Anda di halaman 1dari 7

"Awas" teriak orang orang dari sebrang jalan memperingatkan seorang gadis dan kecelakaan pun terjadi

gadis itu tertabrak sebuah truk suasana pun menjadi riuh para warga berdatangan melihat kondisi gadis
tersebut

"cepat panggil ambulan" serru seoranv warga dan setelah menunggu beberapa saat ambulan pun
datang

Seorang gadis tengah berjuang untuk hidup dengan dibantu beberapa alat tim medis mencoba
menyelamatkan nyawa gadis itu.

Satu jam berlalu dokterpun keluar dari ruang operasi dan langsung disambut nada khawatir dari kedua
orang tua gadia tersebut

"gimana keadaan anak saya dok"ucal wanita paruh baya

"anak ibu selamat"terlihat kedua orang tua itu menghela nafas lega

"tapi anak ibu mengalami koma"jelas dokter tersebut yang membuat wanita itu terduduk lemas

"lakukan yang terbaik untuk anak saya dok"ucap pria paruh baya itu dengan nada tegasnya

"tentu pa kami akan melakukan yang terbaik"ucap dokter itu "kalau begitu saya permisi"dokter tersebut
melangkah pergi meninggalkan mereka berdua

Pria paruh baya itu menghampiri istrinya yang terduduk dan mencoba menenangkan istrinya

"aina pa"wanita itu terisak dipelukan suaminya

"ai bakalan baik" aja mah dia anak yang kuat"ucap pria paruhbaya itu meyakinkan istrinya walaupun
terlihat kekhawatiran dari wajahnya

Nama gadis itu aina azahra hendrawan anak dari satu satunya dari keluarga terpandang rani dan hendra
gadis cantik, lembut dan periang yang masih duduk di sekolah menengah atas itu kini berbaring lemah
antara hidup dan mati.

Disatu sisi

Aina pov

Pemandangan ini sungguh aneh bagi aina tidak ada apa" terasa sunyi dan tenang sampai dia
menemukan seorang gadis dengan surai panjang tengah duduk dibawah pohon rindang sambil menatap
langit.

Aina langsung menghampiri gadis tersebut dan memegang pundaknya gadis tersebut menoleh melihat
aina dengan mata yang sembab

"kamu tidak apa? "ucap aina dan langsung duduk di samping gadis itu
"gwenchana" gadis itu menjawab dengan bahas korea

"siapa nama kamu?"tanya ku lagi

"airin"ucapnya

"kenapa kamu nangis"

Gadis itu menunjuk langit dan memperlihatkan seorang wanita tengah menangis

"dia ibuku dia mengingkan aku kembali"gadis itu terlihat murung

"kenapa kau tidak kembali"heranku

"bukanya sudah waktunya kamu kembali? "aku menatap gadis itu dan gadis itu menggeleng lemah

"aku tidak mau aku sudah lelah"gadis itu menghela nafas panjang

"setidaknya kembalilah demi ibumu"ucapku sambil menatap langit yang memperlihatkan wanita paruh
baya itu.

Tiba tiba gadis itu menggenggam tanganku dan menatapku

"kembalilah dan jadilah aku. Bantu ibu mewujudkan impiannya, aku sudah sangat lelah aku
mohon"minta gadis itu dengan mata yang berkaca"

"aku tidak bisa aku punya kehidupan sendiri bagaimana kedua orang tuaku"aku berusaha menolak
permintaanya

"aku tau tapi belum waktunya kau kembali jadi aku mohon tolonglah aku rubah takdirku"Airin
memegang tanganku dengan erat

"kenapa harus aku"tanyaku heran

"karena kamu bisa"ucapnya yakin dan detik berikutnya cahaya mengganggu pandanganku.

Di lain sisi wanita paruh baya sedang menangis sambil menggenggam tangan putrinya dan tiba" jari
tangan putrinya bergerak wanita itupun panik sekaligus bahagia

"airin"lirih wanita paruh baya i

"dokter"teriak wanita paruh baya itu memanggil dokter

Dan dokterpun memeriksa keadaan airin ibu airin panik menunggu hasil keadaan putrinya dokter keluar
dan memberitahukan hasilnya
"anak ibu sudah sadar" ucap dokter dan disambut senyum lega dari bibir wanita paruh baya itu "dan ibu
bisa mengecek keadaan putri anda"dokter kembali membuat wanita paruh baya itu tersenyum bahagia.

Wanita paruh baya itu masuk kedalam ruangan dsn menggenggam tangan putrinya

"airin sayang ini ibu"wanita itu menggenggam tangan putrinya dengan lembut dan mengecup kening
putrinya

"ibu"ucap gadis itu lirih "aku tidak ingat apapun"gadis itu berujar kembali. Wanita paruh baya itu hanya
kaget dan tersenyum

"tidak apa-apa nanti juga ingat"ucapnya menenangkan putrinya "ibu ke dokter dulu ya sayang nanti ibu
kesini lagi"ucapnya mencium kening putrinya

Disisi lain.

Aina merasa asing dengan suasana seperti ini.

"ah airin"ucapnya mengerti

"why me? "ucapnya frustasi sambil memukul mukul kepalanya dengan pelan dan aina mendongak ke
atas

"oke airin aku akan bantu kamu tapi kamu harus bantu aku disin"ucapnya dengan jari tangan yang
menunjuk nunjuk ke atas.

Dan pergerakan aina terhenti saat pintu Terbuka dan yang datang ibu airin dengan dokter

"airin gimana keadan kamu baik"ucap dokter itu lembut dan airin hanya mengangguk

"kamu ingat orang orang disekeling kamu? "tanya dokter lagi dan airin hanya menggelengkan kepalanya.

"sepertinya anak ibu amnesia"dokter itu menjelaskan pada ibu

"tapi lama kelamaan dia juga akan ingat"dan ibu hanya mengangguk sambil mengelus kepalaku.

Setelah dirawat beberapa hari aina mulai sedikit mengerti tentang kehidupan airin dan yang aina tau
airin punya sahabat yang bernama jihan itu terbukti betapa seringnya jihan kesini menemani aina dan
menceritakan aina kejadian bersama dirinya dan berusaha membuat aina mengingat dan dari cerita
jihan aina tau kalau airin punya pacar yaitu gio.

Setelah dokter memperbolehkan pulang ianapun pergi kerumah ibunya ralat maksudnya ibu airin
setelah sampai aina memperhatikan rumah yang ada didepanya jelas terlihat kecil dibanding rumahnya
mengetahui airin terbengong ibu airin pun mengusap punggung airin

"Ayo masuk sayang" ucapnya lembut dan airin hanya mengangguk


Airin merebahkan dirinya dikasur milik aina dan berfikir sesuatu dan kemudian beranjak mencari
sesuatu lebih tepatnya diary milik aina siapa tau itu bisa membantu airin setelah mencari akhirnya airin
menemukan buku diary aina.

Airin membaca buka aina tidak ada apapun yang spesial hanya berisi keluh kesah aina dan airin melihat
lembar yang ada nama gio dari yang airin baca gio tidak mencintai aina dan malah mencintai vivi
sahabatnya dan aina tau dan berpura pura tidak peduli.

"Ckk gadis bodoh" ucap airin tiba tiba

Sampai dihalaman terakhir airin menajamkan penglihatnya dan mencerna setiap kata kata yang ditulis
aina.

Dear diary.

Gio jahat..

diary Aku sering melihat dia dengan vivi sedang berciuman tapi aku seolah menutup mata.

Tapi sekarang melihat keintiman hubungan mereka rasanya aku suda tidak kuat diaryy.

Aku harus apa.

Setelah membaca diary airin aina sedikit tau kehidupan airin

"gadis yang malang" ucap aina pada airin

Pintu kamarpun diketuk

"rin ini gw jihan gw masuk ya" ucap seseorang diluar pintu yaitu jihan

"masuk aja han" teriak aina karena pintu memang tidak dikunci dan aina malas beranjak dari duduknya
sekarang.

Jihanpun menghampiri aina yang sedang duduk dimeja belajar dan memutuskan duduk di tepi ranjang.

Aina pov.

"han ada yang mau gw omongin sama lo" ucap gw serius. Dan jihanpun hanya membalas dengan
anggukan

"gw buka airin" jihan yang mendengar itu langsung cengo

"lo masih sakit deh kayanya"ucap jihan disusul tawa darinya.

"gw serius" jihan langsung melihatku seakan mencari kebenaran


"gw aina bukan airin gw orang indonesia dan tubuh gw sedang terbaring koma di rumah sakit indonesia"
aku menghela napas dan jihan hanya menatapku dengan serius "aina meminta gw untuk bantuin dia dan
meminta gw buat jadi dia" lanjutku

"maksus lo gw ngga ngerti" tanya jihan

"mungkin raga gw airin tapi jiwa gw aina. Gw masih belum bisa kembali ke raga gw oleh karena itu airin
menyuruh gw buat jadi dirinya" lanjutku dan dapat kulihat raut wajah jihan yang kentara sekali tidak
mengerti.

"mungkin lo ngga percaya Sama gw tapi gw berharap lo bisa percaya karena gw cuma percaya sama lo"
aku menatap mata jjihan dengan yakin dan serius

"buktiin agar gw bisa percaya" ucap jihan kemudian

Akupun berpikir. Dan akupun melepas kacamata airin "gw bisa lihat normal tanpa kacamata itu" aku
menatap kacamata yang kutaruh ke meja belajar. Dan jihan masih belum percaya

"ok" ucapku kemudian berdiri

"gw bukanya sombong tapi gw yakin airin ngga punya kemampuan ini" ucapku mengela napas

"yang pertama gw bisa 6 bahasa termasuk indonesia dan korea" jihan menatapku serius

"bahasa jepang"

"korea"

"indonesia"

"inggris"

"perancis"

"mandarin"

Jihan menatapku dengan melongo seolah tak percaya

"dan gw aina pandai dalam akademik maupun non akademim terutama taekwondo" ucapku
meyakinkan jihan berharap jihan percaya.

"ok gw percaya" ucap jihan yakin dan kubalas dengan senyum bahagia dengan memeluk jihan dengan
erat

"tapi kenapa airin minta bantuan lo"ucap jihan dan aku langsun duduk dihadapanya dan menggeleng.
Dan menyerahkan buku diary aina "mungkin karena dia pingin gw bantu dia meraih mimpi dan karena
itu" ucapku sambil menatap buku diary airin dan jihan yang mengerti langsung membaca
"bangsat" maki jihan "dari awal gw udah ngga sreg sama yang namanya gio apalagi si cabe vivi yang sok
manis banget didepan airin" ucap jihan berapi api.

"gw yang ngga ngerasaain aja nyesek apalagi airin" ucapku sendu dan sebuah tangan menggenggamku

"kita bantu airin "ucap jihan menatapku dan akupun mengangguk "gw bantuin apapun itu rencana lo"
dan akupun memeluk jihan

"makasih. Tadi gw takut gw bakalan sendiri" jihan membalas pelukanku

"harusnya gw yang berterima kasih karena lo udah mau bantu sahabat gw airin" ucapnya "tapi sekarang
lo juga sahabat gw aina" ucapnya memanggil namaku

"panggil Gw ai aja nama depan gw sama airin sama berawal dari ai gw terbiasa dipanggil itu. Dan ai
dalam bahasa jepang artinya cinta" ucapku menjelaskan dan jihan hanya mengangguk dan terkekeh

"sepertinya lo bukan gadis biasa" ucapnya sambil melihatku seoalah menilai

" gw bakal cerita tentang diri gw sebagai gantinya lo cerita tentang airin dan lo" ucapku kemudian jihan
menangguk

"tapi ngga sekarang ya besok.. Sebelum lo mulai masuk sekolah gw bakal cerita hal hal penting yang
perlu lo ketahui" ucap jihan mantap dan gw membalasnya dengan jempol ke atas dan kitapun kembali
terkekeh

"airin jihan ayo makan bersama" teriak ibu dari dapur yang bisa disengar

"nee omma" teriaku aku dan jihan memutuskan untuk menghampiri ibu yang ada didapur.

Anda mungkin juga menyukai