Anda di halaman 1dari 6

Surat ini Kuberikan Untuk Ibu

Andi duduk di kursi, Seorang dokter ahli jiwa terlihat sedang mengecek kertas-
kertas. Suasana begitu tenang, Andi yang terlihat biasa saja bahkan tidak tahu
apa yang terjadi mencoba melirik surat yang dipegang dokter. Dokter duduk dan
bertatap muka dengan Andi lalu berkata
“ehmm… begini kita mencoba menyelesaikan ini tapi jasad adikmu masih belum
ditemukan” dokter jeda sebentar
“bila kamu ingin kami bantu tolong ceritakan mengapa kejadian ini bisa terjadi”
lanjut dokter
“haa? Kejadian apa dokter” Tanya Andi

Dokter berhenti sebentar, ia menarik nafas lalu mulai berkata lagi


“Insiden keluargamu” lanjut dokter
“Keluarga? Keluarga saya baik-baik saja ada ibu yang baik dan adek oh iya
mereka katanya mau ke sini kok ga dateng-dateng sih? Dokter ngelihat
keluarga saya ga?”
Dokter itu diam lalu menulis Belum ada kemajuan lalu mengantar Andi ke
kamarnya sendiri.

Sudah 2 bulan Andi tinggal di Rumah sakit jiwa, karena suatu insiden yang
dokter sendiri tidak bisa menjelaskannya. Kadang-kadang saat di rumah sakit
Andi melihat keluarganya padahal dokter hanya melihat pasien yang
menjenguk yang ternyata bukan keluarganya Andi
Rumah sakit pun kebingungan bagaimana bisa seseorang yang 3 bulan yang
lalu lulus dari sarjana kedokteran bisa menjadi gila. Hampir semua dokter
sudah angkat tangan dalam menangani kasus Andi ini. Bahkan Andi sudah
menjadi pembicaraan hangat di kalangan dokter-dokter daerah tersebut

Andi berbaring di atas Kasur melihat ke arah atas dan bertanya-tanya mengapa
ibu dan adikku tidak menjemputku padahal aku sudah menunggu lama.
Beberapa menit kemudian Andi memejamkan matanya lalu tertidur pulas.
Terlintas di ingatannya dalam mimpi bahwa sekitar 3 bulan yang lalu ia baru
saja lulus dari sebuah perguruan yang ia lupa namanya

“Alhamdulillah bu aku lulus!” teriak Andi sambal menangis dalam telpon


“Alhamdulillah ya allah… Ton abangmu lulus nih” ibu Andi menangis terharu
Ibu memberikan hpnya ke Sulton dengan keadaan menangis terharu karena
senang bahwa anaknya lulus perguruan dokter yang terkenal di Jakarta
“kak.. kakak lulus? Beneran nih?” Tanya Sulton
“iya dek abang lulus dengan nilai bagus” Jawab Andi dengan semangat
“Alhambulillah bang.. ternyata ga sia-sia abang jauh-jauh dari Rembang sekolah
di sana”
“iya dek nanti minggu depan abang pulang ke sana”
“iya nanti kami jemput kok”
“iya udah ya wassalamualaikum”
“wa alaikum salam”

Andi sangat bahagia karena akhirnya ia bisa membahagiakan keluarganya yang


selama ini telah susah payah bekerja untuknya, Keluarganya menaruh harapan
besar pada Andi, terutama ibunya semenjak suaminya telah tiada terpaksa
ibunya bekerja dan adiknya merawat ibunya yang sudah berumur 52 tahun.

Andi berjalan ke arah kos-kosannya. Terlihat teman-temannya begitu bahagia,


beberapa anak ada yang memeluk orangtuanya. Semua sibuk dengan
kebahagiannya masing-masing begitu pula Andi yang tidak sabar pulang ke
rumahnya. Saat di kos-kosan Andi merayakan kelulusannya dengan mentraktir
teman-temannya makan mie ayam.

Andi terbangun dari tidurnya dengan kaget jiwanya sudah normal 21 %. Minggu
depan kemudian dokter membawa Andi ke ruangan yang sama, Dokter tersebut
berpemikiran hasilnya pasti sama akan tetapi kali ini berbeda
“ok jadi sudah ingat apa yang terjadi” Tanya dokter tersebut
“mmm inget apa ya dokter, Oh keluarga saya mana sih sudah saya tunggu lama
belum datang” keluh Andi
Dokter geleng-geleng kepala
“soal insiden keluargamu. Bagaimana ini bisa terjadi” Tanya dokter dengan
lembut
“saya ga tau oh iya saya pernah mimpi lulus dari perguruan kedokteran loh
dokter trus saya nelepon ibu sama adik saya rasanya seneng banget deh” kata
Andi
Dokter mengangkat alisnya terlihat wajah serius ia segera mencatat apa yang
dikatakan Andi lalu bertanya lagi
“terus gimana?”
“saya balik ke kos-kosan trus saya mentraktir makan mie ayam temen-temen
saya rasanya enak banget tapi mahal dan uang saya mau habis trus saya
bangun deh” kata Andi dengan muka cemberut

Dokter tersenyum kecil dan menulis kata-kata ADA KEMAJUAN di kertas itu.
Dan Andi dituntun oleh suster menuju kamarnya. Saat di dalam kamar suster
mengunci pintu dan tinggalah Andi sendiri di kamar itu, Andi melihat ke arah
luar jendela dari lantai 3 rumah sakit tersebut ia melihat mobil dan motor
melintas. Saat sebuah bus berwarna hijau muda dan bertuliskan “Sumber
barokah” melintasi RS itu Andi seketika kaget dan mengingat sesuatu

Andi berjalan mencari bus di terminal dan menaiki bus Sumber barokah
berwarna hijau. Ia mendapat kursi di tengah. Ia melihat pemandangan kota
Jakarta yang penuh dengan bangunan tinggi dan rumah bagus. Terlihat sudah
jam 16.28 di tangannya. Ia sangat senang karena akhirnya bisa memeluk
keluarganya yang selama ini ia nantikan, Di perjalanan ia terus-terusan chat
dengan ibu dan adiknya. Jam 20.12 Andi mengantuk dan tidur

Andi sudah tidak mengingat kejadian sesudahnya lagi ia berusaha mengingat-


ingatnya tapi tidak bisa kini ia sudah sadar 45 %. 2 minggu kemudian Andi
dituntun suster keruangan yang sama. Andi duduk di kursi dokter membawa
kertas dan duduk didepannya baginya kasus ini sangat unik, bagaikan
menyusun puzzle. Dokter menatap Andi dan bertanya
“ok jadi bagaimana mimpimu?” Tanya Dokter tersebut
“biasa saja Dok tapi kalo gak salah saya pernah naik bus Sumber barokah pada
perjalanan pulang ke rumah saya” Jawab Andi yang bahasanya sekarang sudah
seperti orang normal
“terus gimana perjalanannya”
“nyaman di perjalanan saya chat dengan ibu dan adik saya soal saya mau
bekerja di rumah sakit mana, terus ibu saya mensarankan rumah sakit Sutomo”
Dokter tersebut kaget lalu bertanya lagi
“trus gimana lagi”
“ga inget lagi” kata Andi dengan wajah sedih

Dokter mengambil penanya dan menuliskan ADA KEMAJUAN Di kertas


tersebut, Terlihat Rumah sakit Sutomo di kertas tersebut. Andi dituntun suster
ke kamar yang berbeda kamar tersebut nyaman daripada kamar yang
sebelumnya Andi pun beristirahat.

6 hari berlalu Andi menjalankan kegiatan seperti biasa tanpa adanya ingatan
kembali, suster memberikan makanan untuknnya terlihat piring bertuliskan RS
Sutomo ia mengingat sesuatu lagi

Andi terbangun dari tidurnya ia dibangunkan oleh orang yang duduk


sebelahnya jam tangannya menunjukan pukul 16.49 dan ia Terminal Rembang
di salah satu penanda di luar kaca bus. Ia keluar dengan membawa kopernya
mencari-cari keluarganya

“bu abang tuh di sana” kata Sulton sambal menunjuk-nunjuk


“oh iya ANDI!!” teriak ibunya sambal berjalan mendekatinya

Andi berlari ke arah ibunya lalu memeluknya dengan erat begitu pula adiknya,
Air mata kebahagiaan mereka bertiga tidak bisa tertahankan. Setelah pelukan
selesai mereka pulang ke rumah dengan berjalan. Di perjalanan Andi
memegang erat tangan ibu dan adiknya tercinta. Kebetulan arah jalan pulang
mereka melewati rumah sakit Sutomo
“tuh nak RS Sutomo nanti kamu kalo bisa kerja di sana, gajinya gede” saran
ibunya sambil menunjuk ke arah RS
“iya bu” Andi mengangguk

Saat di rumah Andi membereskan barang-barangnya. Saat ia mau menunjukan


Surat kelulusannya ibunya bilang besok saja karena waktu sudah menunjukan
pukul 8 malam dan ia tidur. Saat jam 1 pagi Andi terbangun karena ada suara
seseorang di arah luar kamar Andi, ia bingung sedang ada apa karena keadaan
rumahnya itu dekat sungai jadi sepi walaupun rumahnya lumayan mewah tapi
tetangga dia hanya ada 2.

Karena penasaran Andi keluar ia melihat ada 2 bayangan hitam, Andi


menyalakan lampu dan ternyata rumahnya kemalingan.
“Hei sedang Apa kalian!” bentak Andi
Maling tersebut langsung segera memegang tangan Andi lalu memukul
mukanya dan Andi pingsan. Saat Andi terbangun hari sudah siang, kepalanya
mengeluarkan darah, badannya kesakitan penuh darah dan tangannya
memegang pisau saat ia menengok ke arah samping terlihat ibunya tertidur
dengan penuh darah di bagian perutnya. Andi kaget ia menangis lalu
membangunkan ibunya

“Bu.. bangun buu”


“ibu…”
“bu..”

Andi menangis keras. Pada saat itu ia bingung mau apa karena ia mati rasa, Ia
hanya bisa menangis. Ia berusaha meminta pertolongan tapi tidak bisa, karena
tubuhnya terluka parah. Ia juga tidak menemukan adiknya itu. Andi lelah
menangis dan tertidur dengan tangisan sedihnya

Andi sudah ingat semua yang terjadi ia langsung menangis dan sesekali
memanggil ibu dan adiknya. Kini jiwanya sudah 100 % normal 1 jam berlalu
dengan tangisan kepalanya pusing dan ia berpikiran ingin bunuh diri karena
hatinya sakit. Dokternya melihat ia dan langsung masuk ke dalam kamarnya
dan bertanya

“Kamu kenapa?” Tanya Dokter itu


“dok.. saya sudah ingat semuanya” Andi berhenti sebentar
“keluarga saya dirampok, Ibu saya dibunuh tapi adik saya gak tau”
Dokter itu diam lalu menjawab
“adikmu sudah ditemukan polisi 2 hari yang lalu dan dimakamkan bersama
ibumu, dia ditemukan hanyut di sungai sementara malingnya belum
ditemukan” kata dokter itu dengan nada sedih
“dok… kalau boleh saya ingin melihat makamnya dan ingin pulang dok. Saya
sudah sehat” kata Andi memohon
“kalo itu bisa saja nanti saya yang urus”

1 minggu kemudian Andi pulang ke rumahnya. Terlihat foto keluarganya


sedang tersenyum membuatnya menangis. Kini Andi bekerja di RS Sutomo ia
bersahabat dengan dokter yang merawat dia. Hampir setiap saat ia memikirkan
keluarganya dan setiap bulan ia mendatangi pemakaman keluarganya. Kini
Andi selalu tersenyum di hadapan orang tetapi ia menyimpan jutaan kesedihan
di dalam hatinya.

Anda mungkin juga menyukai