Anda di halaman 1dari 3

Di pagi hari, suasana pagi hari yang sejuk dan sedikit dingin karena hujan semalam.

Seorang anak
perempuan sedang berjalan menuju sekolahnya, ia sangat berhati-hati dengan genangan air hujan itu.
Ia melangkah sambil sesekali melompat agar tidak mengenai rok SMA barunya. Hari ini adalah hari
pertama ia sekolah di Jakarta, ia tersenyum memandangi sekolah barunya. Ia kembali berjalan sembari
memegangi kedua lengan tas nya. Waktu sudah menunjukan pukul 07.00 membuat para siswa-siswi
berlarian menuju kelasnya masing masing hingga membuat cipratan air yang tak sengaja mengenai rok
anak perempuan itu. “WOY!!! GILAK LO YA!!” teriak anak perempuan itu sembari memegangi rok nya
yang basah.

Sementara itu disisi lain. “Yasin. Wal


Qur’anil hakim. Innakalaminal mursalin.”

“Jadi gimana Pak Hendra? Jenazah Sagara mau di terusin atau nunggu keluarga lain?” Arka
memasang wajah sedih. Ia pura-pura menjadi ayah Sagara

“Di terusin aja pak, pastiin dia nyampek akhirat. Lagian di dunia juga cuman nambahin beban
negara.”

“Gue belum mati! Ngapa di yasinin brengsek!” Sagara melempar tas nya ke arah Arka dan Zayyan.
Orang sagara cuman merem dikira cosplay mati. Arka dan Zayyan tertawa terbahak-bahak. Lagian
baru jam 7 udah tidur aja.

Sagara berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh mukanya. Ia memutar keran wastafel lalu
membasuh mukanya. Betapa kagetnya sagara saat ia membuka matanya yang mengarah ke cermin
melihat seorang wanita dibelakangnya. Sagara langsung membalikan badannya mengarah wanita itu.
“Heh cebol! Ngapain lo??” tanya sagara melihat wanita bertubuh mungil sebahunya. Wanita itu ikut
terkejut melihat sagara

“CEBOL??? LO NGATAIN GUE HAH?!” Sagara menaikkan satu alisnya “siapa juga yang ngatain, orang
fakta.” Gadis itu terlihat kesal mendengar kata-kata Sagara “Heh genter! Elu tu yang ngapain! Ohhh
gue tauuuu.. lu pasti mo ngintipin cewek cewek kan?? Ngaku lo!!” ucap gadis itu sambil menunjuk
Sagara.

“Enak aja ngintip-ngintip” Sagara menurunkan telunjuk gadis itu sembari memegang kepala gadis itu
dan mengarahkan pandangannya ke pintu yang tertuliskan dengan jelas Toilet Pria. Gadis itu lalu
tersenyum sembari memperlihatkan giginya lalu menghadap Sagara.

“Ehehehe, gak liat gue” ucap gadis itu sembari menggaruk tengkuk nya yang tak gatal.

“Makanya kalo jalan pake tu mata!” kemudian Sagara pergi meninggalkan gadis itu sendirian di toilet.

Hari ini adalah hari Senin, dimana hari yang menyebalkan bagi para pelajar. Hari ini di kelas 11 Mipa
2 sedang melaksanakan jam pertama mapel matematika, selain mapelnya yang menyebalkan
gurunya bahkan lebih menyebalkan.
“Assalamualaikum” ucap sagara dari luar sembari mengetuk pintu kelas.

Bu Tini yang merupakan guru matematika itu mengalihkan pandangannya ke arah pintu kelas
sembari memegangi kacamatanya yang turun. terlihat Sagara yang sedang berdiri tegap disana
sembari tersenyum manis dengan gigi rapihnya seakan-akan tak punya dosa kepada Bu Tini. Sagara
masuk dengan kedua tangannya yang ditautkan didepan.
“Dari mana kamu? Siapa yang suruh masuk?!” ujar Bu Tini menatap Sagara tajam

“A..anu buk-“

“SAYA SUDAH BILANG! GAK ADA YANG BOLEH TELAT DI PELAJARAN SAYA!! SUDAH BERAPA KALI SAYA
BILANG? TERUTAMA KAMU SAGARA! SELALU SAJA SEPERTI ITU! KAMU ITU HOBBY YA BUAT SAYA
DARAH TINGGI?!” Belum selesai sagara ngomong udah di sela sama Bu Tini. Ini yang bikin Sagara
malas buat nanggapin, bikin sakit kuping katanya.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu dari luar membuat semua murid dan Bu Tini tertuju pada seorang gadis yang
sedang berdiri diluar. “Permisi..”

Bu Tini yang nampak senang melihat keberadaan gadis itu langsung menghampirinya di pintu kelas,
Bu Tini menarik tangan gadis itu untuk masuk ke dalam “kamu Dhisti kan? Anak pindahan itu?” tanya
Bu Tini

“Iya buk” ucap dhisti.

Sagara melihat Dhisti sinis, ia teringat gadis ini adalah yang ia temui tadi di toilet. Begitu juga dengan
Dhisti, mereka saling bertatapan sinis satu sama lain.
“Nah Dhisti sekarang kamu perkenalkan diri kamu sama teman-teman baru kamu”

“Baik bu.” Dhisti menghadap ke arah murid-murid yang ada disana dan memperkenalkan dirinya

“Hai semua, kenalin nama gue Raden Ayu Anindya Radhisti bisa di panggil Dhisti. Umur gue 16 tahun,
gue pindahan dari Jogja. Salam kenal semua”

“Salam kenal juga Dhisti” ucap para murid-murid serentak kecuali Sagara.

“Sagara!! Kenapa kamu tidak tidak ikut menjawab?!”

“A..anu buk-“

“KEBIASAAN KAMU INI YA!! Gini aja! Dari pada kamu kesenangan ibuk hukum dilapangan mending
ibuk kasih kamu tugas 50 soal dan ingat HARUS BENAR SEMUA!” Sagara langsung syock
mendengarnya, matanya melotot dan tak habis fikir pada Bu Tini. 1 soal saja Sagara belum tentu bisa
apa lagi ini 50 soal dan wajib bener semua.

“Yang bener aja buk, masak 50 soal” ujar Sagara yang tampak melas” bukannya kasihan Bu Tini justru
tersenyum sinis mendengar ucapan Sagara

“100?”

“ENGGAK BUK ENGGAK! Udah cukup itu aja.”

Sagara antusias langsung menjawab, bisa kebakar nanti otak nya kalau begini. Sagara pasrah
dengan yang diberikan Bu Tini meski itu sangat membebaninya namun sagara selalu punya caranya
tersendiri untuk mencurangi hukuman Bu Tini.

“Eitssss... nanti kamu ngerjain soal ini ditemenin sama Dhisti. Biar kamu gak seenaknya aja nyuruh
orang lain buat ngerjain!” sagara melototkan matanya, tau saja Bu Tini dengan rencananya

“hah?!” ujar dhisti dan sagara bersama


“gak usah repot-repot buk, saya bisa ngerjain sendiri kok”

“ogah banget gue, yang ada nggak bisa bebas idup gue. Lagian ngapain sih ni guru repot amat”
batin sagara.

“Gak repot, siapa bilang repot? Iyakan Dhisti?” ucapnya sambil menoleh ke arah Disthi

“I-iya buk” ucap Dhisti dengan senyum terpaksa. Baru saja masuk sudah dapat musibah seperti ini.

“Yasudah, Dhisti kamu silahkan duduk disamping chilla ya. Kamu juga Sagara! Sana duduk!”

“Baik buk” ujar mereka berdua.

Dhisti berjalan ke arah tempat duduk chilla. Chilla tersenyum menyambut Dhisti

“Hai, kenalin. Nama gue Granetta Chilla, bisa panggil gue Chilla” ucapnya sembari menyodorkan
tangannya kepada Dhisti. Dhisti membalas jabatan tangan chilla dan memperkenalkan dirinya juga
“gue Dhisti”

Bel istirahat telah berbunyi. Chilla dan Dhisti kini berjalan menuju kantin sekolah, mereka berjalan
sembari bergandengan tangan. Padahal baru saja kenal, tapi mereka sudah sangat akrab. Di
sepanjang perjalanan chilla terus mengoceh memperkenalkan sekolahnya kepada Dhisti. Ia tak
menyangka ternyata ada juga orang orang disini yang masih ramah seperti chilla.

Anda mungkin juga menyukai