Andi duduk di kursi, Seorang dokter ahli jiwa terlihat sedang mengecek kertas-
kertas. Suasana begitu tenang, Andi yang terlihat biasa saja bahkan tidak tahu
apa yang terjadi mencoba melirik surat yang dipegang dokter. Dokter duduk dan
bertatap muka dengan Andi lalu berkata
“ehmm… begini kita mencoba menyelesaikan ini tapi jasad adikmu masih belum
ditemukan” dokter jeda sebentar
“bila kamu ingin kami bantu tolong ceritakan mengapa kejadian ini bisa terjadi”
lanjut dokter
“haa? Kejadian apa dokter” Tanya Andi
Sudah 2 bulan Andi tinggal di Rumah sakit jiwa, karena suatu insiden yang
dokter sendiri tidak bisa menjelaskannya. Kadang-kadang saat di rumah sakit
Andi melihat keluarganya padahal dokter hanya melihat pasien yang
menjenguk yang ternyata bukan keluarganya Andi
Rumah sakit pun kebingungan bagaimana bisa seseorang yang 3 bulan yang
lalu lulus dari sarjana kedokteran bisa menjadi gila. Hampir semua dokter
sudah angkat tangan dalam menangani kasus Andi ini. Bahkan Andi sudah
menjadi pembicaraan hangat di kalangan dokter-dokter daerah tersebut
Andi berbaring di atas Kasur melihat ke arah atas dan bertanya-tanya mengapa
ibu dan adikku tidak menjemputku padahal aku sudah menunggu lama.
Beberapa menit kemudian Andi memejamkan matanya lalu tertidur pulas.
Terlintas di ingatannya dalam mimpi bahwa sekitar 3 bulan yang lalu ia baru
saja lulus dari sebuah perguruan yang ia lupa namanya
Andi terbangun dari tidurnya dengan kaget jiwanya sudah normal 21 %. Minggu
depan kemudian dokter membawa Andi ke ruangan yang sama, Dokter tersebut
berpemikiran hasilnya pasti sama akan tetapi kali ini berbeda
“ok jadi sudah ingat apa yang terjadi” Tanya dokter tersebut
“mmm inget apa ya dokter, Oh keluarga saya mana sih sudah saya tunggu lama
belum datang” keluh Andi
Dokter geleng-geleng kepala
“soal insiden keluargamu. Bagaimana ini bisa terjadi” Tanya dokter dengan
lembut
“saya ga tau oh iya saya pernah mimpi lulus dari perguruan kedokteran loh
dokter trus saya nelepon ibu sama adik saya rasanya seneng banget deh” kata
Andi
Dokter mengangkat alisnya terlihat wajah serius ia segera mencatat apa yang
dikatakan Andi lalu bertanya lagi
“terus gimana?”
“saya balik ke kos-kosan trus saya mentraktir makan mie ayam temen-temen
saya rasanya enak banget tapi mahal dan uang saya mau habis trus saya
bangun deh” kata Andi dengan muka cemberut
Dokter tersenyum kecil dan menulis kata-kata ADA KEMAJUAN di kertas itu.
Dan Andi dituntun oleh suster menuju kamarnya. Saat di dalam kamar suster
mengunci pintu dan tinggalah Andi sendiri di kamar itu, Andi melihat ke arah
luar jendela dari lantai 3 rumah sakit tersebut ia melihat mobil dan motor
melintas. Saat sebuah bus berwarna hijau muda dan bertuliskan “Sumber
barokah” melintasi RS itu Andi seketika kaget dan mengingat sesuatu
Andi berjalan mencari bus di terminal dan menaiki bus Sumber barokah
berwarna hijau. Ia mendapat kursi di tengah. Ia melihat pemandangan kota
Jakarta yang penuh dengan bangunan tinggi dan rumah bagus. Terlihat sudah
jam 16.28 di tangannya. Ia sangat senang karena akhirnya bisa memeluk
keluarganya yang selama ini ia nantikan, Di perjalanan ia terus-terusan chat
dengan ibu dan adiknya. Jam 20.12 Andi mengantuk dan tidur
6 hari berlalu Andi menjalankan kegiatan seperti biasa tanpa adanya ingatan
kembali, suster memberikan makanan untuknnya terlihat piring bertuliskan RS
Sutomo ia mengingat sesuatu lagi
Andi berlari ke arah ibunya lalu memeluknya dengan erat begitu pula adiknya,
Air mata kebahagiaan mereka bertiga tidak bisa tertahankan. Setelah pelukan
selesai mereka pulang ke rumah dengan berjalan. Di perjalanan Andi
memegang erat tangan ibu dan adiknya tercinta. Kebetulan arah jalan pulang
mereka melewati rumah sakit Sutomo
“tuh nak RS Sutomo nanti kamu kalo bisa kerja di sana, gajinya gede” saran
ibunya sambil menunjuk ke arah RS
“iya bu” Andi mengangguk
Andi menangis keras. Pada saat itu ia bingung mau apa karena ia mati rasa, Ia
hanya bisa menangis. Ia berusaha meminta pertolongan tapi tidak bisa, karena
tubuhnya terluka parah. Ia juga tidak menemukan adiknya itu. Andi lelah
menangis dan tertidur dengan tangisan sedihnya
Andi sudah ingat semua yang terjadi ia langsung menangis dan sesekali
memanggil ibu dan adiknya. Kini jiwanya sudah 100 % normal 1 jam berlalu
dengan tangisan kepalanya pusing dan ia berpikiran ingin bunuh diri karena
hatinya sakit. Dokternya melihat ia dan langsung masuk ke dalam kamarnya
dan bertanya