Andini, anak ke dua dari tiga bersaudara. Ia merupakan pengusaha kedai kopi yang
jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Diusianya yang masih berumur 20 tahun seperti
sekarang, ia dapat digolongkan pemuda yang sukses walaupun hanya mengenyam pendidikan
sampai tamat SMA. Ia merupakan anak yatim, ayahnya telah meninggal 2 tahun lalu. Hal
inilah yang menjadi tekadnya untuk selalu menjadi pribadi yang mandiri dan tidak ingin
menambahi beban ibunya. Andini sadar bahwa hidup adalah tempat orang yang memiliki
nyali dan tekad yang kuat untuk menjadi pemenangnya. Tidak diragukan lagi kerasnya hidup
yang dijalani andini menjadikan ia perempuan yang tangguh dan tahan banting apapun
keadaan dan lingkungannya.
“slurppp.......”
Suara andini menghirup kopinya. Lagi, termenung dan menatap senja. Batinnya
menggumam tentang apa yang dilakukannya hari ini.
“ya Allah, terimakasih atas nikmat yang kau beri kepada hambamu ini”
Ucapnya dalam hati sambil tersenyum dan meminum kembali kopi yang ada di
tangannya.
“dini........” suara ibu dari dapur membangunkan Andini dari tidurnya. Andini
langsung beranjak dari tempat tidurnya dan mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat
subuh. Setelah bersiap-siap, seperti biasa Andini mengunjungi kedai kopinya untuk
mengontrol kegiatan jual beli yang ada di kedainya tersebut. Entah itu untuk membantu
barista membuat kopi ataupun membantu melayani pelanggan. Bagi Andini ia dan
karyawannya sama saja, tidak ada jarak antara mereka. Semuanya sama bagi Andini yaitu
mencari nafkah dengan cara bekerja.
Ada satu karyawannya, yang ia sangat kagumi dari semangat berkerja yang dilakukan
karyawan tersebut. Namanya ibu Ida, walaupun usianya tak lagi muda namun semangat dan
tenaganya sama dengan karyawan yang lebih muda darinya.
“pagi neng....”
Sapa bu Ida kepada Andini sembari tersenyum dengan senyuman yang sangat ramah.
Jawab bu ida ragu-ragu, seolah ada yang disembunyikan ibu Ida kepada Andini.
Keadaan kedai kopi Andini selalu ramai dikunjungi kaula muda yang biasanya hanya
untuk berkumpu atau mengerjakan tugas bersama. Kedai kopi ini memang menyediakan wifi
gratis bagi pelanggannya dan diiringi lagu khas anak muda, dengan dekorasi yang kekinian
sesuai dengaan jiwa muda saat ini.
Sembari duduk di meja kasir, Andini menikmati kopi dan menatap muda-mudi yang
asik berbincang di kedai kopinya. Namun lamunan Andini dikejutkan dengan suara pecahan
gelas yang berasal dari ruang dapur kedai tersebut. Andini pun langsung bergegas menuju
dapur dan betapa terkejutnya Andini saat melihat ibu Ida yang sudah tergeletak dengan darah
yang ada di hidungnya. Ibu Ida pun langsung dilarikan ke rumah sakit dengan digotong oleh
karyawan-karyawan kedai kopi. Andini pun langsung merangkul ibu Ida menuju rumah sakit.
***
Sesampainya di rumah sakit, dokter langsug menangani ibu Ida. Andini menunggu di
kursi depan ruangan tempat ibu Ida diperiksa. Dengan wajah yang cemas dan tangan yang
gemetaran Andini tak jenuh-jenuhnya memnajatkan doa untuk ibu Ida agar dapat sehat
kembali dan menjalani kehidupan seperti biasa. Sambil menunggu, ada satu karyawan yang
membuka obrolan pada Andini
“ibu ida itu tinggal hanya berdua aja dengan anaknya di sini, suaminya sudah pergi
tidak tau kemana. Terus kalo melihat kodisi rumahnya seperti gak layak disebut rumah
bos.”
“krekk”
Dokter membukakan pintu dan keluar dari ruangan, beliau meminta maaf kepada
Andini dan karyawannya. Ternyata ibu Ida sudah lama mengidam penyakit kanker otak dan
sekarang nyawanya sudah tidak tertolong. Betapa terkejutnya semua karyawan dan juga
anidini. Mereka sangat merasa kehilangan dan sedih. Sosok ibu Ida yang selalu ramah dan
ceria kini telah tiada, meninggalkan mereka untuk selama-lamanya. Tidak ada lagi senyuman
dan sapaan yang dilontarkan ibu Ida setiap paginya. Kini yang terkenang hanya kebaikan-
kebaikan yang ibu ida lakukan dan memori tentang sifat ibu Ida yang pekerja keras.
***
Sontak saja Andini langsung menemui anak kecil tersebut dan langsung memeluknya.
“iya kak”
Andini sangat tau rasanya kehilangan orang yang sangat disayangi. Andini sangat tau
rasanya hidup tanpa orang yang selama ini ada namun kini telah tiada. Hidup kadang memang
tidak adil. Namun dari hidup kita belajar arti kekuatan. Belajar arti ketangguhan untuk
menjalani jalan cerita yang diberikan Allah kepada kita. Yang hanya dapat kita lakukan
hanyalah menjalani hidup sebagaimana mestinya dan menjauhi larangan yang sudah
ditetapkan Allah.
Karena rasa iba dan kasihan, akhirnya Andini mengangkat anak ibu Ida tersebut
menjadi adiknya dan tinggal bersama dengan keluarga Andini. Tanpa membeda-bedakan, ibu
Andini pun mencurahkan kasih sayang kepada anak ibu Ida layaknya anak kandung sendiri.
Nama Lengkap : Siti Nurhidayati
Email : sitinurhidayati395@gmail.com
Nomor HP : 081273763858