Anda di halaman 1dari 22

Dinginmu Tak Membuatku Beku

Karya : Riska Amalia

Airin Putri Fernandes,cewek cantik. Tinggi badannya sangat pas dengan tubuhnya yang
ramping,rambut hitam pekat,kulit putih,dia termasuk kategori lumayan populer
disekolahnya,banyak yang mengincar tapi Airin cuek saja, sifatnya kadang ramah, kadang
judes,bdan terang-terangan,bawel susah diem,semua tergantung situasi dan moodnya.
Tak jarang banyak juga yang tak suka padanya itu karena iri.
Airin tak hanya cantik dia juga pintar,Airin ditawari untuk ikut olimpiade tapi dia
menolaknya,dia bahkan tak mengikuti satu ekstrakurikuler disekolahnya itu.
Dia hanya ingin bebas,tapi bukan berarti dia bad girl.
Dia pintar tapi bukan berarti dia rajin,dia ikut pelajaran atau masuk kelas tergantung moodnya.
Karena dia pintar,dan orang tuanya donatur terbesar disekolah itu, kemungkinan dikeluarkan
sangat mustahil.
Awal masuk kelas 11 hidupnya masih hampa, sampai dia menemukan seorang spesies cowok
seperti kulkas berjalan,dia tertarik dan tidak bisa berbohong. Airin jatuh pada pesonanya.
Gue gak tau apa yang gue lakukan benar atau salah dengan gue masuk kehidup Lo,gue hanya
mengikuti permainan takdir.
Mungkin gue dan dia gak ditakdirkan atau malah sebaliknya. Pikir Airin.
SMA starlight, sekolah yang dihuni oleh sebagian siswa siswi yang bisa dikatakan menengah ke
atas.
Tapi tetap saja harus diimbangi dengan prestasi-prestasi yang semakin berkembang, tidak hanya
akademik olahraga pun juga harus.
Tapi semua tak setenang itu, tetap ada biang onar, membuat nama sekolah itu sedikit ditakuti.

65
Biang onar yang tak ada satu pun yang berani melawan, karena dialah anak pemilik sekolah dan
ketua Geng Vatar, Geng yang paling ditakuti di seluruh sekolah bukan hanya SMA starlight tapi
juga sekolah lain, tidak ada yang bisa membubarkan atau mengalahkan Geng Vatar turun-
temurun.
Argasyah Dafhir Fernando cowok most wanted, ketua basket, kulitnya putih bersih, tubuhnya
yang atletis, hidungnya yang mancung, tajir sudah pasti iya, ganteng jangan ditanya lagi, dia
menjadi rebutan para siswi-siswi baik adik kelas maupun kakak kelas.
semua berusaha ingin dekat dan mencari perhatiannya, tapi satu yang membuat mereka mundur
dan sebagian tak berani, karena sikap super dingin dan cueknya, semua takut bahkan guru-guru
jika ditatap tajam oleh Arga, pasti langsung gelagapan dan kikuk.
Cowok itu seperti mempunyai aura yang sangat kuat.
Tapi itu tidak berlaku pada satu sahabatnya dari lahir yaitu Genta.
Seorang perempuan baru saja masuk kelas yaitu 11 MIPA 2, ketika bel istirahat berbunyi saat
yang lain pelajaran dia keluar kelas tapi disaat yang lain pergi keluar untuk istirahat dia malah
masuk ke kelas.
"Airin,Lo tuh seenak jidat ya sekolah." Ucap Dira sahabat Airin yang duduk satu bangku dengan
Airin.
"Terserah gue lah." Sahut Airin.
"Ya kan gue jadi sendiri di kelas, berasa jomblo gue."
"Kan emang kenyataannya beb." Sahut Airin.
"Jijik gue nyet."
Mood airin kali ini sedang bagus jadi Dira mengajak Airin untuk pergi ke kantin.
Tapi suasana kantin sangatlah ramai tidak ada bangku yang sisa akhirnya Airin menghampiri
adik kelas .
"Dek kita gabung!" Ucap airin tak santai.
Adik kelas itu kaget.
"Emm,i..iya...kak...Ai...Airin." Ucap adik kelas gugup.
"Seterkenal itukah gue, gue aja belum kenalan." Bisik Airin pada Dira.
"Bentar, ini udah ada yang pesan makan belum?" Tanya Airin.
"Belum, gue kan dari tadi di sini." Sahut Dira santai.
Airin melotot. "Gue udah hampir mati kelaparan, astaga."
Airin dengan kesal melangkah menuju ke penjual nasi goreng.
"Airin, gue nasgor sama es jeruk." Teriak Dira.
Airin menatap tajam Dira. Dira tertawa melihat wajah kesal Airin.
Masih di kantin, Airin dan Dira masih melahap makanannya dengan tenang tanpa ricuh, tapi
tiba-tiba kantin semakin ricuh, Airin terkejut dan melihat semua siswi dengan mata memuja
menatap satu objek.
"Apaan sih, dir?" Tanya Airin.

66
"Berapa tahun sih lu sekolah di sini." Kesal Dira.
"1 tahun." Sahut Airin polos.
"Bodo amat tuh liat, cogan sekolah datang." Ucap Dira memutar kepala airin.
Cowok jangkung, dengan wajah datarnya memasuki kantin dengan satu cowok di sampingnya.
Banyak celotehan dari para siswi-siswi saat melihat kedatangan Arga yang sama sekali tidak
dipedulikan oleh Arga.
"Dia itu, Argasya Dafhir Vernando." Ucap Dira.
Sekarang Arga tengah meminum es tehnya dan memakan gorengan.
"Ga, lo masih ingat gak sekolah sebelah yang selalu nantangin kita."
"Bukan sekolahnya." Sahut harga datar.
"Oke-oke, maksud gue gengnya."
"Nah, geng Megalion nantangin kita lagi."
"Gue terima, pulang sekolah kumpulin geng
Vatar." Ucap Arga.
Arga tak sengaja menatap sepasang mata yang menatap ke arahnya, tapi saat Arga menatapnya
dengan tajam, perempuan itu segera mengalihkan perhatiannya.
"Duluan." Ucap Arga meninggalkan Genta yang masih menyantap makanannya.
"Ya ampun ditinggal mulu gue." Kesal Genta.
Arga pergi ke ruang musik dia benci keramaian. Dia mengambil gitarnya dan mulai memetik
gitarnya.
Arga berhenti bermain karena merasa ada yang mengintipnya, dan ternyata benar seseorang
mengintipnya.
"Woi." Teriak Arga.
Orang yang mengintip terkejut, dan akhirnya membuka pintu lebar-lebar, dengan wajah tanpa
dosanya.
"Gue cuma kepo siapa yang didalam kok."
Arga menghampiri orang itu dan menatapnya tajam tapi anehnya orang itu santai tak terlihat
takut ataupun gugup.
Arga membaca name tag orang itu.
Airin Putri F, Batin Arga.
"Heh lu liat apaan." Ucap Airin menyilangkan tangan didadanya.
Arga menaikkan alisnya dengan wajah santai."Gak tertarik!."
Airin mengerucutkan bibirnya.
Datar banget, dingin pula. Batin Airin.
Arga pergi begitu saja.
Ishh, gue penasaran dia emang datar gitu dari lahir atau ada sebabnya ya. Gumam Airin.
"Woi nyai"
"Apaan sih dir lo pikir ini hutan apa." Kesal Airin.

67
"Hehehe,ayo kita buka loker lo." Ucap Dira semangat.
"Ck, Lo mah males gue." Decak Airin.
"gak, ayo sekarang." Dira menarik Airin menuju lokernya yang memang tidak dikunci karena
Airin yang tidak menyimpan apapun di lokernya.
"Oke, gue yang buka ya."Ucap Dira semangat.
" Iya, cepet. "
Dira membuka pintu loker dan seketika melongo dengan mulut terbuka sedangkan Airin
melotot.
Pasalnya saat membuka loker, sangat banyak coklat dan bunga sampai jatuh ke lantai
berserakan.
"Gila, parah penuh sampai gak muat." Ucap Dira girang.
"Noh, ambil sono semua." Ucap Airin yang hanya mengambil dan memakan satu coklat vanila.
Airin dan Dira kembali ke kelas. Mereka sudah melewatkan satu jam pelajaran setelah istirahat
tadi.
Bel sekolah berbunyi, murid-murid segera keluar sekolah berbondong-bondong ke rumah ada
yang menuju parkiran ada yang menanti jemputan, ada yang menanti bus, ataupun angkutan
umum.
Airin memasuki mobilnya dan menaruh satu tas coklat di kursi sampingnya.
"Arga, itu Airin bukan sih?" Tanya Genta, mereka berdua sedang berjalan ke parkiran dan tak
sengaja melihat Airin.
"Tauk."
"Ish, dia tuh cantik banget tau gak sih, pengen gue gebet.
"Bukan urusan gue! "Ketus Arga.
Genta cengoh dan hanya bisa mengelus dada.
"yuk ke markas, anak-anak udah pada nungguin." Ucap Genta masih sedikit kesal.
"Lu duluan, gua mau pulang bentar."
Diperjalanan menuju perumahannya Arga tak sengaja melihat mobil, yang dilihat di sekolah
tadi, di depan sebuah panti asuhan.
Arga memasuki pekarangan rumahnya setelah itu Arga ke kamar untuk mengambil sesuatu dan
kembali keluar menuju teman-temannya berada.
Tak butuh waktu lama Arga sudah sampai di markasnya.
"Woi bro lama gak jumpa." Sapa Zarel salah satu temen Arga yang beda sekolah.
Arga mengangguk dan bersalaman ala cowok.
"Gimana udah siap semua?" Tanya Varel mantan ketua geng ini.
"Ayo sekarang." Ucap Arga dan berjalan dahulu ke motornya.
Mereka menuju tempat yang sudah dijanjikan. Mereka semua berhadapan dengan geng megalion
dan mereka membawa senjata sedangkan geng vatar tidak membawa senjata.

68
Saat mereka sibuk berkelahi saat itu bunyi sirine polisi membuat mereka terkejut dan langsung
lari berhamburan menuju motor mereka masing-masing.
Polisi itu terus mengejar Arga, ia bersembunyi di gang perumahan. Tiba-tiba ada yang
menariknya dan masuk ke gang kecil.
Dan ternyata itu Airin. Airin yang berjalan kaki dari supermarket dan ketemu oleh Arga yang
sedang dikejar oleh polisi.
Posisi mereka sekarang berhadapan dengan jarak yang lumayan dekat.
Arga memperhatikan Airin di jarak sedekat ini, dia menatap dengan intens.
"Ehem, udah nggak ada tuh. "Ucap Airin keluar dari gang.
"Maksud lo apa narik gue!" Ketus Arga dengan tatapan tajam.
Airin melotot. "Eh, lo udah ditolongin gak tahu terima kasih!" Kesal Airin.
Sambil berjalan Arga melirik Airin dengan menaikkan alisnya.
"Eh, btw wajah lu kenapa?"
"Jangan sok kenal!" Ucap Arga tajam dan terus berjalan.
"ih, ngeselin banget sih dasar kulkas jalan." ucapan Airin berhenti berjalan karena dia sudah
sampai depan rumahnya. Dan Arga pergi begitu saja.

Waktu menunjukkan 15 menit lagi untuk bel masuk sekolah tetapi tidak bagi Arga justru dia
sangat santai lewat depan satpam.
Saat bel istirahat Genta mengajak Arga untuk pergi ke kantin. Tetapi, pada saat Arga sedang
makan tiba-tiba ada sebuah bola basket yang terlempar dan itu membuat Arga sangat marah.
"Eh sory, gak sengaja." Ucap Angga.
Di sana Arga tidak terima dia langsung menghajar si Angga sampai babak belur.
"stop, kayak bocah aja sih, kalau mau tarung tuh di lapangan lebih lebar." Teriak seorang cewek.
"Jangan ikut campur lo, dasar cewek." Ucap Angga menatap Airin tak suka, dan mendorong
Airin keras, membuat Airin terjatuh.
"Woi,urusan lo sama gue, jangan sentuh dia!" Tegas Arga menonjok Angga dan sekali lagi
mendorongnya.
Angga langsung meninggalkan mereka.
Arga menghampiri Airin dan membantunya berdiri kemudian menarik Airin dan pergi dari
kantin.
Semua yang di kantin terheran karena melihat Arga menolong cewek.
Airin dan Arga kini berjalan berdampingan, Arga melepas genggamannya.
"Ngapain."
"Hah?" Airin bingung sendiri.
Arga mengacak-acak rambutnya membuat Airin yang sedikit tertegun, sungguh mempesona.
"Kenapa lo, ikut campur." Ucap Arga tajam.
"Gue gak bermaksud ikut campur sih, cuma gak suka aja lihat orang berantem."

69
Airin langsung menarik tangan Arga dan mengajaknya ke UKS.
"Apaan sih!" Ketus Arga.
"Udah bentar doang."
Airin mengambil obat merah, alkohol dan kapas.
"Gak sakit apa?"
"Biasa."
Tiba-tiba Arga menyingkirkan tangan Airin dan pergi begitu saja.
Airin terkejut, sikap Arga yang tadi biasa saja tapi sekarang dia pergi tanpa sepatah kata.
Airin langsung menuju ke kelas dan menghampiri Dira.
Bel pulang sekolah berbunyi. Semua murid segera pulang.
Arga berjalan ke arah lapangan basket, dia berhenti di depan kelas MIPA 2, karena melihat 1
siswi yang masih tertidur. Arga diam memperhatikan wajah cewek itu yang tak lain adalah Airin.
Saat Airin perlahan membuka matanya Arga langsung segera pergi dari situ. Airin baru ingat
bahwa dia tidak membawa mobil. Airin mendengar pantulan bola basket dan ternyata itu Arga.
Airin langsung berhenti di depan Arga.
"Minggir." Dingin Arga.
"Bantuin gue." Ucap Airin.
"gue gak bawa kendaraan, jam segini juga gak ada angkutan umum, HP gue lowbat, sekolah
juga udah sepi."
Arga tak menyahut tatapannya. Arga berbalik mengambil tasnya dan langsung meninggalkan
Airin.
"Naik." Ucap seseorang mengejutkan Airin.
"Hah?"
"Mau gak!"
"Oke-oke"
Tidak terasa sudah sampai.
"Turun!" Datar Arga.
"Thanks ya." Ucap Airin menepuk pundak Arga.
Arga melirik tangan Airin yang menepuk pundak Arga.
"Hati-hati" ucap Airin melambaikan tangan.

Hari-hari terus berganti dengan cepat,terasa baru saja tidur tetapi matahari sudah muncul.
Kini Airin dan orang tuanya sedang sarapan.
"Oh ya,mah, papah mau Bali ada project." Ucap Fernan papah Airin.
"Berapa lama pah."
"1 Minggu kayaknya."
"Ih,kok lama sih pah." Timpal Airin.
"Kan,juga demi kamu."

70
"Hm,yaudah papah hati-hati,oleh-oleh jangan lupa."
"Yaudah Airin,berangkat."
Airin menuruni tangga.
"O iya, mobil gue kan baru selesai ntar sore."
Airin menghubungi Dira, tapi dia tak bisa dihubungi.
"Duh bisa telat nih."
Airin berjalan keluar perumahannya dan terdengar suara motor yang ternyata si Arga.
Airin menghalangi jalan Arga dan otomatis Arga berhenti sambil melihat Airin sinis.
"Bantuin gue lagi. Udah telat nih, nebeng ya? "
"Ck, ngerepotin!"
"Minggir." Arga melajukan motornya.
"Pelit Lo. Positip telat nih."
"Tin."
"Kaget woy." Latah Airin.
Airin menatap Arga kesal, Arga memberi isyarat dengan menengokkan kepalanya kebelakang.
"Udah telat baru dibolehin." Gumam Airin membuat Arga melirik Airin tajam.
"Udah telat setengah jam nih, enaknya kemana ya?" Tanya Airin.
"Lo bolos." Ucap Arga datar.
"Males dihukum,enaknya kemana?"
Tiba-tiba Arga berhenti di mall. Baru kali ini Arga menemukan spesies cewek seperti Airin,
bolos bahagia sekali.
Airin langsung menarik harga ke kumpulan sweater.
"Arga, bagus ini atau ini?"
"Jelek."
"Gak jadi tanya!" Kesal Airin.
arga tak menyahut.
"Ya udah Mbak, saya ambil yang ini."
setelah selesai ganti baju Airin keluar dan ternyata Arga sudah di depan dengan kemeja maroon
yang dibiarkan terbuka. Mereka terlihat pas.
"Lama." Ketus Arga membuyarkan lamunan Airin.
"Namanya juga cewek."
Agar mengedikan bahunya tanpa sepatah kata.
"Makan." Ajak Arga.
"Tahu aja gue belum sarapan." Sahut Airin menaiki motor Arga.
"Pecel lele mang Joyo. Enak nih kayaknya" Ucap Airin membaca spanduk besar di warung itu.
sebenarnya Arga tak menyangka, dia pikir Airin tidak mau makan di pinggir jalan.
"Mang, pecel lele 2, es teh satu. "
"Ga,Lo mau minum apa? "

71
"Samain."
"Ok,es tehnya dua."
"Siap neng cantik." Ucap mang Joyo.
"Ga, boleh nanya gak?"
"hm."
"Harus dijawab."
"Yang waktu di UKS kenapa lo tiba-tiba pergi."
Arga tak menyahut, karena sebenarnya waktu di uks iya memikirkan kenapa dia baru kali ini
bisa nurut sama cewek. Apakah Arga jatuh cinta pada pandangan pertama?.
"Udah lupain pertanyaan gue, makan nih ,habisin itu kita jalan-jalan."
15 menit mereka selesai makan, Arga berdiri dan membayar makanannya dan kembali
menghampiri Airin untuk mengambil tasnya.
"Makasih lho, udah ditraktir."
"Bayar sendiri!" Ketus Arga.
Kesal,malu jadi satu, Airin langsung membayarnya.
"Mang, berapa? " Tanya Airin.
"Lho,kan udah dibayarin neng."
"Arga, ngeselin abis." Geram Airin.
Airin menghampiri Arga.
"Ngapain." Tanya Arga tanpa dosa.
"Lo bohongin gue!"
"Terus."
"Ih, bodoh kesel gue." Kesal Airin menaiki motor Arga.
jujur Arga sudah menahan senyumnya melihat tingkah konyol Airin. Dia marah tapi tetap naik
motor Arga.
"Jalan!" Ketus Airin.
"Ke?"
"Ntar gue kasih tau." Ketus Airin.
jam menunjukkan pukul 3 sore komandan selama itu mereka menghabiskan waktu bersama.
Sekarang mereka berada di sebuah taman.
"nah, Bagus kan, apalagi kalau lihat sunset dari sini bagus banget." Ucap Airin.
"Oh"
"Oh doang." Kesal Airin.
Airin berlari meninggalkan Arga, menghampiri sekumpulan burung dara, dengan merentangkan
tangannya.
"Waaa." Teriak Airin, dan burung itu terbang berhamburan.
"Arga sini."
"Bantuin nangkap."

72
Arga menghampiri Airin.
"Aaa, dapat." dan ternyata burung itu lepas.
"Hahaha, gimana sih lo." Tawa Arga lepas begitu saja.
Arga tertarik dan ikut menangkap burung, dan mengikuti Airin.
Mereka berdua berlari, dari arah yang berlawanan.
"Dug." Bukannya mendapat, mereka malah terjatuh dan kepala mereka saling terbentur.
"Hahaha." Tawa Airin sangat lepas, tanpa sadar Arga ikut tertawa.
Arga mengulurkan tangannya membantu Airin, Airin segera berdiri dan berlari lagi.
"Arga itu pas ada dua." Bisik Airin.
"Hahaha dapat." Teriak Airin senang.
Arga juga mendapatkan.
"Mending kita lepas aja." Ucap Airin.
Mereka duduk. Kemudian Airin menempelkan tangannya,pada tangan Arga.
"Tuh kan tangan gue mungil."
"Bantet."
"Yaudah balik sekarang yuk."
Arga mengantar Airin pulang,mereka lupa kalo mereka membolos,saat sampai rumah Airin,
Airin turun.
"Thanks ya."
"Hm."
Arga melajukan motornya pergi dari rumah Airin.
Arga memasuki Apartnya,dan disana ada Genta. Dia menceramahi Arga karena bolos tidak ajak-
ajak.
Setelah Arga membersihkan diri Arga cek ponselnya ada pesan masuk yaitu Airin. Ntah dari
mana dia mendapatkan id line. Genta curiga karena baru kali ini Arga sedikit tersenyum melihat
pesan dari seseorang.
Arga menyuruh Airin agar besok bisa menunggu Arga karena Arga akan menjemput Airin.
Jam 06.30 Airin sudah menunggu didepan rumah tak lama Arga datang. Sampai sekolah mereka
menjadi perbincangan para siswa siswi karena heran Arga bersama seorang cewek dan itu adalah
hal yang langka.
Sampai dikelas tiba-tiba Airin dilabrak oleh Valen untuk tidak dekat-dekat dengan Arga tapi
Airin membantah karena Airin rasa Arga yang mengajaknya untuk bareng dan Airin rasa Valen
bukan siapa-siapanya Arga tapi saat membantah Valen langsung mengambil topi Airin dan
membuat Airin tidak memakai topi dan dihukum saat upacara. Airin menjadi sorotan para
cowok-cowok karena wajah cantiknya berada dibawah sinar matahari sendirian. Arga
mengetahui hal itu ia langsung melihat ke arah Airin, Airin melihat tajam ke arah Valen, Arga
sudah paham ia langsung melepas topinya dan ikut dihukum bersama Airin. Genta kaget karena

73
Arga sudah mulai berubah semenjak dekat dengan Airin. Akhirnya mereka berdua menjadi
sorotan para siswa siswi dan guru-guru.
Upacara dan jam pelajaran telah berlalu Airin mengecek loker yang isinya surat-surat dan
bertuliskan sebuah teror dari Kakak kelasnya yang bernama Gralis. Gralis menyuruh Airin untuk
datang kesamping sekolah jam 7 malam. Airin pun mengikuti perintahnya tanpa sepengetahuan
siapapun termasuk Arga. Setibanya di sana Airin langsung dimaki supaya menjauhi Arga. Gralis
menampar Airin dan menendang Airin tapi Airin tidak takut walaupun itu kakak kelas karena
Gralis juga tidak sopan pada Airin.
Gralis pergi begitu saja setelah memaki Airin.
Airin merintih kesakitan tetapi ada seorang cowok yang mau mengantar Airin pulang dan belum
sempat berkenalan.
Keesokan paginya Airin bangun siang dan berniat untuk tidak berangkat sekolah karena dia
sedang tidak enak badan. Tapi dibawah sudah menunggu Airin. Airin segera turun menghampiri
Arga.
"Gue gak berangkat. Keseleo."
"Yaudah. Salam buat mamah Lo." Cetus Arga.
Airin kembali masuk kedalam rumah merasa kesal karena Arga tak perhatian padahal bukan
siapa-siapanya.
Sepulang sekolah Arga menjenguk Airin dengan membawa sebungkus martabak.
Arga masuk kamar Airin dengan izin mamahnya. Arga langsung menaruh martabaknya dimeja
membuat Airin kaget.
Airin memeluk Arga. Arga tak menolak. Airin teringat seseorang yang dulu pernah ada
dikehidupannya dia.
"Kenapa?" Tanya Arga.
Airin melepaskan pelukannya dan mengambil martabak.
"Bukan buat lo." Cetus Arga.
Airin langsung menengok kearah Arga dan langsung menyuapkan martabak itu kedalam mulut
Arga sampai penuh.
"Makan tuh makan." Kesel Airin.
Arga yang terlihat kesal dengan Airin juga dia terkekeh melihat kelakuan Airin.
"Ga kita udah kayak orang pacaran gak sih?" Tanya Airin.
"Yaudah." Singkat Arga.
"Yaudah apa?"
"Jadian."
Airin menampar Arga.
"Seenaknya ya lo ngomong gitu!"
"Yang penting gue tulus." Cetus Arga.
"Lo serius?"

74
"Emang muka gue gak serius?"
Arga membawa Airin kebalkon. Biar bulan dan bintang menjadi saksi.
"Jadi?" Tanya Arga.
"Kalo gue nolak gimana?"
"Gaada penolakan." Arga sudah takut duluan tetapi dia berusaha menutup dengan wajah
datarnya.
"Sory ga" jawab Airin sambil mundur kebelakang.
"Jadi itu jawaban lo?"
"Gue belom jawab Arga."
Arga berdiri,tetapi Airin menahannya dan memeluk Arga.
"Iya." Jawab Airin. Arga membalas pelukan Airin.
"Ketipu ya?" Ledek Airin.
Arga kesal dan langsung mengajak Airin masuk kamar.
"Tidur."
"Lo mau kemana?" Tanya Airin.
"Pulang."
"Hati-hati pacar." Airin terkekeh. Begitu juga dengan Arga, karena mereka baru saja jadian.

Pagi yang semangat membuat Airin bangun pagi hari ini. Arga sudah menunggu didepan.
Seperti biasa saat Airin dan Arga datang selalu menjadi pusat perhatian disekolah.
Saat jam istirahat Airin merasa tidak enak badan. Dira sebagai sahabat yang baik pergi ke kantin
untuk membelikan cemilan sebagai makan siang untuk Airin yang sedang sakit. Saat menuju
kantin Dira bertemu dengan Arga.
"Pas banget ketemu sama lo, Airin kayaknya gak enak badan tuh."
Tanpa basa-basi Arga langsung menuju kelas Airin.
"Lo kenapa?."
Airin menggeserkan duduknya dan membiarkan Arga duduk disampingnya.
"Kita ke RS sekarang, badan lo panas."
Arga langsung memapah Airin sampai kemobil, karena Airin sangat pusing. Saat diperjalanan
mobil Arga dihentikan oleh dua motor yang ternyata anak buah Bagas musuh bebuyutan dari
geng megalion yang sudah membuntuti Arga dari tadi karena sekarang Bagas dan teman-
temannya tau kelemahannya berada pada gadis yang saat ini bersamanya yaitu Airin. Arga tidak
mau Airin kenapa-kenapa oleh musuhnya itu karena ini bukan urusan Airin.
Arga turun dari mobil dan Airin sedikit membuka matanya sambil memegang kepalanya karena
pusing.
"ARGA!!" Teriak Airin dari dalam mobil yang ternyata Bagas menarik paksa Airin keluar. Arga
menyadarinya dan dia langsung menghajar Bagas sampai babak belur.

75
Arga membawa masuk Airin dan membawanya segera ke rumah sakit. Arga menghubungi tante
Diana. Dokter mengatakan bahwa Airin mengalami gejala tipes jadi tidak boleh kecapekan dulu.
Dua hari Airin tidak berangkat sekolah. Arga juga tidak menjenguknya dan menghilang tanpa
kabar dan itu membuat Airin sangat kesal. Disekolah Arga digosipkan sedang dekat dengan
Gralis selama Airin tidak sekolah. Dira mengetahui ini langsung mengabari sahabtanya itu. Airin
yang mengetahui kabar itu dia hanya terdiam dan mempercayai semuanya kepada Arga.
Meneruskan istirahatnya dikamar tiba-tiba ada yang mengetok dibalkon Airin. Airin langsung
membukanya dan ternyata Arga orang yang beberapa hari ini hilang tanpa kabar. Sekilas Airin
mengingat kabar dari Dira tapi Airin mengalihkannya dengan senyuman.
"Ngapain kesini?."
"Yaudah gue pulang, udah sehat kan?"
Airin kembali masuk kamar dan tiba-tiba Arga menggendong Airin dari belakang.
"Ngusir gue, lo gak kangen?"
"Gak."
"Kalo suatu saat ada masalah,jangan pernah lo jauhin gue, lo harus tau cuma lo yang saat ini ada
di hati gue." Ucap Arga tiba-tiba seolah sedang menyembunyikan sesuatu.
"Gue bakal berusaha." Tegas Airin.
"Yaudah gue pulang,besok gue jemput."
"Iya Argasya....yang"
Arga terkekeh karena baru pertama kali Airin memanggilnya begitu.

Suasana berbeda karena semua melihat Airin kembali bersama Arga. Jadi semua gosip kemarin
itu tidak benar mungkin Gralis yang mau menjadi pelakor. Mereka sudah sampai dikelas
masing-masing. Saat jam istirahat tiba, Dira mengabari Airin bahwa Arga sedang bersama
Gralis. Terlihat Gralis sedang memberikan sekotak makanan kepada Arga, tetapi Arga tidak
menghiraukan. Arga sibuk dengan ponselnya. Saatnya Airin menghampiri Arga dan Gralis.
Begitupun Dira yang membuntuti Airin karena baginya ini pasti seru.
"Ehem."
Arga terkejut melihat kedatangan Airin. Begitu juga dengan Gralis.
"Wah ada makanan, makasih kak." Airin langsung melahap makanannya.
Arga tak henti-hentinya menatap Airin yang bersikap seperti ini. Rasanya lebih takut jika Airin
bersikap seperti ini. Arga mengusap rambut Airin didepan Gralis. Gralis semakin memanas.
"Tapi itu buat Arga." Ucap Gralis.
"Tapi Arga gak mau,dari pada mubazir." Cetus Airin santai tanpa memikirkan siapa yang ia
hadapi.
Setelah makanan habis Arga mengajak Airin pergi dari situ.
"Jadi bener ya,selama gue sakit lo deket sama Glaris."
"Bukan deket, lo gak perlu tau."

76
"Berarti gue gak penting."
"Gue belum siap cerita."
"Okelah."
Airin pergi ke kamar mandi. Di sana Airin dibuntuti oleh Glaris. Glaris mulai memuncak dan
mendorong Airin sehingga dia terbentur dinding kamar mandi. Tanpa rasa bersalah Gralis pergi
begitu saja. Airin keluar dari kamar mandi merintih kesakitan. Seseorang lewat dan melihat
Airin yang terlihat kesakitan, orang itu menolong Airin. Dia membawa Airin ke UKS. Airin
sempat menolak tapi orang itu memaksa karena kasihan melihat Airin terluka.
"Lo Gara kan ketua OSIS disini?"
"Iya."
"Makasih."
Setelah mengobati luka Airin. Gara keluar dari UKS berpapasan dengan Arga yang mau masuk
UKS.
"Tadi gue jatuh, terus di tolongin,terus dia ngobatin luka gue." Ucap Airin menjelaskan.
"Seneng?" Tanya Arga datar.
Airin yang menyadari sesuatu tersenyum jahil.
Terdengar bel pulang mereka pergi ke kelas masing-masing. Tapi Airin kali ini tidak bareng Arga
karena dia sedang marah melihat kejadian di UKS tadi.

Malam yang terlihat mendung tak ada hiasan bintang dan bulan. Airin masih asik dengan novel
yang ia baca. Sampai menghiraukan dering ponselnya yang sedari tadi berbunyi. Dan akhirnya
Airin melihat ponselnya yang ternyata sahabat satu-satunya itu.
"Kenapa?"
"Gue tadi lupa mau bilang sama lo, kalo gue tadi denger obrolan Genta sama Arga. Dan mereka
semua mau balas dendam sama orang yang udah mau nyelakain lo."
"Lo tau mereka dimana?"
"Rumah Genta."
Tanpa berpikir Airin langsung keluar rumah tanpa sepengetahuan orang tuanya. Airin juga tidak
membawa mobil Karena takut ketauan. Airin menunggu ojek tetapi tidak ada yang lewat dan
tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri yaitu Gara. Airin terpaksa untuk pergi bersama Gara.
Tanpa basa-basi Airin naik di jok belakang.
"Anter gue tempat Genta."
Tanpa bertanya Gara langsung mengantarkan sampai tujuan. Di sana sepi tidak ada seorang pun.
Airin sudah sangat khawatir dia takut Arga kenapa-kenapa.
"Coba lo telfon." Saran Gara.
Dua kali Airin menelfon tapi tidak diangkat dan ketiga kalinya diangkat.
"Lo dimana?."
"Tempat Genta,biasa lah nongkrong."

77
Airin menangis mendengar jawaban Arga. Karena ia tau disini sepi dan Arga sudah membohongi
Airin.
"Bohong. Dasar pembohong. Gue ditempat Genta."
"Ngapain Lo disana?"
"Gue tau ga, gue tau lo mau bales dendam. Gue gak suka,gue khawatir."
"Lo ga ngerti masalah ini. Sekarang lo pulang Airin."
"Gue kecewa sama lo"
Airin mematikan sambungan telefonnya dan dia menghampiri Gara. Airin minta diantarkan ke
rumah Dira. Gara mengusap kepala menenangkan Airin. Sesampainya disana Dira langsung
menenangkan Airin. Dira juga diam-diam khawatir pada Genta. Dira mulai menghubungi Genta
untuk jaga dirinya dan juga Arga. Hari sudah mulai malam mereka pun tidur lelap.

Pagi harinya Airin berangkat sekolah dengan Dira. Sampai didepan gerbang ada yang
memanggil Airin.
"Airin."
"Gara, iya kenapa?" Tanya Airin.
"Gue ke kelas duluan ya, awas jangan selingkuh." Ujar Dira.
"Lucu temen lo."
"Dia emang suka gitu,lo suka?"
"Gue suka sama temennya."
Airin bingung. Diam sekejap. Gara mengalihkan pembicaraan membahas tujuan awal
memanggil Airin.
"Bentar lagi liburan,gue mau lo nyanyi. Gue tau suara lo bagus."
Airin memukul lengan Gara.
"Jawaban lo iya." Airin mengedikan bahunya dan masuk kelas.

5 hari Arga tidak masuk sekolah semenjak kejadian itu dan tidak ada kabar sama sekali. Airin
sudah sangat khawatir. Dia berniat untuk pergi ke apartemennya. Tapi disana sangat sepi tidak
ada siapa-siapa. Airin cari tempat lain yaitu rumahnya, tetapi pembantunya bilang bahwa Arga
hampir tidak pernah pulang kerumah dan Airin baru mengetahui hal ini. Satu-satunya Dira, Airin
yakin Dira mengetahui keberadaan Arga melalui Genta. Airin langsung bergegas ke rumah Dira.
Dira sebagai sahabtanya itu menjelaskan apa adanya bahwa sebenarnya Arga sempat ditahan
polisi tetapi sekarang Arga berada dirumah Genta. Airin langsung menuju rumah Genta. Arga
terkejut melihat siapa yang datang iya membawa Airin keluar. Airin memeluk Arga karena dia
benar-benar khawatir.
"Gue gak maksud ngekang lo,gue cuma takut lo kenapa-kenapa." Airin meneteskan air matanya
karena sudah tidak kuat menahan kekhawatiran dan rindunya itu.
"Gue gak suka liat cewek nangis, dan lo gak nurutin kata gue lagi."

78
"Malem itu gue terpaksa pergi sama Gara. Gue dah cari ojek gak ada yang lewat dan cuma Gara
yang lewat."
"Kenapa gak pake ojek online."
"Gak kepikiran."
"Jangan dekat dengan dia lagi."
Airin mengangguk.
Arga mengantar Airin pulang.
"Hati-hati" ucap Airin sambil membuka gerbang rumahnya.

1 hari sebelum liburan Airin sudah harus menyiapkan perlengkapan yang harus dibawa. Tepat
pukul setengah tujuh Airin sudah di jemput Dira. Airin akan melanjutkannya nanti malam.
Sampai disekolah Airin sudah ditunggu Gara dia menagih bahwa Airin yang nyanyi untuk acara
liburan besok. Airin terpaksa untuk mematuhi kemauannya karena dia ketos. Airin dan Gara kini
berada diruang latihan musik. Tiba-tiba ada seseorang yang membuka pintu dengan kasar. Airin
terkejut bahwa yang datang adalah Arga. Arga mengajak Airin untuk keluar dari ruangan itu
tetapi Gara menahan tangan Airin. Melihat ada yang menyentuh gadisnya Arga mulai memanas
dan memberi 1 pukulan kepada Gara. Airin terkejut. Saat Gara mau membalas pukulan Arga dia
teringat bahwa ada Airin disini jadi Gara membiarkan Airin pergi bersama Arga.
"Gue cuma latihan. Gue gak suka lo dikit-dikit main tonjok."
"Lo gak ngerti Airin." Arga langsung meninggalkan Airin.
Dan keduanya pergi ke kelas masing-masing.
Saat bel pulang Airin segera keluar kelas dan kebetulan berpapasan dengan Gara. Airin meminta
maaf atas kejadian tadi. Gara mengerti dan dia mengajak Airin pulang.
Disitu Airin melihat Arga yang sedang bersama Gralis kearah parkir. Hatinya merasa teriris. Tapi
terlihat Gralis yang memaksa Arga untuk pulang bareng. Melihat itu Airin menolak ajakan Gara
dia mau menenangkan diri. Airin pergi ke cafe memesan americano kesukaannya. Airin
melamun menatap hujan diluar dan berbicara sendiri dalam hatinya. Lamunannya terhentikan
saat dia tau siapa yang masuk. Gralis yang memegang tangan Arga dan mengajak Arga duduk di
kursi pojok. Airin tak sanggup melihatnya. Airin bergegas keluar dari cafe. Saat Airin membuka
pintu otomatis bel berbunyi dan membuat perhatian Arga menyadari bahwa yang barusan keluar
adalah Airin. Saat Arga mau mengejarnya Gralis menahan tangan Arga.
"Mau kemana? Lo inget kan?"
Dia tidak tega melihat Airin seperti itu apalagi diluar hujan.
Airin menangis ditengah hujan. Menangis ditengah hujan sensasinya berbeda. Dia tak
menghiraukan kesehatan badannya akibat hujan. Sesampainya di rumah, Airin melanjutkan
menyiapkan perlengkapan buat besok.

79
Pagi itu Airin sudah dijemput Dira. Airin pamit dengan mamahnya dan menitip salam buat
ayahnya yang sedang bekerja di kantor. Airin terlihat sangat cantik dari biasanya. Banyak para
cowok yang menggodanya apalgi Airin yang terlihat keberatan membawa kopernya itu banyak
para cowok yang ingin membantunya. Tetapi sepertinya harus berfikir dua kali untuk membantu
Airin. Dari jauh terlihat Arga yang menatap tajam para cowok itu sehingga memilih untuk
mundur. Airin merasa lega sudah tak ada yang menggangunya lagi. Airin duduk dipinggir
jendela dan Dira disebelahnya. Airin melihat seseorang yang baru saja masuk yaitu Arga. Dia
duduk juga di pinggir jendela dengan Genta. Airin menghiraukan kedatangan Arga. Dira paham
sepertinya mereka sedang ada masalah. Sesampainya dipuncak cuaca sangat dingin sekali dan
Arga melihat Airin kedinginan karena ia tidak membawa jaket tebal. Mengetahui hal itu Arga
langsung memberikan jaketnya kepada Dira agar diberikan kepada Airin dan Airin tidak boleh
tau itu, karena mereka sedang tidak baik-baik saja.
Pembagian kelompok telah dimulai. Airin satu kelompok dengan Arga. Setelah membuat tenda,
siswa-siswi akan melaksanakan perjalanan mencari kain putih dihutan sesuai kelompok. Setiap
kelompoknya berpencar Arga tak mengalihkan pandangannya untuk menjaga Airin. Waktu
sudah malam semua siswa-siswi kembali ke tenda dan acara berjalan dengan lancar, semuanya
selamat.
Sebelum Airin masuk tenda tiba-tiba Gara menghampiri Airin. Kedatangan Gara tidak lepas dari
penglihatan Arga. Arga melihatnya dari jauh,rahangnya mengeras,tangannya mengepal,tapi Arga
menahan emosinya.
"Jangan lupa besok Lo nyanyi."
"Eh Gara, ngagetin aja lo."
"Yaudah gue balik ke tenda dulu,se..selamat tidur." Ucap Gara yang agak gugup.

Waktu sudah menunjukkan pukul 04.30. Bu Dian membangunkan semua muridnya untuk solat
subuh. Saat Airin berjalan menuju tempat berwudhu Airin melihat Valen yang sepertinya sedang
kesakitan. Airin menghampiri dan membantu Valen yang ternyata kakinya terkilir. Airin
berusaha membantu memapah sampai tenda.
"Kok lo baik sama gue. Padahal gue pernah jahat sama lo."
"Jahat dibalas jahat itu gak akan ada abisnya." Ucap Airin bijak.
"Yaudh gue panggilin petugas biar diobatin."
"Gue minta maaf, gue gabakal ganggu hidup lo lagi."
"Udah gue maafin, sekarang kita teman." Ucap Airin sambil mengajukan jari kelingkingnya
tanda pertemanan. Kini saingannya hanya Glaris tapi Airin tetap sabar menjalani takdirnya.
Saat malam tiba Airin bersiap untuk tampil. Gara datang membawa gitar dan latihan sebelum
mulai. Tiba-tiba Arga datang merebut gitarnya dan menggantikan posisi Gara untuk mengiringi
Airin. Airin hanya menurut. Setelah acara api unggun selesai Airin melihat ada yang
disembunyikan oleh Arga. Arga mengangkat telepon tapi dia menjauh dari Airin. Dira mengajak

80
Airin untuk masuk tetapi Airin masih ingin menunggu Arga dengan harapan memberi tahu siapa
yang meneleponnya. Hari sudah semakin malam Arga tak kembali membuat Airin semakin
berfikir macam-macam tentangnya. Tapi Airin yakinkan lagi bahwa dia harus percaya dan dia
memilih untuk tidur.

Pagi hari yang cerah. Pepohonan memberikan udara yang segar. Airin masih memikirkan
semalam. Arga selalu berubah-ubah sesuai keadaan. Airin bingung dengan sikapnya yang seperti
itu. Airin merasa ada yang dirahasiakan.
Semua membereskan perkakasnya masing-masing. Setelah selesai semuanya masuk bus. Arga
sudah janjian dengan Dira tanpa sepengetahuan Airin. Arga duduk dengan Airin dan Dira duduk
dengan Genta. Dira terpaksa menuruti Arga karena tatapan mautnya dan juga demi sahabatnya
agar mereka kembali baik-baik saja.
Mengetahui hal itu Airin kaget melihat Arga yang duduk disampingnya. Ingin rasanya Airin
menanyakan hal semalam tapi dia tidak mau merusak suasana karena Arga sedang
menggenggam tangan Airin dan ini adalah kenyamanannya.

Setelah lamanya diperjalanan, kini bus sudah berada didepan sekolah. Dan itu pertanda hari
sudah pagi dan sudah sampai. Bu Dian membangunkan muridnya. Diluar sudah banyak orang
tua yang menjemput. Saat semuanya turun Dira dan Airin menunggu jemputan. Arga
menghampiri Airin begitu juga dengan Genta yang menghampiri Dira.
Tetapi tiba-tiba ada dua seseorang laki-laki paruh baya dengan wanita yang tidak asing wajahnya
menghampiri Arga.
"Ayok kita pulang." Ajak Glaris pada Arga.
Arga menatapnya penuh emosi tetapi ia menahannya.
"Aku sama papah kamu udah nunggu lama loh."
Arga menatap Airin. Airin mengangguk memberi tahu seolah baik-baik saja padahal dia tidak
tahu apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa mereka begitu dekat. Arga tidak pernah cerita.
Setelah Arga pergi Airin mulai meneteskan air matanya. Dira dan Genta yang melihat itu
terbawa suasana. Genta geram dengan Arga. Tidak biasanya dia seperti itu. Tetapi Genta tahu
dibalik Arga yang seperti itu ada hal yang sedang dihadapi demi kebaikan seseorang.
Dira mengajak Airin pulang. Airin terus kepikiran dengan sifat Arga yang berubah-ubah.

Airin menginap dirumah Dira, karena ayah dan ibunya mengabari bahwa mereka sedang berada
diluar kota. Mereka akhirnya istirahat karena besok sekolah.
Alarm membangunkan dua gadis yang masih tertidur. Karena kecapekan membuat keduanya
bangun agak siang. Melihat alarm pukul 06.35 membuat mata Airin dan Dira melotot dan
bergegas untuk bersiap-siap.

81
Sesampai disekolah Dira dan Airin berjalan menuju kelas, tetapi dia mendengar suara motor
yang tak asing. Motor itu lewat samping Airin bersama seorang cewek yang tak asing baginya.
Hati Airin merasa teriris. Arga mengetahui gadisnya sedang memperhatikannya. Arga merasa
bersalah selalu membuat luka di hati Airin. Tapi menurut Arga ini demi kebaikan Airin juga.

Senin besok sudah memasuki ulangan semester genap. Airin tak menyiapakan dirinya untuk
menghadapi ulangan. Airin sangat pusing dengan masalahnya. Mungkin Airin bisa meminta
bantuan sahabatnya itu selama ulangan. Saat Airin mau berangkat sekolah, Fernan papa Airin
memanggilnya.
Fernan sudah mengambil keputusan yang terbaik untuk putrinya karena Fernan mendapat kabar
bahwa akhir-akhir ini nilai Airin turun dan Fernan tau sebabnya. Maka dari itu Fernan
mengambil keputusan setelah semester ini Airin pindah sekolah ke Jerman. Airin terdiam dan
langsung ijin pergi sekolah.
Airin menceritakan hal ini kepada Dira dan orang lain tidak boleh tau. Dira sangat sedih
mendengar hal ini karena akan jauh dari sahabat satu-satunya.
Saat Airin dan Dira berjalan ke kantin Airin tak sengaja menabrak seorang cowok yang berjalan
dengan cewek disampingnya membawa soto dan tumpah ke baju cowok itu.
"Bisa liat gak sih?!" Bentak Arga pada Airin.
Airin terkejut segitunya Arga sekarang.
"Jalan pake mata." Ucap Glaris.
"Airin gak sengaja." Ucap Dira dan menarik Airin pergi. Arga merasa bersalah karena sudah
membentak gadisnya. Tapi batin Arga, semakin Airin membenci Arga itu semakin membuat
Airin aman dari gangguan-gangguan yang datang padanya.
Airin pergi menyendiri kesamping perpustakaan. Seseorang datang membawa tisu. Dan Airin
menyadari bahwa dia sedang menangis.
"Gue boleh tanya?" Tanya Airin pada Angga.
"Boleh."
"Kenapa lo jadi baik banget sama gue? Padahal lo musuh Arga. Apa Lo ada maksud lain?"
"Gue emang beneran tobat karena buat gue percuma dendam sama cowok lo, yang ada gua yang
terus-terusan babak belur." Ucap Angga dan Airin terkekeh.
"Tapi gue curiga aja sama lo, yang tadinya musuh jadi sedekat ini."
Angga terdiam dan mungkin ini saatnya bilang.
"Sebenarnya ada sesuatu,tapi plis jangan marah." Angga memohon.
"Gak janji." Sahut Airin.
"Sebenarnya Arga yang minta buat gue jagain lo. Tapi cuma sebatas ngejagain. Dia sayang sama
lo." Airin terdiam mendengar penjelasan Angga dan langsung meninggalkan Angga.
"Gue juga sayang sama lo, ntah sejak kapan." Ucap Angga lirih.
Airin menghampiri Arga dan Airin menampar Arga. Arga terkejut melihat perlakuan Airin.

82
"Kalo lo udah gak mau ngejagain gue. Gak usah lo nyuruh orang lain buat ngejagain gue. Gue
gak lemah dan gak perlu lo kasihani."
Arga terdiam melihat gadisnya yang penuh emosi.
"Sekarang kita putus." Ketus Airin sambil emosi.
"Nggak." Arga menahan tangan Airin dan Airin mengelak. Airin meninggalkan Arga. Arga
meneteskan air matanya untuk kedua kalinya setelah kepergian mamanya dan kini apakah Arga
akan kehilangan seseorang yang berharga lagi.

Arga pulang kerumah dan menenangkan dirinya di kamar. Arga terlelap dan dia bermimpi
bertemu mamanya. Arga mendapat pesan untuk mengikuti kata hatinya. Arga bingung dengan
pesan mamanya di mimpi.
Arga berjalan kebawah dan saat melewati ruangan papanya Arga mendengar bahwa papanya
telah bekerjasama dengan Gralis untuk membuat Arga nurut dengan papanya agar Arga mau
menikahi Glaris dan mendapatkan uang. Papa Arga rela melakukan apapun untuk mendapatkan
uang bahkan rela membawa-bawa almarhum mamanya Arga agar Arga menuruti kemauannya.
Karena kelemahan Arga ada dimamanya. Papa Arga berpura-pura memiliki surat terakhir dari
mamanya dan jika dia mau dia harus menuruti kemauan papanya termasuk menjauhi Airin. Ini
adalah jawaban mimpi bertemu mamanya. Semua rencananya telah Arga ketahui dan Arga
mendobrak pintu ruangan papanya.
"Puas anda?!" Teriak Arga. Arga menangis didepan papanya.
"Kedua kalinya anda membuat saya seperti ini. Kehilangan orang yang saya sayang."
Melihat keadaan putranya sekarang Nando papa Arga sadar dan Arga berhasil membuka pintu
hati papanya.

Ulangan semester berakhir. Dan sekarang adalah pembagian raport. Arga mencari Airin kekelas
tapi tidak ada. Arga melihat Dira berjalan sendiri. Saat Arga mau menghampiri Dira, Glaris
datang menarik tangan Arga.
"Gue minta maaf, gue beneran sayang sama lo."
"Lo benar-benar licik!" Ucap Arga menepis tangan Glaris dan pergi meninggalkannya.
Arga berjalan menuju kelas Airin tetapi Arga melihat papanya Airin keluar dari kantor. Arga
bingung. Apa yang sebenarnya terjadi.
Arga mengacak-acak rambutnya.
"Arghhhh"

Saat pembagian raport memang Airin tidak sekolah dan papahnya lah yang mengambil raportnya
sekaligus mengurus surat pindahan karena nanti malam Airin sudah harus berangkat ke Jerman.
Dikamar Airin menulis diary buat seseorang yang selama ini telah hadir. Meski sudah berakhir.
Saat sedang menulis Airin mendengar ada seseorang yang mencarinya. Airin melihat dari

83
jendela dan itu Arga. Airin tidak bisa keluar untuk menemuinya karena itu membuatnya semakin
sulit untuk melupakannya. Arga pergi dari depan rumah Airin karena pak satpam bilang kalo
dirumah tidak ada orang.
Dira memberitahu Genta bahwa Airin nanti malam jam 11 akan terbang ke Jerman. Jadi Dira
minta Genta untuk antar Dira melihat keberangkatan sahabatnya itu tanpa sepengetahuan Arga.
Waktu menunjukan pukul 21.30. Langit sedikit mendung Dira dan Genta sudah berada di
bandara bersama orang tua Airin. Tinggal menunggu waktu untuk melihat Airin pergi ke Jerman.
Sebelum pergi Airin ijin ke orang tuanya untuk bertemu dengan Rayhan. Masa lalu Airin yang
sudah pergi dahulu meninggalkan Airin selamanya.
"Gue anter ya?" Ucap Dira.
"Gak usah, gue bisa sendiri nanti gue pake taxi." Airin meyakinkan Dira. Dan menitipkan surat
yang tadi ia tulis untuk Arga.
Airin langsung pergi menuju makam Rayhan. Arga terus mencari keberadaan Airin. Arga
menelpon Genta tetapi tidak di angkat. Arga mengingat sesuatu tentang papa Airin yang datang
ke sekolahan. Arga langsung menemui kepala sekolah. Dan ternyata ada Nando papanya Arga
disana. Tanpa menatap papahnya Arga langsung bertanya kepada kepala sekolah.
"Beritahu saya mengapa papanya Airin ke sekolah tadi siang!" Ucap Arga dadanya berdegup
kencang.
"Airin akan pindah sekolah ke Jerman dan berangkat malam ini jam 11."
Arga lemas mendengar ucapan pak kepsek.
Arga melihat sudah jam 22.11
Arga langsung melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata tanpa memikirkan
keselamatannya.
Setelah Airin berbicara didepan makam Rayhan. Airin pamit pada Rayhan karena dia tidak bisa
menjenguk kesini lagi. Dia sangat rindu Rayhan. Airin kembali ke mobil dan menyuruh supirnya
untuk cepat karena pesawat bentar lagi berangkat.
Hujan mulai turun. Saat diperjalanan tiba-tiba ada yang menabrak mobil yang dinaiki Airin dan
membuat Airin terpental tak sadarkan diri dan langsung diselamatkan oleh ambulance. Hujan
semakin deras keberangkatan Airin ditunda besok pagi. Papa Airin dan mamanya mulai khawatir
karena Airin belum kembali. Perasaan Dira dan Genta tidak enak.
Arga yang berhenti melajukan motornya dan kembali kerumah karena sudah pukul 23.20 dan
itu sudah terlambat untuk bertemu Airin. Mungkin ini perpisahan terburuk untuk kedua kalinya.
Arga menyesali perbuatannya yang sudah membuat gadisnya sakit hati dan harus pergi jauh.
Niatnya untuk melindunginya ternyata malah membuatnya makin tersiksa. Saat Arga mengambil
minum Arga melihat papa Arga sedang menonton berita kecelakaan maut. Arga hanya kepikiran
gadisnya dan dia kembali ke kamar. Ponsel Arga berdering. Dan itu dari Genta sahabatnya.
"Kenapa lo telpon gue?"
"Airin..."

84
"Gue tau Airin udah terbang. Dan gue telat"
"Dengerin dulu. Lo liat berita gak? Itu Airin."
Dadanya berdegup kencang. Badannya terasa lemas mendengar kabar itu. Arga langsung
bergegas menuju rumah sakit.
"Papa ikut"
Papa Arga melajukan mobilnya sangat kencang. Saat sampai dirumah sakit terlihat semuanya
sedang menangis. Airin masuk UGD. Arga duduk lemas. Diana mama Airin menghampiri Arga.
Arga langsung berdiri dan meminta maaf karena ini salahnya. Mereka saling menenangkan.
Saat dokter keluar dokter memberi kabar bahwa Airin membutuhkan banyak darah o. Kebetulan
darah dirumah sakit ini sudah habis jadi semua sibuk mencari bantuan untuk Airin. Tak lama
suster datang memberi tau bahwa sudah ada pendonor untuk Airin. Semua lega. Papa Airin
menuju ruang dokter menanyakan keadaan anaknya. Keadaan Airin itu kritis dan kemungkinan
kecil untuk dia selamat. Tetapi karena ada pendonor yang datang tepat waktu Airin mungkin bisa
diselamatkan. Papa Airin mencari orang itu yang ternyata Angga. Angga yang mendonorkan
darahnya Karena dia ingin melihat Airin kembali bahagia meski Angga tau orang yang pertama
dicarinya bukan dia.
Angga iklas. Dan papa Airin berterimakasih atas semua jasanya. Saat Angga keluar dia
berpapasan dengan Arga.
"Ngapain Lo disini?" Tanya Arga sambil melihat tangannya yang diperban.
"Lo yang donor buat Airin?"
"Iya"
"Lo suka sama Airin?
"Mungkin ia. Tapi tenang aja gue tau dia cuma sayang sama lo. Dan gue harap Lo bisa jagain
Airin dan jangan pernah lo sakitin dia lagi setelah dia sadar nanti."
"Gue janji, gue berterimakasih Lo udah berjasa buat keselamatan Airin."

Setelah donor darah selesai dokter memberi tahu bahwa jika mau masuk harus bergantian.
Mama Airin membiarkan Arga masuk terlebih dahulu. Arga tak sanggup melihat gadisnya yang
penuh dengan peralatan medis. Arga terus meminta maaf dan meneteskan air matanya didepan
gadisnya itu. Arga mencium kening Airin dan pergi keluar untuk bergantian.
Dira menghampiri Arga yang baru saja keluar dan memberikan surat dari Airin. Sepertinya Airin
sudah merasakan apa yang akan terjadi makanya dia membuat surat sebelum kejadian ini. Arga
mulai membaca surat itu
"Deary iblis
Hehe sorry ya gue manggil lo iblis, abis lo jahat kek iblis. Setelah lo baca surat ini berarti gue
udah pergi jauh, jauh banget.
Gue mau jujur, gue kangen sama lo, tapi lo seperti udah gak menginginkan gue lagi. Sifat Lo
berubah-ubah dan lo Deket sama Glaris itu sakit banget.

85
Gue tau ada yang lo sembunyiin dan gue cuma mau lo terbuka sama gue.
Jangan nangis gue akan baik-baik aja. Dan lo jangan berantem lagi gue gak bisa ngobatin lo lagi.
Kalo memang kita ditakdirkan untuk bersama dengan cara apapun dan kapanpun kita akan
kembali bersama."
Arga meneteskan air matanya dan jatuh pada kertas yang dia pegang.

6 tahun kemudia setelah Airin mengalami koma beberapa hari keajaiban datang padanya kini
hidupnya lebih bahagia kembali bersama orang yang membuatnya tahu bagaimana perjalanan
cinta sesungguhnya.
Disinilah Arga dan Airin mengunjungi danau yang pernah mereka datangi saat pertama kali dia
dekat dengan Airin.
Airin menceritakan kisah mereka yang sangat rumit itu. Dan kerumitan itulah yang membuat
mereka sekarang kembali bersatu.
Airin menatap langit lalu menatap Arga.
"I love you my cool boy."
"I love you too my girl."
Di tengah langit yang indah oleh hiasan bintang-bintang. Mereka berpelukan dengan perasaan
bahagia.

END

86

Anda mungkin juga menyukai