu yang terjadi pada kaki
kanannya. Ia pun membuka kakinya yang tertutup selimut. Setelah melihat apa yang terjadi ia
menjerit shok dan menangis, ibunya memeluk dan Nadia berusaha menenangkannya.
“Sin, semua udah terlanjur aku yakin cobaan ini pasti ada hikmahnya, kamu harus tetap optimis
kejar impianmu. Anggap saja ini ujian dibalik kesuksesanmu, percayalah Allah tidak akan
menguji hambanya melampaui batas kemampuan umatnya” kata Nadia
“Terima kasih Nad kamu selalu ada buat aku dan selalu mengingatkanku” sahut Sindi.
“Sama-sama” jawab Nadia
Nadia memeluk Sindi dengan erat, beberapa hari setelah keadaan Sindi membaik ia
diperbolehkan untuk pulang.

Setelah beberapa hari Sindi kembali bekerja lagi, tetapi atasannya tidak bisa menerimanya lagi
karena fisiknya yang tak sempurna. Atasannya kurang yakin dengan kondisinya sekarang yang
tak memungkinkan untuk bekerja kembali. Sindi terus memohon dan meminta kesempatan untuk
membuktikan bahwa ia layak untuk tetap bekerja walaupun dengan satu kaki. Akhirnya dengan
begitu Sindi diterima kembali. Pekerjaannya dilakukan dengan tekun dan membuat atasannya
merasa bangga kepadanya.

Hari pertama saat ia kembali bekerja cobaan selalu datang menghampirinya. Di kantornya ada
salah satu teman yang tidak menyukainya kalau Sindi selalu dipuji atasnnya. Tiba saatnya Sindi
difitnah bahwa ia mencuri uang perusahaan. Kemudian ia dibawa ke kantor polisi untuk ditindak
lanjuti, di penjara Sindi tidak pernah berhenti berdoa dan sholat malam untuk memohon
petunjuk. Selang beberapa hari telah terungkap kejadian yang sebenarnya. Kini dia merasa
senang karena semua doanya terkabul, salah satu rekan kerja yang selalu dekat dengannya tahu
kejadian yang sebenarnya dan melapor pada atasannya agar Sindi segera dibebaskan. Dan ia
akhirnya bisa kembali bekerja dan belajar lagi.

Sindi mulai belajar mengendarai motor dengan satu kaki, dan akhirnya terbiasa. Sampai sekarang
ia tetap kuat menjalaninya. Di sisi lain musibah datang berturut-turut bangunan yang telah
dibelinya digusur oleh Negara karena tanah yang ditempati masih hak milik Negara. Ia telah
kehilangan puluhan juta untuk membeli bangunan itu. Tawakal dan tabah selalu ia tanamkan
dalam hati dan selalu bersyukur atas nikmat yang diberikannya. Walapun masalah datang silir
berganti, tak membuatnya lelah dan menyerah terhadap masalah yang datang.

Setelah lama bekerja ia mengambil hari untuk cuti dan pulang ke halaman rumah menemui sang
ibu untuk menghilangkan rasa kangennya. Di sana ia menghabiskan waktunya bersama adik dan
ibunya. Dulu hidupnya tak seperti sekarang, untuk membeli secarik kain tak pernah ia dapatkan,
tapi kini berbeda semua yang diinginkan adik-adiknya pasti dibelikan.

Setelah selesai berlibur Sindi kembali ke Yogyakarta. Memulai tugasnya sebagai mahasiswi dan
pekerja. Kini ia sudah menempati semester ke 8 sebentar lagi pelaksanaan ujian kelulusan. Tiba
saatnya Sindi terus berdoa dan belajar demi meraih kelulusan dan gelar sebagai apoteker. Setelah
terlewati masa ujian kini hanya menunggu pengumuman kelulusan. Irama jantung bergetar cepat
seakan ia dikejar seekor srigala, raut wajah gelisah, keringat dingin keluar deras. Sindi yang
duduk di sebelah ibunya di aula memegang erat tangan sang ibu dan terus berdoa, tak henti kata
solawat terucap di bibirnya.

Pengumuman dinyatakan lulus semua dan dibacakan yang akan mendapat nilai tertinggi, ternyata
Sindi salah satu mahasiswi yang mendapat kemenangan. Ia mendapat banyak tawaran untuk
bekerja. Tapi ia tetap setia bekerja sebagai detailer. Ibunya terus membujuknya agar berpindah
pekerjaan karena ibunya tidak tega melihat sang anak kesulitan bekerja dengan satu kaki.
Akhirnya ia menerima tawaran di rumah sakit sebagai apoteker. Setelah beberapa tahun, ia
mendapat tawaran di Amerika. Ia pun mengambil tawaran itu dengan izin sang ibu.

Tiba saatnya berangkat ke Amerika ia menyiapkan segala yang akan dibawanya. dimana
mimpinya kini terwujud. Kehidupannya kini berubah drastis. Setelah bekerja di Amerika. Ia
bertempat tinggal di sana hanya sementara. Di Amerika ia bertemu dengan seorang pria tampan
yang berprofesi sebagai dokter yang bernama Marcell. Kedekatan mereka mulai terlihat. Marcell
mulai mendekati Sindi. Setelah lama saling mengenal dan tahu isi hati mereka akhirnya
direncanakan hari pernikahan. Pernikahan akan dilaksanakan di Indonesia. Ibunya sangat bangga
memiliki seorang putri yang selalu berjuang untuk meraih mimpi. Kini Sindi berhasil meraih cita
dan cintanya yang selama ini ia impikan.
“Jadikan impianmu sebagai mimpi yang kenyataan, jangan hanya sekedar mimpi tapi tidak kau
perjuangkan. Sekurang apapun diri kita jika kita memiliki semangat dan kemauan pasti akan
terwujud segala mimpimu, berdoa, tirakat dan berusaha adalah salah satu kunci menuju sukses.
cinta memang penting tapi ketahuilah bahwa cinta akan datang dengan sendirinya setelah kamu
berhasil meraih cita-citamu.”

Anda mungkin juga menyukai