Anda di halaman 1dari 3

SEBUAH KEBOHONGAN KECIL

Karya Nanda Ratu Sabila Fauziah

Semilir angin menerpa dan siratan cahaya matahari pagi menyinari rumah kecil
disebuah desa. Seorang gadis kecil muncul dengan wajah sumringah menyapa pagi. Ia adalah
Andin seorang gadis kecil berumur 11 tahun. Andin merupakan anak dari keluarga yang
sangat sederhana. Ayahnya adalah seorang petani dan ibunya adalah seorang pedagang.
Setiap minggu ia selalu membantu ibunya melakukan pekerjaan rumah dan terkadang ia juga
membantu ibunya berdagang di pasar. Orang tuanya selalu mengajarkan Andin untuk berkata
jujur dan ramah pada setiap orang.

Pagi itu ditemani kicauan burung dan terpaan angin pedesaan, ia berangkat sekolah.
Ia merupakan anak kelas enam Sekolah Dasar yang ceria, pintar, dan ramah. Semua orang
sangat menyukai Andin. Ia selalu berangkat sekolah pagi karena ia ingin membuka pintu
kelas satu persatu di sekolah tersebut.

Suatu hari ia datang ke sekolah pagi-pagi sekali. Bahkan di sekolah belum ada satu
orang pun, hanya Andin yang ada. Ia membuka pintu kelas satu persatu dengan sangat hati-
hati. Ketika ia sampai di ruang kelas enam, ia langsung membuka pintunya menggunakan
kunci yang sudah diberikan oleh penjaga sekolah.

Tiba-tiba kunci itu patah. Ia sangat terkejut sekaligus takut. Wajahnya merah dan
badannya berkeringat dingin karena takut. Itu adalah kali pertamanya ia mematahkan kunci.
Ia melihat sekitarnya memastikan tidak ada yang melihatnya. Ia menyembunyikan kunci
tersebut ke dalam laci meja. Lalu duduk di kursinya seperti tidak terjadi apa-apa.

Tidak lama kemudian teman Andin datang, ia bernama Bella. Andin menyapa Bella
seperti tidak terjadi apa-apa. Bella membalas sapaan Andin dengan senyuman. Andin
mendekati Bella berniat untuk menceritakan kejadian tadi. Ia berbicara pada Bella dengan
berbisik.

“ Bella, aku ingin cerita ke kamu tapi jangan beritahu siapapun ya!” Bisik Andin
memastikan.

“ Memang mau cerita apasih? Beritahu saja aku tidak beritahu siapapun kok. Aku
janji.” Jawab bella menjanjikan.

“ Jadi gini, tadi pagi kan aku sampai di sekolah pagi-pagi sekali. Lalu aku membuka
pintu semua kelas satu-persatu. Waktu aku membuka kelas kita, tiba-tiba kunci itu patah. Aku
terkejut sekaligus takut. Jadi, aku langsung menyembunyikannya di laci mejaku. Aku takut
nanti aku dimarahi sama Bu Rita. Begitu ceritanya. Jangan beritahu siapapun ya! Ini rahasia
kita berdua.” Jelasnya pada Bella.

“ Iya-iya tidak aku beritahu siapapun. Terus sekarang kamu gimana? Kamu tidak
beritahu saja pada bu Rita kalau kamu mematahkan kunci itu? Kan nanti masalah akan cepat
terselesaikan kalau kamu berkata jujur.” Bella member saran.

“ Tidak ah! Aku takut nanti dimarahi sama Bu Rita.” Jawabku.


“ Yaudah kalau itu maumu. Tapi kalau nanti masalahnya menjadi besar aku tidak mau
ikut-ikut ya?” Tegas Bella.

“ Iya-iya, aku urus sendiri!” Jawabku tegas.

Sekarang semua teman Andin sudah datang ke sekolah. Semua fokus pada urusannya
sendiri-sendiri. Rahasia Andin dan Bella terjaga dengan baik. Bella berpikir kalau yang
Andin lakukan itu tidak benar. Ia ingin memberitahukannya pada teman-teman lainnya dan
pada bu Rita tapi ia ragu karena ia sudah berjanji pada Andin bahwa ia tidak akan
memberitahukannya pada siapapun. Bel masuk pun berbunyi.

Ting ting ting………..

Semua anak belajar dengan baik di kelas. Andin mendengarkan penjelasan Bu Rita
dengan seksama. Ia tidak memikirkan yang terjadi tadi pagi. Ia berusaha melupakan kejadian
tersebut. Lagi pula tidak ada yang tahu selain Andin dan Bella. Ia bertingkah seolah tak
terjadi apa-apa.
Ia mengikuti pelajran dengan santai seperti biasanya. Bel istirahat berbunyi.

Ting ting ting……..

Semua anak keluar kelas. Tiba-tiba Bella menyeret Andin ke belakang kelas. Ia ingin
memberitahu Andin sesuatu.

“ Andin, kenapa kamu tidak beritahu saja pada yang lainnya sih? Kan supaya lebih
cepat selesai. Bagaimanapaun juga nanti yang lainnya pasti akan mencari kunci itu ketika
pulang sekolah.” Kata Bella khawatir

“ Bagaimana caranya memberitahu yang lainnya? Aku takut Bella!” Jawab Andin
tegas.

“ Aku tidak tahu. Inikan masalahmu. Lagi pula aku tadi sudah bilang kalau masalah
jadi besar aku tidak mau ikut campur.” Jawab Bella lalu pergi begitu saja.

Kata-kata Bella terngiang-ngiang dikepala Andin. Ia bingung bagaimana caranya


memberitahu yang lainnya kalau ia mematahkan kunci pintu kelas? Bel pulang berbunyi.

Ting ting ting ting……….

Teman-teman lainnya sadar kalau kunci pintu kelas enam tidak ada. Semua anak
mencari kunci tersebut keseluruh penjuru kelas. Lalu salah seorang anak kelas tersebut
menemukan kuncinya di dalam laci meja Andin. Anak tersebut langsung memberitahu Bu
Rita. Andin langsung berkeringat dingin dan wajahnya pucat. Ia takut kalau ia ketahuan
mematahkan kunci tersebut lalu terkena marah Bu Rita.

“ Anak-anak, siapa yang mematahkan kunci kelas? Silahkan angkat tangan!” Tanya
Bu Rita. Tiba-tiba kelas menjadi sangat hening. Tidak seorangpun yang mengakuinya,
termasuk Andin. Ia menunduk takut, tidak berani menatap mata Bu Rita.
“ Anak-anak, ibu akan bertanya sekali lagi. Kalau masih tetap tidak ada yang
mengakuinya, ibu akan menghukum seluruh anak kelas enam. Siapa yang mematahkan kunci
kelas enam ini?” Tanya Bu Rita sekali lagi dengan tegas. Andin tiba-tiba teringat kata-kata
ibunya bahwa ia harus selalu berkata jujur. Ia langsung mengangkat tangannya mengakui
kesalahannnya. Ia berjalan kearah Bu Rita dengan menunduk.

“ Saya Bu yang mematahkan kuncinya. Saya tidak memberitahu ibu karena saya takut
kalau ibu akan marah nantinya. Jadi, saya berbohong. Maafkan saya.” Jelas Andin mengakui
kesalahannya.

“ Andin, berbohong tidak apa asalkan untuk kebaikan. Tapi kalau kamu berbohong
terus masalahnya menjadi besar gimana? Kan kamu juga nantinya yang menanggung?
Seandainya kalau kamu berkata jujur sejak awal, masalahnya pasti akan cepat selesai.” Jawab
Bu Rita dengan lembut.

“ Iya Bu, maafkan Andin. Saya janji tidak akan berbohong lagi.” Kata Andin
menyesal. Air mata Andin perlahan-lahan menetes kepipinya.

“ Iya, ibu maafin kok. Udah jangan nangis lagi.” Kata Bu Rita menenangkan Andin
yang menangis.

Sejak hari itu Andin tidak pernah berbohong lagi. Ia menyesali perbuatan yang ia
lakukan. Ia kembali menjadi anak yang ceria, ramah, dan jujur. Ia menjalani kehidupannya
seperti biasanya. Belajar dengan teman-temannya, bermain dan banyak hal yang lagi yang ia
lakukan. Hari yang menentukan ia lulus atau tidak telah tiba. Ia lulus dari Sekolah Dasar
tersebut dengan nilai yang sempurna. Andin diterima di sekolah yang ia impikan sejak dulu.

NAMA : NANDA RATU SABILA FAUZIAH


KELAS : IX – G
ABSEN : 25

Anda mungkin juga menyukai