Anda di halaman 1dari 113

Risalah Hati 1

oleh Go Sleng pada 16 Januari 2013 pukul 19:57 Hey saya balik lagi *lambai-lambai bibir*. Saya juga kembali iseng-iseng bikin cerbung BL gak jelas bin ngawur:D Oke deh, Bismillahirahmanirrahim ya ;) Maaf loh kalo jelek, kan masih dalam tahap belajar :) Yuk ah langsung aja. Semoga gak ngecewain ya.

Title : RISALAH HATI 1 Author : Go Sleng (@Aistetnatsir) Main cast : Liliyana, Hendra, Vita, Bu Susi, Pak Warno, dll.

****

"...........Meski kau tak cinta" PERKENALAN Buruk. Saudara dari kata Jelek. Kata yang paling menyebalkan, mengerikan, bahkan paling pintar membuat gue mual dan muntah. Kenalin, nama gue Liliyana. Gue penggemar beratnya Jackie Chan. Gue masih kelas Tiga SMP. Siapa sih yang nggak kenal gue? Gue bener-bener sadar bahwa gue ini orang terkenal diseluruh penjuru sekolah. Bukannya sombong atau apa, tapi emang kenyataan. Maklum aja lah, gue ini kan cewek paling cantik, imut-imut, lucu, nggemesin, manis, jenius, pinter nyanyi, pinter semua jenis joget, wangi, harum, unyu-unyu, dan pokoknya gue ini cewek perfect serta multitalent diseantero sekolah deh. Tentunya juga gue ini adalah Kembang Desa. Eh.. Aduh aduh aduh maaf, salah ceplak, salah ngenalin orang. Sorry sorry, gue ulangi yah. Yang tadi lupakan aja, itu bukan Diri gue.

*Ehem* Gue ini Liliyana, orang terkenal disekolah karena gue ini cewek yang menurut persepsi orang-orang adalah cewek paling jorok, sulit diatur, masih kayak bocah, urakan, pelupa, imut-imut kaya boneka santet, lucu kaya kumis kucing, nggemesin kaya orok tikus, unyu-unyu kaya pantat babi, pemalas, jarang mandi, sama sekali nggak rajin menabung, nggak bersahaja, nggak suka nolong sesama, nggak terampil, suka ngembatin makanan orang, rakus, pelit, nggak bisa nyanyi, apalagi joget. Pantaslah gue ini menyandang predikat sebagai Kembang Pasir. Beda tipis sama Kembang Desa. Okelah no problem buat gue. Nah, itu sekilas tentang diri gue. Gimana coba? Kalian bisa liat sendiri kan gimana hinanya diri gue ini? Huh. Kesimpulannya gue ini dipandangan mereka adalah BURUK, BURUK, dan BURUK. Kasian banget kan gue? *lempar receh* -------------------------------------Kenalin nama gue Hendra. Gue kelas Tiga SMP. Gue tinggal di Jakarta bareng kakek nenek, rumah asli gue di Yogyakarta, gue ngerantau ke Jakarta sejak lulus SD. Terus masalah cirri-ciri, kayaknya nggak perlu panjang lebar buat mendefinisikan sosok gue deh. cukup dengan satu kata yang menurut orang-orang cocok banget buat diri gue. Yaitu Ganteng. Dari lahir sampai segede ini, gue emang ganteng banget sih. Haha. Oh ya, gue ini Satu kelas dari kelas 7, satu sekolahan, dan tetangga deket sama Liliyana. Gila! Bosen deh sama si Liliyana terus. bayangin aja, tiap hari dari matahari terbit sampe tenggelem harus ketemu makhluk sejorok dia. Jarang mandi lagi. Ckck. Eh tapi dia itu aslinya manis loh, lumayan cantik juga, sayangnya Cuma kurang merawat diri aja. Pemalas gitu semacamnya. Otak dia juga lumayan kok! Hampir setiap semester dia masuk jajaran rangking pararel. Cuma 1 kali nggak masuk ranking pararel pas masih kelas 7 semester 1. Dan IQ nya paling tinggi disekolah. Satu lagi, banyak yang bilang Liliyana itu anaknya Bau. Ya iyalah. Dia kan suka banget main basket. Kalau lo tau aja, dia itu hampir tiap pagi sebelum bel masuk, pasti selalu nyempetin buat main basket. Nah, pas udah bel, dia masuk kelas dengan baju yang udah nggak layak baju, udah basah kuyup sama keringet deh pokoknya. Dih males banget jadi deketan sama dia. Apalagi gue duduknya dibelakangnya. Gila! PERKENALAN END *************

Kring Kring Kring dentum suara jam weker mendering dikamar Liliyana. Benda kecil itu tak henti-hentinya bergoyang agar bisa membangunkan si empunya. Huwah!!! Berisik banget sih. Nggak tau ada orang lagi enak molor apah? Argghhhhh.. Liliyana meraih jam weker yang bordering dimeja kecil sebelah ranjangnya. Dan Pranggggggggg Senyum kecil tertarik dari bibir Liliyana pasca berhasil membanting benda paling menyebalkan dalam hidupnya. Sukurin lo. salah sendiri berisik terus. Makanya gue banting. Huaaah tidur lagi ah. Liliyana kembali menarik selimut dan wajahnya ia benamkan kedalamnya. Lili yana .. Liliyana. Ha.. Ha.. Ha.. Hwarghh!! Jangan! Jangan! Jangan bunuh gue jangan. Gue gak mau mati. Jangan! Jangan banting gue. Liliyana berlari menghindar sesosok raksasa bertaring dengan dibungkus angkaangka pada bajunya yang menyerupai pocong. Hwarg ha ha ha .. Liliyana.. Haha suara mngerikan itu terus mengeras terdengar ditelinga Liliyana. Raksasa seperti jam dan pocong itu semakin mendekat kearahnya Hosh hosh hoshhh.. jangaaannnn!!!!!!! teriak Liliyana kencang dan. Liliyana langsung terperanjat dari ranjangnya. Ia kaget dan syok setengah hidup. Jantungnya masih berlarian digorong-gorong tanah *eh. Huft huft huft Sial mimpi. Umpat Liliyana sambil ngos-ngosan. Hahaha. Bangun Yan, sekolah! kata Kak Lista (kakak Liliyana) yang sedaritadi berusaha membangunkan Liliyana. Heh elo ka!!!! Ngapain lo masuk kamar gue! Hushh hush sana pergi.. usir Liliyana sambil mengibas-ibaskan tangannya. Astaga Yana.. Gue kan kaka lo, masa gak boleh masuk kamar lo sih. Udah ah cepet bangun, terus mandi sekolah. Udah jam tengah Tujuh tau.. Kak Lista meloyor pergi meninggalkan kamar Liliyana. What??!?!!!! Jam tengah tujuh??? Mamaaaaaaaahhhhh!!!! Kenapa nggak bangunin Yana? Alarm gue mana? Hah?!!!! Pecah?? Siapa yang mecahin? berani-beraninya?

Waaaaaa.. Sesal menyelimuti pagi cerah Liliyana. Tanpa sepatah dua patah kata lagi, Liliyana langsung mengambil seragam putih-birunya yang menggantung dibalik pintu. Nggak perlu mandi. Udah cantik kok. Yuk ah berangkat. Kata Liliyana kepada cermin yang berada tepat didepan wajahnya. Setelah itu, ia langsung turun kebawah dan cabut kesekolah. Mah, Yana berangkat! Minta uang mah cepetan sini. Kata Liliyana dengan nada memalak. Ehhhh.. Kamu jadi anak nggak sopan banget sama orangtua! Minta yang bener. Jangan kaya gitu. Kebiasaan Mamah Olly, mamahnya Liliyana menjewer telinga Liliyana. Ampun mah. Yana buru-buru nih. Cepetan mah uangnya. Nih! Udah sana sarapan dulu. Males. Jawab Liliyana acuh. Mamah olly bergidik lirih melihat tingkah anak bungsunya sambil mendengus kebadan Liliyana. Yana!! Kamu nggak mandi yah? Ya ampun jorok banget sih. Aduh mamah. Jorok jorok begini kan anak mamah. Salah sendiri ngelahirin anak kaya gini. Udah ah. Dadah mamah. Yanaaaaaaaa! teriak mamah kesal. Ckck amit-amit jabang bancet gua punya anak kok gitu haha. Mamah Olly mengetuk-etukan tangannya pada jidat lalu kembali mengetuk-etukannya pada tembok. ******** Liliyana mengayuh sepedanya secepat kilat. Sebentar lagi ia sampai digerbang sekolahnya. Sedikit lagi. Iya. Sedikit lagi. Pedalnya masih berputar cepat. Iya. Bentar lagi sampai. Yes nggak jadi telat. Yes nyampe. Semakin dekat dengan bibir sekolah, sepeda butut Liliyana justru melaju sangat cepat. Lama-lama makin tak terkendali.

Dan Dyaaaaaaaaarrr Awwwwwwww Ternyata sepeda butut kesayangan Liliyana menabrak pintu gerbang tralis yang setengah terbuka. Aduh sial. Aww sakit banget jidat gue. kata Liliyana mengerang kesakitan sambil mengelus-elus jidatnya yang hampir bonyok gara-gara menyambar Gerbang besi itu. Dari belakang, ada anak laki-laki yang masih berjalan dengan santai datang mendekati Liliyana. Woy?! Kenapa lo? Haha. tanya anak itu dengan nada mengejek. Jelas-jelas gue jatoh. Liat gak sih? Lo buta ya? Jawab Liliyana kesal. Oh jatuh? balas anak Laki-laki itu dengan sinis. Iyaaaaaaa budek! Haha sukurin. Makanya kalo naik sepeda ati-ati. Jangan sradak-sraduk! seru anak itu. Iya Hendra! Heh, tolongin gue dong. Gue susah bangun nih. Sakit banget pala gue gara-gara kejedot pager nih. Pinta Liliyana. Anak yang dipanggil Hendra itu hening sejenak, nampaknya ia sedang berfikir untuk menanggapi tawaran Liliyana. Dan tiba-tiba petromaks muncul diatas kepala Hendra dengan terangnya. Iya deh gue bantu. Jawab Hendra datar. Lalu Hendra menarik tas punggung Liliyana yang masih erat berada digendongannya. Yes dapet :p batin Hendra senang. Tangan Hendra langsung ditarik kebelakang punggung Hendra. Udah sana lo masuk kekelas. Ntar telat! perintah Hendra sok care ke Liliyana. Iya iya. Lo juga masuk. Ntar telat! balas Liliyana. Gue gampang. Sana lo duluan. Hus hus. Kata Hendra. Liliyana lalu mengambil sepeda gunungnya yang tergeletak tak berdaya ditanah. Segera, ia menggenjotnya lagi kedalam sekolah. Hendra yang masih berada digerbang memandang punggung Liliyana yang sudah hampir menghilang sambil lompat kegirangan.

Haha. Akhirnya gue selamet. Yes! gumam Hendra berbunga-bunga. Liliyana masuk ke kelas telat 1 menit dari bel sekolah. Tidak ada masalah. Dia tidak dihukum atau diberi sanksi apapun. Karena tidak ada satupun guru yang melihatnya berangkat terlambat. Yan, lo udah ngerjain PR belum? tanya Vita, teman sebangku Liliyana. PR apa? Bahasa Inggris? Udah dong. Bukan Yan. PR Seni budaya, yang suruh buat lukisan itu. Kalo belum ngerjain dapet hukuman pasti loh. Jelas Vita. Udah gue kerjain lah. Woles vit woles.. Syukur deh. Vita mengelus dada tanda lega. Oh ya Yan, lo nggak mandi ya? tanya Vita tiba-tiba berubah haluan topic pembicaraan. Hehe iya vit. Jawab Liliyana sambil nyengir kuda. Astaga Yana. jorok banget sih. Cibir Vita sambil mengelap mukanya. Iya gue jorok. Udah sana jauh-jauh dari gue kalo lo nggak suka temenan sama orang jorok kaya gue. dengus Liliyana kesal. Yah gitu aja ngambek. Sensitive baanget sih? Ember. ********* Kaki Bu Susi, Guru yang terkenal killer sudah menginjak di Depan Pintu kelas IX C, kelas Liliyana. Siang bu. Sapa anak-anak serempak. Iya siang juga anak-anak. Jawab Bu Susi sambil meletakkan barang-barang bawaannya dimeja guru. Anak-anak, Minggu Kemarin ibu kasih tugas lukis kan sama kalian? tanya Bu Susi. Iya bu..

Oke, sesuai janji, tugas lukisnya sekarang dikumpulkan. Komando Bu Susi. Kontan siswa kelas IX C ada yang merogoh tasnya ataupun merogoh laci untuk mengeluarkan tugas lukis, begitu juga dengan Liliyana. Liliyana sendiri telah menyelesaikan tugas lukis semalam suntuk. Vita, Lo tau lukisan gue nggak? Kok ditas nggak ada ya? tanya Liliyana panic. Ia belum kunjung menemukan tugas lukisnya ditas. Hah? Ya nggak tau lah, gue liat aja belom. Lo salah naruh kali! Coba teliti lagi tas lo! saran Vita. Tapi vit. Gue udah cari kesemua dalem tas! Nggak ada vit. Gimana nih? Liliyana semakin panic. Ya gimana? Lo belum ngerjain kali? Atau lo lupa nggak bawa? Gue udah ngerjain! Sumpah busung mlembung deh. Gue nggak boong. Tadi malem gue ngerjain tugasnya sampe lupa tidur. Gue juga tadi pas berangkat masih liat gulungan lukisan gue udah ada ditas. Terang Liliyana dengan wajah serius dan cemas. Gimana ya? Gue gak bisa bantu apa-apa sih. Itu derita lo Yan. Terima aja. Kata Vita dengan enaknya. Muka Liliyana langsung gulung tikar, ditekuk-tekuk nggak karuan, jelek banget sih! Haha. Beberapa menit kemudian, semua tugas Lukisan anak kelas IX C sudah tertumpuk rapih diatas meja guru. Bu Susi yang sangat mengerikan langsung saja memeriksa tugas itu. ditelitinya satu persatu. Loh? Kok lukisannya kurang satu? Siapa yang belum mengumpulkan? tanya Bu Susi dengan mata elangnya. Mata yang mampu menyabik-cabik setiap manusia yang berani menatapnya. Hening. Siapa yang belum mngumpulkan? Jawab!!!! suara bu Susi meninggi. Semua anak dalam kelas takut mendengar suara Bu Susi, begitu pula dengan Liliyana. Ia tertunduk lemas. Liliyana? panggil Bu Susi. Liliyana mendongakkan kepala dengan pelan. Iya bu?

Kamu!!! Cepat keluar dari kelas! Lari keliling lapangan basket 10kali. Kalau sudah selesai larinya, kamu keperpus gambar 5 sketsa wajah kamu. Dan kamu tidak saya perbolehkan ikut pelajaran saya hari ini. perintah Bu Susi tegas. Mata Liliyana terbelalak. Tapi bu Apa? Mau saya tambah porsi hukumannya? Apa mau saya panggilkan orangtua kamu? Sudah sana cepat keluar, itu hukuman buat anak yang nggak mau mengumpulkan tugas tanya Bu Susi sadis. Hendra yang sedari cengar-cengir sendiri, Membatin nggak ngumpulin tugas aja sampe mau dipanggil orangtua! Haha dasar bu susi similikiti. Segitunya Iya bu. Liliyana dengan langkah berat berjalan keluar kelas menuju lapangan basket. Semua mata tertuju pada Liliyana. Sial banget gue hari ini! huh. Cerocos Liliyana sambil berlari-lari kecil disekitar lapangan basket. Perasaan gue udah kerjain plus bawa lukisannya yah, kok bisa nggak ada? Apa gue salah taroh kertas yah? Eeeeee nggak deh kayanya. Uh tau ah gelaaaaaaap. Liliyana melanjutkan lari kelilingnya, sesekali ia mengusap keringat yang mengucur deras dijidatnya. Hihihi. Gue langsung keperpus aja deh. Bu susi nggak bakal tau inih. Gumam Liliyana lirih sambil cengengesan. Kemudian ia berlalu menuju perpus meskipun lari kelilingnya Baru mencapai 2 kali putaran. Sesampainya diperpustakaan, Liliyana mengambil sebuah majalah kemudian memposisikan dirinya disebuah bangku berwarna coklat tua. Inilah surga dunia. Lepas dari pelajaran Bu Susi Similikiti sambil menikmati sumilir angin sepoi yang sejuk nan menyegarkan. Kata Liliyana dengan santainya. Ia berleyeh-leyeh diatas bangku itu sambil mengipaskan majalah digenggamannya. Perjalanan inipun seperti jadi saksi. Gembala kecil menangis sedih. Houhooo houho hou oo. Dururud owowowo. Liliyana bersenandung lirih dengan lagunya ebiet G Ade diperpustakaan . SSSsssstttt jangan berisik! Kalo mau ngamen jangan disini, Liliyana G Ade. Tibatiba suara bapak-bapak memecahkan keindahan surge dunia Liliyana. Mampus. Sambil garuk-garuk kepala, Liliyana nyengir kuda dan menjawab suara Bapak Penjaga Perpustakaan itu.

Hehe sorry pak Warno. Kebawa suasana. Jawab Liliyana tanpa dosa. Iya nggakpapa mbak Liliyana. Lain kali jangan berisik yah. Kata Pak Warno, penjaga perpustakaan. Okeeeee pak. Dengan Lantangnya Liliyana menjawab perkataan Pak Warno. Ssst.. jangan beisik. Tegur Pak Warno Lagi. Hehe. Liliyana kembali lagi berleyeh-leyeh dibangku coklatnya, ia lupa dengan apa yang Bu Susi tugaskan kepadanya yaitu membuat sketsa 5 wajah. Ia justru masih terbawa suasana yang begitu menyejukan sehingga tanpa terasa matanya terpejam, ia lelap dalam tidurnya. Benar-benar surge dunia. *********** TING TETTT TING Bel pulangpun berbunyi. Vita dan teman sekelas Liliyana sedikit heran mengapa sampai jam segini Liliyana tidak kunjung kembali kekelas. Padahal pelajarannya Bu Susi sudah berakhir beberapa jam yang lalu. Hal itu menimbulkan kekhawatiran sahabat karib Liliyana, yaitu Vita. Yana mana ya? Kok udah Jam pulang dia nggak balik-balik? Apa dia lupa karena saking asiknya ngerjain hukuman? Apa jangan-jangan dia udah pulang duluan yah? Bikin khawatir aja! omel Vita pada dirinya sendiri. Woy ta, lo nyari Yana ya? tanya Hendra. Iya. Kenapa? Gue bantuin nyari dia yah. Usul Hendra. Wih tumbenan mau bantu gue? Lagi kenapa lo? nggak waras yah? tanya Vita. Gue khawatir aja sama Yana. jawab Hendra tanpa ekspresi. Apa ndra? Lo khawatir sama Yana? Haha jangan-jangan lo naksir nih? Dihhh najis margujis. Amit amit seribu turunan deh. Ih nggak banget. Hendra ngeri sendiri membayangkan kalau dia naksir sama cewek sejorok Liliyana. Rasanya pengen buang air besar. gue itu khawatir ke Yana gara-gara dia udah nyelametin gue dari hukuman Bu Susi, bukannya naksir! Gue kan yang ngambil Lukisannya. Sebagai pria idaman wanita kan gue musti tanggung jawab kalo dia kenapa-napa. Batin Hendra.

Oh haha kirain lo naksir. Ya udah yuk cari Yana. ajak Vita bersemangat. Sip. Hendra dan Vita kemudian berjalan mencari Liliyana. Mereka mencari Liliyana dari dalam kloset hingga kea tap genteng, tapi hasilnya tetap nihil. Ndra, kita cari ke lapangan basket yuk, siapa tau Yana masih disana. Usul Vita. Hendra merespon dengan gelengan kepala. ish! Lo mah ngaco yah. Mana mungkin Yana panas-panas gini masih dilapangan basket. Nggak mungkin deh kayanya. Jawab Hendra Ya dia kan suka banget basket. Siapa tau dia lagi main basket dilapangan. balas Vita Iya juga sih. Tapi nggak mungkin deh kayaknya. Kalo emang Yana masih dilapangan basket, palingan dia lagi tepar karna cape atau kepanasan. Hush ngomong apa sih elo. Ta vita, menurut gue, Yana masih diperpus deh. Kata Hendra. Nah! Kayaknya tuh ndra. Yuk ah langsung cus ke perpus. Ajak Vita. Yuk marieee cin. Jawab Hendra alay. ***** Disebuah ruangan sepi berisikan macam-macam bentuk rak dan buku, terlihat sebuah bangku coklat tua diduduki oleh seorang anak perempuan berambut pendek. Ndra ndra ndra.. Sini sini.. panggil Vita panic. Ada apa ta? ada pocongg yah? Mana mana? Sini gue gebuk. Jawab Hendra ngaco. Ihhh bukan ndra. Itu itu Yana! Yana pingsan. Jawab Vita terengah-engah. Ciyus ta? mampus deh gue. Hendra langsung menepok jidatnya. Mampus kenapa ndra? tanya Vita kepo. Engg ggga engga kok ta. jawab Hendra lagi.

Ohhh Bibir Vita mengerucut membentuk sebuah bulatan o . Hendra mengelus dada tanda lega karena Vita tidak melontar pertanyaan lagi. mampus deh gue. ini kan ulah gue! kalo aja tadi malem gue ngerjain tugas, terus paginya nggak nyolong tugas lukisnya Yana pas gue nolong dia jatuh, pasti Yana nggak bakal dihukum sama Bu Susi, terus dia nggak bakal pingsan kaya gini. Kan yang repot gue. Woy ndra! Jangan ngelamun aja! Tolongin Yana kek! seru Vita menggugah lamunan Hendra. Ehhh bantu gimana? jawab Hendra sambil garuk-garuk kepala. Ya panggilin Pak Warno kek, apa panggil Guru siapa kek, perintah Vita. what? Manggil guru? Ah gak perlu libation guru deh kayaknya. Mending panggil pak Warno aja deh. Pak Warnooooooooooo!!!!!!!!! teriak Hendra maha dahsyat. Namun, Tak ada respon apapun dari seseorang, passalnya perpustakaan dan sekolahan kini sudah sepi dari orang-orang. Ta, nggak ada pak warno. Guru-guru juga udah pada pulang kayaknya. Kata Hendra datar. Lah terus gimana dong nasib Yana? masa mau nginep diperpustakaan? Kan ngeri Banyak setannya lagi. Tanya Vita balik. Udah nggak papa Yana nginep disini, lagian dia juga kaya setan. Masa setan takut setan sih. Yuk ah tinggalin Yana. Gak penting. jawab Hendra enteng. Sepertinya Hendra sudah menyerah dengan cara lari dari tanggungjawab. Nggak tanggungjawab juga udah jadi pria idaman wanita kok hihi batin Hendra. Buat kali ini aja deh ndra! Katanya lo Pria Idaman Wanita, ya udah bantu gue nolong Yana. perintah Hendra. Lah.. Tapi kan Yana bukan cewek.. jawab Hendra semakin enteng. Hendraaaaaaa!!! sentak Vita. Matanya menatap Hendra penuh amarah. Okee okeee. Hendrapun mengiyakan perintah Vita. Terus gimana cara nolong Yana? pikiran Vita bingung sejuta keliling.

Tanpa berfikir panjang, Hendra langsung mengangkat tubuh Liliyana yang dilihat dari ukuran jelass lebih mungil disbanding tubuh Hendra. Hah? Digendong? Terus Yana mau dibawa kemana? tanya Vita bingung seperti orang bloon. UKS. Jawab Hendra singkat. Kemudian tergopoh-gopoh membopong tubuh Liliyana menuju UKS. Berhubung pintu UKS masih terbuka lebar, Hendra dan Vita langsung saja masuk kedalam ruangan itu. Hendra membaringkan tubuh Liliyana pada sebuah ranjang mini berspray dan bantal serba putih. Kemudian Hendra sudah berancangancang untuk lari dari tempat itu, tapi

-BERSAMBUNG-

Risalah Hati 2
oleh Go Sleng pada 20 Januari 2013 pukul 11:52 Bismillah saya lanjut cerbung RH ya. Part yang ini sungguh amat gak jelas nan sedeng. Suer ini ngawur bgt ceritanya. Pasalnya hari ini mood saya lg buruk ruk ruk *alesan* Yaudah deh langsung aja ya ;) maaf kl jelek. Maaf yg kena tag. smg gk ngecewain :"

****** Author : Go Sleng (@aistetnatsir) Title : Risalah hati ---------

adegan terakhir :

Berhubung pintu UKS masih terbuka lebar, Hendra dan Vita langsung saja masuk kedalam ruangan itu. Hendra membaringkan tubuh Liliyana pada sebuah ranjang mini berspray dan bantal serba putih. Kemudian Hendra sudah berancang-ancang untuk lari dari tempat itu.

-----------------------Ampunnnnn Bu Susi!! Saya jangan dimakan!! Ampuuunnn bu! Haaaaaaaaaa teriak seorang cewek yang terbaring disebuah ranjang UKS. Suaranya menggelegar hingga menghentikan langkah Hendra yang sudah berancang-ancang untuk lari dari situ. Ndraaa.. Yana kesurupan!!! teriak Vita memberitahu Hendra. Kepala Hendrapun langsung menoleh kebelakang, kearah Vita dan Liliyana berbaring. Nah loh! Iya, Yana kesurupan. kata Hendra sambil memegang jidat Liliyana dengan punggung tangannya. Iya gimana nih? Gue bukan dukun lagi. Mana bisa nyembuhin orang kesurupan. Jawab Vita panic. Sementara Liliyana hanya tertawa lebar (belum sadar). masa gue dibilang kesurupan? Udah udah ta, tenang! Ada Aa Hendra ganteng disini. Tenang ta. gue yang bakal sembuhin nih bocah! kata Hendra. Ya gimana caranya? tanya Vita penasaran. Udah lo sini aja jagain Yana. Gue mau ketempat Mang Darto dulu. Jawab Hendra. Lalu ia ngifrit ketempat Mang Darto didepan sekolah. Hah? Sejak kapan Mang Darto alih profesi jadi Dukun? tanya Vita pada angin yang berlalu lalang. **** HoshHoshHoshh.. Dengan nafas yang ngos-ngosan, Hendra kembali lagi ke UKS membawa seplastik Es Cendol yang dibelinya ditempat Mang Darto. Kok lo sendirian? Mana Mang Dartonya? tanya Vita kebingungan mencari keberadaan Mang Darto.

Nih disini!!!! Hendra mengangkat lubang hidungnya dan menunjukkan kepada Vita. Kok nggak ada Mang Darto di idung lo? kok adanya malah upil? tanya Vita. ish! Mana mungkin orang ganteng ada upilnya. Huh.. jawab hendra kesal. Yadeh percaya L . terus mana dong Mang Dartonya? tanya Vita lagi. Haduh. Ngapain sih lo nyariin Mang Darto yang udah uzur itu. Jangan-jangan lo naksir nih? Cekikik. Goda Hendra. Yeee!!! Selera gue nggak gitu juga kali. Eh gue seriusan nih. Mana mang darto? Dia yang mau nyembuhin Yana dari kesurupannya kan? Siapa bilang? Gue kan ketempat Mang Darto Cuma mau beli ES Cendol. Jawab Hendra enteng. Lah terus nyembuhin Yana gimana? Baru akan membuka suara, Hendra sudah mendengar Liliyana berteriak lagi. Ampunnnnnn Pak Warno!!!! dan untuk yang kedua kali, Hendra dan Vita menyangka Liliyana kesurupan .Padahal aslinya dia lagi mengigau loh (bhs mandarinnya Nge Lin Dur buakikik:D) Tanpa banyak cingcong, Hendra langsung menenggak seplastik Es Cendol yang beradda dalam genggaman. Namun tidak ia telan. Brrrrrrrrbussshhhhh!! Hendra menyemburkan es cendol yang sudah menggenang dimulutnya untuk beberapa detik. Tsunamiiiiiiiiii!!!!!! Lari!!! teriak Liliyana pasca disembur Hendra. Walhasil Liliyana terbangun dan tawa renyah membuncah dari mulut Vita. Hahahahaha lo pantes banget jadi dukun Ndra Buakakakak Vita memuji Hendra. Hihihi bakat alam nih Ta. jawab Hendra sekenannya. Loh? Vita? Loh Ada Hendra? Udah bel istirahat yah? Ya udah gue kekelas dulu yah.. Liliyana bangun dari ranjangnya, bermaksud untuk kembali kekelas. Hah? Kekelas? tanya Vita dan Hendra serempak. Sejenak Vita dan Hendra berpandangan Heran. Dan mengangkat bahu bersama-sama.

iya kekelas lah!! jawab Liliyana. YANA!!! Sekarang udah jam 2! Dikelas udah kosong. Kita semua udah pulang bego?!! jawab Vita. What?!!! Kok bisa? Perasaan gue juga baru tidur sebentar. Terang Liliyana. Jadi lo itu daritadi Cuma tidur? Nggak pingsan? tanya Hendra penasaran. Liliyanapun mengangguk. Iya. Emang gue tidur, siapa yang bilang pingsan? Oh ya, ini gue dimana sih? Kok perpusnya jadi ada kasurnya? tanya Liliyana sok bloon. Hendra dan Vitapun saling memandang heran. Bego! Ini UKS! tadi kita itu nemuin lo terbujur kaku diperpus. Kita kira, lo itu pingsan. jadi kita Bawa lo ke sini. Nah, pas di UKS, lo itu tiba-tiba tereak gak jelas, kita ngiranya, lo itu kesurupan, lah kita langsung bingung tuh mau nglakuin apa. Secara kita kan bukan dukun. Tapi untung ada Hendra, dia punya ide brilliant buat nyembuhin kesurupannya elo! Dia langsung nyembur muka lo pake cendol deh. Walhasil lo bisa bangun.terang Vita panjang lebar tapi nggak jelas! Apa? Jadi gue sekarang ada di UKS bukan diperpus? Kalian bawa gue kesini caranya gimana?Apahh?!!! disembur Hendra pake cendol? Liliyana terkejut mendengar jawaban Vita. Lalu liliyana mengusap wajahnya, ditemuinya lendir-lendir menjijikan menempel disekitar jidat. iyeeekk apaan nih benyek-becek gini? Huwaaaa Kenapa jidat gue banyak cendol sama jigong? Huwa Hendra jorok banget!!!!!! teriak Liliyana histeris. Buakakakakakak itu cendol rasa jigong hasil semburan Hendra. Tawa Vita dan Hendra meledak layaknya bom atom yang diluncurkan di Hiroshima dan Nagasaki. Lo kesini digendong Hendra! Semua jawaban Vita membuat Liliyana tercengang. Apa? Digendong? Disembur? Sama Hendra? Cowok paling keren nan ganteng? Duhh sabar Yan sabar. Mimisannya ditunda dulu. Batin Liliyana Eh udah mau sore nih. Gue pulang dulu yak. Jangan pada kangen. Oya, lo ati-ati pulangnya, Yan. Makasih buat tugas lukisnya. Haha kaboorrr kata Hendra berpamitan dan langsung berlari dari UKS untuk pulang kerumah. Apa? Makasih buat tugas lukis? Maksudnya apa tuh Vit? Gue jadi bingung sama tuh bocah. Tanya Liliyana.

Kalo menurut gue sih maksud Hendra itu ngucapin makasih buat tugas lukis karna.ehh nggak tau. Jawab Vita sambil garuk-garuk rambut. Karna dia yang ngambil bin ngutil lukisan gue!! Iya bener!bener! dia nyolong.. Haaaaaa Hendra!!! teriak Liliyana marah, kesal, kecewa, dan sedih. Darah membunuhnya sudah mencapai puncak. Rasanya pengin nyabik-nyabik terus merobek-robek muka ganteng Hendra. Muka Ganteng Hendra? Eeeh nggak jadi gue robek-robek deh. Nanti kalo gue robek-robek tuh muka, malah gue nggak bisa liat Makhluk tuhan paling seksehhh itu buahaha:D ***** Dinginnya malam menusuk tulang rusuk Liliyana. Tapi rasanya, dingin itu bisa dihangatkan oleh bayangan wajah Ganteng Hendra yang marathon diotak Liliyana. Hahaha. Gue kok jadi bingung sendiri yah? Bisa-bisanya gue tidur seharian diperpus? Nggak ikut pelajaran lagi. Dan Herannya, kok nggak ada yang bangunin gue? haha. saking nggak pentingnya gue kali yah? kata Liliyana yang sedang berbicara pada cermin besar didepannya. Karena hanya cerminlah tempat ia mencurahkan isi hatinya. Terus bener nggak sih kata Vita itu, min? masa katanya Vita, gue digendong cowok terWOW disekolah? Kalau emang bener, gue mau kok nyium lo, min. Liliyana masih bercurhat ria kepada CERMIN itu. Bener kok. idih gue nggak sudi dicium lo. jawab si cermin. kenapa, min? bukannya gue udah mandi, min? tanya Liliyana pada cermin iya sih lo udah mandi. Tapi lo kan masih kecil. Nggak boleh bahas cium-ciuman dulu. Besok kalo udah gede baru boleh ya, nak. Sama Hendra aja. Emang Hendra mau min dicum gue ? wakakaka. Tawa gurih keluar dari mulut Liliyana. Dasar udah kaya orang gila aja! Kurang kerjaan deh. Ngayalnya ketinggian pulak. Berdoalah tiap malam. Jangan lupa sikat gigi, cuci kaki tangan, sama minum susu juga ya nak. Pasti hendra mau kok. Nasihat Cermin yang aslinya adalah suara Liliyana sendiri. TEK TEK TEK suara pedagang sate keliling langganan Liliyana sudah berada didepan rumahnya. Berhubung perut sudah kurang ajar laparnya, Liliyana langsung saja berlari keluar rumah untuk membeli sate langganan.

*** Bang bokir, satenya 10 tusuk. Khi khi khi khi khi. Kata Liliyana memesan sate kepada bang Bona dengan nada yang dibuat-buat menyerupai Susana. Mau sate mateng apa nggak mateng neng? tanya Bang Bona. Ya mateng lah,pake lontong juga, Bang Bokir..Bona kiring! Jangan lama-lama bang! jawab Liliyana. Sambil menunggu sate buatan Bang Bona jadi, Liliyana duduk disebuah warung kecil dan berncang-bincang dengan anak pemilik Warung itu. tapi belum sampai 3 menit ngobrol, pandangan Liliyana sudah tertuju pada sosok Pria idaman Wanita yang berjalan menuju gerobak sate Bang Bona. Narti, gue duluan yah. Ngobrolnya dilanjut kapan-kapan. Liliyana lalu berjalan menemui seorang cowok berbadan dan bermuka ideal digerobak cinta bang Bona. Eh gerobak sate maksudnya. Woy beli sate juga?. Sapa Liliyana pada makhluk tuhan paling seksi itu. Dengan menatap Liliyana sinis, Makhluk tuhan paling seksi bernama Hendra menjawab datar. Ya. Oh ya, makasih ya lo udah gendong gue. *ups keceplosan. Ntar gue disangka ke GR an lagi. Eumm Maksud gue makasih ya lo udah nyolong tugas lukis gue. kata Liliyana memperbaiki. Loh. Kok makasih? Hah?Makasih? dih nih anak sedeng kali yah. Masa tugas lukis gue colong, bukannya marah malah terimakasih. Batin Hendra eh ih oh, iya makasih. Berkat lo nyolong tugas lukis gue, gue jadi bisa molor plus gak ikut pelajaran. Hehehe. O ya Makasih juga buat semburan es cendolnya. Enak Jawab Liliyana ngarang bin kelabakan. Oh yaya Hendra mengerucutkan bibirnya membentuk bulatan huruf O dengan mimik muka yang males banget ngeliat Liliyana. Neng, ini satenya udah jadi. Kata Bang Bona. Oh ia makasih ya bang. Nih duitnya. Liliyana menyodorkan selembar uang 50ribuan.

Neng ini kembalinya. Bang Bona memberikan beberapa lembar uang kertas, tapi ditolak mentah-mentah oleh Liliyana. Udah bang. Kembaliannya buat bang bokir aja. Hehe. Babay bang!! Eh ndra, gue duluan ya. Liliyana membalikkan badan lalu menyebrang jalan untuk pulang kerumah. Makasih neng. Bang Bona sumringah lebayyyyyyyy!! sementara Hendra bergidik sinis melihat tingkah Liliyana. **** Jendela kamar Liliyana terbuka lebar ditengah cerahnya malam Jakarta. Lewat jendela, Liliyana dapat melihat penampakkan paling indah yang pernah ia temui selama ia hidup, ya, siapa lagi kalau bukan Aa Hendra. Miahaha. Seneng banget dah punya temen sekelas sekaligus tetangga seganteng dia. Bisa buat cuci mata tiap detiknya. Ahihi. Nyam nyam n yam. Celetuk Liliyana sambil menyantap seporsi sate yang baru dibelinya. Umm.. Tapi kok tadi gue ngasih uang ke bang bokir 50rb ya? perasaan sate harganya Cuma 15rb deh. Liliyana mengunyah satenya sambil ngedumel. Hiyakkkkk! Salah perhitungan dong gue? waduh. Gara-gara mau caper sama Hendra duit 35rb melayang deh. Padahal itu uang saku mingguan gue. yah, seminggu gak jajan dong? ;( huh. Seketika itu nafsu makan Liliyana jadi drop. Tidak ada lagi keinginan untuk menghabiskan sisa satenya yang tinggal sebutir. Liliyana langsung keluar dari kamar dan meletakkan piringnya di wastafel. Pah, ka Lista kok udah malem begini belum pulang? tanya Liliyana pada Papah Beno yang sedang menonton berita banjir di TVOne. Papah Beno menoleh Lista kan pergi ke Jogja. Mau main kerumah Pakde Nova. Jawab Papah Beno santai. Beneran pah? Yah. Kok Yana nggak diajak! Kan yana juga pengen banget kerumah Pakde Nova di Jogja sana. Liliyana memonyongkan bibir mungilnya. Yana kan sekolah. Jadi nggak diajak deh. Balas Papah Beno. Tiba-tiba sebersit kota istimewa dan kenangannya melintas diotak Liliyana.

****** Pemandangan candi-candi yang berdiri kokoh mampu menyengkram mata Liliyana. Suatu objek keindahan alamiah yang sulit ditemukan di Jakarta. Liliyana terpesona. Benaknya bertanya-tanya, siapa yang membangun ini? Wah. Bagus banget yah, ka. Hehe. Seorang anak kecil berkuncir dua mendongakkan kepalanya untuk bertanya pada seorang gadis cantik. Iya, sayang. Tapi kita nggak bisa berlama-lama disini. Sekarang kita pulang yah. Jawab gadis itu sambil mengembangkan senyum. Tapi rupanya perkataan anak gadis itu tak digubris anak kecil berkuncir dua, sang anak berkuncir dua justru memandang terus candi itu dengan seksama. Nggak mau. Yana nggak mau pulang. Anak berkucir dua memasang muka cemberut karena ia tak ingin cepat-cepat pulang. Ia masih betah disini. Disini sejuk, banyak pohon, bisa lari-lari, bisa mainan, bisa main bola sama temen-temen, bisa sepedaan, bisa semuanya deh pokoknya. Tapi kan ini udah sore Yana sayang. Yuk kita pulang. Kakak janji deh, besok kaka ajak Yana kesini lagi. Sang gadis mengiming-imingi anak berkuncir dua sambil mengelus rambutnya. Nggak!! Yana nggak mau! Yana masih pengen disini. Anak berkuncir dua itu menggeleng-gelengkan kepalanya hingga kuncirnyapun ikut bergoyang. Anak kecil itu ngambek! Yana ayo pulang. Papah sama mamah pasti udah nungguin. enggak!! Yana nggak mau. Yana nggak mau pulang. Hik hik hik. Anak kecil berkuncir dua menangis kesal sambil memandangi candi candi dari kejauhan. Yana ayo! karena sudah tak sabar, sang gadispun menarik paksa anak kecil berkuncir dua. Hal itu malah membuat Anak Kecil Berkuncir dua berjongkok dan menenggelamkan wajah dilutut sambil menangis sesenggukan. Kak Lista jahat! Pokoknya Yana nggak mau pulang! Nggak mau pulang!! Hik hiks hiks. Yana!!! huft. Gadis itu tampaknya sudah kehabisan akal untuk membujuk adik satu-satunya pulang. Ia menarik dan menghembuskan nafasnya pelan, mencoba untuk rileks.

Dari arah belakang, seorang anak kecil berambut cepak dan bermata sipit berjalan menghampiri anak berkuncir dua yang tengah menangis dengan menggenggam sebuah es krim ditangan kanannya. Eumm nyam nyam.. Kamu kenyapa? Kok nyangis? Nyam nyam nyam.. tanya anak berambut cepak dan bermata sipit sambil menjilati eskrimnya. Kontan, Liliyana mendongakkan kepalanya yang sedari tadi ia tenggelamkan dilutut. Aku nggak mau pulang!! Aku maunya disini. Bica liat itu telus. Hik hik. Jawab anak berkucir dua sambil menunjuk kea rah candi. Emang kamu mau tinggal dicini? Dicini kan banyak setannya kalo malem. Kamu suka ya ama setan? Kamu mau ya bobok cama setan? Nyam nyamm eeumm. Kata sang anak bermata sipit masih menjilati es krimnya. Nggak mau. Yana nggak mau bobok ama setan. Jawab anak berkuncir dua. Ya udah kalo nggak mau ama setan, kamu cekarang pulang yah. Nyih aku punya cecuatu buat kamu. Balas anak bermata sipit sambil menyodorkan sebuah gantungan berbentuk candi. Ini buat kamu. Kalo kamu pengen liat candi prambanan terus, kamu bisa liat gantungan kunci ini kok. Hehe. Anak berkuncir duapun menerima souvenir dari anak bermata sipit itu. Ayo kak, Yana sekarang mau pulang. Rupanya, anak kecil bermata sipit itu mampu membujuk anak berkucir dua itu pulang. Ayokkk senyum sang gadis mengembang. Hei, makacih yah buat candi kecilnya. Anak berkuncir dua berbisik ditelinga anak bermata sipit tadi. Oke. Nyam nyam nyam. Jawab Anak bermata sipit sambil menjilat es krim coklatnya. **** Di lain tempat, Hendra duduk didepan televise sedang menonton sepak bola. Malam ini, klub kesayangannya, Manchaster United bertanding melawan Swansea.

Ayo Persie ayo!! Ahhh.. Selangkah lagi, tendang, yakkk GOALLLLLL!!!! Yes Yes Yes 1-0. Glory Glory Manchaster United!! teriak Hendra histeris hingga terloncatloncat. Tereret tereret tereret tereret.. suara Handphone Hendra bordering ditengah kegirangannya. Siapa sih malem-malem ganggu aja. Dengan lesu Hendra mengangkat telepon. Halo, siapa ya? hendra memulai. Beb, ini Yihan beb. Aku kangen banget sama kamu beb Aduh ini cewek rempong banget deh. Tiap hari ketemu aja bilang kangen. Ganggu aja. Iya beb aku juga kangen. Tapi ini udah malem, mending kamu bobok dulu aja ya beb. Hendra memperlembut suaranya. Nggak mau beb. Aku takut banget kalo harus tidur tengah malem begini, udah gitu anginnya dingin banget lagi. Beb. Kita ngobrolnya besok lagi yah. Aku udah ngantuk banget. jawab Hendra uring-uringan, lalu memutus teleponnya. Nggak tahu lagi enak nonton bola apa? Dasar cewek ganjen, kerjaanya bikin ribet aja. Hendra meneruskan nonton bola. Berseteru dengan keseruan. Evra umpan.. ya ya ya, persie terima, satu dua tiga GOAALLLLLL lagi. Yeeee 2-0. Tereret tereterteeerrttt.. untuk yang kedua kalinya pasca gawang Swansea kebobolan, Handphone Henda bordering nyaring. Langsung saja Hendra meraih benda mungilnya. Kemudian diangkat dengan malas. Beb, aku ngantuk beb. Telponnya besok lagi, yah. Kata Hendra. Besok aku ulangtahun yank. Beliin boneka piglet pink yank. Sahut sipenelepon manja. Waduh. Bukan Yihan to? Yah yah ini kan Debby. Oh my god! Minta beliin boneka lagi. Nggak tau ya kalo gue lagi bokek.

Hemm besok ya yank. Aku capek yank, ngantuk, mau bobo dulu. hendra memutus teleponnya. Hendra tak habis pikir kalau jadi playboy itu ternyata susah juga. Punya cewek nggak beres semua! gumam Hendra ketus. ***** Sehabis mengubek-ubek memori tentang masa kecilnya. Liliyana langsung mengambil sebuah gantungan berbentuk miniature candi Prambanan. Prambanan. Jogja. Dia. Dan kenangan. Liliyana tersenyum melihat gantungan candi yang dipontang-pantingkan oleh tangannya. Sayang banget sampai sekarang gue nggak pernah ketemu dan nggak tahu nama anak sipit itu. kira-kira apa kabar yah dia? Es krim coklatnya masih nggak yah? bayangnya. Mungkin sekarang dia udah segede gue. paling sekarang dia jelek, mukanya bulepotan karena setiap hari jilatin es krim mulu. Hihi. Gue kok jadi kangen yah?. Sayangnya, dia Cuma kasih miniature prambanan sih, nggak kasih miniature wajahnya biar gue bisa liatin dia terus. Kata Liliyana sambil menerawang menuju cakrawala, menembus ruang lampau, bertarung dengan masa kini dan masa depan, bejuang untuk melihat kenangan. Berhubung gue ngantuk, gue tidur dulu ya. Selamat malam prambanan, selamat tidur sipit. Semoga mimpiin gue ya, dan gue juga bisa mimpiin lo. sampai jumpa di alam mimpi =)) Liliyana membaringkan tubuh pada kasur empuknya. Sambil berusaha memejamkan mata, ia menggenggam miniature candi prambanan erat, sampai akhirnya matapun terkatup. Kenangan mengalir bersama mimpi dalam tidurnya.

-Bersambung-

Risalah Hati 3
oleh Go Sleng pada 22 Januari 2013 pukul 22:21 Bismillah saya lanjut cerbung RH yang makin lama makin morak marik aja. Maaf nih yang part ke 3 emang rada semrawut dan nggak karuan, seperti yang buat ;)

Yook dah langsung aja. Maaf kalo yang ini jelek, maklum masih amatir *alesan dikit* :"> semoga gk ngecewain :p Yg kena tag, maaf yo :p

Author : Go Sleng (@Aistetnatsir) Title : Risalah hati -----

Adegan sebelumnya : Mungkin sekarang dia udah segede gue. paling sekarang dia jelek, mukanya bulepotan karena setiap hari jilatin es krim mulu. Hihi. Gue kok jadi kangen yah?. Sayangnya, dia Cuma kasih miniature prambanan sih, nggak kasih miniature wajahnya biar gue bisa liatin dia terus. Kata Liliyana sambil menerawang menuju cakrawala, menembus ruang lampau, bertarung dengan masa kini dan masa depan, bejuang untuk melihat kenangan. -----------

Yang kurasa cinta.. Tapi kusalah mengartikannya"

Jam pertama kelas IX C adalah pelajaran fisika. Ya, hari ini kelas IX C sedang menjalankan ritual Ulangan Harian fisika. Metode atau sistem yang digunakan dalam ulangan fisika kali ini yaitu keluar separuh. Semua yang duduk dibangku sebelah kiri boleh diperkenankan untuk keluar dan belajar dahulu. begitupun dengan Liliyana, Hendra, Angga, Sony, Sansan, Kristin, Simon, April, Alvent dll.

Kris, kita ke perpus aja yuk. Belajar bareng. Ajak Liliyana. Ayo, Yan. Sekalian kita bahas soal-soal yang masih mbingungin. Jawab Kristin. Kemudian Liliyana berjalan menuju perpus. Mereka memposisikan dirinya disebuah meja besar yang dikelilingi beberapa bangku berwarna coklat tua. Yan, ajarin gue yang ini dong. Yang mana kris? Itu LKS halaman berapa? 45 yan. Yang pilihan ganda nomor 5, itu caranya gimana? Sumpah gue masih bingung. Kata Kristin sambil menelungkupkan tangan ke kepalanya. Yah ini mah kecil kaya upil tanpa lendir. Sini sini gue ajarin. Balas Liliyana. Kristinpun langsung menggeret bangku yang ia duduki mendekat ke bangku Liliyana. Woy.. Lagi pada belajar yah? Kita boleh gabung kan? tanya Hendra, Sony, Angga, April. Ya boleh kok Jawab Liliyana. Hendra dan kawan-kawan menjatuhkan pantatnya pada masing-masing bangkunya. Kita gabung juga Yan! gerombolan Shandy, Gebby, Richi, Gloria, dan Ocoy meminta bergabung dengan Liliyana. Biasalah, ini Cuma modus para cewek yang ingin selalu dekat dengan pangeran pujaan hati mereka, siapa lagi kalau bukan Akang Hendra terkasep sepanjang masa. Pura-pura mau belajar bareng. Hahaha kebiasaan nih. Ya udah sono pada duduk. Liliyana jelas sudah tau apa isi hati teman-temannya yang memang senasib dan seperjuangan untuk meraih cinta Hendra. Liliyana kalau sudah serius begini sulit untuk memperhatikan siapapun. Dia itu emang urakan, tapi dia sangat senang untuk berfikir sesuatu yang menurutnya asik, seperti pelajaran fisika ini. dia masih saja sibuk berjibaku dengan Latihanlatihan soal di LKS tanpa melirik kemana-mana, meskipun ada Hendra sang idaman wanita duduk dibangku yang besebrangan dengan bangku Liliyana dan terhalang meja besar. Yan, plis ajarin gue soal yang ini. plis yan. Gue belum bisa yang ini. gue hari ini gak mau remidi tau. Celetuk Ocoy yang meminta bantuan kepada Liliyana ditengah kefokusannya. Mana sih yang lo gak bisa? tanya Liliyana.

Nih. Ocoy menyodorkan LKS dan menunjuk soal dengan jari telunjuknya. Hm yang ini yah Liliyana membacca soal sekilas, ia terdiam cukup lama mengamati soal itu. Lama amat sih mikirnya. Sini gue liat. Pinta Hendra yang duduk didepan Liliyana. Ia mendekatkan kepalanya pada LKS yang masih sedang dicermati Liliyana, jadilah kepala Liliyana dan Hendra tertunduk bersama dalam jarak yang begitu dekat dan sulit didefinisikan. Jiahahaha. Katanya juara olimpiade fisika. Masa soal segampang ini nggak bisa sih? Gue ngerjain sambil cebok juga bisa. Kata Hendra sumringah. Liliyana memonyongkan bibirnya. Namanya juga manusia, kan nggak ada yang sempurna kali. Ya udah, ini jawabannya yang mana? Terus Gimana caranya? jawab Liliyana. Haha yang B itu jawabannya. Caranya, lo tinggal merem aja, bayangin soalnya, cerna kata perkatanya, terus logika disoal ini itu penting banget! Jangan terlalu pake perasaan. Jangan terlalu mikirin rumus yang bejubel itu. ini itu soal paling mudah, lo jangan sampe kejebak. Jawab Hendra serius. Sementara Liliyana yang diikuti Ocoy dan teman-teman yang lainnya ikut menyimak penjelasan dari Hendra. Lah itu masalahnya. Gue itu perempuan, gue itu cenderung kebiasaan pake perasaan. Beda kaya laki, laki mah suka yang pake logika, suka yang nyata-nyata. Jadi gue sulit nyerna soal macam ini nih. Balas Liliyana. Ya makanya, mulai sekarang lo mikirnya itu yang logis-logis aja. kalo lo trlalu jadi perasa, lo jadi susah mikir yang masuk akal, lama-lama elo malah jadi orang gendeng bintin nonwaras. Dan yang penting, lo Mandi yang rajin, jangan makan terus, juga jangan kebanyakan olahraga. Dengan muka serius Hendra membalas statement Liliyana. Wuuuu Malah bahas itu. jawab Liliyana sambil melipat mukanya. Dalam keriuhan belajar fisika bersama, tiba-tiba ada anak cewek kelas IX G sehabis meminjam buku diperpus, menghampiri Hendra. Dan mereka para kaum hawa pemuja Hendra langsung tertunduk lemas, semangatnya seketika luntur lebur. Bebebb, kok kamu diperpus beb? tanya anak itu sok perhatian. Lagi ulangan, beb. Jawab Hendra dingin, sedingin es cendol.

Hmm.. Bebeb mau nggak temenin aku ngobrol? Aku kangen banget sama kamu beb.. cewek Hendra, Yihan menarik tangan Hendra paksa menuju ke taman sekolah. Ananananananana najisnya najisnya najisnya amit-amit mit mit. Shendy bernyanyi melihat tingkah pacar Hendra. Pengin berak jadinya. Kayak nggak pernah pacaran aja. Cibir Liliyana. Hahaha kaya lo, ya? sindir Sony. Diem ah elo son. Jangan buka aib. Hehe :p jawab Liliyana. ***** Huhhh.. hela nafas Hendra. Ia merebahkan badannya dibangku yang tadi ia duduki. Dibawa kemana lo sama Yihan? Habis ngapain aja? celoteh April. Ke taman. Cuma ngobrol. Jawab Hendra sambil mengelap keringatnya. oh. Terus kenapa lo keliatannya capek banget? Tanya April. Biasa lah ngadepin tu cewe. Hendra paling malas kalau disinggung tentang ceweknya yang bernama Yihan itu. Manja banget yah dia?? Ya gitu lah. Eh ndra, lo bukannya sukanya ke Daeva yah? Kok lo masih aja mau pacaran sama Yihan? jiwa keponya April melonjak-lonjak dihadapan Hendra. Rasa ingin tahu yang berlebihan! Hehe. Gue pacaran sama Yihan itu Cuma buat bales dendem aja, dia kan dulu pernah mutusin gue. dia juga yang ngajak gue balikkan, dan gue kali ini bakal mutusin dia. Liat aja nanti. Lo jangan ngomong ke tuh anak. Jawab Hendra. Dan lama kelamaan terjadi wawancara kepadda sang idola, Hendra Setiawan tentang masalah karir dan percintaanya :D. belajarnya berhenti grak yah. Hahaha ternyata lo picik juga yah. Ckck. Bakal gue kasih tau nih sama Yihan, gue kan sohibnya dia pas kelas 8. Ancam Liliyana sambil tersenyum kecut. Liliyana bersyukur karena ternyata hendra dalam jangka dekat ini akan berstatus LAJANG or SINGLE! Tapi bukan jomblo *loh?

Huuuuu awas lo kalo sampe ngomong ke dia. Gue bejek-bejek lo! Hehehe seribu dulu ya, baru gue mingkem dan nggak bakal ngomong. Itung-itung amal kek biar lo bisa masuk surga bareng gue. upsssss Ogah ogah ogah. Mending masuk neraka bareng bencong daripada disurgaa bareng lo. malessss. Jawab Hendra dengan mimic muka mengejek. Ciyus lo mau gitu masuk neraka? Ihhh omongan itu doa loh. Balas Liliyana. Masa sih? nggak kurang? Nggak pake saos? Pake lontong nggak? Berapa biji? tanya Hendra yang ngelanturnya amit-amit. Auuuuuuu ahhhhh.. muka Liliyana yang sudah berantakan tambah morak-marik menanggapi Hendra. Ndra ndra.. menurut lo lebih cantikan Daeva apa Yihan? dan wartawan acara gossip dadakan bernama April, lagi-lagi melontar jumrah. Eeeeeh maksudnya melontar pertanyaan NGGAK PENTING kepada Hendra yang juga mendadak menjadi selebriti. Liliyana terhlihat malas mendengarnya, tapi pengen juga tau sih. Cantikan eloooooo. Jawab Hendra becanda. Haha. April pun melayang tinggi keudara bersama jemuran emak dan tetangganya. Wakaka turun pril turun! Jangan terbang mulu. Kasian sayap cantik lo, ntar malah patah. Kata Kristin. Huh sialan lo. jawab April sambil menoyor kepala Kristin. Hehehe. Weeeehh ndra. Daeva cantik banget yah? Lo harusnya cepet-cepet deh putus sama Yihan, terus pacaran sama Daeva. Celetuk Gebby tiba-tiba. Ih apa-apaan sih si Gebby ini. malah ngedoain Hendra biar cepet pacaran sama Daeva! Lo mikir dong Masih banyak temen-temen lo yang gantung diri kalo liat Hendra pacaran sama anak baik kaya Daeva! Nggak, daeva itu nggak cantik. Tapi dia manis. Tingkahnya juga manis banget. Pembawaannya lembut, nggak sombong, asik, mandiri, pinter dan rajin ibadah. Dia juga sama kaya gue, sama-sama suka nonton film. Jawab Hendra sambil tersenyum. Roman-romannya Henddra ini tengah berbunga-bunga.

Beeeeeuhh. Gue juga sama kaya lo ndra. Gue juga suka banget nonton film. Apalagi film yang ada berantemnya. Dan gue juga suka film kesayangan lo, Air Force One, dari kecil. Batin Liliyana sengit. Males banget liat Hendra muji-muji cewek :/ Hehe tapi gue saranin lo jangan nembak Daeva lagi deh. Ntar bisa-bisa lo ditolak lagi loh kaya dulu wkwkwk. Jawab Liliyana enteng, berusaha membuang kejeleousannya sabagai fans fanatiknya Hendra. ishh jangan sampai ditolak dong. Masa orang ganteng ditolak buat yang kedua kalinya? Nggak mungkin. Balas Hendra penuh pengharapan. Semoga ditolak. Biar lo nggak ada yang milikin, kecuali gue we we we :p batin Liliyana. ****** Siang terik harus Liliyana lalui dengan kumpul Pramuka dan latihan PBB atau baris-berbaris. Itu sudah rutin dilakukan Liliyana setiap hari Rabu dan Jumat dari kelas 7 selama ia masuk sebagai calon dewan penggalang (pra regu inti) hingga menjadi dewan penggalang (regu inti) sampai sekarang. Semua tentang kemah Akhir tahun udah selesai ya?. Kepengurusan udah kita buat. Terus kita juga udah survey buat jalur Jalan Malam/Jerit malam dan Widegame. Kalian udah nyatet kan? kata Alvent yang menjabat sebagai pratama pramuka. Udah udah. Oya, kas pramuka kita tinggal berapa, Yan? Kira-kira cukup nggak buat beli peralatan buat lomba-lomba? tanya Alvent bijaksana. Cuma tinggal Sejuta tujuh ratus lima puluh vent. Kalau buat lomba-lomba oke-oke aja, tapi kalo buat anggaran lain, mending kita ambil dari dana sekolah. Jawab Liliyana. Heemm. Terus gimana Son, proposalnya? Udah siap belum? tanya Alvent. Belum gue kerjain vent. Kan kemahnya masih lumayan lama. Tanggap sony Hadeeh. Kita itu pramuka! Jangan menyepelekan waktu! Waktu emang murah, tapi susah buat dicari. Makanya, mulai dari sekarang, kita semua lebih belajar menghargai waktu. Jangan anggap remeh pekerjaan juga. Lebih cepat selesai, lebih baik bukan? komentar Alvent bijak. Iya iya pak presidennnn. Oke oke. Agenda hari ini itu mau bahas pembagian jaga Jerit malam.

Sini sekretaris ngumumin pembagian yang udah seksi acara buat. Bacain, pi. Suruh Alvent. Tulis ya, ini! . Selanjutnya yang jaga dipos 5 yaitu Liliyana dan Mei. Lokasi pos 5 disekitar kandang sapi. Jaga di pos 6, dan blaaaaa..bla..blaa. terang Pia jelas dan amat terang. Aduh?!! Nggak salah tuh pi? Bukannya dikandang sapi tempatnya serem banget? Ahh gue nggak mau, cewek semua lagi yg jaga. Air muka Liliyana menjadi kusut. Dalam memorinya, kandang sapi tempat ia jaga itu sangatlah mengerikan. Liliyana memang sudah tau tempat itu karena dia juga ikut survey jalur untuk Jerit Malam. Haha. Masa pramuka takut sama tempat serem? Gak banget deh. Tanggap Alvent sinis. Yeee biarin. Jawab Liliyana. Dan itu persiapan tentang acara yah. Masalah upacara pembukaan, apel pagi-sore, upacara api unggun, sama upacara penutupan udah kita serahkan pada seksie tata upacara buat mbimbing anak-anak calon dewan penggalang (regu inti pramuka.) Kita berdoa aja semoga acara Akhir Tahun 2 Minggu lagi sukses. Semangat! Oke bosss. ******* Kenapa hati ini masih tertutup buat orang lain yah? Rasanya itu susah banget buat pindah hati. Meskipun orang-orang nyangka gue suka sama Hendra, tapi kan suka belum tentu sayang? Gue mah suka sama Hendra Cuma dari sudut visual, kalau masalah sudut hati, sama sekali belum terjamah! Gue bingung deh apa maunya hati ini , masa gue harus bertahan menyayangi orang yang jelas-jelas nggak gue kenal sih? renung Liliyana sambil menggenjot sepeda bututnya. Dengan masih menampang wajah bingung, Liliyana menggelengkan kepalanya. Nggak.. Gue nggak boleh mikirin hal nggak penting kaya gini. Gue kan udah jelasjelas udah suka ke Hendra, kok bisa-bisanya gue ngomong susah buat pindah hati? Uuu.. Liliyana masih terpaku dengan genjotan sepedanya. Beberapa putaran roda, ia sudah sampai dirumah.

-Hendra menerawangkan pandang ke halaman rumahnya. Sambil mengutakatik laptop acer yang ia modifikasi sedemikian kerennya, ia menyenderkan kepala ke kursi panjangnya. Sial. Hari yang kelam! Baru aja gue bahas rencana mutusin Yihan tadi pagi sama anak-anak, eh siangnya pas pulang sekolah, gue malah diputusin duluan sama Yihan. Kan, buat yang kedua kalinya gue kecolongan start. Huah nggak jadi bales dendam deh sama Yihan. Tapi, gue belum sepenuhnya lajang nih. Gue masih punya Debby. Iya debbyy! Ah.. gue telpon dulu aja deh. Hendra lalu merogohkan tangannya keddalam saku. Diraihnya benda mungil berwarna putih. Halo yank. Sahut Debby yang Hendra telpon. Yank, kita putus yah. Maaf banget. Hendra langsung memutuskan telponnya pasca memutuskan hubungannya dengan Debby. Nah, gini kan gue udah lajang. Jadi gue bisa leluasa buat ngedeketin Daeva yang manis itu. ah iya manis banget ngingetin gue sama seseorang, seseorang yang nggak bakal gue lupain sampai kapanpun, dan sesseorang yang akan tetap hidup dalam lubuk hati kecil gue, meskipun raganya belum sempat gue milikki. ***** Sebelum Liliyana menginjakan roda dirumahnya, ia pasti melewati tempat tinggal Hendra yang tepat bersebelahan dengan rumah Liliyana. Kebetulan sekali, sore ini Hendra sedang duduk diteras rumahnya, sehingga ia melihat Liliyana mengayuh yang tengah mengayuh sepeda bututnya. Dengan kayuhan yang sangat cepat, Liliyana lewat didepan Halaman rumah Hendra. Liliyana tampak acuh karena ia sudah sangat lapar. Namun, tanpa Liliyana harapkan, Hendra malah menghentikkan laju sepeda Liliyana. Yan yanaaa.. panggil Hendra berlari menghampiri Liliyana. Sreeeeetttttt. Liliyana menekan remnya hingga sepedanya terhenti. Apa ndra? tanya Liliyana biasa saja. Sangat biasa. Gini, yan. Jeda Hendra.

Apa? Gini yan, lo kan temennya Daeva, lo punya nomornya yang baru nggak? Gue punyanya nomor yang lama nih. Plis yah boleh. Pinta Hendra sambil menaik turunkan alisnya, mencoba membujuk Liliyana. Sementara Hati Liliyana seolah-olah tertumbuk muthu yang diletakan dicobek. Nggak sakit sih, Cuma rada nyeri aja. Mungkin ini kali yah yang namanya jadi fans, kadang merasa cemburu sama orang yang bukan tempatnya. Gue Cuma suka ke Hendra. Bukan sayang kok. Sabar. Ini hp gue ndra. Lo copas aja sendiri. Gue capek. Jawab Liliyana dengan raut muka dibuat sebiasa mungkin. Sebiasa mungkin. Ya udah lo mampir dulu kerumah gue. duduk-duduk sambil ngobrol-ngobrol dulu sama gue. biar nggak terlalu capek. Tawar Hendra. Hm, emang mau ngobrol apa sih ndra? Kayaknya lo ngebet banget gitu? tanya Liliyana penasaran. Apa mungkin Hendra mau ngobrolin gimana capeknya gue seharian ini? Hehe lo kan temennya daeva, ya ngobrolin daeva gitu lah biar gue tambah tau kebiasaan-kebiasaan yang dia suka. Jawaban Hendra langsung membuat Liliyana loyo ditempat. Dih. Ni bocah kalo ada maunya ya deket-deketin gue. kalo nggak ya langsung deh, dia buang gue ke tempat sampah. Maaf ndra. Gue capek banget. Kapan-kapan deh gue mampirnya. Oh ya, itu hp gue udah kan? Sini. Gue mau balik. Tolak Liliyana secara halus. Oh iya nggak papa. Nih hp lo. makasih ya Yana sayaaaangg.. Hati-hati dijalan. Tukas Hendra. sayang? Dia manggil gue sayang? Hati-hati kaya gue mau pergi jauh aja. Udah dulu deh, dadaaaaaaaahh. Sambil kembali mengayuh sepeda bututnya, Liliyana melambaikan tangan ke Hendra dan bergegas kerumahnya yang jaraknya dekat dengan Rumah Hendra. ****

Dua minggu berlalu, waktu Perkemahan Akhir Tahun yang lamanya hanya 3 hari kini akhirnya tiba pada malam terakhri. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 22.30. Para dewan penggalang sebagian melakukan briving disebuah tempat kecil gelap, mereka sibuk membahas kepanitian Jerit Malam yang akan segera direvisi karena ada beberapa kekeliruan dalam penempatan tugas.

--Bersambung--

Risalah Hati 4
oleh Go Sleng pada 23 Januari 2013 pukul 17:31 Part yang ini sedikit nyolong dari pengalaman pribadi :p cekikik. Bismillah ya saya lanjut ini cerbung :) Maaf kalo jelek. Semoga nggak bikin kecewa yah :")

----Author : Go Sleng (@Aistetnatsir) Title : Risalah hati. -----Jarum jam sudah menunjukkan pukul 22.30. Para dewan penggalang sebagian melakukan briving disebuah tempat kecil gelap, mereka sibuk membahas kepanitian Jerit Malam yang akan segera direvisi karena ada beberapa kekeliruan dalam penempatan tugas. *** semua yang berkepentingan udah hadir semua kan? tanya Alvent sang pratama dengan nada yang lirih agar tidak mengganggu anak-anak kelas 8 baik itu anak regular maupun anak prainti.

ya oke. Kita percepat briving ini karena waktunya sudah begitu mepet. 30 anak masing-masing jaga jerit malam diposnya masing-masing. Sementara sisa 10 itu jaga lapangan perkemahan biar tetap aman. Berhubung kemarin kita ada semacam kekeliruan. Saya bagi sekarang tempat dan siapa yang jaga diberbagai pos. Yana, lo masih tetep jaga dipos 5 sekitar kandang sapi. Tapi karena dikandangsapi tempatnya lumayan angker, gue ganti pasangan jaga lo. Kemaren lo kan bareng Mei? Sekarang lo sama Owi. oke? kata alvent minta persetujuan sambil menerangi muka Owi dengan senter yang ia genggam. Hah? Sama owi? Liliyana langsunng melirik Owi. owi itu anak regu inti/dewan penggalang yang misterius. Kalo berangkat selalu telat, dan dia juga banyak diemnya ketimbang ngobrol sama orang lain. Kesannya si Owi itu anak tertutup meskipun Liliyana sudah mengenal dan bersama Owi dipramuka selama hampir 3 tahun. iya sama Owi. nggakpapa kok. Alvent berusaha meyakinkan kesangsian liliyana. ya udah. Jawab Liliyana pasrah. Semua anak Dewan Penggalang/Regu inti pramuka langsung berjalan menuju daerah dilakukan Jerit malam. Dari pos 1 dan berakhir di pos 13. Ada yang jaga dikuburan, disawah, dirumah kosong yang katanya angker, ada yang dikandang sapi, dan lain sebagainya. Penjagaan oleh dewan penggalang/regu inti itu bermaksud agar tidak ada anak yang sedang melakukan Jerit malam tersesat dan juga agar ada yang menakut-nakuti para peserta jerit malam. Medan yang dilalui peserta tidak terlalu terjal, hanya saja gelap dan membuat bulu kuduk merinding. Owi.. Liliyana.. keluar barisan ditempat ini. silahkan kalian bersembunyi ditempat aman. Semua lampu yang menyala disitu, harus padam. Kecuali lilin yang kalian nyalakan. Komando Alvent dengan volume kecil tapi tegas. Siap. Jawab Liliyana dan Owi serempak. Kemudian pasukan dewan penggalang yang sudah tidak berkepentingan melanjutkan jalannya menuju pos penjagaan JM. Owi dan Liliyana bergegas mencari tempat sembunyi disekitar kandang sapi, tapi Liliyana yang dikenal tomboy ternyata takut sekali dengan yang namanya tempat serem. Mau sembunyi dimana kita? tanya Liliyana menyimpan rasa takut.

Emmm.. Dirumah itu aja yuk wi. kan deket nih sama kandang sapinya. Gimana? Liliyana meminta persetujuan. Ya udah disana aja. Jawab Owi datar. Oya, lo bawa lilin kan? Udah yuk kita nyalain, sambil tebar garam biar nggak ada ular yang masuk kearea jaga kita kata Liliyana. Tanpa berkata apapun, Owi langsung menuju depan rumah sebelah kandang sapi dekat dengan jalan untuk menyalakan lilin sebagai penunjuk jalan. Ehhh gue jangan ditinggal dong. Gue takut. Liliyana yang tomboy tampak seperti wanita biasa lagi yang punya banyak ketakutan, dan bukan pemberani. Liliyana membuntut dibelakang Owi. Wi, gue yang nabur garam yah? Mana garam yang udah dibuka? Sini buat gue. pinta Liliyana. Owipun langsung merogoh sakunya yang berisi garam dan menyodorkannya kepada Liliyana. Nih. Makasih. Jawab Liliyana tersenyum, tapi tidak dihiraukan oleh Owi yang perlakuannya sangat tidak manis dan terlalu asin seperti garam! andai aja Hendra ikut Regu Inti Pramuka! Enak kali yah kalo jaga JM bareng dia :p Just two-two-an harap Yana dalam hati Heh kita kerumah itu yuk. Untuk pertama kalinya Owi mau mengajak Liliyana. Ayoo.. jawab Liliyana. Merekapun langsung berjaga diteras rumah orang dan duduk dilantai dan diantara sudut siku-siku sebuah kursi anyaman. Lampu dimatiin ya wik biar nggak dimarahin sama kak Pembina plus Alumnus.saran Liliyana. Jangan jangan!! sanggah Owi dengan cepat. Kenapa? Lo mau dimarahin? tanya Liliyana. enggak. Lah terus kenapa nggak mau dimatiin lampunya? Jangan-jangan elo takut sama gelap yah? Haha cemen banget lo. ejek Liliyana. Owi langsung terdiam dan

mengunci mulutnya. Tidak berkutik dengan memasang wajah pasrah yang seakan mengatakan Ya udah terserah lo. Liliyana sudah berhasil mematikan lampu diteras rumah orang. Tapi nggak terlalu gelap sih, soalnya mala mini bulan lagi bullet-buletnya kaya Demplo (you know demplo?). Bulan purnama yang indah! hehe ternyata jaga dikandang sapi nggak pas dengan yang gue bayangin. Gue kira bakal nakutin, eh malah ditempat jaga ini, kita nempatin tempat paling enak disbanding anak lain. Ini kita duduk dilantai, lah yang lain mah pada ditempat yang banyak kotoran hewannya. Kata Liliyana membuka obrolan. Iya. Gue kira kita malah jaganya didalam kandang sapi bareng sapi beserta telornya *eh jawab Owi. Tapi untungnya disebelah kandang ada rumah. Cekikik. Komentar Liliyana. Pernyataan Liliyana tak dijawab lagi oleh Owi lagi. Owi hanya menundukan kepalanya kedalam kedua kaki yang ia lipat (jegang). Khi khi khi. Suara mengerikan terdengar ditelinga Liliyana. Dalam keheningan malam ada suara seperti itu tentunya membuat hati Liliyana kisruh. Refleks, Liliyana menggeser posisi duduk kedekat Owi dan memendam kepalanya dipunggung Owi. Kenapa lo? tanya Owi kebingungan. Gue takut wik. Sori gue nggak sengaja. Liliyana lalu melepaskan pendaman kepalanya dipunggung Owi. Ya nggak apa. Jawab Owi dengan tampang yang terlihat ingin melindungi. DEG DEG DEG. Hati Liliyana berdegup kencang. Ada apa ini? berdegup karena rasa ketakutan atau karena rasa yang lain? Owi merogoh saku dan mengeluarkan ponselnya yang sudah agak rusak dan cecel boel. Wi, lo bawa hape? Gue pinjem boleh? tanya Liliyana. Buat apa?

euumm buat ngilangin laper aja wi. jawab Liliyana asal. Lo laper yah? Sono lo makan aja sama sapi-sapi itu. mumpung rumput masih tersedia buanyak. Owi menunjuk kearah kandang sapi yang terdapat beberapa sapi sedang memakan rumput. Aneh, udah jam 2 belum juga tidur. Malah makan terus tuh sapi. Nggak takut gemuk apa? idiihh. Lo aja sono yang makan sama sapi. Sorry, gue karnivora. Nggak doyan sayur kaya rumput. Balas Owi. ia kembali menundukan kepalanya. Liliyana memandang manusia keturunan adam itu saat ia tertunduk. Dilihatnya sekilas, lalu melihat kearah bulan purnama. Tak adaa yang menyeramkan untuk malam ini. Yang gue lihat Cuma ada keindahan. Indahnya bulan dan seseorang yang berada didekat gue sekarang. batin Liliyana. Entah darimana ia menemukan pemikiran seperti itu. batinnya berjalan sendiri meraba-raba perasaannya dimalam ini. Benarkah gue ke Hendra itu sebatas suka dari sudut visual? Dan benarkah gue sekarang berada dalam perasaan yang bernama cinta dan sayang? Beberapa menit kemudian, beberapa alumnus datang menghampiri dan mendampingi Liliyana dan Owi. liliyana justru tidak suka dengan Kehadiran alumnus itu. Bukan masalah kehadiran alumnus itu dapat mengganggu Owi dan Liliyana yang tengah berduaan, tapi karena masalah besar! Mereka (para alumnus) dengan lancangnya membawa Sekeresek mendoan hangat dan beberapa jahe susu kehadapan Liliyana yang sedari tadi kelaparan. Loh kok lancang? Bukannya seneng yah dibawain makanan? Orang alumnus mbawain makanannya bukan buat gue. mereka kan mbawa makanan buat perutnya sendiri. Dih. Emang nggak tahu ya? tersiksanya kelaparan dihadapan dua makhluk yang tengah kekenyangan? Dasar sapi sama alumnus sama aja! Sama aja jahat! Sono buncitin perut. Gerutu Liliyana dalam hati. Tapi, alumnus tidak sejahat yang Liliyana bayangkan kok. Mereka malah menyuruh Liliyana dan Owi tidur. HANYA DIPOS INI LOH JAGA JM DIBOLEHIN TIDUR De, besok kan masih ada kegiatan, daripada kalian capek mending tidur aja. Nggak papa kok. Ntar kaka yang ngebangunin kalian kalo JM udah selesai. Suruh Alumnus. Liliyana dan Owi berpandangan, sepertinya mereka sangsi dengan suruhan dari para Alumnus itu, karena mereka takut dikerjain.

Udah de nggak papa kok tidur. Tenang aja. Terang seorang alumnus berambut panjang bernama ka Linda. Iya ka. Liliyana dan Owi akhirnya tertidur. Owi menundukan kepala kedalam lutut, sementara Liliyana menundukan dan menempelkan wajahnya ketempat duduk dikursi beranyam. Mereka terlelap bersama hingga waktu JM berakhir. Liliyana merasakan ini adalah JM terindah. ***** Dengan langkah gontai, Liliyana yang baru dari ruang olaahraga berjalan menuju Lapangan basket. Liliyana akan melakukan hobi setiap belum bel masuk kelas, yaitu Basket. Keleleahan Liliyana memang sempat terkuras karena kemarin baru saja selesai melaksanakan agenda rutin pramuka, bukan lain adalah perkemahan. Tapi, bagi Liliyana, selelah apapun keadaan fisiknya, ia akan tetap bermain-main dengan bola berbentuk bulat yang setia menemani harinya itu. TAP TAP TAP. Tunggu yan tunggu.. seorang wanita yang juga berambut pendek seperti Liliyana mengejar kegontaian langkah Liliyana. Dan kemudian ia menyejajarkan badannya disaping Liliyana. Ada apa sih vit? Liliyana memelankan laju langkah kakinya. Hossh hosshh hosshh. Yan, lo jangan main basket mulu deh. Bentar lagi itu masuk. Lagian lo juga pasti capek kan kemarin baru aja selesai kemah? Masa sekarang lo mau capek-capekan lagi sih? tanya Vita dengan nafas yang tersendat-sendat. Justru ini vit yang ngebikin gue nggak capek! Gue main basket itu jadi bugar. Jadi kuat kaya chris john. Nih liat otot gue, udah mirip ade rai kan? jawwab Liliyana sambil mengangkat tangan kanannya yang ia pamerkan otot lengannya kepada Vita. Idih. Kaya ade rai dari mana?orang otot sekuprit begitu dibilang kaya ade rai. udah ah lo jangan ngomong mulu. Balas Liliyana kesal. Liliyana melanjutkan lagi langkahnya menuju lapangan basket. Yan tunggu!! Gue pengen ngobrol sama lo. Vita meraih tangan Liliyana. Mau ngobrol apasih, ta? Gue mau ngobrol tentang kemah kemaren. Menurut lo gimana? tanya Vita.

Liliyana yang tadi malas diajak ngobrol, kini justru bersemangat sekali karena mendengar kata Kemah. Asik kok asik. Apalagi pas JM sama widegame. gue pasti selalu berdua sama Owi. ah asik banget deh. Kalo lo? Menurut gue juga asik. Asik pake banget malah. Apalagi pas mau upacara api unggun, gue bareng terus sama Alvent. Gue juga sempet nemenin dia pas lg sendirian didepan tenda sekertariat lagi kaya frustasi gitu. Pas gue tanyain, dia ternyata lagi nangis. Dan dia itu nangis karena upacara api unggun bagian pengucapan dasa darma itu keliru sedikit. Dia itu bertanggung jawab banget. Gue jadi jatuh hati deh sama dia. Vita senyum-senyum sendiri membayangkan kejadian waktu kemah. Sumpah alvent bisa nangis? Ciyeeee vita ehem. Ledek Liliyana. eh ta, gue juga seneng loh pas JM sama owi. ternyata dia nggemesin banget. Belom lagi pas pulang dari jalur widegame ke arena perkemahan. Gue jalan sama dia ditengah sawah. Cuma berdua aja. Terus pas gue kepanasan dan ngerasa haus, gue diajak beli jus melon diwarung. Tapi diwarung kita hampir aja kepergok beli minum sama anak calon dewan penggalang, takut kita disangka ngajarin yang nggak bener, kita ngumpet deh dirumah yang punya warung. Walhasil kita berduaan lagi dirumah yang punya warung. Cekikik. Gue juga jatuh hati sama Owi. Haha, tapi sayangnya, gue JM bareng soleh. Masa gue suruh jaga sendirian dibawah pohon pisang? Nongkrong lagi. Udah kaya orang boker tuh. Jelas Vita. Emang soleh kemana? Soleh bilangnya mau kencing dikuburan, tapi sampe beberapa jam dia ngiprit entah kemana. Jadinya gue jaga sendirian tuh dibawah pohon pisang. Udah dingin banget, serem lagi. Iiiihhh takut. Kata Vita. Wakakak derita lo ta! gue mah enak banget sama si Owi. kita malah disuruh tidur sama alumnus. Horeee. Hah ciyus? Berarti lo tidur bareng owi dong? tanya Vita ngaco hingga memancing tangan Liliyana untuk menoyor kepalanya. Hiiiiiihh. Udah ah gue nggak mau bahas itu lagi. Males. Liliyana langsung meninggalkan Vita dengan berlari ke ruang olahraga untuk mengembalikan bola basket. Dan

BRUGGGGG. Tubuh Liliyana menabrak tubuh tinggi ditikungan sebelah ruang kelas Liliyana. Aduhh.. rintih orang yang Liliyana tabrak sambil memegangi dadanya. Sorii Liliyana memampang wajah yang amat malu. Ia langsung berlari keruang olahraga dengan perasaan senang gembira. Aduhh.. lengan kanan gue sakit banget rintih Liliyana setelah keluar dari ruang olahraga. Tapi, nggak papa deh. Yang gue tabrak Hendra inih. Cekikik. Liliyana cekikikan sendiri membayangkan kejadian tadi. Ternyata yang ia tabrak adalah Hendra. Pria idaman wanita. ternyata rasa suka ke Hendra masih ada. Entah itu sayang atau bukan. Dan ternyata, perkiraan gue bahwa gue cinta ke Owi itu salah!! Batin Liliyana menimbang-nimbang hatinya yang membingungkan. ****** Didalam kelas, Liliyana diberi tugas untuk berdiskusi dengan kelompoknya. Bahagia sekali ketika Bapak Kido menunjuk Liliyana satu kelompok dengan Hendra. Yan, lo yang nyalin kekertas yah? Tawar Hendra kepada Liliyana. Liliyana hanya mengangguk menuruti perintah pria idaman wanita itu. Liliyana menulis jawaban dengan serius, sementara Hendra dan teman-temannya hanya bersenda gurau. Ndra, katanya lo suka ke sansan. Ayo ayo dong ngomong sekarang. Kata sony meledek Hendra. Liliyana yang agak kaget mendengar perkataan sony hanya mendengarkan saja sambil meneruskan pekerjaan menulisnya. Kemarin suka ke daeva, sekarang suka ke sansan? Dasar pak aya! (suaminya Bu-Aya)! Son, kok kopi rasanya pahit yah? tanya Hendra tanpa menanggapi perkataan sony. Takdir ndra. Bukan son. Terus kenapa?

Karena rasa manisnya ada dikamu, san. Jawab Hendra sambil menatap wajah Sansan yang memang manisnya bisa bikin orang diabetes. ihh.. jawab Sansan sok jutek tapi aslinya seneng. Dasar sok jaim lo! Liliyana yang menahan kecemburuannya hanya terdiam dan semakin tertunduk kearah kertas yang sedaritadi ia gores dengan pena. Perasaan cemburu hadir menyelinap dalam diskusi kelompok kali ini. Ndra..ndra.. kayaknya ada bau bakaran ati nih? celetuk sony. Wah iyakah son? Kok gue nggak nyium yah? Emang dimana kebakarannya? tanya Hendra dengan wajah tanpa dosa. Tuh Dihatinya Yana. jawab Sony. Seketika wajah Liliyana memerah dan dari hidung-telinga-mulutnya keluar asap (kemebul) karena hatinya sedang dilanda kebakaran. Oh jadi ada yang cemburu nih? tanya Hendra dengan tampang meledek. PD banget lo. Liliyana langsung melipat-lipat mukanya. Son, kok jaman sekarang ada yah kopi warna putih kaya merek White Coffe? Rasanya manis lagi. Tanya Hendra pada sony. takdir ndra. Bukan. Terus kenapa? Karena warna hitam dan pahitnya kopi jaman dulu ada dimukamu, Yan. Ledek Hendra pada Liliyana. Gue pahit iya! Tapi nggak item kali! Cuma rada kucel aja. Jawab Liliyana penuh amarah. Sakit ndra! Gue sakit ndra. Kenapa sih lo mesti ngebandingin gue sama sansan, sahabat gue yang tanpa dibandinginpun lebih dari gue. udah ndra! Gue emang jelek. Tapi lo jangan gitu juga! Batin Liliyana. Hendra memang sukanya cewek model sansan ataupun daeva kan?. Mereka samasama cantik, imut, pinter, rajin ibadah, baik hati, bau wangi, rajin mandi, pinter jaga image dan sempurna deh pokoknya. Berbanding terbalik dengan gue yang begini,

yang sukanya blak-blakan, nggak ada jaim-jaimnya dikit. Hendra mana sudi sama cewek kaya gue? cewek yang jauh dari ambang kesempurnaan. Sebelum kau ludahi aku Sebelum kau robek hatiku Aku bisa membuatmu Jatuh cinta kepadaku Meski kau tak cinta kepadaku

maaf nggak enak dibaca yah :( soalnya otak lagi mentok.

Risalah Hati 5
oleh Go Sleng pada 24 Januari 2013 pukul 15:33

Hay hay *goyang ciduk* #udahgakjaman :D saya kembali lagi dg cerbung aneh dan gimana gituuu. Bismillah yah saya lanjut cerbung risalah part 5 nya. maaf klo jelek. maaf yg kena tag. smg gk ngcwain ;") -----Author : Go Sleng (@aistetnatsir) Title : Risalah Hati. ------------

Suasana kelas Liliyana kini agak berubah. Tapi bukan berubah menjadi tenang dan bebas dari kegaduhan, melainkan berubah karena Hendra, cowok yang Liliyana suka tidak lagi duduk dibelakangnya. Hendra kini duduk semeja dengan sansan.

Bagaimana suasana hati Liliyana sendiri? Apakah dia bahagia melihat orang yang ia suka bahagia dengan cewek lain? Atau justru dia resah dengan adanya pemandangan yang begitu menyakitkan mata? Ayo kita simak kisah kasih Liliyana dalam serial Cerita Bersambung berjudul Risalah Hati

**** Beri sedikit waktu Biar cinta datang karna telah terbiasa.

Satu minggu setelah peristiwa diskusi kelompok yang melibatkan Liliyana, Hendra, Sansan, dan Sony harus berkutat dalam satu tim, hubungan Hendra dan Sansan kini malah semakin dekat. Awalnya Hendra memang sedang mendekati gadis cantik nan imut bernama Daeva, tapi karena Hendra tak mendapat respon apapun dari Daeva, ia sepertinya merasakan keputus asaan hingga ia lebih memilih untuk berpaling ke lain hati. Iya, kemana lagi kalau bukan berpaling ke hatinya sansan? Hari ini Hendra berangkat ke sekolah benar-benar pagi buta. Dia melakukan itu hanya demi merebut bagku yang diduduki Liwen, yang berada disebelah Sansan. Hendra hari ini duduk satu meja dengan Sansan. Liliyana mengayuh sepedanya dengan cepat, Liliyana juga hari ini berangkat lebih pagi dengan alasan agar dia bisa bermain basket lebih puas sebelum bel masuk berbunyi. Sesampainya dipintu kelas, Liliyana lumayan terkejut dengan kehadiran Hendra yang tidak biasanya berangkat sepagi ini. hendra biasanya berangkat 5 menit sebelum bel berbunyi, tapi hari ini? Liliyana memandang wajah Hendra. Hendrapun membalas pandangan Liliyana. Sekilas mereka terjadi eye contac. Ndra, tumben? sapa Liliyana sambil meletakkan ransel hitamnya dimeja. Hendra dan Liliyana saat itu masih berdua. Belum ada siapapun.

Yoi yan. Lo juga tumben berangkat pagi-pagi gini? Hendra bertanya balik dengan semangat. ini anak kadang dingin. Kadang semangat banget. Hihiy apa jangan-jangan Hendra udah mulai suka ke gue yah? Yuhu batin Liliyana. Gue mau main basket dong ndra. Kalo lo kenapa bisa pagi-pagi gini udah berangkat? Biasanya telat? Terus lo kenapa juga semangat banget? tanya Liliyana penasaran. Demi cinta yan. Hehe. Gue rebutan bangku sama Liwen biar bisa duduk sama Sansan. Jawab Hendra penuh semangat tapi apa daya, Liliyana tak bisa menahan kelesuannya setelah mendengar penjelasan Hendra. Oooh. Liliyana sambil memainkan bibir (monyong kanan monyong kiri) langsung saja meninggalkan Hendra beserta semangatnya. Liliyana bergegas menuju ruang olahraga untuk mengambil bola basket. Gue Geer-nya keterlaluan! Nih kan jadi lemes gini :/ Sesekali Liliyana men-shoot bola basketnya ke ring basket dengan penuh emosi. Huft liliyana menghela nafasnya panjang. emang belum saatnya gue punya rasa sayang ke seseorang yah? Sekali sayang sama orang, pasti orang yang gue sayang nggak sayang ke gue. (kecuali mamah, papah, sama ka Lista.) Kau terangi jiwaku.. Kau redupkan lagi. Kau terangi jiwaku tuk melihatmu. Bel masuk berbunyi. Liliyana seusai berbasah-basahan dengan keringat langsung saja masuk kedalam kelas. Dilihatnya deretan bangku perbangku. Ada yang aneh, pikirnya. Yang duduk dibelakang Liliyana kini Liwen dengan sony. Sementara yang duduk disebelah kiri meja Liliyana ditempati oleh Hendra dan Sansan. Sansan? Hendra? Jadi? Tadi pagi yang Hendra katakan itu nggak boongan? Jadi dia berangkat pagi sekali memang benar-benar karena Sansan? Semua orang dikelas telah heboh tentang hubungan Hendra dan Sansan yang makin dekat. Kecuali Liliyana! Ia benci menghebohkan hubungan Hendra, cowok yang ia sukai, dan Sansan, sahabat dekatnya sendiri. Jika ada yang berani membicarakan

hubungan Hendra dan sansan, liliyana lebih memilih untuk menjauh dari perbincangan itu dan cepat pergi. Dan pada suatu hari.. San, lo mau gk jadi pacar gue? tanya Hendra pelan saat KBM sedang berlangsung. Tapi sepelan apapun suara Hendra, tentulah dapat didengar oleh telinga Liliyana yang sangat peka, apalagi jarak meja Hendra dan jarak meja Liliyana terpaut lumayan dekat. Sansan terdiam cukup lama. Lama sekali. Sok gengsi! Padahal mau kan sama Hendra? Sok mau bikin penasaran ke Hendra! Kalo aja gue diposisi lo, pasti nggak ada 1 detik gue udah jawab IYA Iya gue mau. Jawab Sansan dengan tampang yang sok bijak! Sok penuh misteri! Makasih ya san. Balas Hendra seraya tersenyum berbunga-bunga. DEG! satu hunusan pedang es menghujam hati Liliyana. Liliyana berusaha menampang wajah yang sebiasa mungkin agar tidak ada yang curiga dngan isi hatinya, termasuk Vita teman semejanya. Satu titik airmata ingin membuncah dari mata Liliyana, tapi ia tahan dan jangan sampai mengeluarkan sepeserpun airmata hanya karena hal sepele seperti itu. sepele? -Kau hancurkan hatiku tak tertahan lagi Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu.. *** Siangnya sepulang dari sekolah, Liliyana sudah menghadapi masalah kecil yang dibesar-besarkan oleh mamanya. Hanya gara-gara sebuah baju yang kotor dan belum dicuci sejak 2 hari yang lalu Liliyana dimarahi besar-besaran oleh mamahnya. Yana! Jadi anak dari dulu sampe sekarang nggak pernah berubah yah? Dasar pemalas! Nggak kreatif. Tuh baju kamu kotor banget belum dicuci lagi. Yang repot kan mamah! Mamah jadinya yang nyuci. Bentak Mamah Olly. Salah mamah sendiri mau nyuciin baju Yana. sahut Liliyana kesal.

Kamu dibilang malah ngejawab terus yah! Mau jadi apa kamu?! balas Mamah Olly. Mah jangan marahin Yana mulu deeh. Kalo nggak mamah marahin, kamu malah terus2an jadi pemalas! Terus jadi jorok, dijauhin teman-teman. Kamu pinter-pinter tapi idiot! seru mamah meninggi. Hati liliyana semakin tak karuan. Liliyana lebih memilih berlari ke kamarnya, menjauhi ngauman ratu singa yang sudah meraung-raung nggak jelas. berarti gue anaknya singa dong? Kebiasaan kalo diomongin malah minggat! Sana nggak mau dengerin mamah! Sana ngurung dikamar, terus baca komik, komik, dan komik! Udah mau ujian, baca buku pelajaran kek! Mamah Olly lagi-lagi menggonggong semakin nggak jelas. Sementara Liliyana sudah menutup pintu kamarnya. Mamah kira gue nggak pernah belajar apa? Huh tiap ulangan aja nilai gue bagus terus kok. Baca komik sama novel kan Cuma buat refreshing aja kaleeee. Emang idup gue Cuma buat baca buku pelajaran yang dari dulu isinya nggak pernah berubah apa? sambil berganti baju Liliyana ngedumel sendiri. Lengkaplah sudah penderitaan anak malang bernama Liliyana itu. Liliyana mengambil miniature candi Prambanan berwarna silver lalu ia merebahkan tubuhnya ke ranjang sambil mengamati titik per titik miniature itu. Hei Prambanan. Jogja. Si anak sipit dan es krim. Apa kabar? Sudah lama ya kita tidak bersua? sapa Liliyana pada benda tak bernyawa tapi menyimpan sejuta makna itu. Kalo kabar gue sekarang kurang baik nih. Gue sakit hati banget sama yang namanya Hendra, lancang banget kan Hendra nembak cewek didepan mata dan telinga gue? . Emang dasar cowok itu nggak pernah punya perasaan yah? Oia Apalagi si sansan. Dia jelas-jelas tau sendiri kalo gue, sahabatnya suka ke Hendra, tapi kenapa dia selalu ngumbar kemesraan ke Hendra tiap harinya? Gue enek tau. Gue pengen muntah. Liliyana melihat benda kecil itu dengan mata nanar. Hm tapi aslinya gue juga nggak punya hak apapun buat ngelarang siapapun buat ndeketin Hendra yah, karena gue itu bukan siapa-siapa Hendra :( ckck. Sesal Liliyana. Andai aja ada lo sipit disini. Sekolah bareng gue. pasti lo bakal nenangin gue disaat gue begini. Lo juga pasti nggak akan pernah nyakitin gue kaya yang Hendra lakuin. Gue kangen sekaligus sayang sama lo, sipit. Bisa nggak yah kita ketemu lagi? Terus

kapan yah kita ketemu lagi? Liliyana semakin erat menggenggam miniature dihadapannya. Setitik dua titik airmatapun pelan tapi pasti mengalir dipipi Liliyana. Gue benci Hendra! Gue benci cinta! Cinta gue emang Cuma buat elo sipit, bukan buat hendra! Gue kangen sama elo sipit!!!!!!! teriaknya pelan ditengah sebuah isakan. -Mungkin ini memang jalan takdirku Mengagumi tanpa dicintai Tapi tak mengapa bagiku Mencintaimu adalah bahagia untukku.. .. Ku ingin kau tau Diriku sini menanti dirimu Meski kutunggu hingga ujung waktuku Dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya..*** Hari demi hari dilewati Liliyana dengan muram. Liliyana kini sedikit berubah dari yang dulu. Liliyana yang periang, senang becanda, pemalas, bau, jarang mandi, lincah, gesit, tangguh, komik dan novel lovers dan senang sekali bermain basket sekarang tampak sudah tidak ada lagi dalam jiwa Liliyana. Liliyana yang sekarang adalah Liliyana yang pemurung, rajin mandi, gampang marah, rajin, nggak pernah lagi baca komik/ novel, dan dia juga sudah meninggalkan kebiasaan bermain basketnya dipagi hari. Kalau ada yang tanya begini, Yan, kok gue udah jarang ngeliat lo main basket lagi? Liliyana hanya menjawab Fokus UN. Dan Liliyana kini sudah mulai melupakan Hendra, meskipun dalam palung hatinya ia berkata sama sekali tidak bisa melupakan Hendra! Dikelas ia pun memilih untuk berpindah tempat duduk dipojok kiri depan jauh dari Bangku Hendra dan Sansan, pasangan yang mampu membuat Liliyana naik darah.

Biasanya tiap dikelas ia selalu curi-curi pandang ke Hendra dan pasti sering kepergok oleh Hendra yang ujung-ujungnya pasti pandang-pandangan, sekarang kebiasaan itu sudah tidak ada lagi dalam kamus hidup Liliyana. Liliyana hanya memandang dan focus terhadap papan tulis maupun guru pengajar. Hari ini tepat kegiatan Pensi/Pagelaran untuk Ujian Praktek berlangsung. Liliyana sendiri menjabat sebagai Bendahara bersama Sansan (?). selain itu, Liliyana juga menjabat sebagai Seksi dekorasi bersama dengan April, Liwen, Simon, dan Hendra.Hendra? Dua jabatan yang menurut Liliyana biasa tapi sulit dilaksanakan. Ia harus berpartneran dengan dua orang yang telah berhasil membuat hati terluka. Kemarin saja saat persiapan tata panggung, Liliyana tak kuasa lagi untuk meredam kerinduannya pada Hendra yang sudah lama ia jauhi. Rasanya Liliyana ingin menatap Hendra lebih lama dan lebih dalam lagi, tapi mustahil. Liliyana sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk membuang jauh-jauh perasaan kepada Hendra. Selamat pagi teman dan dewan penguji. Selamat datang di Pensi kelas IX C. sapa Greys (MC ) bersemangat kepada seluruh penonton. Penampilan pembuka acara akan dibawakan oleh pasangan tercetar sepanjang masa. Baik, kita persilahkan Hendra Setiawan dengan nomor ujian 1098 dan Sandiani a.k.a Sansan dengan nomor ujian 1345. Selamat menyaksikan. Gemuruh tepukan tangan menyambut princess dan prince tercetar sepanjang masa, membahana diseluruh sudut bangsal Spensa yang sudah didekorasi sedemikian indahnya oleh murid kelas IX C. kecuali dihati Liliyana, ia justru merasakan ada sebuah godam yang menghantam Hatinya berkali-kali. Berulang-ulang. Hendra dan Sansan akan duet menyanyikan sebuah lagu lokal karya anak daerah. Hendra juga memegang gitar untuk mengiringi tembang mereka. Ku sayang padamu biarkan cinta ini bersemi meski hatinya terluka Kau telah bersamaku takkan ada yang salah bila kau mencintai ku saja

Meski kau takkan mengerti dia menyayangimu seperti aku Izinkanlah memberinya kenangan meski hanya sebuah senyuman.. suara sansan mengawali duet mereka. Namun ku mengerti bahwa cinta harus memilih Tanpa ada yang tersakiti. Kini, kucoba untuk melukiskan cintanya disepanjang kisahku Dan berharap lupakanmu.. Hendra bernyanyi sambil memetik dawai gitar. Suaranya menyentuh sekali kedalam jantung Liliyana. Seakan-akan nafas Liliyana saat itu ingin berhenti. Kerongkongannya tercekat hingga sulit untuk bernafas. Dari pelupuk matanya ia menitikkan sebuah airmata. Entahlah itu airmata apa. yang jelas saat ini hati Liliyana seperti ditusuk-tusuk jarum. Cekit cekit cekit cekit. Untuk menghindari kecurigaan teman-teman terhadapnya, Liliyana memilih untuk pergi ke toilet bangsal. Mencuci matan dan wajahnya. Meredam segala emosi yang berkecamuk dalam Hatinya. Oke.. Penampilan penutup PENSI IX C akan diisi oleh cewek termaskulin sejagad raya. Baik kita tampilkan Liliyana Natsir dengan nomor ujian 1809. Selamat menyaksikan. Greys sang MC mempersilakan Liliyana maju kepanggung. Saya akan menyanyikan sebuah lagu untuk seseorang yang jauh nun disana ( read.untuk Hendra) . -Berdiri ku disini hanya untukmu dan yakinkan ku untuk memilihmu Dalam hati kecilku Inginkan kamu Berharap untuk dapat bersamamu Aku kan ada untuk dirimu dan bertahan untukmu Terlukis indah raut wajahmu dalam benakku Berikan ku cinta terindah yang hanya untukku

Tertulis indah puisi cinta dalam hatikku Dan aku yakin kau memanglah pilihan hatiku uuuu- Dengan penuh penghayatan Liliyana menyanyikan sebuah Lagu dari Lavina berjudul Pilihan Hatiku. Suara yang indah! PROK PROK PROK PROK PROK tepukkan tangan semakin menggema didalam bangsal. Sebuah closing yang bagus dari Liliyana. Greys sang MC mendekat kearah Liliyana dan melarang Liliyana untuk pergi dari panggung itu. Belum sampai disini perjumpaan kita. Masih ada seseorang yang akan memberikan kenangan manis untuk kita semua, terutama untuk Liliyana Natsir. Suara Greys mengejutkan Liliyana. Gue? Oke, kita persilakan seseorang yang siap membuat Liliyana shock dan kejer-kejer. Silakan maju kepanggung Pangeran tampan dan manis. Kata Greys membuat hati Liliyana penasaran. Seorang anak cowok maju kepanggung dan membuat setiap hati yang menonton bertanya-tanya. Ada apa sih? . Sementara, Liliyana terkejut dengan kehadiran sosok yang maju kepanggung ini. sosok yang pernah ada dalam hatinya. Wow. Ini ternyata pangeran kita. Suara Greys membahana lagi. Cowok yang baru saja naik kepanggung itu langsung berlutut dihadapan Liliyana. Liliyana sendiri tak mengerti apa yang akan ia lakukan. Kaget. Cowok itu mengeluarkan sebuah mawar merah dan memberinya kepada Liliyana, masih sambil berlutut. Simpan mawar yang kuberi. Mungkin wanginya mengilhami. Sudikah dirimu untuk, Kenali aku dulu? kata cowok itu tegas. Hah? jawab Liliyana bingung.

Aku sayang kamu Yan.. balas Cowok itu penuh kasih sayang.

apa maksud dari semua ini? membingungkan sekali!

---BERSAMBUNG---

Apa yang akan dilakukan Liliyana? Siapa sebenarnya sosok yang berada dipanggung itu? saksikan lebih lanjut dalam Cerbung Risalah Hati babak selanjutnya. Selamat berjumpa kembali! See you next time :*

Maaf kalo gk enak dibaca^^ maaf yg kena tag :p dadaaaaahh

Risalah Hati 6
oleh Go Sleng pada 25 Januari 2013 pukul 19:18

Kula nuwun readers ;) Bismillah saya lanjut cerbung Risalah hatinya. Maaf bgt nih yang part ini aneh bin ajaib, melebihi tekonya aladin. jkjk. Maaf kalo jelek, yg kena tag. smg gk ngecewain. --Author : Go Sleng (@Aistetnatsir) Title : Risalah Hati

Mau kah kamu jadi kekasihku, Liliyana? ucap cowok itu mantap. Mata Liliyana mengedar keseluruh sudut bangsal. Hatinya bertanya-tanya apa yang sebenarnya tuhan skenariokan?. Cowok itu masih berlutut penuh pengharapan didepan Liliyana. Liliyana saat itu hanya terdiam. Bingung akan menjawab apa.

Gue pernah suka sama ini anak. Tapi itu kan dulu. Kalo sekarang? batin Liliyana berperang. IYA gue mau, wi! jawab Liliyana parau. Suaranya terdengar jelas melalu microfon yang ia genggam. Kini, kucoba untuk melukiskan cintanya disepanjang kisahku Dan berharap lupakanmu . PROK PROK PROK PROK tepukkan tangan menggelora terlalu keras hingga sampai ke hati Liliyana yang sekarang dirundung bimbang. Ini semua gue lakuin demi melupakan Hendra. Gue harus bisa buka hati buat orang lain. Senyum cowok manis bernama Owi langsung mengembang begitu mendengar jawaban dari Liliyana. Ia lalu kembali menyerahkan sekuntum bunga mawar untuk Liliyana. Simpan mawar yang ku beri. Mungkin wanginya mengilhami. Dan dengan berat hati Liliyanapun mau menerima pemberian mawar itu dari Owi. Makasih, wi. kata Liliyana lirih. suaranya seolah-olah masih nyangkut ditenggorokan. Susah keluar. Iya oke itulah kenangan indah dalam Pensi kali ini. semoga kejadian ini akan dikenang sepanjang masa. Selamat untuk Liliyana dan Owi yang sudah menyatukan cinta mereka disini. Greys sang MC dengan semangat mengulurkan tangan kepada Liliyana dan Owi secara bergantian. Setelah acara PENSI selesai, semua siswa IX-C melakukan foto-foto bersama untuk album kenangan dikelak nanti. Tapi, sepertinya diacara foto bareng kali ini ada seseorang yang belum menunjukkan batang hidungnya. Iya, Hendra. Kemana Hendra? Padahal tadi saja Hendra mengikuti acara Pensi, kok sekarang menghilang? San, cowok lo kemana? Kok nggak nongol-nongol sih? tanya Sony pada cewek yang merajut kasih dengan Hendra. Hendra tadi izin pulang dan nggak bisa ikut acara ini. katanya dia sakit. Jawab Sansan. Sakit kok mendadak? Padahal tadi dia semangat banget kan? Itu yang namanya sakit dadakan kali Son. Balas sansan enteng lalu meninggalkan Sony berdiri termangu-mangu sendirian. ***

IYA gue mau wi! jawaban Liliyana terdengar jelas ketelinga Hendra yang kala itu tengah merapikan rambutnya dibalik panggung. Hati hendra tertarik untuk melihat keatas panggung. Mata Hendra langsung terbelalak ketika ia mendapati seorang cowok dan cewek yang ternyata itu adalah Owi dan Liliyana sedang melakukan sebuah ritual diatas panggung. Yana? owi? yana sama owi? tanya Hendra dalam hati. Entahlah apa yang ia fikirkan. Fikirannya melayang-layang tak tentu arah. Hatinya seperti terhantam benda keras yang entah dari mana datangnya. Kenapa badan gue langsung panas dingin begini? Ada apa? Hendra membatin lagi. Setelah itu juga Hendra memutuskan untuk tidak melanjutkan acara lain-lain di PENSI ini. ia lebih memilih pulang kerumah dan berpamitan kepada Sansan. Beb, gue nggak enak badan nih. Gue ijin pulang yah. Kata Hendra sambil meringis kesakitan. Sakit yang tidak tahu datangnya kapan dan sakit yang tidak tahu letaknya dimana. Lo sakit beb? Ya udah ya udah bebeb pulang aja daripada maksa diri disini. Nanti malah bebeb kena apa-apa. tanya Sansan khawatir Nggak. Cuma mata gue sedikit nyeri. Mungkin gue lupa nggak makan wortel tadi pagi. Alasan Hendra ngaco. Oh gitu. Ya udah sana bebeb pulang duluan aja. Nanti gue izinin kok ke ketua panitia kita (Simon). Balas Sansan. Kemudian Hendra pergi dari tempat itu, dari bangsal penuh misteri yang pernah ia temui, sambil sesekali sebelum keluar dari pintu, ia memandang Liliyana yang ada dipanggung itu. Sesungguhnya aku tak rela melihat kau dengannya sungguh hati terluka Cukup puas kau buat diriku Merasakan cemburu Kembalilah padaku

******* Setelah kejadian saat Pensi itu. liliyana dan Hendra makin berjauhan. Mereka kini punya dunianya masing-masing. Liliyana sudah mempunyai Owi, sedangkan Hendra juga sudah mempunyai Sansan yang selalu mendampinginya kapan saja. Akhirnya ada seberkas kerinduan diantara mereka, terutama dari Hendra. Hendra baru sekarang pernah mengalami ketersiksaan seperti ini. tiap harinya seperti ada yang menyambuk-cambuk hati dan fikirannya. Ia seperti kehilangan sangkar yang setiap hari hadir dihidupnya. Liliyana, ia seperti kehilangan Liliyana. Liliyana yang dulu sering curi-curi pandang ke dia, yang sering blak-blakan ngomong ke Hendra kalo Liliyana suka ke Hendra, Liliyana yang sering ngomong keras sama Vita kalo Hendra itu ganteng banget, Liliyana yang sering ketawa, Liliyana yang selalu mencintainya dan bertahan untuknya meski hati Liliyana terluka. Semua itu Hendra rindukan! Apalagi semenjak Liliyana jadian dengan Owi. Liliyana semakin tak pernah melirik Hendra sekalipun, kecuali kalau tidak sengaja. Dan tepat tiga hari sebelum Ujian Nasional berlangsung, kelas IX C kelasnya Liliyana masih melakukan pendalaman materi. semua siswa mengikuti kegiatan itu dengan seksama dan penuh perhatian. Gue jangan liatin Yana terus plis! Dia udah ada yang punya dan gue juga udah ada yang punya. Batin Hendra. Hendra sambil melirik ke seorang cewek di sebelah kanannya, Sansan. Hendra tertunduk sejenak kearah sebuah kertas dan pena. ia menuliskan Dua kata dengan ukuran begitu besar, memenuhi kertas itu. Lempar nggak ya? lempar nggak ya? ntar dulu, nunggu Sansan mulai lengah. Batin Hendra. Mata Hendra tak lepas mengawasi gerak-gerik sansan, dan ketika sansan mulai sedikit lengah, ia melemparkan sebuah kertas yang ia remas-remas. Liliyana merasakan ada benda ringan menghantam punggungnya. Kemudian ia menengok kebelakang dan mengambil benda ringan yang sudah terbujur kaku dilantai kelas. SSREEKK Liliyana membuka pelan. Serangkai kata singkat yang berbunyi MISS U tertera diatas kertas itu. Siapa sih yang nglempar ini? Buat gue kah? tanya Liliyana dalam hati.

Hendra mengamati gerak-gerik Liliyana dengan hati-hati agar tidak ketahuan oleh siapapun, dalam hatinya ia berkata, MISS YOU, YANA. Malamnya di kompleks rumah Liliyana bintang cukup bertabur dilangit gelap. Bulan juga turut hadir menghiasinya. Sekarang Liliyana berada diteras rumah sambil membuka tutup kertas yang tadi siang menghantam punggungnya. Dibacanya kertas itu berulang-ulang, MISS U.. MISS U.. MISS U.. Sapa yang nulis ini sih? apa mungkin Hendra? Apa mungkin Hendra kangen sama gue? tanyanya pada rumput yang bergoyang. Sesekali Liliyana melirik rumah disebelah kanannya yang mempunyai tembok pembatas. Hendra juga tak ingin melewatkan kesempatan melihat malam seindah ini dihidupnya. Sambil merelaksasikan diri, ia bersandar dikursi teras rumah dengan membawa sebuah gitar. Ia siap menggalau ria bersama angin-angin kecil yang berlalu lalang dihadapannya. Bintang malam, Katakan padanya, Aku ingin melukis sinarmu dihatinya, Embun pagi katakan padanya, Biar ku dekap erat waktu dingin membelenggunya. Tahukah engaku wahai langit? Ku ingin bertemu membelai wajahnya Kan ku pasang hiasan angkasa yang terindah Hanya untuk dirinya Lagu rindu ini kuciptakan, Hanya untuk bidadari hatiku tercinta Walau hanya nada sederhana

Ijinkanku ungkap segenap rasa dan kerinduan. Hendra menyanyi dengan suara seadanya tapi penuh penghayatan, sambil memandang rumah disebelah kirinya, Rumah Lilyana. Meskipun mereka bertetangga dan Teman satu kelas yang tiap harinya pasti bertemu, tapi ada sesuatu rasa bernama rindu hadir menyelinap diantara mereka. Mereka tidak bisa membohongi perasaan masing-masing. Keduanya sekarang jelas terlihat suka sama suka. Tapi tetap masih saja ada sekat menghalangi kebersamaan mereka. Jadi untuk apa sebenarnya tuhan memberikan keadaan seperti ini untuk mereka? Ujian? Memang sudah pantaskah anak bau kencur seperti mereka menyicipi ujian percintaan seperti itu? #Mau jadi apa kalian? *author pegang gergaji, siap menggal daging readers!:D **** Ujian Nasional telah berlalu begitu saja, tinggal menunggu kelulusan dan hasil dari kerja keras semua siswa kelas IX. Dan sekarang jatuh pada acara Perpisahan yang rutin dilaksanakan setiap tahun di sekolah Liliyana. Hendra turut serta mengisi acara perpisahan kali ini, untuk kedua kalinya ia akan berduet dengan Sansan. Sementara Liliyana juga turut mengisi dengan berduet dengan kekasihnya, Owi. Tak ada kisah tentang cinta yang bisa terhindar dari air mata, Namun kucoba menerima hatiku membuka, Siap untuk terluka. Cinta tak mungkin berhenti secepat saat aku jatuh hati, Jatuhkan hatiku kepadamu Sehingga hidupku pun berarti Cinta tak mudah berganti tak mudah berganti jadi benci. Walau kini aku harus pergi tuk sembuhkan hati. Malah seharusnya bisa saja dulu aku menghindar dari pahitnya cinta Namun ku kini begini, biar kuterima saat kita jalani demi cinta. Sebelum Hendra dan Sansan perform, Liliyana dan Owi diberi kesempatan lebih dahulu ketimbang mereka. Liliyana Owi menembangkan lagu Cinta tak mungkin berhenti dari Tangga. Kemudian ketika waktunya Hendra dan Sansan tiba, mereka mendendangkan sebuah lagu lagi.

Bukan ku menarik ulur hatimu. Salahkah jika ku mengharapkanmu. kutahu hatimu hanya untukku kau bersamanya pelarian semata. Sesungguhnya aku tak rela melihat kau dengannya Sungguh hati terluka. Lagu itu seolah-olah menyiratkan perasaan Hendra terhadap Liliyana. Lagu duet yang Hendra maupun Liliyana pilih memang lumayan menggambarkan perasaan mereka masingmasing yang sudah kacau gara-gara cinta, Cinta monyet, kera, kethek, gorilla, dsb. Tiga hari setelah acara perpisahan, kini saatnya masuk dalam acara Pengumuman Kelulusan. Semua siswa yang didampingi oleh orangtuanya merasakan detakan jantung yang lumayan kencang. Saat-saat menunggu kelulusan adalah saatsaat paling membuat perut mules. Begitu juga yang dialami dengan Hendra, Liliyana, Owi, Sansan, dan kawan-kawan. Disaat jantung tak henti-hentinya berdegup, ada suatu pemandangan yang langsung membuat mata Liliyana dan Hendra tertuju pada satu objek. Dua orang lelaki paruh baya sedang melakukan perbincangan cukup serius tapi penuh dengan kerinduan. Eh kamu bukannya Beno? tanya salah satu lelaki sambil menepuk bahu lelaki yang lain. Sejenak lelaki yang dipanggil Beno mengamati lelaki didepannya, mencoba untuk mengingat-ingat. Siapa ya? jawab Beno balik bertanya Wah mentang-mentang udah jadi bos lupa sama aku nih.. hemm.. balasnya. Beno melihat ulang lelaki yang sedang ia ajak ngobrol itu. KENDRA? Hiyaaak. Beno langsung merentangkan tangannya dan memeluk lelaki yang ia panggil Kendra itu. Kok lo bisa ada disini ken? tanya Beno disela hangatnya pelukkan. Anakku sekolah disini. Kamu kenapa juga bisa ada disini ben? Sama kaya elo. Anak gue juga sekolah disini. Jawab Beno sambil melepaskan pelukkannya. Wah berarti selama ini anak kita satu sekolah dong?

Iya. Eh ken,sekarang lo tinggal dimana? Waduh udah jadi bos besar ya sekarang? tanya Beno Masih tinggal ditempat kita kecil dulu. hehe, bukannya kamu yang udah jadi bos besar? Aku sampai sekarang Cuma jadi pengajar aja lah ben. Pengajar apa? pengajar istri dan anak? Jadi selama ini lo suka ngehajar dan mukulin anak istri lo? ledek Beno. Haha bukan lah. Aku kan suami sayang anak tapi takut istri. Jadi nggak mungkin lah aku menganiaya mereka. Jawab Kendra sambil tertawa. Tertawanya sambil merem. mirip sekali dengan seseorang! Terus lo kerja apa? Dosen di UGM, ben. Jawab Kendra tersenyum. Senyumnya mengingatkan kepada seseorang! Wih, hebat ya lo! Oya ken, gimana kondisi kampung halaman? Masih asri seperti dulu apa udah hancur lebur tinggal tanah? Haha ya masih sama kaya dulu lah Ben. Cuma sekarang udah banyak rumah-rumah ketimbang dulu yang isinya kampung kita Cuma kuburan jawab Kendra seadanya. Oh haha. ngomong-ngomong lo punya anak berapa Ken? tanya Beno. Tiga ben. kenapa? Pertanyaan Kendra belum sampai terjawab oleh Beno karena pengumuman kelulusan sudah akan dimulai. SEMUA LULUS!!!!!! YEEEEEEEEEE!!! teriak Sony sambil berjingkrak-jingkrak kegirangan. Pengumuman Peringkat 10 besar Ujian Nasional tahun ajaran 20**/20**. Peringkat sepuluh : Melati Daeva dari kelas IX G, Peringkat Sembilan : Angga Pratama dari kelas IX C, Peringkat Delapan : Alvent Yulianto dari kelas IX D, Peringkat Tujuh : Meiliana Jauhari dari kelas IX A, Peringkat Enam : Greysia, Peringkat Lima : Simon, Peringkat Empat : Vita Marissa.. Dan Peringkat tiga Besar Ujian Nasional jatuh kepada. Peringkat tiga, Mohammad Ahsan IX E. Peringkat Duaaaaa yaitu Hendra Setiawan dari kelas IX C. dan peringkat pertama sekaligus nilai tertinggi UN kali ini adalah Liliyana Natsir dari kelas IX C. nama-nama yang dipanggil harap maju kedepan untuk menerima penghargaan.

Liliyana dan ayahnya, Pak Beno Natsir tersenyum bahagia. Akhirnya perjuangan melawan ujian-ujian menuntut ilmu di putih biru berbuah manis dihari ini. Hendra malah tersentak dengan hasil pengumuman peringkat tadi. Tumben sekali ia mendapat peringkat? Peringkatnya tertinggi ke 2 lagi. Selamat ndra. Nggak sia-sia bapak nyekolahin kamu jauh-jauh kesini. Ternyata kamu serius juga belajarnya. Meskipun hanya ranking 2. Ucap lelaki sambil mengelus-elus punggung Hendra. Hehe biasa aja pah. Jawab Hendra merendah. Udah nggak pacaran ya ndra jadi kamu bisa dapet ranking tinggi? ledek Ayah Hendra. Hah? Hendra maju dulu ya pah, udah dipanggil-panggil tuh. Balas Hendra meninggalkan ayahnya dan berlari untuk menerima penghargaan dari sekolah. Hendra maju kedepan dan berbaris membentuk 1 saf. Ia otomatis sebagai ranking 2 harus bersebelahan dengan ranking 1. Jadi, Hendra kali ini bersebelahan dengan Liliyana. Ada rasa yang berbeda menghinggapi keduanya bersebelahan dengan jarak yang tak terlalu jauh. Sudah lama sekali mereka tidak merasakan kedekatan seperti ini. terakhir berdekatan, saat hari ketika Hendra dan Liliyana sama-sama datang pagi kekelas, karena hendra ingin merebut bangku Liwen agar bisa duduk bersama Sansan dank arena Liliyana ingin lebih puas dan lama bermain basket. Dalam hati Liliyana ada secercah kerinduan terhadap Hendra. Ingin rasanya ia menatap hendra lama atau hanya sekedar curi-curi pandang seperti yang biasa ia lakukan kepada Hendra. Dan kali ini, untuk yang terakhir kalinya, Liliyana memberanikan diri melirik kea rah hendra, Hendra yang merasa dirinya sedang diperhatikan oleh seseorang langsung merespon dan balik melirik. Akhirnya kedua mata mereka saling bertemu. Lama! Ingin rasanya waktu itu diberhentikan agar mereka selamanya dapat melihat mata pujaan hatinya masing-masing. Yana, gara-gara lo, nilai UN gue jadi tertinggi kedua disekolah. Gara-gara sakit hati ke lo, gue jadi sering ngebuka buku dan pura-pura sibuk dengan buku. Tapi dari sebuah kepura-puraan itu, gue jadi terlanjur seneng ngebuka buku dan berjibaku ke buku. Iya, demi melupakan lo mata gue sampe pegel baca buku terus tiap hari. Batin Hendra masih menatap mata nanar Liliyana yang sebentar lagi sudah mengalir air dipipi lembutnya. Ndra, gara-gara gue sakit hati ke elo, gue jadi sekarang sering mandi. Sekarang gue jadi rajin, nggak jorok lagi. Gue pura-pura menyibukkan diri dengan kegiatan rumah tangga kaya nyucci baju, piring, mandi, makan, tidur, dll hanya karena demi

ngelupain lo! tapi sayang yah, sampe sekarang gue nggak bisa lupain lo walaupun gue udah sama Owi. batin Liliyana. Pembagian penghargaan berakhir. Acara selanjutnya adalah nangis-nangisan, pelukpelukkan, dan maaf-maafan ke sesama teman selama di SMP, tanpa acara coret-coret baju dan konvoi loh yah ;) Yana, lo mau nerusin sekolah dimana? tanya Vita sahabat karib Liliyana selama di SMP Jauh ta. kalo lo mau kemana? jawab Liliyana dengan mata yang sudah menggenang air. Nggak tau Yan. Paling gue mau sekolah yang deket-deket aja. Hiks hiks. Lo jangan lupain gue yah. Gue bakal kangen sama lo, kangen sama celotehan lo, kangen sama guyonan lo yang bisa buat gue ngompol dicelana, bakal kangen sama curhat-curhatan lo, gue juga bakal kangen komplotan yang pernah kita sama Pia, Mei, dan Ocoy buat pas masih jadi anak pramuka, dan gue bakal kangen sama semua tentang lo Liliyana.. kata Vita dengan mata berkaca-kaca. Liliyana langsung memeluk Vita penuh kasih sayang. Gue juga begitu ta. gue bakal kangen semua tentang lo. jangan lupain gue juga kalo udah di SMA yah. Gue nggak akan pernah lupain Vita yang selalu ngomongin Alvent dalam obrolan-obrolannya. Tangis kedua cewek tomboy itu pecah begitu saja. Mengalir dalam hangatnya perpisahan. Hehe. Gue juga nggak akan pernah Lupain Liliyana yang selalu nyebut Hendra dalam setiap obrolannya. Jawab Vita. Liliyana langsung melepas pelukannya setelah mendengar nama seseorang yang pernah berhasil membuat hatinya dongkol sepanjang kelas IX. Vita... Liliyana tertunduk lemas. Vita sepertinya sudah hapal dengan perasaan Liliyana kalau sudah begini. Liliyana pasti teringat semua tentang Hendra. Yan, lo nggak boleh sedih terus begini. Lo udah punya Owi yang baik itu! Oya, gue punya sesuatu buat lo. Vita berlari menuju suatu tempat untuk mengambil sesuatu. Kemudian kembali lagi kearah Liliyana sambil membawa sebungkus kado besar. Nih buat lo Yan. Simpen ya, yan! Vita menyodorkan bungkus kado itu dengan mata sembab. Apa nih ta? aduh repot-repot segala lo. gue buka sekarang yah? ;)

Situ buka aja haha. setuju Vita. Dan Liliyana membuka bungkusan kado besar itu. ternyata isinya, Ahhh makasih banget ya Ta. walaupun gue nggak suka boneka tapi gue seneng sama boneka yang lo kasih ini. ini boneka pertama yang gue suka. Boneka bola basket. Thanks vita. Lo sahabat gue paling baik sedunia. Liliyana tersenyum hingga membuat Vita turut bahagia melihatnya. Jangan sampe ilang loh. Itu mahal. Gue ngumpulin uangnya sampe gue kurus kering kaya begini haha. jawab Vita. Cekikikik yaaa mangap deh mangap. Liliyana dan Vita lalu bercekikik ria. Namun tiba-tiba ada seorang cowok menghancurkan cekikikan mereka. Yan, ta sapa orang itu. Woyy elo bos. Mau ikut cekikik ria yah? tanya Vita. Hehe nggak. Gue mau ngomong sama Yana boleh nggak? Gue pinjem Yana bentar yah? jawab orang itu. Iya gue bolehin. Sana pinjem aja, sekalian jangan dikembaliin. Balas Vita. Eeee.. tapi gue pengen sama Vita aja. Liliyana membuang muka ke orang itu. Udah Yan. Jangan manja gitu deh sama gue. udah sana lo ngomong sama Hendra. Katanya sayang. Ups celetuk Vita. Liliyana menyubit lengan Vita. Tapi ini buat yang terakhir kalinya gue ngomong sama lo. kata Liliyana kepada Hendra dengan nada datar tanpa ekspresi. Gue kangen banget sama lo Ndra Thanks yah. Hendra menarik tangan Liliyana menuju taman dibelakang kelas yang jauh dari keriuhan siswa, guru, dan orangtua. Yan, maafin gue selama di SMP ini yah. Ucap Hendra penuh pen yesalan. Maaf? Maaf buat apa? tanya Liliyana sinis. Semua kesalahan gue. Gue udah tau semua kok Yan. Lo sakit hati kan sama gue? Kata siapa? jawab Liliyana jutek.

Nggak ada yang bilang. Gue Cuma ngerasa. Sejak kapan lo make perasaan? Logika yang lo bilang sekarang udah nggak kepake? Yana.. itu kan berlaku Cuma pas ngerjain soal fisika. Kata Hendra. Kamu bilang berlaku pas ngerjain soal fisika aja? Omong kosong. Jawab Liliyana tanpa melihat Hendra. Ia memandang lurus kedepan. Iya iya gue tau Yan. Maafin gue makanya. Maaf banget Yan. Gue ngaku gue salah. Ucapan maaf lagi-lagi keluar dari bibir manis Hendra. Tapi bagaimana lagi? Pepatah mengatakan Nasi Sudah Menjadi Bubur, dan kini Bubur itu telah menjadi busuk. Maaf tidak cukup bagi Hati Liliyana! Udah gue maafin dari dulu. udah ya ndra, gue sibuk. Kata Liliyana mengakhiri pembicaraan kemudian bangkit dari tempat itu. Hendra meraih tangan Liliyana. Selamat udah jadi yang terbaik! cetus Hendra dengan nada bijak. Makasih. Jawab Liliyana seadanya kemudian benar-benar berlalu. -Jadikan ini perpisahan yang termanis. Yang indah dalam hidupmu. Sepanjang waktu. Semua berajhir tanpa dendam dalan hati. Maafkan semua salahku yang pernah menyakitimu*** Libur akhir semester tinggal 2 hari. Liliyana yang sudah diterima dsekolah ternama disuatu kota telah selesai mengemasi barang-barangnya. Hari ini Liliyana akan meninggalkan Kota kelahirannya, Jakarta, dan segala kenangan didalamnya. Mamah, Yana pamit dulu ya. doakan Yana bisa dapet temen yang baik-baik disana. Pamit Liliyana kepada mamah Olly. Iya pasti. Mamah selalu mendoakanmu, Yan. Jaga diri baik-baik yah. Mamah Olly melepas anak bungsunya untuk melanjutkan masa putih abu dikota yang istimewa. Oh iya mah, kalo ada teman Yana yang tanya Yana sekarang dimana atau sekolah dimana, jawab aja JAUH ya mah. Kata Liliyana.

Loh? Kalo Vita, Kristin, Ocoy, Pia atau temen deketmu yang tanya gimana? Mamah jawab JAUH juga? Kasih aja nomor hp nya Yana. Biar Yana yang bilang sendiri sama mereka. Seru Liliyana. Oke deh sayang. Ya udah sana cepet-cepet ke stasiun. Ntar malah ketinggalan kereta! perintah Mama holly. Lalu Liliyana mengangguk dan menampakkan seulas senyum perpisahan dengan sang mamah. Sejenak Liliyana memandang rumah disebelah kanannya. Rumah yang dihuni orang yang pernah membuat Liliyana tersenyum bahkan pernah membuat menangis. Dari jendela, Hendra memandang kepergian Liliyana dengan nanar. Matanya sudah tak kuasa menahan perih yang melebihi perih terkena bawang merah. Gue bakal merindukanmu Yana. katanya lirih.

"But don't you remember?Don't you remember?The reason you loved me before,Baby, please remember me once more,When was the last time you thought of me?Or have you completely erased me from your memory?I often think about where I went wrong,The more I do, the less I know" --BERSAMBUNG-

Bagaimana kelanjutan Kisah Kasih Liliyana? Apakah dengan pergi dari ibukota tempat berjuta kenangan, membuat Liliyana dapat melupakan Hendra dan semua sakit hatinya? Entah. Kita liat saja di babak selanjutnya. Sampai berjumpa next time.

Risalah Hati 7
oleh Go Sleng pada 27 Januari 2013 pukul 10:58

Selamat hari minggu minggu hari selamat ;) Bismillah author gaje datang menebar cerbung RH part 7. Semakin ngawur nih cerita :p Maaf klo gk sesuai hati pemirsah, sy hanya mnjlnkan wangsit. smg gk kecewain :p -----

Author : Go Sleng (@Aistetnatsir) Title: Risalah hati.

*****

Sekarang Liliyana sudah berada didalam kereta api. Meninggalkan seglintir penyakit hatinya di Jakarta demi menuntut ilmu dan melupakan seseorang. Jarak kita semakin dekat. Gue bakal mencari kehidupan baru. Semoga lo bisa isi hidup baru gue nantinya. Ucap Liliyana pada miniature Prambanan yang selalu ia genggam kemanapun pergi. Dilain tempat, sesuai dugaan Liliyana, Hendra dating kerumahnya. TOK.TOK.TOK. Mamah Olly membukakan pintu. Eeeeh ada dek Hendra, ada perlu apa ya dek? Tanya mama olly. Mau ketemu sama Yana tante, boleh? jawabnya. Yaahh.. Yana udah pergi duluan tadi sore.. Pergi kemana ya tan? Mmmm.. Pergi jauh. Dia sekarang sekolah diluar kota. Jawab Mamah Olly. Oh. Kalau boleh tau nama sekolah Yana itu apa dan dimana ya tan? Mending kamu Tanya sendiri sama Yana nya langsung. Ini tante kasih nomor hape nya. Mamah Olly memberikan nomor ponsel Liliyana. Terimakasih ya tan. Hendra pamit dulu. Hendra pulang kesebelah rumah Liliyana yaitu rumah kakek neneknya yang sudah menjadi tempat tinggal selama 3 tahun. **** Setelah mendapat nomor hp Liliyana, Hendra langsung menghubunginya.

Halo? sapa Hendra. Iya halo? Siapa yah? Yana, gue hendra. Lo sekarang,. Belum selesai bicara, sambungan telefon Hendra terputus. Air muka Hendra langsung berubah seketika, kecewa. Ah! Padahal gue mau pamitan sama lo yan. Besok gue udah nggak tinggal dirumah kakek lagi. Tapi lo malah gitu sama gue. Ya udah, mungkin kita nggak bakal bisa ketemu lagi. Selamanya. Gerutu Hendra. Maaf ndra, gue nggak bisa lama-lama denger/ngobrol sama lo. Mulai dari sekarang gue nggak bakal ngejar-ngejar lo lagi kok. Gue mau lupain lo dan ngerelain lo sama orang lain. Batin Liliyana didalam kereta. Dia tertunduk. ******* Na, yang betah ya dirumah pakde. Anggap aja rumah pakde ini rumah kamu sendiri. Kata Pakde yang duduk disofa bersama Liliyana, istrinya, dan kedua anaknya. Hehe iya pakde. Maaf ya Yana udah ngerepotin keluarga pakde. Halah ngerepotin apanya? Kita malah seneng kok kamu tinggal dan sekolah disini. Balas Pakde. Iya Na. Kita juga seneng kamu tinggal bareng kita. Jadi kita banyak temen kan Yom? Tanya Maria pada adiknya, hayom. Heem mba. Seneng ada mba Yana disini. Rame deh ini rumah. Jawab Hayom. Hayom dan Maria adalah anak Pakdenya Liliyana. Umur mereka terpaut 3 tahun. Maria lebih tua dua tahun dengan Liliyana, sedangkan Hayom satu tahun lebih muda disbanding Liliyana. Hehe kalian bisa aja.balas Liliyana seraya tersenyum. Akhirnya Liliyana bergabung dengan keluarga kecil Pakde Arbi dan menjadi bagian dari mereka. Hari pertama sampai hari keenam di SMA baru Liliyana hanya dilewati dengan MOS. Tiada yang istimewa seperti nama kota ini. Semua berjalan normal dan biasa. Iya biasa aja.

Sekarang MOS telah berakhir, Liliyana pulang dengan menaikki bus trans Jogja hingga ke daerah Condong Catur, setelah itu ia berjalan menyusuri jalanan yang masih begitu asri dan damai. Hehhhh.. MOS nya sama sekali nggak menarik, sama kaya anak cowoknyaa, nggak ada yang menarik juga. Keluh Liliyana masih sambil menyusuri jalan. Gue kesini aslinya mau ngapain sih? Sekolah nggak ada gairah! Nyari duit nggak mungkin! Terus mau ngapain yah? Ngelupain hendra? Kayanya nggak logis banget alasannya. Liliyana ngedumel sendiri. Gang menuju rumah Pakde Arbi masih jauh dari penglihatan. Liliyana terlihat lelah. Hingga dia memutuskan menghentikan langkahnya sejenak dan duduk dibawah pohon yang dilingkari tempat duduk dari semen. Sambil menerawang jauh ke jalanan, Liliyana membayangkan kalau seandainya ini Jakarta. Jakarta? Rindu melanda hati Liliyana terhadap kota kelahirannya. Dia belum lama tinggal dikota istimewa ini jadi masih sedikit canggung dengan seluk beluk kehidupan disini. Karena tuhan terlalu baik kepada Liliyana yang sekarang dirundung kelelahan, Tuhan menurunkan penjual es krim melintas didepan mata Liliyana. Kebetulan! Semua berjalan kebetulan! Mas, eskrim Penjual eskrim keliling dengan gerobak berlogo Walls itu berhenti. Monggo mba. Mau yang rasa apa? Mas coklat yang biasa.. suara berat terdengar ditelinga Liliyana. Bukan suara beratnya si-Mas bakul eskrim itu, tapi siapa? Oh ya ini mas. Liliyana masih saja memilah-milih eskrim didalam pendingin, ia tidak peduli dengan suara pembeli eskrim lain. Mas, saya yang ini aja. Ini uangnya. Makasih yah. Liliyana menyodorkan uangnya kepada penjual eskrim setelah mendapatkan eskirim dan berlalu tanpa melihat kearah pembeli eskrim lainnya, begitupun samng pembeli eskrim satunya. Hendra masuk kerumah Orangtuanya yang tiga tahun lamanya ia tinggalkan. Sekarang dia sudah kembali kekampung halamannya. Terkadang ia

merindukkan rumah kakeknya di Jakarta yang bersebelahan dengan seseorang yang pernah mencintainya dengan tulus dan pernah ia sakiti. Ini yah yang namanya cinta? tanyanya pada hati sendiri. Mungkin selama ini, Hendra sudah sering bahkan sangat sering menyicipi pacaran. Tapi baginya, pacaran yang dilakoninya saat masih SMA Cuma kesenangan visual. Tidak pernah benarbenar dari dalam hati. Berbeda dengan yang sekarang ia rasakan! Sepertinya ia mulai merasakan jatuh cinta. Jatuh? Iya jatuh. Makanya sakit *loh? Sekarangpun Hendra sudah tidak mempunyai kekasih. Sansan yang kemarin sempat berada dihatinya dan berpacaran dengannya sudah tidak lagi bersamanya. Hendra memutuskannya dengan alasan karena ia akan pindah. Padahal aslinya, Hendra sudah tidak suka dengan sansan. Tapi ke Liliyana. Bener juga kata orang jawa. Writing Tresno, Jalaran soko kulino. Cinta itu bisa datang karena telah terbiasa! Sama seperti gue, gue suka ke elo gara-gara terbiasa. Sebenernya gue mah ogah tuh suka sama cewek kaya lo. udah jelek sok ngejauhin gue lagi. Hehe. Damai yan. Cerocosnya ke foto didalam ponselnya. Ke foto Liliyana yang ia dapat dari Vita saat kelulusan. Tuhan.. Hanya satu pintaku padaMu, jagalah dia saat aku, jauh dari sisinya.. Ku butuhkan orang yang tulus padamu, Tapi ku tinggalkan dirinya saat aku berjumpa. Ku sendiri, dan kulelah. Ku merindukanmu sayang. Dan lagi. Dear God Versi Indonesia*** Sesampainya dirumah Pakde Arbi, Liliyana disambut hangat oleh adik dari Maria yaitu Hayom. Mba, mba yana mau Hayom ajak jalan-jalan nggak nanti malem? Berhubung besok minggu. Tanya Hayom. Apa yom? Emang mau jalan-jalan kemana yom? tanya Liliyana balik. Ke pertunjukan Ramayana diprambanan. Gimana? Mau nggak?

Hmm.. emang sama Pakde boleh? Liliyana mengernyitkan kening. Ya jelas boleh dong. Mau nggak nih? kata Hayom minta persetujuan. Mau sih. tapi kenapa kamu ngajaknya aku? Emang kamu nggak malmingan sama pacarmu? ledek Liliyana. Hehe belum punya pacar nih mba. Hehe. Oke yah ntar malem kita kesana. Ucap hayom sambil menggaruk kecil tengkuknya. Malam datang menampakkan jubah sang raja. Langit cerah terhiasi oleh Rembulan yang kala itu sedang bulat-bulatnya. Purnama! TOK TOK TOK.. mba udah siap blm? Hayom tunggu diteras ya? kata Hayom didepan pintu kamar Liliyana. Bentar lagi Yom. Iya udah sana. Jawab Liliyana sambil mengenakan jaket Hoddie Merahnya. Setelah selesai berdandan seadanya, Liliyana keluar dan menemui Hayom diteras rumah. Yuk yom cabut. Ajak Liliyana. Oke mbaaa. Jawab Hayom sambil berjalan kemotornya kemudian menaikkinya. Hayook mba naik. Suruh Hayom. Iya iya. Liliyana membonceng Hayom kemudian pergi meninggalkan rumah pakdenya untuk menonton pertunjukkan Ramayana dibawah bulan purnama. Mba turun sini yah. Hayom mau markir motor dulu. Liliyan mengangguk dan Hayom memarkirkan motornya sebentar. Selesai memarkirkan motor. Yuk mba masuk kedalem. Hayom langsung menggandeng tangan Liliyana layaknya seorang pria yang menggandeng pasangannya. ihh main gandeng-gandeng aja lo Yom! Ciri-ciri cowok kesepian nih. Haha. makanya cari cewek dong daripada nanti lo lama-lama suka kegue. Kan bahaya? celoteh Liliyana.

Hehe Kali-kali deh aku gandengan sama cewek secantik mba. Nggak papa kan? Kita kan sodara? Haha. kata Hayom sambil tertawa. Apa yom? Cantik? Hmmm justru karna kita saudara, makanya jadi bahaya. Kalo tiba-tiba gue sama lo suka sama suka gimana hayo? Ahh jadi cinta terlarang dehhh Iya lah cantik. Cowok mana sih yang nggak bilang Mba Yana cantik? jawab Hayom. Hahahahaha banyak yom banyak.. Lo matanya sekarang udah gak fungsi dengan baik ya Yom? Orang jelek-jelek begini lo katain cantik. Ya amsyooooooong mba Yana dibilangin ngeyel. Yaudah lah mending kita masuk aja yuk daripada disini terus nggak jelas. Hayom menyudahi perdebatan ringan mereka. Lalu hayom menggandeng paksa Liliyana, seolah-olah mereka itu pasangan kekasih karena keterpautan umur mereka yang amat dekat. Duh, lo ngebet banget sih gandeng tangan gue? haha bilangin pakde loh. Ancam Liliyana dengan nada meledek. Sana bilangin, nggak takut weee.. Yuk masuk mba. Akhirnya Hayom dan Liliyana masuk kedalam dan didalam melihat candi candi bertengger didepan mata. Ada tiga candi raksasa yang berdiri kokoh. Hayom thanks berat lo udah ngajakin gue kesini. Ternyata prambanan dimalem hari itu bagus banget disbanding yang siang ataupun sore. Gue jadi kangen sama seseorang nih kalo kesini. Kata Liliyana dengan mata berbunga-bunga. Tuh kan ternyata Hayom bin Arbi bisa buat cewek seneng hahaha cihuyyy. Hayom kegirangan sambil meloncat-loncat dan akhirnya mendapat sebuah jitakan dari Liliyana. Aduh sakit mba! Ohya btw itu yang mba kangenin siapa? Hayom tiba-tiba kepo. Ehh yom, lo manggil gue jangan mba deh. Kita kan Cuma beda berapa bulan doang, nggak sampe setahun juga. Perintah Liliyana. Sip. Itu kamu kangen sama siapa sih, Na? tanya Hayom kepo lagi. Menurut lo? Loh kok malah balik nanya? balas Haayom bingung.

Hehehe. Kangen sama anak kecil yang dulu pernah ketemu gue disini. Dia yang kasih miniature prambanan ke gue gara-gara dulu gue nggak mau pulang dari sini. Gue itu dulu masih katrok banget pas pertama liat Candi candi itu hehe, jadinya gue pengen terus tinggal disini. Jelas Liliyana sambil sesekali menatap candi dihadapannya. Hahaha anak kota tapi katrok ya Cuma kamu, Na! liat gitu doang masa sampe nggak mau pulang? Haha dasar. Hayom mengacak rambut Liliyana yang sudah mulai memanjang itu. Ngomong2 anak kecilnya cowok apa cewek nih, Na? MMmmm kasih tau nggak yah?..... ya cowok dong yom. Kalo cewek mah udah gue cuekin. Terus anaknya dulu itu ganteng lah untuk ukuran anak kecil. Matanya sipit. Kulitnya putih. Bibirnya lumayan seksi gitu wkwkwk. Tuh anak juga lucu. Mukanya cemong waktu itu soalnya dia lagi makan eskrim. Terang Liliyana mengingat masa kelamnya dulu. Cuyis gitu ganteng? Nggak mungkin deh. Palingan juga masih ganteng Hayom. Kata Hayom membanggakan dirinya sendiri. Idih, lo mah ganteng kalo diliat dari atas doang. Diliat dari belakang, punggung lo bolong. Diliat dari depan, udah jelas rusak begitu. Dilihat dari samping kanan, sama sekali nggak ada relief mukanya. Dilihat dari samping kiri, udah keliatan banget kalo lo calon penghuni neraka. Ejek Liliyana pada hayom. Kenyataanya hayom nggak gitu kok. Hayom itu manis, tinggi, dan mukanya Jawa banget. Cekikikik tau aja kamu, Na. Eh kamu udah punya cowok belum sih Na? Hayom pindah haluan topic perbincangan. Ya gitu deh yom. Jawab Liliyana lirih. Ya gitu deh gimana? Ya gue punya, tapi udah jarang komunikasi. Balas Liliyana dingin. Loh kenapa jarang komunikasi? tanya Hayom yang sudah melebihi wartawan gossip. Males. Gue suka nggak kedia. Liliyana mengingat wajah kekasihnya, Owi. ah sedikit lupa mukanya gimana. Gak suka? Kok bisa pacaran? Dulu jauh hari sebelum pacaran, pernah suka ke dia. Tapi, Cuma 2 hari sih sukanya sama dia. Dan sampe seterusnya gue nggak suka lagi kedia. Gue pacaran sama dia itu

karna pengin lupain seseorang dari hati dan otak gue. tapi nyatanya sampe sekarang, cara itu gagal yom buat gue! Otak Liliyana tambah satu wajah lagi. Wajah Hendra! Cowok yang semasa SMP ia kejar-kejar dan nggak pernah dapet. emang pengin lupain orang itu kenapa sih Na? sampe sekarang kamu juga masih suka ke dia? Dia itu nggak pernah suka ke gue Yom. Dia juga pacaran sama sahabat deket gue. tau sendiri lah gimana perasaan gue saat itu. Apalagi dia dan sahabat deket gue sekelas! Duduk bareng lagi :/ sakit yom sakit. kata Liliyana sambil memegang dadanya. Iya sampe sekarang masih suka. Tapi gue coba buat ngelupain dia kok, gue pindah ke Jogja selain pengen sekolah juga pengen ngelupain dia, yom. Liliyana tertunduk lesu, seperti ada batu yang mengganjal dihatinya setiap kali mengenang semua tentang Hendra. Hayom yang tidak suka melihat wanita sedih gara-gara cinta langsung merangkul dan menyenderkan kepala Liliyana kebahunya. Ah cemen kamu Na. masa Cuma gitu aja sedih. Masih jaman yah? kata Hayom dengan nada mengejek. ih ni bocah mau ngehibur gue apa mau mojokin gue sih? Kodratnya Cowok emang nggak punya perasaan ya yom? tanya Liliyana menyindir. Bukannya cowok nggak punya perasaan! Tapi ceweknya aja yang terlalu jadi perasa! jawab hayom singkat. Maksud lo? Liliyana mengerutkan dahinya. *** Hendra terduduk dibangku penonton sambil melihat ke seberang arah kanan. Matanya mendapati dua sejoli sedang bermesraan. Romantic sekali! Hendra memperjelas pandangannya. Sepertinya, ia mengingat sesuatu. Ia juga mengingat seseorang. Siapa sih dia? Cewek yang sudah tidak asing dimata Hendra itu kini tengah bermesraan dengan seorang cowok manis berbadan tinggi. Hah? Gue nggak salah liat? Hendra menunduk kecewa setelah melihat pemandangan itu. sakit. Ternyata cinta yang dulu sama sekali tidak ditepuk balik olehnya, kini malah berbanding terbalik. Orang itu, cewek itu sekarang sudah melupakan Hendra dengan cepat! Gila! Berarti selama ini cinta gue bertepuk sebelah tangan dong?

Tapi dilain sisi, Hendra juga merasa senang karena Hendra dapat melepaskan rindu yang tertahan dihatinya, ternyata dia sekarang tidak jauh dari Hendra. Mereka satu kota lagi! Semuanya berjalan kebetulan. Biarkan aku menjaga perasaan ini. Menjaga segenap cinta yang telah kau beri. Engaku pergi aku takkan pergi. Kau menjauh aku takkan jauh. Sebenarnya diriku masih mengharapkanmu. *** Kepala Liliyana masih tersender dibahu Hayom, sepupunya. Mereka berbincang dan bercurhat ria seolah-olah mereka itu sahabat yang begitu erat. Yom bentaran yom. Kepala gue pegel. Liliyana melepaskan kepalanya dibahu Hayom Bahu gue juga pegel banget malah. Pala kamu kegedean sih. ledek hayom. Haha siapa suruh naruh kepala gue dipundak lo? cibir Liliyana. Liliyana kemudian bangkit dari duduknya dan merentangkan tangan keatas, mematahkan kepala kekanan dan kekiri seperti sedang pemanasan. Huaaah pegel banget yom.. Ehh na, tuh pertunjukannya udah mulai. Liat deh pasti bagus. Hayom menyeret badan Liliyana untuk duduk. Liliyanapun terduduk dengan paksa hingga membuat pantatnya terasa sakit. Adooohhh. Sedeng lo ya yom. Sakit tau. Kata Liliyana lalu ia memandang kesebrang arah kiri. Ia terkaget-kaget mendapati seorang cowok sedang tertunduk dan memegang eskrim coklat. Walaupun nunduk, jidat putihnya masih saja dapat dilihat Liliyana. Mata sipitnya pun masih dapat dilihat karena nunduknya nggak nunduk banget. Yom yom.. Liat sana Yomm!! Liliyana menunjuk kearah cowok yang tertunduk dengan eskrim coklatnya. Sumpah itu cowok mirip banget sama anak yang gue certain ke elo!! Liat aja, dia pegang eskrim, jidatnya putih, matanya sipit, ini juga diprambanan pula. Yeeeee akhirnya gue ketemu pangeran sipit dari prambanan gue!! horeee.. Liliyana mengepalkan tangan dan berteriak nggak jelas. Orang yang didekatnya bingung melihatnya. Waras nggak sih ni bocah? Halah. Cirri-ciri pengkhayal nih! Emang ini disentron-sinetron yang apa-apanya serba kebetulan? Kamu ada-ada aja. Balas hayom sinis. Yah hayom malah nggak percaya. Beneran deh itu cowok mirip banget anak sipit itu!

Yah ni bocah. Orang matanya sipit itu banyak! Orang makan eskrim juga banyak! Orang duduk diprambanan juga banyak! Nggak Cuma pangeran sipit lo aja kaleeeee.. jawab Hayom. Oke kalo nggak percaya. Gue bakal buktiin ya? gue sekarang nyamperin dia! Liliyanapun bergegas bangkit dari tempat duduknya dan mendekat ketempat duduk cowok sipit dan eskrim coklatnya. *** Hei. Lo yang dulu kasih ini kan? tanya Liliyana pada cowok itu sambil memperlihatkan gantungan miniature prambanan berwarna silver yang setiap saat Liliyana bawa. Suara Liliyana membuyarkan lamunan cowok itu. ia segera mendongakkan kepala kewajah Liliyana. Suaranya gue kenal Cowok itu melihat gantungan Miniature Prambanan yang Liliyana pegang. Hah? Itu kan gantungan yang gue beli disini waktu masih kecil? Dan yang gue berikan keanak cewek lagi nangis?. Cowok itu lalu berpindah pandangan kewajah Liliyana. Sejenak mereka beradu pandang. Keduanya sama-sama kaget dan terkejut. YANA? HENDRA? Jadi lo anak kecil yang nangis itu? Jadi lo anak sipit yang ngasih gue gantungan miniature prambanan? Jadi kita ketemu lagi? Iya. Secara kebetulan? Mungkin. Liliyana kecewa sekali, ternyata anak sipit yang ia idam-idamkan agar bisa mengisi kehidupan barunya dan menggantikan Hendra dari hatinya ternyata hanya impian semata! Anak sipit dan Hendra adalah SAMA! Iya sama! Ahhh kenapa semuanya terjadi secara kebetulan? Gue ngehindar malah gue semakin dekat!!! batin Liliyana geram. Terlalu sulit untuk mendefinisikan jodoh itu. kadang tak masuk akal seperti ini. mungkin, Yana jodoh gue. batin Hendra senang.

Perasaan mereka berbenturan. Liliyana kecewa sedangkan Hendra berbunga. Apa kata dunia? haha. Akhirnya kumenemukanmu. Saat hati ini mulai merapuh. Kuberharap engkaulah jawaban segala risau hatiku. Dan biarkan diriku, mencintaimu hingga ujung waktuku. Batin Hendra.

---BERSAMBUNG--Bagaimana kelanjutan ceritanya? Siapa yang akan menang dalam pertempuran batin ini? Liliyana atau Hendra? Jodohkah? Atau hanya kebetulan?

MAAF YANG KENA TAG . MAAF JELEK MAKLUM MASIH AMATIR. Jangan lupa kritik saran koment komplainnya yehhhhh :p Mksh buat yg udah bacaaa :*

Risalah Hati 8
oleh Go Sleng pada 31 Januari 2013 pukul 21:04

Bismillah. Duh yang part ini enggak banget deh ;( __________

Liliyana mengerlingkan matanya. Berfikir apa yang harus ia perbuat saat orang yang ingin dilupakan justru hadir didepan matanya. Kangen? Tentu iya. Tapi mungkinkah akan katakan kalau ia kangen? Eh lo kok tau kalo gue disini? Mamah gue yg kasih tau? tanya Liliyana pada makhluk bermata sipit itu sedikit canggung. Nggak ada yg bilang. Jawab Hendra tak kalah canggungnya Panggilan batin? tanya Liliyana lagi. Entah dari mana kata itu muncul dari bibirnya.

kepedean. Balas Hendra. Lah kok Hendra jadi dingin gini? Oh Hendra kan emang dari dulu udah dingin kali. Berarti Hendra emang udah sepantesnya gue lupain. Tanpa panjang lebar, Liliyana meninggalkan Hendra lalu menggandeng tangan Hayom. Yom, pulang aja yuk. Tiba-tiba gue nggak enak badan nih. Seru Liliyana keras. kamu kenapa sih? Jangan bilang nggak enak badan gara-gara tuh cowok. Kata Hayom. jangan banyak mulut, kita cabut aja dari sini. Udah pengen muntah. Jawab Liliyana seraya menggandeng tangan Hayom paksa. Akhirnya Liliyana dan Hayom berlenggang menjauhi Hendra yang termenung sambil memainkan es krim ditangan yang sudah hampir meleleh. Tunggu Yan teriak Hendra mengejar langkah Liliyana yang cepat. Teriakan Hendra ternyata sama sekali tidak mendapatkan segubris apapun dari Liliyana. Na, itu cowok yang kamu kira pangeran prambananmu ngejar kamu. Gimana? tanya Hayom sambil ngos-ngosan. Hosh hosh hoshh. HAPP.. Langkah Hendra telah dekat dengan Liliyana, tangannya meriah lengan Liliyana. Mau ngapain? Liliyana mengangkat alis sebelahnya. Ada yang mau gue omongin Yan.. Sorry gue buru-buru. Liliyana melepas lengannya yang sejak tadi tergenggam erat oleh jemari Hendra. Heeeehhh Hendra menghela nafas tanda kecewa. Secepat itukah lo lupain gue?

Yan, itu siapa sih? pangeran sipit dari prambanan yang kamu bilang? Ketemu kok malah cemberut? Bukannya tadi kamu seneng banget yah? tanya Hayom sambil membuntuti langkah kaki Liliyana dibelakang. Au ah. Jawab Liliyana sambil mengedipkan kedua bahunya.

Yah ditanya kok malah gitu. Ayo dong cerita sama saudara sepupumu yang paling ganteng ini. gurau Hayom. Hemm ni anak pengen gue tampol kali yah. Jadi cowok rempong banget sih pengen tau aja urusan orang lain. Huh. Haha orang lain? Berarti mba Yana udah nggak nganggep aku sepupu dong? Yo wes kalo ngono. Hayom tinggal Yana disini sendirian. Nggak boleh nebeng sama hayom. Hayom mengambil beberapa langkah menuju ke parkiran. Mengerjai Liliyana. Woy yom Jangan gitu dong!! Oke deh gue mau cerita asalkan gue tetep dapet tebengan. Kata Liliyana sambil memanyunkan bibir mungilnya. Apa Na? Aku nggak denger tanya Hayom sambil menahan tawa. GUE MAU CERITA SAMA LOOOOO?!!! jawab Liliyana keras dan dibalas manggut-manggut oleh Hayom. Nah gitu dong. Cekikik. Hayom membalikkan badan dan mengacak rambut Liliyana. Ah.. sialan rambut gue jadi berantakan gini. Dumel Liliyana. Ayo mbak Yana yang cantik jelita cerita sama aku sekarang! paksa Hayom tibatiba. Hemm.. Mulai lagi dah jiwa rumpik lo. udah sono cepet ambil motor lo. ceritanya nanti-nantian aja. Jawab Liliyana. Haisshhh.. Ya udah lah. Hayom ambil motor dulu ya, Na. kamu tunggu sini. Ucap Hayom kemudian berlalu menuju Parkiran dan mengambil motor bebeknya. Jalan Jogja memang tak sekemerlap jalanan ibukota Jakarta. Tapi sinar pesona Jogja tak kalah terangnya dengan sinar pesona Jakarta. Bahkan mungkin lebih memesona kota Jogja ini. Sederhana namun Bermakna. Sebentar lagi Hayom dan Liliyana sudah sampai dirumah Pakde Arbi, bapaknya Hayom. Ya, tinggal beberapa putar roda lagi. Huuuufff.. Akhirnya nyampe juga. Mata udah susah diajak kompromi nih. Huaaah. Ucap Liliyana sambil menguap dan turun dari motor Hayom. Ngantuk ya non? Sayangnya kamu nggak boleh tidur. Balas Hayom menanggapi ucapan Liliyana.

Loh kok nggak boleh? Siapa elo ngelarang2 hidup gue? Umm.. Bukan ngelarang sih. aku Cuma mau nagih utang kok sama kamu. Kata Hayom senyam-senyum. Utang apa sih! gue nggak pernah utang ya sama elo. Walaupun duit gue seuprit tapi kalo utang mah ogaaaaaah. Ye siapa yang bilang utang duit? Hehe nggak ada sih jawab Liliyana sambil garuk-garuk ucung rambutnya. Nggak gatel sih. Cuma banyak kutunya doang. *halah abaikan. Nah terus utang apa dong yom? Katanya kamu mau cerita tentang Pangeran sipitmu yang imutnya nggak nahan. Lah itu kan sama aja kamu utang sama aku, Na. kata Hayom. Oh itu to. Ya ayok kita cerita. Tapi jangan dihalaman plus sambil berdiri gini. Kayaknya nggak romantic banget deh. Haha. yuk kita ngobrol diteras aja. Balas Liliyana sambil mengembangkan senyum. Mood Liliyana sudah pulih. Udah good mood deh :p Haha dasar!! Eh Na, jangan diteras deh sebaiknya, udah malem tau. Kita ngobrol kebalkon atas depan kamarku aja yuk. Disana suasananya lebih romantic loh disbanding diteras. Nggak akan nyesel deh. Cetus Hayom. Buakakak. Kok kita jadi main ronantis-romantisan gini yah? orang Cuma mau ngobrol hal nggak penting kata Liliyana terkekeh. Hahaha kan yang mulai situ. Tuduh Hayom. Udah ah jangan lama-lama disini. Dingin tauk. Eluh Liliyana. Ya ya ya. ayok deh masuk. Ajak Hayom sambil menggandeng tangan Liliyana. Ya ambruk lo demen banget emang yah gandeng tangan gue. ckck. Aku nggak nggandeng. Tapi nyeret.. balas Hayom sambil menyeret tangan Liliyana. Merekapun berjalan kedalam rumah dan menuju balkon. Na, aku mau ambil sesuatu dulu ya. ijin Hayom. Ambil aposeh? Cincin kah yang mau lo ambil? Biar terkesan jadi semacam kejutan dan berhawa romantic gitu. tebak Liliyana ngawur.

Dasar sinetronwati. Sinteron holic. Maniak sinetron! cibir Hayom sambil berlalu meninggalkan Liliyana sendirian duduk disofa balkon lantai 2 rumah Pakde Arbi. Sialan lo. balas Liliyana. eh tapi emang nggak salah sih kata Hayom. Hihi sinetronwati. Batin Liliyana. Kemudian sepeninggal Hayom, Liliyana mengeluarkan miniature Prambanan yang siaga disaku hoddie jaketnya. JOGJA. PRAMBANAN. SIPIT. Harapan tinggal harapan. Jogja yang istimewa bisa gue rengkuh. Prambanan yang tegak dan kokoh berhasil gue liat lagi. Dan yang terakhir sipemilik asli Miniature Prambanan ini, Iya si sipit itu. Sekarang sipit Cuma tinggal harapan, gue nggak mungkin bisa meraih hati sisipit yang tidak lain tidak bukan adalah Hendra, sang pencerah dan pemadam hati gue. Hendra yang harusnya gue lupain, kemudian gue buang pikiran tentangnya. Daerah Istimewa Yogyakarta tidak sepantasnya dijadikan kota pelarian. Ia terlalu istimewa. Kata Liliyana. Bola matanya mengedar keseluruh hamparan langit luas dihadapannya. Beberapa menit kemudian, Hayom datang membawakan sebuah nampan berisi dua cangkir kopi serta sepiring gorengan hangat. Taraa Serpreeeeesss!!! celetuk Hayom mengagetkan Liliyana bermaksud memberikan surprise untuknya. Hahahaha serpres apaan sih? Liliyana penasaran. Ia melongok nampan yang dibawa Hayom. Eittt.. Jangan liat-liat. balas Hayom sambil menghalang-halangi pandangan Liliyana. Hayom pelit. Bilangin pakde sama bude loh. Liliyana memanyunkan bibirnya. Tutup mata dulu baru aku kasih tau surprisenya. Liliyanapun mau-maunya menutup mata. Dasar sedeng. Wakaka. Batin Hayom. Siap yah buka mata 123.. serpress. Kejut Hayom. Remang-remang cahaya terlihat dimata Liliyana.

Ya ampyanggggg kopi sama gorengan!! Gue kira cincin atau kalung. Wuuu nih bocah ngerjain gue to ternyata. Wuuuuwuwuwu.. balas Liliyana dengan raut muka siap menelan hayom bulat-bulat. Wakakakakakak. Dasar sardot. Hayom tertiwi termehek-mehek lalu meletakkan nampan yang berisi 2 cangkir kopi hangat serta gorengan hangat pula. Fyuhh.. Liliyana dan Hayom kini berganti haluan suasana. Na, emang cowok tadi beneran Pangeran Sipit kamu? tanya Hayom membuka obrolan. Heem Yom. Jawab Liliyana. Terus kenapa waktu ketemu dia mukamu kaya nggak namapakin kegembiraan sih? Gembira kok yom. Gembira yang tertunda! balas Liliyana santai. Ckckck. Ono-ono wae. Tapi sekarang kamu seneng kan Na bisa ketemu pangeran sipit dari negeri Prambanan itu? celetuk Hayom. Gimana ya yom, mau dibilang seneng, tapi nggak seneng, mau bilang nggak seneng tapi seneng. Keluh Liliyana. Lah kok gitu? Gaje amat. Iya yom. Emang gaje. Gue juga nggak abis pikir, ternyata si pangeran sipit dari negeri prambanan gue itu sama dengan cowok yang pernah gue sayang dan pernah nyakitin gue yom. Jawab Liliyana sambil menyenderkan punggungnya kesofa lumayan empuk itu. Nah loh! Kok kebetulan banget sih? apa kamu jodoh ya Na sama dia? Dia kan cowok yang dimaksud kamu biar dilupain? tembak Hayom dengan bertubi-tubi pertanyaan. Iyaa Yom. Dia yang gue maksud dan dia juga yang menjadi alasan kenapa gue pindah kejogja. Namanya siapa sih Na? tanya Hayom. DREEEEET DRETTTT DRTT ponsel Liliyana yang ditaruh dimeja bergetar.

Bentar yom. Ada sms. Kata Liliyana memending obrolannya dengan hayom. Oke. Liliyana dengan sigap memencet-pencet handphonenya. 1 NEW MESSAGE Selamat buat cowok barunya. Kasian ya, Owi dimadu. From : Hendra SMP Emkkkkk Liliyana menelan ludah. Berulang-ulang ia membaca sms itu dan Hayompun dicueki. Dari siapa sih Na? Kok kayaknya kamu terkejut gitu? Lebay deh. Tanya Hayom kepo. Pertanyaan Hayom tampaknya sama sekali tak digubris Liliyana. Hal itu justru membuat Hayom penasaran. Gue intip ahhhh batin Hayom. Hayom bangkit dari sofanya lalu menuju sofa yang Liliyana duduki. WOW?!!! Hendra siapa tuh? Cieee cowoknya cieee. Ledek Hayom yang sudah berdiri dibelakang sofa Liliyana untuk mengintip SMS. Hayom??? Huwaa lo nggak sopan banget sih ngintip-ngintip privasi orang lain. Huh. Liliyana menoyor kepala Hayom. Ngintip-ngintip privasi orang lain lebih sopan kok daripada ngintip kamu mandi. Wuuu sialan lo. Liliyana lagi-lagi menoyor kepala Hayom. Hehe ampun ampun eh btw itu sms dari Hendra sapa sih? kok kayanya ada sesuatu dibalik sesuatu? tanya Hayom. Temen SMP gue. Temen apa temen? Kepo ah lo.

Iya nih aku kepooo banget.. penasaran cinnn. Jawab Hayom maco kebancibancian. Hahaa.. Hendra siapa Na? jangan bilang kalo dia temen SMP. Jujur sama aku,. tanya Hayom dengan tampang serius. Ya elah nih bocil laganya sok banget, Hendra itu cowok yang tadi gue bilang, pangeran sipit dr negeri prambanan dan orang yang pernah gue suka. Terang Liliyana. Ohh jadi Hendra namanya. Nama yang jelek. Ejek Hayom. Preeet banget lo. jelekan juga nama elo. Cibir Liliyana eh eh Yom. Menurut lo gue bales nggak nih sms aneh dari Hendra? Seterah kamu. Hmmm bales? Nggak? Bales?nggak? bales? Liliyana menghitung jari-jarinya untuk mengambil keputusan. Dan yang diambil adalah membalas SMS itu. Yom, tapi gue bingung mau bales apa nih. Soalnya sms dari Hendra juga gak jelas begini. Kata Liliyana meminta saran kepada Hayom. Bales aja maksud lo ? singkat cair dan gelas. Saran Hayom. Haha oke deh. Liliyana segera mengetik sms yang akan ia kirim kepada Hendra. maksud? To : Hendra SMP Udah SMSnya? tanya Hayom. Liliyana mengangguk. Na, btw Owi yang Hendra maksud itu sapa sih? kok dia smsnya ada dimadumadunya gitu? tanya Hayom penasaran. Haha tawon kali jawab Liliyana asal. Beuh, serius nih na.

Owi pacar gue pas dismp. balas Liliyana. Pacar yang kamu bilang dulu? yang nggak kamu suka? tanya Hayom lagi. Heehhhh.. DRREETTT DDRTTT DREEETTT Na, tu ada sms lagi tunjuk Hayom pada ponsel Liliyana. iya yom. Coba gue buka. Cowok baru lo yg diprambanan sama lo manis juga, mirip sama Owi. Lo Keren yah kecil-kecil udah pinter selingkuh :v From : hendra SMP Yom baca nih. Gila bener gue disangka pacaran sam lo. dasar sableng ni Hendra. Kata Liliyana. Mana? Wow.. aku dibilang manis :D aaaaaa bilangin maaciw gitu ya sama Hendra. Cekikik. Liliyana menoyor kepala Hayom. **** Dikamar, Hendra masih nangkring dijendela menghirup angin malam sambil memainkan HPnya. Tuh kan lo balesnya singkat-singkat banget. Mentang-mentang punya cowok baru. Mantan orang paling lo sayang didunia ini lo lupain secepat itu. Padahal gue sekarang udah sadar kalo ternyata selama ini gue butuh lo, gue sayang sama lo. apa gue telat menyayangi yah? Hemm.. salah gue juga sih dulu nyia-nyiain orang setulus Yana. lirih Hendra dengan menatap hembus angin yang tak terlihat oleh mata. Tiada yang salah.. Hanya aku manusia bodoh.. Yang biarkan semua..

Permainkanku berulang kali Seribu penyesalan menghantam palung hati Hendra, berulang-ulang. Menyesal, menyesal, dan menyesal. Andai waktu dapat diulang. Gue nggak akan nyia-nyiain cinta lo dan gue bakal balik mencintai lo. Tapi walaupun waktu nggak bisa diulang, gue bakal tetap menjaga cinta gue untuk lo. sampai darah penghabisan gue bakal perjuangin cinta gue ini. gue janji. Tunggu aja tanggal mainnya. -------- bersambung----------

maaf yang ini aduhhhh banget

Risalah Hati 9
oleh Go Sleng pada 14 Februari 2013 pukul 22:34

Woy ketemu lg sama anaknya Joko Gendeng ngebawa cerbung nih. Bismillah deh ya ane lanjut cerbung aneh ini. Walaupun ceritanya ngawur, dan rada gimana gitu, tapi semoga nggak ngecewain deh. --------

Entah untuk keberapa kalinya halaman novel karya RL Stine itu hanya dibolak-balik dari halaman awal sampai akhir tanpa terbaca sekatapun. Novel setebal 265 halaman yang tepat berada satu garis lurus dengan mata Liliyana itu tampak sudah amat lusuh karna saking seringnya dibolak-balik nggak jelas. Untung saja, benda itu tak bernyawa, jadi ia tak akan meminta pertanggung jawaban Liliyana yang sering memperlakukannya dengan kurang ajar. Hanya dibolak-balik tanpa dibaca. Huftt Liliyana menghela nafas panjang, seolah membuang segala beban yang menjamur diotak dan jiwanya. Lo kenapa sih Yan? tanya seorang cewek berkuncir manis dengan tatapan mengisyaratkan kebingungan.

Nggak papa kok shen. Jawab Liliyana menyunggingkan senyum terpaksa. Bener lo nggak papa Yan? Tapi kok daritadi gue perhatiin, lo Cuma bolak-balik tuh buku sampe kertasnya lecek banget sih? nggak dibaca ya? Shendy, teman yang ditemui Liliyana saat pertama kali masuk SMA, tiga bulan lalu, memberondongnya dengan 3 pertanyaan sekaligus. Gigi gue sakit banget tau! Jadi males ngapa-ngapain. Jelas Liliyana sembari meringis menahan sakit dari giginya. Shendy justru tertawa mendengar jawaban dari Liliyana. Sebelumnya, Shendy mengira kalau Liliyana sedang dilanda masalah rumit. Tapi ternyata tak serumit yang shendy bayangkan. Shendy!!!! bentak Liliyana sambil melototkan kedua bola matanya pertanda tak terima terhadap Shendy yang menertawakan penderitaanya. Hehe iya iya. Balas Shendy sembari nyengir kuda. Emang sakit gigi sakit ya? kok lo lebay gitu mukanya? lanjut Shendy meledek Liliyana yang memang sedang memasang wajah menceng sana menceng sini. Berantakan deh. bawel banget sih. ya jelas sakit lah. Balas Liliyana. Sesakit apa? Pastinya nggak lebih sakit dari sakit hati kan, yan? Liliyana mengusap-usap pipi kanannya bermaksud memberikan pijatan untuk mengurangi cenutan gigi yang makin lama makin ngelunjak. Siapa yang bilang nggak lebih sakit dari sakit hati? Ini sakit banget tau!! Penyanyi dangdut lah. Kan katanya Daripada sakit hati, Lebih baik sakit gigi ini berarti tandanya sakit gigi nggak sakit dong.dumel Shendy ngelantur. Ya ambruk percaya banget sih sama lagu itu. itu kan Cuma perumpamaan Shendy. Jawab Liliyana pelan. Hehe ya jelas percaya dong. Gue kan pemuja semua lagu dangdut. Ucap Shendy. siapa yang nanya? balas Liliyana meninggikan nada bicara. Udah sakit gigi, kepala pusing, Si Shendy malah nyerocos mulu. Shendy hanya menggaruk kecil dibagian puncak kepalanya.

Nggak ada yang nanya sih. balas Shendy sambil memanyunkan bibirnya. Haha jangan monyong-monyong terus shen! Jelek banget.. cibir Liliyana. Kemudian Liliyana bangkit dari bangku tempat pembaca diperpustakaan. Asem yo Yan! Eh lo mau kemana? tanya Shendy. Mau cari buku lain shen. Yang ini nggak menarik. Gue nggak mudeng juga apa isinya. Jawabnya. Oh jangan lama-lama loh ya! gue juga jangan ditinggal. Sip. Bola mata Liliyana berputar-putar tak tentu arah mencari sebuah buku bacaan dalam rak besar yang sudah lama bersemayam diperpustakaan tua itu. Sekelebat pandangannya tertuju pada satu arah satu tujuan, yaitu pada sebuah buku lumayan tebal, sepertinya novel dengan cover menarik hati. Kayaknya bagus nih, coba yang ini aja deh. Semoga bukan terjemahan. Ucap Liliyana lirih. seketika itu juga tangannya terulur keatas berusaha meraih buku yang ia maksud. Namun, mungkin karena factor tingginya letak buku itu, tangan Liliyana menjadi sulit meraih buku itu. beberapa kali Liliyana berusaha menggapai dan melompat-lompat agar bisa meraih buku tadi, tapi hasilnya juga nol besar. Liliyana menghela nafas panjang. Huhh. Perasaan, gue nggak kuntet juga kali ya. gue kan termasuk tinggi. Kok susah banget dapetin tuh buku? gumam Liliyana sambil sesekali melihat keatas, kearah buku itu bergelayut manja. Uhuk. Ada yang bisa dibantu? tanya seseorang secara tiba-tiba. Tanpa bertele-tele, tanpa mengucap sepatah kata, dan tanpa mengalihkan pandangannya kearah sumber suara itu, Liliyana hanya menjawab dengan anggukan persetujuan. Gampang gampang gini masa nggak bisa ngambil? cibir seseorang yang sedang mengambil buku keinginan Liliyana dengan badan memunggungi Liliyana. Liliyana sediri tak tahu siapa yang sedang mengambilkan buku itu, wajahnya saja ia belum melihat. Tinggi banget kali. Balas Liliyana. Seseorang bertubuh tinggi putih itu kemudian membalikan badan sambil mengusap dan meniup cover buku yang sedikit berselimut debu.

Nih bukunya. Kata orang itu sambil mendongakkan kepalanya menuju wajah Liliyana dan menyodorkan sebuah novel berjudul Winter In Tokyo karya Ilana Tan. Liliyanapun menerima sambil menundukkan kepala. Makas. pertanyaan Liliyana terpotong setelah wajahnya didongakkan kearah seseorang tadi, dan seseorang tadi telah menghilang. ih Waduh! Tadi yang ngebantu gue itu siapa yah? Gue belum ngucapin terimakasih dan gue juga belum tau mukanya kayak apa. kata Liliyana penasaran. Karena saking penasarannya terhadap seseorang yang telah membantunya tadi, ia segera berlari menyusuri jalan sempit yang disekati dengan rak menjulang tinggi. hosh hosh hosh Rak-rak yang menjulang kini telah habis dilalui Liliyana, jalanan sempit juga sudah tak ada lagi yang harus dilalui, sekarang itu hanya tinggal pintu untuk keluar dari perpustakaan itu. Cepet juga ngilangnya tuh anak. Seru Liliyana sambil menstabilkan nafasnya. Gue pengen tau deh siapa dia. Ya udah lah, gue cari dia diluar perpus, siapa tau ketemu. cerocos Liliyana sendiri. Untung nggak disangka gila sama orang-orang yang ngeliatnya. Liliyana sudah berancang-ancang untuk mengangkat kaki dan berlari keluar Perpustakaan, namun kemudian cewek berkuncir satu datang mencegatnya, bak seorang polisi yang sedang mendapatkan mangsa untuk ditilang. Ya elah nih bocah. Katanya mau nyari buku, kok malah lari-lari gini? Ngejar setan bu? tanya Shendy sembari menepuk bahu Kanan Liliyana. Aduh siapa yang ngejar setan? Setannya kan udah ada dimari. Ngapain pake dikejarkejar. Balas Liliyana menanggapi pertanyaan Shendy. Maksud lo siapa setannya? Emang disini ada? Ada lah. Kan setannya elo!! Haha. jawab Liliyana. Shen, lo gue tinggal ya. gue mau berburu setan dulu. lo ke kelas sendirian aja ya? ok? Liliyana meminta persetujuan kepada Shendy sambil mengedipkan kelopak matanya. Enggak!! Enggak mau! Gue maunya sama lo. huh. balas Shendy manja layaknya anak kecil yang gagal dibujuk orangtuanya. Shendy juga menarik-narik lengan Liliyana agar tidak beranjak dari sisinya.

ya udah deh nggak jadi ngucapin terimakasih sama orang yang tadi udah nolong gue. ucapin dalam hati aja ah. Batin Liliyana. Haha. iya deh shen. Dasar. Tukas Liliyana sembari menoel hidung Shendy. Hehe yuk ke kelas Yan. Ajak Shendy. Ntar dulu shen, temenin gue ambil buku disebelah sana dulu ya! tadi gue udah ambil, tapi lupa nggak kebawa. Katanya. Ya udah ayo. Keduanyapun berlenggang menuju tempat Liliyana tadi mengambil Novel Winter In Tokyo. Setelah itu, mereka berjalan beriringan menuju kelas. *** Na, gimana? Hayom bertanya pada Liliyana yang tengah sibuk membaca Novel yang baru dipinjamnya tadi siang. Liliyana mengalihkan pandangannya dari deretan kata dalam buku kearah wajah Hayom. Gimana apanya yom? Liliyana balik bertanya kemudian balik mengalihkan pandangan kederetan kata dalam lebar novel yang dibacanya lagi. Itu loh si Pangeran Sipit dari Negri Prambananmu itu. kok sampai sekarang nggak ada kabarnya? Kamu udah bisa lupain? Hah Hendra? Liliyana langsung meletakkan novelnya itu disofa yang juga sedang ia duduki. Iya, Gimana kabarnya si Hendra Pangeran Sipit dari Negri Prambananmu? tanya Hayom lagi. Nggak tau tuh yom. Gue malah udah nggak pernah mikirin dia lagi. Udah mati kali tu orang. Jawab Liliyana enteng. wih Sadis. Bau-baunya udah ada yang sukses nih nglupain pangeran hatinya. Ledek Hayom. Hehe. Iya kali ya gue udah sukses. Berarti gue hebat dong yah? Liliyana mengedipkan sebelah kelopak matanya. Iya lah hebat. Siapa dulu dong adik sepupunya?

Ya elah narsis banget sih elo yom kata Liliyana sambil menahan tawa. Sekali-kali narsis kan nggak apa-apa. balasnya. Berkali-kali juga nggak ada yang ngelarang. Jawab Liliyana datar dan meneruskan membaca novelnya. **** Liliyana dan Shendy yang notabenenya duduk sebangku, masih asyik dengan kepribadiannya masing-masing. Liliyana sedang menyelesaikan level-level game di HPnya, sedangkan Shendy sedang berkicau ria dimedia paling digemari remaja masa kini, yaitu twitter. aduh dikit lagi dikit lagi. Iya! Jangan! Ayo dikit lagi dikit lagi dan. Yeeee gue menang!!!!! Shendy!! Gue hebat banget! Gue dapet 30ribu bintang dan nyelesain 150 level. Keren kan gue? teriak Liliyana kegirangan. Sesekali selebrasinya diselingi dengan jingkrak-jingkrak melompat bangku per bangku dikelasnya. Ya ampyang Yana. Cuma menang game aja sampe segitunya. Ckck. Shendy menepok jidatnya setelah melihat kelakuan teman yang baru dikenalnya 3 bulan ini. Shen, kok lo nggak seneng sih gue jadi kampiun? tanya Liliyana sembari memasang wajah tanpa dosa. Tadi seneng kok. Tapi sekarang enggak. Jawab Shendy lempeng. A ah shendy jahat ke gue!? Huh! pasti shendy jahat gara-gara ini nih. Balas Liliyana. Setelah itu Liliyana merebut ponsel yang berada digenggaman Shendy. Nah.. pasti gara-gara Mister Twitter lo jadi jahat ke gue!! uhh shendy! kata Liliyana. Yana!! sini balikin HP gue! cepetan balikin! Gue belum sempet balesin mentionmention gue yang bejibun itu. sini balikin nggak!!! Shendy berusah merebut ponselnya dari tangan Liliyana. Wih ini ada mention dari @hendra_H shen! Ini twitternya Hendra temen SMP gue yang pernah gue certain ke elo kan? tanya Liliyana sambil mengutak-atik akun twitter Shendy lewat ponsel yang tadi direbutnya. Yang mana Yan?

Liliyana memperlihatkan hal yang ia maksud. Oh ini. hahaha. Ini mah bukan Hendra temen lo! emang gue kenal apa sama Hendra temen lo. jawab Shendy memastikan. Terus Henra siapa dong? Hendra anak X-A. Sepupu gue. Oh.. Baru tau ternyata lo juga punya sepupu namanya Hendra juga. ucap Liliyana sambil manggut-manggut. Yoi. Tapi Hendra sepupu lo ganteng gak Shen? celetuk Liliyana. Lo mau tau? Oke, ntar istirahat gue kasih tau deh. Syaratnya HP gue balikin dulu sini. Jawab Shendy enteng. **** Waktu yang dinanti setiap pelajar untuk melepaskan kepenatan terhadap rumitnya pelajaran akhirnya datang juga. Iya, ISTIRAHAT. Ke perpustakaan yuk Shen. Ajak Liliyana. Emang lo nggak laper? Ke kantin dulu aja yuk? sanggah Shendy. Laper sih. tapi lagi males ke kantin. Lo kekantin sendirian yah. Gue diperpus. Usul Liliyana. Oke. Lo tetep stay aja diperpus ya Yan. Ntar gue samperin. Tenang aja. Kata Shendy kemudia ia berlalu menuju kantin. Dan Liliyanapun berlenggang menuju perpustakaan. Sesampainya diperpustakaan, Liliyana mengambil posisi duduk ditempat yang sudah disediakan khusus untuk pembaca diperpustakaan itu. ia duduk dan memulai membaca lanjutan cerita Winter In Tokyo-nya yang belum selesai ia baca. Dengan nafas segar serta suasana yang nyaman, otak Liliyana mampu menerima rangsangan kesyahduan yang diakibatkan oleh bacaan yang sedang dibacanya. Ehem. Tiba-tiba seseorang berdehem kecil disebelah Liliyana duduk. Sepertinya pemilik deheman itu juga ikut duduk disebelah Liliyana.

Liliyana tidak merespon apapun. Entah karena saking seriusnya sehingga terbawa suasana dalam cerita, atau karena nggak denger, ataupun karena nggak mau tau siapa dan darimana deheman itu berasal. Serius bener baca buku yang ngambilnya susah payah itu? sesseorang tadi mengeluarkan suaranya lagi. Kali ini ia mengangkat perkataan. Sontak mendengar kata tadi, Liliyana membatin Dia yang ngebantu gue ngambil nih buku pasti. Saatnya ngucapin terimakasih. Kemudia mengalihkan pandangannya dari novelnya kearah sumber suara tadi, yaitu kearah seseorang yang berdehem dan bertanya tadi. Makasih ya kemarin udah bantuin gue. Liliyana berkata pada orang tadi. Tapi, setelah berkali-kali Liliyana amati, sepertinya orang itu adalah orang yang sangat dikenalnya. HAH HENDRA? Liliyana terkejut. Sangat terkejut. Sejurus kemudian, ia memalingkan wajahnya dari wajah seseorang yang kemarin membantunya mengambilkan Novel dirak tinggi. Dia itu Hendra! Iya ini gue, Yan. Masih inget kan? kata Hendra setenang mungkin. Seperti tidak ada konflik batin yang pernah melandanya. Udah lupa. Jawab Liliyana. Kok tadi lo tau nama gue Hendra? Berarti masih inget dong. Balasnya. Bagaimana gue nggak inget sama lo? lo kan yang paling erring muncul diingetan gue! batin Liliyana. Kenal juga enggak. Apalagi inget. Jawab Liliyana tanpa melihat wajah Hendra yang duduk disebelah kanannya. Hebat kok acting lo, yan. Siapa yang acting? tanya Lilyana. eh tunggu.. Hendra sekolah disini juga? Ya ampun.. Ya elo lah. Balas Hendra. Oh.. Liliyana mengerucutkan bibirnya membentuk bulatan. Yana. panggil Hendra halus.

APA!? jawab Liliyana kasara masih dengan wajah yang dimalingkan. Lo masih benci sama gue? tanya Hendra berpindah haluan Nggak ada yang benci ke lo kok. Lo nggak benci ke gue Yan? Gue nggak pernah benci ke lo ndra. jawab Hendra masih sambil memalingkan wajah. Matanya lumayan perih. Kalau nggak benci, kenapa lo selalu ngejauhin gue? Hendra menatap wajah Liliyana dari samping. Liliyana mengalihkan pandangan lurusnya kearah wajah Hendra. Sekarang ia mau menatap wajah lawan bicaranya itu. wajah yang sudah 3 bulan tidak diliatnya. Wajah yang ia rindukan. Wajah yang memuat sepasang mata sipit yang memesona. Ndra, dalam kamus hidup gue, gue Cuma punya satu kata untuk menggambarkan perasaan gue ke lo. Yaitu kata sayang. Karena dari dulu sampai sekarang gue emang Cuma punya kata sayang buat lo ndra. Oh iya, gue itu selalu ngejauhin lo juga karena gue nggak mau rasa sayang gue ke lo ilang ndra. gitu aja. Aku Liliyana sambil menatap mata sipit Hendra yang mampu membuatnya terbata-bata, mimisan, jantungan, dan lain sebagainya. Masa? Jangan boong! Masa dari dulu sampai sekarang lo Cuma punya kata sayang buat gue? kayaknya nggak mungkin deh. Celoteh Hendra. Ah iya gue boong! Gue masih punya 1 kata lagi buat lo jawab Liliyana. Apa? Belum sempat menjawab, Liliyana sudah kedatangan Shendy yang sudah berjanji menghampirinya ke perpustakaan.

Maaf yang kena tag :')

Risalah Hati 10
oleh Go Sleng pada 16 Februari 2013 pukul 19:00

Hehe tenang, udah mau kelar kok nih cerbung. Jadi buat yg bosen bisa secepatnya berpisah sama ni cerita gaje :) bismillah dilanjut :p selamat membaca. maaf kalo nggak enak dibaca dan ngawur. semoga nggk ngcwain.

#####

follow twitter Author ye @Aistetnatsir *promodikit* :p dijamin follback deh :o --------------

Ah iya gue boong! Gue masih punya 1 kata lagi buat lo jawab Liliyana.

Apa? tanya hendra penasaran.

Baru saja akan menjawab, Liliyana sudah mencium kedatangan Shendy, sehingga Liliyana langsung pura-pura berpose seperti sedang membaca buku. Obrolannya bersama dengan Hendra dihentikan dulu sejenak.

Yan, belum selese baca novelnya? tanya Shendy kepada Liliyana. Liliyana menggelengkan kepalanya.

Shendy hanya membalasnya dengan manggut-manggut, kemudian mengalihkan pandangannya menuju seorang cowok yang duduk berada tepat disebelah kanan Liliyana.

Eh elo ndra? panggil Shendy. Hendra hanya merespon dengan sebuah senyuman.

Yan, ini loh Hendra yang gue maksud tadi pagi. Shendy membuka obrolannya dengan Liliyana. Liliyanapun yang sebelumnya berpura-pura sedang membaca, kini matanya sudah teralih kearah wajah Shendy.

Maksud lo? tanya Liliyana.

Ini Hendra saudara sepupu gue yang lo tanyain ganteng apa enggak tadi pagi dan niatnya bakal gue kenalin ke elo. Eh, tapi ternyata kalian malah udah berduaan diperpus gini, kaya udah akrab lagi. Jelas Shendy.

Oh jadi Hendra ini sepupu lo? nggak ganteng ternyata ah shen, biasa aja tuh. Jawab Liliyana menanggapi Shendy sambil melirik-lirik Hendra yang hanya duduk manis dan menonton sebuah dialog dua orang manusia.

Emang nggak ganteng Yan. Jelek banget malah. Oh ya, lo udah kenal ya sama Hendra? Apa jangan-jangan Hendra sepupu gue ini adalah Hendra yang sering lo certain ke gue? tebak Shendy.

iiiiiyy.. eh bukan. Bukan Hendra temen SMP gue kok. Gue aja baru kenal 10 menit yang lalu Shen. Iya kan ndra? Dusta Liliyana.

Aslinya mah emang ini Hendra temen SMP gue shen, shen. Batin Liliyana.

Iya ndy. Hendra menganggukan kepala. Mengkiuti persandiwaraan yang Liliyana buat.

Oh gitu. Oke, gue boleh duduk nggak nih? Capek tau berdiri terus. Oceh Shendy.

Boleh lah. Cepet duduk! perintah Liliyana.

Shendy pun memposisikan dirinya untuk duduk disebelah kiri Liliyana.

Sorry ndy, na, gue balik kekelas gue duluan ya. pamit Hendra.

Iya Hend..

Iya ndra..

Hendra berlalu meninggalkan Shendy dan Liliyana yang terpaku diatas bangku pembaca diperpustakaan.

Yan, tadi ngomong apa aja sama Hendra? tanya Shendy pada Liliyana yang kini melanjutkan membaca Novelnya lagi.

Engg.. Liliyana mengalihkan perhatiannya pada wajah Shendy. Enggak. Cuma ngobrolin tentang buku. Jawab Liliyana berdusta.

Sejak kapan si Hendra jadi suka baca buku yah? Haha. fikir Shendy.

mati! Hendra kan emang nggak suka baca buku. Batin Liliyana.

Eh maksudnya ngomongin nih novel Winter In Tokyo. Soalnya kebetulan kemarin dia yang nolongin gue ambilin ini novel. Kata Liliyana.

oh gitu. jawab Shendy manggut-manggut. **** Bel pulang sekolah telah meandering beberapa menit yang lalu. Namun kelas Liliyana belum bubar juga dari pelajaran Pak Rexy yang terkenal suka mengaretkan waktu pulang. Hendra duduk termangu diatas rerumputan taman sekolah depan kelas Liliyana sambil bermain Laptop Acernya. Sesekali, ia melirik arloji yang jarum pendeknya semakin lama semakin menjauhi angka 12.

Pak Rexy keterlaluan banget. Nambahin jam seenak jidat. Untungnya kelas gue nggak diajar Pak Rexy deh. Gumam Hendra sembari menonton film Nightmare yang tersave dilaptop untuk mengurangi rasa bosan.

Ya ampun kelas Shendy bubarnya masih lama nggak ya? ah cob ague sms dia aja. Hendra mengeluarkan ponsel touchscreen hitamnya dari saku.

To : Shendy. Kelas lo bubar kpn?

From : Shendy. Bentaran. Knp hen? To : Shendy

Gue tunggu lo ditaman depan kelas lo. From : Shendy. Ok. 3 menit lg gue keluar hen. Hendra tak membalas SMS dari Shendy. Ia melanjutkan aktivitasnya yaitu nonton film sembari menikmati hembusan angin sepoi. Lima menit kemudian, Shendy keluar dari kelasnya beriringan dengan Liliyana. Kebetulan Hendra melihat Shendy dari taman, sehingga ia yang menghampiri Shendy.

Ndy panggil Hendra sambil menepuk bahu Shendy.

Lo mau ngapain si?

Gue kerumah lo ya. pengen main nih sama Ahsan. Jawab Hendra.

Yah.. Mas Ahsan jam segini mah masih kuliah. Pulangnya maleman hend. Balas Shendy yang notabenenya sepupu Hendra.

Ah sialan. Padahal mau ngajak dia beli Laptop baru sekalian nonton Chinese Zodiak di Bioskop. Oceh Hendra kesal.

Apa ndra? Chinese zodiac nya Jackie Chan yah? tanya Liliyana ikut menimbrung dalam obrolan mereka.

Iya. Balas Hendra singkat.

Oh ya, kalian ini mau langsung pulang apa gimana? Pulang bareng yah? tanya Hendra kepada Shendy dan Liliyana.

Langsung pulang, tapi enggak bareng. Jawab Shendy.

Jangan langsung pulang dong. Kita main dulu yuk. Jalan-jalan kemana gitu. Ajak Hendra sambil mensejajarkan langkahnya dengan Shendy dan Liliyana. Kemana?

Ya kemana aja gitu. Nonton juga boleh.

Ayo ayo. Kalo nonton Chinese Zodiak gue mau. Liliyana mengeluarkan suara.

Yuk sekarang cabut daripada bosen kan weekend nggak kemana-mana? cetus Hendra dengan bersemangat.

Hm iya sih. tapi kayanya gue nggak bisa hen. Ada 2 alasan yang buat gue nolak ajakan lo. pertama, gue ngantuk. Dan yang kedua, gue nggak ada duit hehe. Jawab Shendy dengan menampakan wajah innocent.

Haduh shendy shendy. Makanya kita jalan-jalan biar gak ngantuk! Urusan anggaran, ada gue inih. Duit gue segudang lebih noh. Gue traktir deh kalian. Bujuk Hendra.

Sorry hen, ternyata gue masih punya 1 alasan yang bikin gue nolak ajakan elo. Yaiitu gue nggak suka nonton film. Maaf ya. gue pulang duluan. Kalian berdua aja gih yang pergi. Tolak Shendy.

Eh ya udah nggak usah nonton film. Kita ke ambarukmo plaza aja mau? Atau ke gramedia? tawar Hendra lagi.

Nggak Hen. Gue nggak suka belanja! Apalagi baca buku! Udah ah sana jalan-jalan aja berdua sama Yana. Lagian kalo bertiga, gue mau ditaroh mana? Nangkring dipentil ban roda lo? kata Shendy beralasan.

Ya ditaroohhhh.. oh iya, ntar gue pulang ambil mobil bokap gue deh. Kan jadi bisa bertigaan. Jawab Hendra.

Duh nggak usah ndra. ntar Pak Lik Kendra marah loh kalo lo bawa mobil. Udah ah, gue pulang duluan ya Hen, Yan. Selamat berjalan-jalan ria. Semoga hari kalian indah yahh.. babay.. Shendy melambaikan tangan kemudian meninggalkan Hendra dan Liliyana.

GRRRRRRRRTTTTTT ponsel Hendra getar, ternyata ada sms dari Shendy.

From : Shendy. Gue tau kok apa yang lo mau Hen. Tenang, udah gue kabulin keinginan lo. selamat berduaan ye :P awas ati-ati banyak setan hahaha :D Hendra terenyuh dan senyum-senyum sendiri membaca SMS dari sepupu perempuannya yang sering ia ajak curhat tentang kisah cintanya dengan Liliyana. Jadi, Shendy sebetulnya sudah mengetahui kalau Hendra sepupunya adalah Hendra yang menjadi tokoh utama dalam cerita/curhatan Liliyana. To : Shendy.

Hahahaha matur suwun bgt yo cah. Tau aja yg gue mau. Yaudin, lo ati-ati dijalan ya ndy. Jgn ngelamun hahaaha. From : Shendy. Iya iya. Wes ah. Jangan dibls lg sms gue! Inget, focus! Putri cepak impian lo udah ada dlm genggaman. Jangan biarin dia terbang lg. manfaatin kesempatan! To : Shendy. Rambutnya nggak cepak lg tuh :p udah panjangan sekarang. Oke bos! Shendy tak membalas lagi SMS Hendra. Mungkin ia tak mau konsenterasi Hendra berpaling dari misi mengejar cinta Liliyana.

Eh kok senyum-senyum sendiri dari tadi? Hayoo. SMSan sama siapa si sampai gue dicuekin. Ledek Liliyana untuk menghangatkan suasana yang terasa dingin dan kaku karena sedari tadi belum ada perbincangan terkuak dari bibir-bibir mereka.

Engg.. eh.. ini.. emmm.. SMS dari Alvent itu loh. Temen SMP kita yang gokilnya amit-amit. Jawab Hendra gugup.

Masih sering contact sama temen SMP? tanya Liliyana yang berjalan disebelah kiri Hendra, menyusuri koridor kelas.

Duh, Iya masih kok. Balas Hendra.

Oh. Liliyana mengerucutkan bibir membentuk sebuah bulatan berhuruf O. Setelah itu, tak ada perbincangan lagi yang terdengar dari mulut mereka. Hanya ada suara hembusan nafas serta tiupan angin siang yang teduh. Sampai pada akhirnya setelah sampai diparkiran, Liliyanapun membuka suara. Kalau sama Sansan masih ada contact? tanya Liliyana dengan suara parau. Seperti

ada sesuatu yang mencekat kerongkongannya. Nafasnya susah distabilkan ketika mengucapkan sebuah nama berhuruf enam itu.

Sansan? Liliyana mengangguk meyakinkan.

Ya masih sering contact lah. Balas Hendra sembari menyunggingkan sebuah senyuman khasnya. DEG satu hunusan pedang es memborbadir hati Liliyana. Ya masih sering contact lah. Iya, kata itu yang membuat Hati Liliyana nyeri. Berarti, ada peluang kalau Hendra belum putus sama Sansan?

Oh. Balas Liliyana singkat, padat, dan jelas.

eh, gue ambil motor sebentar ya. ijin Hendra memotong perbincangan yang mulai memanas.

Oke. Hendra berlenggang menuju Parkiran untuk mengambil sepedanya. Ah iya! Gue baru sadar kalau hari ini gue bawa sepeda. Batin Hendra. Ia berfikir sesaat sebelum kembali lagi kearah Liliyana berdiri. Oh iya. Nggak apa-apa deh. Sejurus kemudian, Hendra mengayuh sepeda gunungnya dari tempat parker menuju Liliyana menantang angin.

Yuk. Ajak Hendra sembari memamerkan deretan giginya yang rapih. Oh manisnya. Ternyata ajakan Hendra malah dikacangin oleh Liliyana. Liliyana justru sibuk sendiri dengan aktivitas bengong yang mungkin tidak bisa diganggu gugat.

Ayo naik! perintah Hendra sembari mencubit pipi putih Liliyana.

Awww.. eh, kita mau kemana? Pake sepeda? tanya Liliyana bingung.

Katanya Chinese Zodiac? Jadi nggak nih?

Ah iya jadi dong. Tapi emang beneran mau pake sepeda? Kan jauh banget? balas Liliyana masih bingung.

Enggak Yana cantik. Kita pulang dulu kerumah gue. Ambil motor. Jawab Hendra tersenyum. Pernyataan hendra ternyata mampu membuat pipi putih Liliyana memerah.

Oh gitu. Balas Liliyana juga balik tersenyum.

Yuk naik. Tawar Hendra lagi.

Nangkring dibelakang?

Iyah.

Gue pake rok panjang. Nggak bisa ndra. jawab Liliyana lirih.

Hmm iya yah. Gue lupa kalo lo pake rok panjang. Hehe ya udah, lo mbonceng gue disini aja mau nggak? tawar Hendra sambil memegang besi panjang yang terpasang horizontal pada bagian antara stank dengan sadel sepeda Hendra.

Iya kalau gue bisa ya ndra. jawab Liliyana ragu sekaligus gugup. Kemudian, Liliyana mendekati Hendra beserta sepedannya. Sesaat ia hanya memandangi besi kurus panjang horizontal yang berada didepan Hendra duduk. Terbaca dari raut muka Liliyana seperti ada suatu kejanggalan.

Miring ndra duduknya? tanya Liliyana dengan muka lugunya.

Ya iya lah. Emang lo mau berdiri disini? Enggak kan?

iya juga sih.

Terus nunggu apa lagi? Buruan naik! seru Hendra.

Ndra, gue nggak bisa bonceng miring, apalagi didepan gini. Bisa pegel semua badan gue.

Terus mau gimana dong? tanya Hendra balik.

Ya nggak ada cara lain kalo gue aja yang boncengin. Lo tinggal nangkring di belakang gue. usul Liliyana.

Lo bisa? Rumah gue jauh loh! Udah gitu gue juga berat nih. Ntar lo capek.

Bisa dong. Gue gitu! Kan jagonya sepedaan. Balas Liliyana.

Beneran nih bisa? Ya udah gue mbonceng yah?

Oke.

Siap?

Sip.

Iya udah. Ayo buruan jalan! seru Hendra keras. Liliyanapun memacu sepedanya dengan sangat cepat, tidak perhitungan. Akhirnya belum ada 20 putaran roda, sepeda yang Liliyana dan Hendra tunggangi nyungsep kesemak-semak pinggir jalanan.

Awas yan ati-ati!!! Jangan ngebut!!!

Iya ndra.

Huwaaaaaaaa!!!! teriak Hendra ketakutan. Ah, lucu sekali wajahnya.

Hendraaaa. Oleng ini gimana? Aaaaaaa. SRRRRREEEEEETTTTT GRADAGGRADAGGRADAGGG. Tak ada hujan tak ada petir, kecelakaan mini dengan nyungsebnya sepeda beserta isi-isinya terjadi. Hendra terjatuh bebarengan dengan Liliyana, tubuh mereka hanya berjarak 2 centi. Sementara sepeda gunung Hendra menggelindingi dan jatuh dibawah pohon jalanan.

Awwwwrrrgghh.. erang Liliyana kesakitan sembari memegang lutut dan sikunya. Mendengar erangan Liliyana, Hendra dengan segera mendekatinya lalu menenangkannya. Sebetulnya Hendra juga sakit, tapi sakit sekecil itu rasanya tidak pantas diumbar bagi seorang lelaki yang memang Jaimnya nggak ketulungan.

Sakit banget yah? Sini. Hendra memegang tangan Liliyana yang berdarah lalu Hendra memberikan pertolongan dengan menyedot darah Liliyana. Wajah Liliyana mulai memerah karena rasa malu.

Makasih ya ndra. Liliyana mendongakkan wajahnya untuk menatap wajah Hendra. Meskipun rasa sakit dan pegal menjalar keseluruh tubuh Liliyana, tapi akibat menatap wajah Hendra, rasa sakit serta pegal itu entah kenapa agak menghilang. Apakah Hendra penyembuh setiap luka Liliyana?

Iya sama-sama. Hehe lo dari dulu sampe sekarang sifat sradag srudugnya emang nggak ilang-ilang yah? ledek Hendra sembari mengacak rambut Liliyana yang sudah mulai memanjang.

Uuuhh jahat! jawab Liliyana sambil memonyongkon bibir mungilnya.

Kebiasaan banget tuh bimoli. Nggak usah monyong-monyong aja lo udah jelek kok. celoteh Hendra. Lagi-lagi muka Liliyana harus dibuat seperti kepiting rebus.

wuuuu cantik-cantik begini dibilang jelek T.T jawab Liliyana kesal. ups cantik? Haha dulu kan gue terkenalnya jelek banget yah. Au ah. Ahaha.

Iya deh percaya. Oh ya, udah sore nih, jadi nonton nggak? Yuk ah pulang. Tawar Hendra.

Ayok. Liliyana mencoba bangkit dari duduknya, tapi ada rasa nyeri yang menghalangi usahanya untuk berdiri.

Ahh sakit. Keluh Liliyana.

Sakit ya? tanya Hendra.

Iya.

Bisa berdiri nggak?

Susah.

Hendra berputar otak agar Liliyana dapat berdiri dan melanjutkan perjalanannya lagi. Dan tiba-tiba, ia teringat sesuatu kejadian. Iya, ia teringat ketika ia sedang bingung bersama Vita diperpustakaan terhadapa apa yang akan ia lakukan untuk memindahkan Liliyana yang pingsan ke UKS.

Sorry Yan. Hendra mengangkat tubuh mungil Liliyana dengan maksud untuk menggendong atau membopongnnya untuk bisa sampai ke sepeda.

HAH? Hendra gendong gue? DEG DEG DEG DEG batin Liliyana.

Lo duduk didepan aja ya, biar gue yang nyetir sepedanya. Kata Hendra. Liliyana hanya mengangguk meskipun sangsi. Akhirnya Liliyana membonceng dibesi panjang yang membatasi stank dan sadel Hendra. Jarak kepala Liliyana dengan kepala Hendra begitu dekat. Kemudian sepeda gunung Hendrapun terkayuh dengan slow. Menikmati jalanan sayidan.

Yan?

Hem?

Lo masih sama Owi? tanya Hendra terbata-bata. DEG! Lagi lagi hunusan pedang es yang amat dingin menembus paling hati Liliyana. Apa-apaan sih ngomongin Owi!

Dulu si belum putus, tapi udah lost contact. Jawab Liliyana gugup.

Jadi masih pacaran? balas Hendra tak kalah gugup.

Enggak.

Syukurlah ceplos Hendra.

maksudnya?

Eh.. nggak.. jawab Hendra.

Terus cowo yang sama lo di Prambanan itu siapa? lanjut Hendra bertanya lagi.

Hayom? Ah itu sepupu gue.

Oh.. Eh Yan, kita udah nyampe dirumah gue nih. Turun yuk. Ajak Hendra.

Susah ndra. jawab Liliyana.

Mau gue gendong lagi ceritanya? Haha. ledek Hendra.

Eeeh bukan gitu! Gue bisa jalan sendiri kok. Sanggah Liliyana.

Beneran nih?

Iya,

Ah gue gendong aja ya? gue ikhlas kok. Wahaha. Balas Hendra.

Yah maunya. Jawab Liliyana.

Tuh kan lo mau. Ya udin, gue gendong lagi ya. akhirnya Liliyana menyerah dengan paksaan Hendra. Digendong lagi? Iya dong. Haha. jangan iri yah :p Hendra membopong Liliyana untuk duduk disofa ruang tamunya sebentar sambil minum yang sudah dihidangkan dan sambil menunggu Hendra selesai ganti pakaian. Tapi, disudut lain, ada seseorang yang memantau kedekatan dua manusia itu.

Yan, yuk kita pergi. Ajak Hendra sambil mengulurkan tangan manisnya.

Ayok. Liliyana pun berdiri. Iya, sekarang ia sudah dapat berdiri setelah beristirahat sejenak. Hendra dan Liliyana pun berlalu bersama Honda Jass birunya Hendra. Awalnya mau naik motor, tapi berhubung kaki Liliyana habis Jatuh, jadi pakai mobil aja :) **** Bagus banget yah Ndra filmnya? Ah makasih ya udah traktir gue buat nonton film terbaru idola gue. kata Liliyana berbunga-bunga.

Iya :)) Sejak kapan lo ngidolain Jackie Chan? Baru tau gue. balas Hendra.

Udah lama banget. yah masa baru tau. Orthodox ah.

Hehe maaf. Jawab Hendra sambil menggaruk rambut cepaknya.

Ndra habis ini kita pulang kan? tanya Liliyana berpindah haluan topic.

Jangan dulu. lo masih inget kalo Bulan lagi Purnama itu ada apa?

Ada apa si? Setan?

Bukan.. Hendra menggelengkan kepalanya.

Terus apa?

Mau tau? tanya Hendra balik.

Kalo iya, ikut gue. lanjut Hendra. Merekapun meninggalkan Bioskop dan menuju ke Mobil Jass Hendra yang berada di Parkiran. Kemudian melanjutkan jalan-jalannya menembus terangnya malam Jogjakarta. **** Hendra mengemudikan mobilnya dengan hati-hati. Semakin lama, laju mobil Jas situ makin lambat dan melambat. Sampai pada akhirnya rem mobilpun terinjak tepat di parkiran Obyek Wisata Candi Prambanan. Apa? Prambanan?

Hendra.. Prambanan? Sendratari Ramayana? cetus Lilyana.

Iya itu tau. Hendra mengacak rambut Liliyana.

Huhhh sial, kata Liliyana.

Tempat duduk penonton belum seramai biasanya. Maklum saja, Hendra dan Liliyana datang terlalu awal sehingga hanya ada beberapa butir orang saja yang hadir disitu.

Ndra??? Lo masih inget ini nggak? tanya Liliyana sambil memperlihatkan benda yang sangat tidak asing dipenglihatan mata Liliyana maupun pembaca *eh.

Ya ampun. Ini kan gantungan prambanan yang gue kasih ke lo waktu lo masih kecil banget? masih disimpen? balas Hendra balik bertanya.

Iya dong masih disimpen. Inikan pemberian bukan dari orang sembarangan. Jawab Liliyana terkekeh.

Haha dari dukun yah? tanya Hendra ngaco.

Iya dari dukun yang pernah nyembur gue pake cendol. Haha. amit-amit. Balas Liliyana sambil tertawa mengingat kejadian di UKS sewaktu SMP.

Hahaha masih inget aja nih cewe jelek yang doyan main basket. Hendra ikut tertawa.

Sssttt jangan buka masa lalu gue yang kelam itu hehe. Malu.

Ciye kelam. Kelam gara-gara nggak dapet cinta gue yah? Hayo hayo. Ledek Hendra. Wajah Liliyana lagi-lagi dibuat merah.

Astaga!! Liliyana menelungkupkan telapak tangannya kewajah putihnya. Menutupi rasa malunya.

Iya kan? Hahaahahahaha. Liliyanapun mengangguk dengan ragu dan berat. Tiba-tiba tawa renyah membuncah dari mulut Hendra.

Ternyata dari dulu sampai sekarang ada Admirer yang demen banget sama gue. sorry ya dulu gue nggak tau. Jawab Hendra tanpa dosa.

Nggak tau apa nggak mau?

Hehehe. Tau ah gelap. Jawab Hendra tersipu sambil senyum-senyum nggak jelas. Mata sipit itu tinggal segaris saat ia sedang senyum plus merem-merem. Kebiasaan!

Btw ini Sendratari Ramayana nya kapan muncul? tanya Liliyana beralih topic pembicaraan.

Ngapain tanya-tanya Sendratari Ramayana? Lo masih pengen nonton? jawab Hendra sok dibuat sinis.

Iya lah. Gue masih pengen nonton Sendratari Ramayana! Kisah cinta Rama dan Shinta yang dramatis. Haha.

Ngapain sih masih pengen nonton? Emang nggak bosen? Lo kan sering banget nonton Sendratari Ramayana? tanya Hendra sewot.

Kok jadi lo yang sewot sih! kita kesini kan emang mau nonton Sendratari Ramayana. Jawab Liliyana kesal.

Nggak. Gue kesini bukan pengen nonton sendratari Ramayana. Tapi pengen jadi Pemeran atau Tokoh kisah Cinta tersensasional sedunia yaitu kisah Cinta Dewa Hendra dengan Dewi Liliyana dalam Sendratari Hendrayana. Ikutan main jadi tokohnya nggak nih? tanya Hendra.

Hahahaha maksud lo apaan sih? gue bingung dengerin orang gila ngedongeng tau! jawab Liliyana meminta kejelasan.

Lo mau nggak jadi tokoh utama dalam Kisah Cinta HendraYana? Mau yah? harap Hendra serius.

Wani bayar piro? jawab Liliyana.

Ah Yana! Hendra berfikir sejenak untuk menenangkan dirinya. Kemudian ia mendekati Liliyana dan menggenggam kedua telapak tangan Liliyana.

Lo mau jadi Yana-nya Hendra? Jadi milik Hendra? Jadi pacar gue? tembak Hendra jelas.

Ada syaratnya. Jawab Liliyana dengan tampang serius.

Apa?

Beli eskrim sana! Gue kangen banget saat lo lagi makan es krim. Ganteng banget.. hehehe. Jawab Liliyana sambil nyengir kuda.

Jadi, lo mau kan jadi pacar gue? YESSS!!!! Hendra berjingkrak-jingkrak kegirangan. Saking senangnya, ia sampai tak sadar merengkuh tubuh mungil Liliyana. Sebuah pelukkan yang menghangatkan malam Jogja. Malam Hendra. Malam Liliyana. Malam Hendrayana di Sendratari Ramayana.

Yuk beli es krim. Kata Hendra sambil melepaskan pelukannya.

Ayo. **** Hendra menutup pintu Honda Jass birunya dengan perasaan berbunga. Ia melangkah keluar dari Garasi mobil lalu masuk kedalam rumah. Suatu kejutan ketika ia baru memasuki pintu utama. Ia sudah dihadang seseorang yang tadi siang memperhatikannya bersama Liliyana. Hendra, ada hal serius yang harus kita bicarakan. Suara berat itu terdengar ke gendang telinga Hendra.

--BERSAMBUNG--------

maaf yg kena tag, maaf jg kalo jelek gk enak dibaca :|

Anda mungkin juga menyukai