DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Bab I PASAR
Bab II - PEREMPUAN GION
Bab III PACUAN KUDA
BAB IV-SEORANG WANITA YANG BERMANDIKAN
CAHAYA REMBULAN
Bab V RUMPUT YANG TERINJAK-INJAK
Bab VI - BOCAH LELAKI YANG MEMBAWA AYAM
SABUNGAN
Bab VII SALAM PERPISAHAN DARI SEORANG
SAMURAI
Bab VIII - BINTANG BEREKOR DI ATAS IBU KOTA
Bab IX PARA PRAJURIT BIKSU DARI GUNUNG
SUCI
Bab X DUSTA
Bab XI - SEKELUARGA RUBAH DAN SEBUAH
KECAPI
Bab XII -SABDA ALMARHUM
Bab XIII- ISTANA MATA AIR DEDALU
Bab XIV-PANJI-PANJI MERAH HEIKE
Bab XV- PANJI-PANJI PUTIH GENJI
Bab XVI-PEDANG DAN ANAK PANAH
Bab XVII-SUNGAI BERDARAH
Bab XVIII-ALUNAN SERULING
Bab XIX-SEBUAH KEDAI TEH DI EGUCHI
Bab XX-Perjalanan Ziarah ke Kumano
Bab XXI-Tuan Hidung Merah Sang Saudagar
Bab XXII-Jeruk Dari Selatan
Bab XXIII PENCULIKAN KAISAR
Bab XXIV-IRAMA GENDERANG
Bab-XXV BADAI SALJU
o0odwkzo0o
Bab I PASAR
Dan kau, Heita, jangan lagi
berkeliaran
dan
menyianyiakan waktu di Shoikoji
dalam perjalananmu pulang!
Heita Kiyomori mendengar
ayahnya, Tadamori, berseru
memperingatkannya ketika dia
pergi
untuk
menjalankan
tugasnya. Dia merasakan suara
ayahnya
mengikutinya
bersama setiap langkahnya.
Kiyomori takut kepada
ayahnya; setiap kata yang
diucapkan oleh pria itu seolaholah
selalu
melekat
di
benaknya.
Dua
tahun
sebelumnya, pada 1135, untuk pertama kalinya Kiyomori
menemani ayahnya dan sejumlah prajurit bersenjata dalam
sebuah ekspedisi dari Kyoto ke Shikoku, dan kemudian
Kyushu untuk menumpas para perompak Laut Dalam.
Sejak bulan April pada musim semi hingga Agustus, mereka
memburu musuh mereka dan, dengan pemimpin
gerombolan perompak beserta ketiga puluh kaki tangannya
terbelenggu rantai, mereka kembali dengan penuh kejayaan
ke ibu kota, dalam sebuah pawai kemenangan yang meriah.
Ya, tidak diragukan lagi, ayahnya memang seorang
pahlawantanpa memedulikan segalanya!
Pendapat Kiyomori tentang ayahnya berubah sejak saat
itu, begitu pula ketakutannya. Sejak masih bocah, Kiyomori
yakin bahwa kemalasanlah yang menyebabkan ayahnya
menghancurkan kehidupannya. Dan dia akan meratapratap, Ah, seandainya aku tak punya anak! Ucapan itu
membuat Kiyomori kecil luar biasa ketakutan, terhina, dan
sedih, sehingga ketika dia berumur enam belas atau tujuh
belas tahun, tatapan pilunya sering kali membingungkan
ibunya.
Kiyomori memikirkan apa yang mungkin akan
dilakukan oleh ibunya seandainya dia tidak punya anak.
Tetapi, yang jelas dia tahu: di atas segalanya, ibunya
menyesal karena telah menikah dengan ayahnya; ibunya
mungkin akan meninggalkan ayahnya dan menebus tahuntahun yang hilang darinya dengan kembali menjalani
kehidupan mewah. Dia ingin hidup seperti para kerabat
bangsawannya, mengendarai gerobak sapi, bermandikan
cahaya bulan dan bertabur bunga-bungaan; main mata
dengan kapten ini atau pejabat itu; saling bertukar puisi
cinta sembari menebarkan pesona, menjalani kehidupan
para wanita seperti dalam Hikayat Genji. Ibunya tidak bisa
mengakhiri kehidupan tanpa menunaikan takdirnya sebagai
seorang wanita.
Berulang kali, kertas minyak itu terbakar. Dan anakanak lelaki kecilnya, kesulitan meyakini bahwa wanita itu
adalah ibu mereka, menyaksikannya setiap hari dengan
tatapan pilu.
Kiyomori, sekarang berusia hampir dua puluh tahun,
kesal; jika anak-anaknya menjadi penghambat, mengapa
ibunya tidak meninggalkan mereka saja? Sedangkan
ayahnya, mengapa dia diam saja menghadapi istrinya?
Apakah sebaiknya Kiyomori saja yang balas membentak
wanita ini? Dasar wanita jalang! Siapa itu Fujiwara, para
Fujiwara yang dibangga-banggakannya tanpa memedulikan
perasaan suaminya? Dasar bodohayahnya, yang hanya
berani membentak anak-anaknya! Dasar pengecut! Lihatlah
Kiyomori
sambil
mengada-ada? Ada lebih banyak ruang untuk menerkanerka ketika kurang dari sembilan bulan dari waktu ketika
Tadamori memboyong wanita itu ke Imadegawa, dia
melahirkan seorang bayi laki-laki. Jadi, kisah Yang Mulia
tentang pendeta pada malam yang basah itu entah
bagaimana berkesan sulit dipercaya, sebuah bualan,
mungkin .
Bahkan mereka yang paling penasaran sekalipun tidak
berani untuk mencari tahu lebih banyak mengenai kejadian
itu. Tindakan semacam itu tidak dipandang baik di
kalangan para bangsawan; terlebih lagi, mereka tahu bahwa
spekulasi seperti itu bisa menyebarkan isu-isu buruk, yang
lebih baik dihindari demi keselamatan mereka sendiri.
Mereka yang bijaksana hanya bisa tersenyum penuh arti.
Pada waktu itu, Mitsuto Endo, paman Morito, bekerja
sebagai Pengawal di Istana. Delapan belas tahun kemudian,
dia menceritakan kisah ini kepada keponakannya,
membukanya dengan perkataan, Bukankah putra sulung
Tadamori, Heita Kiyomori, adalah teman sekolahmu? Aku
penasaran apakah Tadamori masih percaya bahwa dia
mendapatkan kehormatan dari Mantan Kaisar ketika beliau
menyerahkan Perempuan Gion kesayangannya untuk
dijadikan istri olehnya, dan tak lama kemudian perempuan
itu melahirkan Kiyomori? Kalau memang begitu, berarti dia
pria bodoh yang malang! Kemarin, aku bertemu dengan
seorang teman yang mengenal dekat Perempuan Gion. Saat
ini, pria itu tentu sudah berumur lima puluhan dan tinggal
di salah satu kuil di dekat Gion, tempatnya dikenal sebagai
si pendeta mesum. Kakunen. Dia menyatakan bahwa
dirinya adalah ayah kandung Kiyomori.
Ehbenarkah itu?
Ketertarikan Morito tiba-tiba terpancing begitu
mendengar cerita tentang kawannya, karena dia sendiri
o0odwkzo0odwo0odwkzo0o
Kiyomori tidak menyadari seberapa lama dia terlelap.
Seseorang mengguncang tubuhnya dan memanggilmanggilnya. Dia berusaha membuka matanya yang berat.
Kerai pintu yang telah dinaikkan menunjukkan bahwa
waktu telah jauh melebihi tengah hari. Tsunemori berdiri di
dekat ranjangnya; kegugupan terpancar dari wajah
tampannya ketika dia membungkuk di atas kakaknya,
mengulangi perkataannya, Ayo kau harus ikut
denganku. Karena dirimulah Ayah dan Ibu
Apaaku? Ada apa denganku?
Mereka mulai bertengkar pagi tadi, hingga makan siang
pun mereka lupakan. Sepertinya pertengkaran kali ini tidak
akan berakhir.
Mereka lagi-lagi bertengkar? Apa hubungannya semua
itu denganku?
Kiyomori meregangkan kedua tangannya dan menguap
lebar-lebar, berkata dengan tegas. Kuulangi lagi. Apa
hubunganku dengan pertengkaran mereka?
Tsunemori menjawab dengan putus asa, Jangan
berkilah. Kaulah penyebab pertengkaran mereka.
Dengarkanlah adik-adik kita yang merengek-rengek dan
menangis kelaparan!
Di mana Mokunosuke?
Dia dipanggil ke bilik Ayah beberapa waktu yang lalu,
dan Ibu sepertinya memerintahnya melakukan sesuatu.
Baiklah, kalau begitu, aku akan ikut denganmu, jawab
Kiyomori, turun dari ranjang dan melontarkan tatapan
kesal ke arah adiknya yang penakut. Berikan kimonoku
kimonoku.
yang
baik
hati
baru
saja
hitam
dari
peternakan
di
pemborosan.
Dia
menyimpulkan
bermusuhan
dengan
Morito
mengundangnya.
bahwa
Wataru
sehingga
tidak
Kiyomori
sendiri
tertidur
sambil
berpura-pura
mendengarkan ketika mengikuti pelajaran tentang
Konfusianisme. Ajaran Konfusius hanyalah ornamen,
ditujukan untuk meningkatkan ketertarikan kepada orangorang yang berkedudukan tinggi, dan mewajibkan kepada
para samurai dan rakyat jelata untuk mematuhi golongan di
atas mereka. Berdasarkan apakah Konfusius menjabarkan
berbagai aturan tentang perilaku manusia itu? Apakah yang
digemari Konfusius sepanjang kehidupannya, atau kebaikan
apakah yang pernah dilakukannya? Apakah karena
dirinyalah pertumpahan darah di Cina berakhir? Para
pencuri menjadi jujur? Para penipu bertobat? Ajaran paling
sakral sekalipun bisa dijelek-jelekkan dalam sebuah
perdebatan dengan seorang penjahat ulung sehingga
menjadi tidak berarti bagi manusia.
Adik tolol! Kiyomori akhirnya berkata. Mengapa
menjejali otak tumpulmu dengan omong kosong semacam
itu? Ada ruangan di Istana Kekaisaran yang seluruh
dindingnya tertutup oleh lukisan orang-orang bijak dan
ajaran-ajaran mereka; orang-orang percaya bahwa hanya
dengan duduk di ruangan itu. kebijaksanaan mereka akan
bertambah, jadi, kau juga memenuhi kepalamu dengan
ajaran seperti itu? Dasar tololi Kita bukan bangsawan!
Mereka sudah memberi kita makanan, dan jika mereka
memerintah kita, bukankah kita sudah seharusnya langsung
keluar dan membunuh orang-orang yang tidak
membahayakan kita sekalipun? Bukankah kepada mereka
kita mengabdi? Tinggalkan buku-buku ituabaikan
sekarang.
Kiyomori berbarang telentang di ambang pintu; setengah
bagian atas tubuhnya berada di kamar, dan kedua kakinya
menjuntai melewau teptan beranda. Dia memandang
Tsunemori yang sedang menekuni buku-bukunya,
berusaha
memutuskannya,
jawab
Bibiyang
biasa
membicarakan
untuk
o)ood^woo(o
segala sesuatu di alam pada tengah malam buta itu seolahoiah berduka bersamanya.
Hari masih gelap ketika Morito, yang letih akibat
menangis dan semalaman bermimpi buruk, terjaga. Dia
bangkit berjalan terhuyung-huyung dan tersandung-sandung
dalam kegelapan, tanpa mengetahui di mana dirinya
berada, ketika seluruh indranya sontak tergelitik
menanggapi sebuah sensasi baru. Gelombang es seolah-olah
menerpa otaknya, dan gemuruh gaduh memenuhi
telinganya, bergema dan terus bergema di dalam kepalanya.
Jeram Naratukidi jalan menuju Takao yang dipagari
pepohonan mapel!
Fajar telah datang, dan bulan pucat menggantung di
langit. Morito memandang ke sekelilingnya, memuaskan
penglihatannya dengan warna merah dedaunan mapel di
seluruh sisi bukit. Baru kali inilah dia melihat cahaya pagi
sejernih ini. Akal sehatnya telah kembali. Kemudian,
rangkaian peristiwa pada malam 14 September itu kembali
diingatnya dengan jelas, seolah-olah dia kembali berada di
tempat kejadian. Gemuruh Jeram Naratuki dan gemericik
air mendadak terdengar bagaikan ratapan memilukan
seorang ibu yang putus asapekikan kebencian Wataru,
tawa menghina teman-temannya sesama pengawal, dan
tangisan marah masyarakat.
Menghadapi jeram itu, Morito menjerit seolah-olah
untuk menjawab, Biarkan aku mati! Aku tidak bisa
menghadapi dunia ini hidup-hidup!
Dengan tubuh gemetar, dia berpegangan ke sebongkah
batu besar dan menunduk menatap arus deras di bawahnya,
dan tiba-tiba dilihatnya sekelompok penebang kayu muncul
di seberang sungai, melompati batu demi batu dan
keraguannya.
Dia
akan
minum
banyak-banyak,
memberikan kesempatan kepada sang tuan rumah untuk
mengamati tamu mudanya, sementara dia sendiri akan
mengamati apakah putri sang tuan rumah cantik atau tidak.
Gadis itu masuk beberapa kali, lalu keluar lagi dengan gaya
menggoda; akhirnya, dia masuk dan duduk di samping
ayahnya. Dia sudah dewasa dan, meskipun tidak cantik,
berkulit mulus dan berwajah oval; Kiyomori juga lega
ketika melihat bahwa hidungnya tidak bengkok seperti
hidung ayahnya. Jelas terlihat bahwa dia adalah putri
kesayangan ayahnya.
Ini Tokiko, yang tertua dari dua orang putriku yang
kaulihat di taman, kata Tokinobu, memperkenalkan
putrinya. Eh?adiknya, Shigeko, masih kanak-kanak, dan
aku ragu apakah dia mau masuk meskipun aku
memanggilnya kemari. Kendati tersenyum dengan tulus,
keletihan dan keuzuran terpancar dari mata Tokinobu, yang
berkaca-kaca karena efek sake. Dia mengenang ibu Tokiko
yang telah meninggal dunia dan menyebabkan dirinya,
seperti Tadamori, harus membesarkan anak-anaknya
seorang diri. Akibat sake yang melemaskan lidahnya,
Tokinobu mengakui dengan berurai air mata bahwa dia
tidak sanggup menghadapi dunia dan telah gagal
memberikan keceriaan yang layak kepada anak-anak
gadisnya. Seraya melirik Tokiko, dia menambahkan, Dia
berumur sembilan belas tahun, hampir dua puluh, dan dia
tetap tidak bisa mengucapkan apa-apa di hadapan tamutamuku.
Sembilan belas! Kiyomori kecewa. Dia sudah tua!
Tetapi, dia berpikir bahwa bukan salah Tokikolah jika dia
belum menikah, karena ayahnya sendiri, Tadamori, turut
bertanggung jawab dalam hai ini. Kiyomori memikirkan
ayahnya dan kejahatan semena-mena para pejabat istana.
tentang
suami
Kesa-Gozen.
menahanmu?
Tameyoshi
menuntut
Terhormat
Yoshitomoini
sungguh
tidak
Sudahkah
Anda
jejak peristiwa beberapa waktu sebelumnya sehingga seolaholah hanya terjadi di dalam mimpi.
Saigyo tidak jadi mengunjungi Nyonya Taikenmon hari
itu.
Desas-desus menyebutkan bahwa tuduhan ilmu hitam
tersebut benar adanya, namun sebagian orang meyakini
bahwa tuduhan itu salah dan merupakan hasil
persekongkolan. Di permukaan, Kyoto tetaplah Ibu Kota
Kedamaian dan Ketenangan, walaupun gejolak kemelut
terasa begitu dahsyat di bagian dalamnya.
Tidak lama kemudian, Mantan Kaisar Toba membotaki
kepalanya
dan
permaisuri
pertamanya.
Nyonya
Taikenmon, menjadi biarawati di Kuil Ninna-ji. Saigyo
mendengar kabar ini dari pengiring sang mantan
permaisuri, yang menuliskan bahwa pada usianya yang
keempat puluh dua, Nyonya Taikenmon menjalani upacara
penahbisan dan berpamitan pada dunia fana.
Dari pertapaannya, Saigyo menyaksikan musim semi
datang bersama kicauan burung-burung di pagi hari.
0==dw==0
Jembatan besar di Gojo telah selesai dibangun; jembatan
itu membentang di atas Sungai Kamo, menghubungkan
wilayah timur ibu kota dengan kaki Perbukitan Timur.
Beberapa tahun sebelumnya, seorang biksu bernama
Kakuyo mencari dukungan dari masyarakat di sekitar
tempat itu, meminta mereka menyisihkan sebagian
penghasilan yang didapatkan dengan susah payah untuk
menyokong pembangunan jembatan itu; dia sendiri ambil
bagian dengan mengangkuti batu, membantu menggali
fondasi, dan tinggal di sebuah gubuk kecil di tepi sungai
hingga jembatan itu siap digunakan.
Bab X DUSTA
Tadamori dan Kiyomori ... ayah dan anak itu ...
mungkin bukan orang penting, namun kedua samurai
Istana itu akhir-akhir ini menjadi orang kepercayaan Yang
Mulia. Sudah saatnya kita mencabut mereka sepera rumput,
menurunkan
serulingnya
dan
kudamu
dan
biarkan
saja
Tua
Aki
menjalankan
Tepi. tidak ada yang ditakuti oleh pera biksu itu; mereka
Ueflfmnap kita aeme remehn) a dengan debu yang mereka
injak, dan tadi malam mereka sudah menunjukkan bahwa
mereka haus darah. Seandainya Tuan Aki pergi ke sana.
entah apa yang akan mereka lakukan
Itu benar, tapi aku membawa Tokitada dan Hewoku
bersamaku Walaupun menyesalinya, aku tetap harus
menyerahkan mereka berdua dan berusaha membuat
kesepakatan dengan para biksu.
Eh? jadi, akhirnya kau akan menyerahkan mereka
kepada para biksu?
Aku tidak punya pilihan.
perkataan
Aki! Dia
kemampuan
memanah
Seperti yang kaulihat sendiri, dia sangat ahli, tapi ... dia
sepertinya tidak bisa memanah dengan lurus, atau belum
punya cukup kekuatan. Masalah temperamen, mungkin
Dia masih muda, Tokitada, dan busurnya kecil.
Itu tidak bisa disangkal. Watak seorang pria,
bagaimanapun, terlihat dari caranya memanah. Apa kau
pernah mendengar tentang putra bungsu Tameyoshi?
Kurasa pernah
Tameyoshi menganggap anak itu terlalu keras kepala ...
aku melihatnya di sebuah pertandingan memanah waktu
kau
pasti
tengah
Anda
sendiri
yang
akan
tempo hari ... itu hanyalah ocehan seorang perajin tua dan
bodoh ... Butiran-butiran keringat membasahi kening
keriput pria tua itu.
Apa masalahmu kali ini, Pak Tua? Kiyomori tertawa,
meminta penjelasan untuk kunjungan Oshimaru.
Karena terbakar amarah, saya melempar sekuali lem
kepada Anda, Tuan, dan memaki-maki Anda, namun saya
mendengar salah seorang pelayan Anda bercerita tentang
kegagalan perburuan Anda hari itu, dan saya malu ketika
mengetahui bahwa Anda memiliki belas kasihan untuk
binatang biasa. Sebagai seorang pakar baju zirah, saya
memohon agar Anda mengizinkan saya untuk membuat
baju zirah baru bagi Anda. Seorang samurai tidak hanya
harus ahli menggunakan busurnya, tetapi juga harus
memiliki hati yang penuh belas kasihan kepada semua
makhluk hidup, seperti Anda. Siapa pun yang membuat
baju zirah untuk samurai semacam itu mau tidak mau akan
mencurahkan seluruh jiwa dan raganya ke dalam
pekerjaannya. ... Sejujurnya, Tuan, saya membawa baju
zirah pesanan
Anda hari ini. Maukah Anda melihatnya dan
mengizinkan saya menghadiahkannya kepada Anda?
Tidak ada jejak kesombongan dalam sikap Oshimaro
sekarang; tidak ada kata-kata pujian untuk hasil karyanya
sendiri. Ekspresi puas di wajah Kiyomori sepertinya sudah
menjadi penghargaan yang cukup baginya, dan dia pun
segera berpamitan.
Kiyomori menikmati kembalinya kemerdekaannya. Pada
suatu malam, setibanya di rumah, dia memasuki kamar
istrinya dan menemukan sebuah kecapi yang belum pernah
dilihatnya. Tokiko menjelaskan bahwa kecapi itu adalah
hadiah dari Nyonya Kii, yang mengutus seorang pendeta
hentinya
tahun!
Dan
apakah
pekerjaanmu
mengawasi
beliau
Katakan kepada nyonyamu bahwa dia harus bersiapsiap menangis dan meratap ketika mereka mengirimkan
kepalanya ke rumah.
Gadis pelayan itu berlari keluar seolah-olah baru saja
dimarahi, menahan tangisnya.
Kiyomori menatap gadis itu hingga menghilang dari
pandangannya dan berkomentar dengan nada datar,
Mereka, para wanita itu, tidak tahu betapa kejinya perang.
Mereka tidak pernah melihatnya. Pertempuran pecah
sepanjang waktu di wilayah barat dan timur, namun tidak
pernah terjadi di sini sejak berabad-abad silam. Tidak
seorang pun dari kalian mengetahui seperti apa perang yang
sesungguhnya. Kalian baru akan mencicipinya untuk
pertama kalinya, dan ini tidak akan mudah bagi siapa pun
yang ada di sini.
Keheningan mencekam mengikuti ucapan Kiyomori,
karena semua orang diam-diam sedang memikirkan
semangat membara yang mereka rasakan dalam
menyambut perang yang akan segera pecah, namun katakata Kiyomori mendadak mengingatkan mereka pada
kesuraman perang ... dentangan senjata, pertempuran,
pembakaran, keserakahan dalam memburu kemenangan.
Apakah makna semua itu kecuali impian hampa orangorang tolol? Akan lebih baik jika mereka memikirkan
kembali istri mereka, anak-anak mereka, dan penyesalan
sia-sia yang akan menghantui mereka.
Seorang bocah pelayan duduk di samping Kiyomori,
menggerakkan sebuah kipas besar dengan lembut. Kiyomori
duduk bersila di atas sebuah bantal duduk. Udara yang
panas mengesalkannya. Dia telah mencopot baju zirahnya
dan menggeletakkannya di hadapannya. Dia duduk dalam
balutan kimono dalam putihnya; bagian dadanya terbuka,
akan
menyebabkan
o0odwkzo0o
apa pun tidak akan menyelamatkan kita dari neraka itu ...
perang. Aku, Tameyoshi, yang menyandang kehormatan
klan Genji, terpaksa meletakkan senjataku. Selagi mungkin,
aku akan menjalani penahbisan dan bersembunyi .
Mari, mari kita menunggu hingga besok malam. Berilah
aku waktu semalam untuk mengambil keputusan.
Anak-anak Tameyoshi kecewa, namun mereka tidak
mendesak sang ayah karena jelas terlihat bahwa pria tua itu
tersiksa.
Ketika seorang lagi kurir Yorinaga tiba, Tameyoshi
menyampaikan balasan yang mengatakan bahwa dirinya
sedang sakit sehingga tidak mungkin hadir; sedangkan
kepada kurir yang mengantarkan surat dari putranya
Yoshitomo, dia dengan tegas mengatakan bahwa putranya
tidak perlu mengharapkan balasan. Ketika membaca
kembali surat dari putranya, bagaimanapun, mata
Tameyoshi berkaca-kaca.
Yoshitomo menulis, Mustahil sebuah negara dipegang
oleh dua orang penguasa. Apa pun pernyataan Mantan
Kaisar, tugasku adalah melindungi Kaisar. Tidak ada yang
bisa kulakukan kecuali menjaga kesetiaan kepada beliau.
Aku memohon kepadamu, Ayah, dan kepada saudarasaudaraku, untuk mengangkat senjata demi Kaisar dan
hadir di sini secepatnya. Aku memahami perasaan Ayah.
Aku tahu bahwa ada begitu banyak pertimbangan yang
menyulitkan Ayah untuk mengambil keputusan, namun
tidak ada pilihan lagi kecuali mendukung pihak kami.
Hatiku pedih ketika memikirkan bahwa kita, yang berasal
dari klan yang sama, terikat oleh darah, akan saling
mengangkat senjata. Seandainya pasukan Mantan Kaisar
datang untuk menghalangi kepergian Ayah, aku sendiri
akan menjemput dan mengawal Ayah. Anakmu yang tidak
tahu berterima kasih ini sangat mencemaskanmu, ayahku
seluruh
hartaku
demi
ceria yang dihadirkan oleh sake ini akan lenyap, dan yang
akan tersisa hanyalah perasaan kesepianku.
Mongaku tidak mendesak Asatori. Ada bunyi-bunyian
manis lain yang bisa menenangkan pikiran dan telinganya,
karena di sekelilingnya, di rerumputan di antara
reruntuhan, jangkrik-jangkrik mengerik, mendering, dan
mengetuk-ngetuk. Bulan menggantung tinggi di langit
malam di atas mereka.
Apakah ini akhir dari pertikaian?
Kurasa tidak.
Kau yakin bahwa perang akan pecah lagi? Asatori
bergidik.
Perang akan terus terjadi hingga manusia belajar untuk
menghilangkan keserakahan dan kecurigaan dari hati
mereka, jawab Mongaku. Selama anak masih meragukan
ayah mereka, dan ayah meragukan anak mereka, tidak ada
yang bisa menghentikan sanak saudara menjadi musuh
bebuyutan. Selama majikan, pelayan, dan teman-teman
tidak saling memercayai, maka tanpa pertumpahan darah
sekalipun, kehidupan di dunia ini akan menjadi neraka. Di
perang terakhir ini, api neraka sendiri akan menjangkau
kita.
Kelihatannya perang sudah berakhir.
Tidak, ini hanyalah awal dari sesuatu yang jauh lebih
mengerikan. Kekejian Penasihat Shinzei adalah jaminan
bagi datangnya masa depan yang lebih buruk. Kau akan
melihat sendiri bagaimana iblis menghantui ibu kota ini.
Pikiran itu membuatku ketakutan.
Apakah penyebab utama semua ini adalah kejahatan
Shinzei?
Ko-Kannon.
Alih-alih hanya semalam seperti yang telah mereka
rencanakan, samurai itu menginap selama tiga malam. KoKannon sepertinya sangat terpikat pada kepolosan Jiro dan
aksen timurnya yang terdengar kuno, dan Jiro menganggap
Ko-Kannon sangat memesona. Sementara teman-temannya
menghabiskan waktu dengan minum-minum dan bermain
dadu, atau menari dan menyanyi dengan iringan kecapi
bersama para penghibur lainnya di rumah itu, Jiro menyepi
di sebuah bilik mungil bersama Ko-Kannon. Terhanyut
oleh sake, Jiro menatap kelopak mata pucat Ko-Kannon
dan bertanya,
Sejak kapankah kau tinggal di Eguchi? Sejak tiga
tahun terakhir. Sejak Perang Hogen, kalau begitu?
Ya, rumahku terbakar hingga rata dengan tanah,
jawab Ko Kannon, menurunkan pandangannya. Ayahku
meninggal ketika itu,
dan seluruh keluargaku tercerai berai.
Oh?
Aku bangga mengatakannya ... ayahku berpihak kepada
Mantan Kaisar dan dipenggal karenanya.
Jadi, ayahmu adalah seorang pejabat istana? Sungguh
kejam, memisahkan seorang gadis muda yang malang dari
keluarganya dan menjadikannya seorang wanita penghibur!
Jika ayahmu masih
hidup, kau pasti akan menjadi seorang wanita terhormat
yang hidup merdeka
Jangan katakan itu, kumohon .Aku bukan satusatunya orang yang datang kemari setelah perang berakhir.
Ada gadis lain yang berdarah lebih biru, yang telah ... .
perkaranya,
dan
Aku diberi tahu bahwa tamu yang baru saja kita lihat
itu bukan seorang pelancong biasa, atau saudagar kaya, tapi
kerabat dekat dari pemilik rumah ini.
Apa hubungannya hal itu dengan kita? Kita juga tamu
di sini.
Kau marah? Itu tidak akan berguna.
Mudah saja berkata begitu, karena kau mendapatkan
kenikmatan waktu Ko-Kannon menangis di bahumu, tapi
bagaimana dengan kami?
Seorang samurai tidak boleh terbakar emosi.Tunggu
hingga aKu selesai menjelaskan. Orang-orang yang baru
saja tiba itu adalah para pengurus rumah tangga dan
pelayan dari Rokuhara. M* Kyomon
sedang melakukan perjalanan ziarah ke Tempat
Pemujaan di Kishu dan akan singgah sebentar di sini. Dan
datang
terlebih
dahulu
untuk
mempersiapkan
kedatangannya barang satu atau dua hari lagi.
Dari Rokuhara! Tota dan Juro terkesiap dan saling
memandang.
Aku pernah mendengar kabar burung tenung perjalanan
ziarahnya ini. namun harinya sudah ditetapkan, bukan?
Itu berarti kita harus pulang ke ibu kota sekarang ,uga.
Kita sudah mendapatkan perintah dari Jenderal Genji
Yoshtomo.
Kita tidak boleh membuang-buang waktu.
Ketiga samurai itu segera bersiap-siap pergi. Kuda kita
apakah sudah disiapkan.
Jenderal
Sajikan kue-kue yang lezat atau apa ... dan teh herbal?
kata Bamboku kepada istrinya, yang langsung beranjak
dengan malu-malu.
Istri Bamboku, cucu seorang penasihat yang telah
kehilangan jabatan, bekerja di rumah Tsunemun6 hingga
setahun silam, ketika Tsunemun6 mengatur sebuah
perjodohan untuknya. Bamboku, yang pernah menjadi
pegawai kecil di Istana ... sebuah pekerjaan yang setidaknya
memberikan penghasilan lebih banyak daripada menjadi
pengiring seorang pejabat rendahan ... mengundurkan diri
sepuluh tahun sebelumnya, membeli sebuah toko kecil di
pasar, dan menjadi saudagar. Melalui kenalan-kenalan
masa lalunya, dia pun berhasil melakukan bisnis dengan
Istana dan para wanitanya. Tsunemung, yang pertama kali
bertemu dengan Bamboku di rumah peristirahatan Perdana
Menteri, menyukai saudagar jenaka yang selalu berhasil
menghiburnya itu. Mendapati bahwa Bamboku ternyata
ambisius dan memiliki semangat berapi-api seperti dirinya,
Tsunemune pun bersedia menjadi pengayom baginya.
Kemudian, ketika perang berakhir dan terdapat begitu
banyak permintaan untuk berbagai macam barang,
Tsunemun6 memastikan agar Bamboku dijadikan pemasok
bagi bahan-bahan bangunan untuk pembangunan istana
baru. Transaksi bisnis ini berujung pada pendirian rumah
indah Bamboku dan deretan gudang-gudangnya di mulut
Jalan Kelima.
Setelah rumahnya rampung dibangun, Bamboku
membutuhkan seorang istri untuk mengurus rumah
tangganya. Karena yakin bahwa dirinya adalah keturunan
bangsawan, Bamboku berniat mempersunting seorang gadis
dari kalangan sosial seorang pejabat istana yang telah lewat
masa jayanya. Terlebih lagi, waktu yang dihabiskannya di
Istana telah membakar ambisi rahasianya untuk hidup
sebelum
aku
menutup
kerai
agar
di luar gerbang kota. Aku yakin bahwa pasar yang ramai ini
akan bisa menjadi tempat pertemuan teraman bagi kita.
Dan, terlebih lagi, sebagian besar dari kami akan menyamar
jika harus datang kemari.
Tsunemune memiliki permohonan lain. Sudah
bertahun-tahun ini, sejak Perang Hogen berakhir, larangan
keras penggunaan senjata diberlakukan, dan kami
kekurangan senjata yang dibutuhkan. Jadi, tugasmu adalah
menyediakan seluruh persenjataan yang kami butuhkan.
Semuanya harus dikerjakan secara sangat rahasia, kau
mengerti.
Tsunemung menghabiskan waktu di rumah Bamboku
hingga siang tiba. Istri Bamboku, sementara itu,
mempersiapkan dan menyajikan hidangan menggiurkan
yang mencakup setermos anggur nikmat dari Cina, yang
dibeli di pasar dari para saudagar yang secara teratur
memasok barang-barang dari seberang laut Setelah
urusannya dengan Bamboku selesai, Tsunemun6
menyelinap keluar melalui gerbang belakang dan berjalan
ke arah sungai, tempat keretanya telah menanti. Dia
mendapati sapi penarik keretanya terkantuk-kantuk di
bawah matahari musim dingin, dan si bocah penuntun sapi
terlelap di atas hamparan rumput. Tsunemung memandang
ke seberang sungai pada tembok dan pepohonan Rokuhara.
o0odwkzo0o
Sejak Perang Hogen berakhir, Kiyomori telah berulang
kali mengatakan, Sekaranglah saat bagiku untuk
melakukan perjalanan ziarah ke Tempat Pemujaan
Kumano sebagai lambang rasa syukurku. Tahun ini, aku
bisa dipastikan akan pergi.
Perjalanan ziarah terakhirnya adalah pada 1154, setahun
setelah kematian Tadamori, ayahnya.
sampaikanlah
pesanku
kepada
Baiklah
Tsunemori mungkin menganggap wanita itu sebagai
ibunya, namun dia bukan ibuku. Tidak ada alasan bagiku
untuk menemuinya. Katakanlah ini kepada Tsunemori.
Tuan?
Saya
sudah
kota?
Sebutkanlah
nama
para
Yang
Mulia
bersedia
menemui
Wakil
Yoshihira, yang telah memerhatikan baik-baik potonganpotongan pembicaraan di sekelilingnya, dengan penuh
semangat menjawab, Izinkanlah saya memimpin
sepasukan prajurit. Saya akan pergi ke Abeno dan
menantang Heik6 Kiyomori untuk melakukan pertarungan
satu lawan satu di sana dan membawa kepalanya kemari.
Kepercayaan diri Yoshihira menggelikan para pejabat
istana, yang menyambut ucapannya dengan tertawa
terbahak-bahak.
Yoshihira mengedarkan pandangan dengan heran.
o0odwkzo0o
bahwa
kita
lingkaran
di
menghampiri
kereta
itu
dan
Tsunemun6
Kaisar.
dengan
terengah-engah
menyusul
kereta
Kekaisaran dalam keadaan mabuk, ditemani oleh dayangdayangnya. Kebiasaannya minum-minum setiap malamlah
yang akhirnya memuakkan Tsunemung dan Korekata, yang
menyangka Nobuyori telah kehilangan akal sehat Terlebih
lagi, semburan Mitsuyori tempo hari telah menyadarkan
mereka, sehingga mereka pun tidak membuang-buang
waktu lagi untuk menghubungi Kiyomori.
Ketika seorang penasihat muncul dengan napas
terengah-engah di biliknya untuk mengabarkan bahwa para
tahanan kehormatan telah pergi, Nobuyori sekonyongkonyong bangkit dari kasurnya dengan waspada, lalu
tertawa histeris.
Omong kosong macam apa ini? Ini halusinasi ...
Korekata dan Tsunemunt sudah memastikan agar kedua
Yang Mulia tidak melarikan diri!
Tuan, para pengawal telah berkhianat dan kabur
bersama para tahanan.
Mustahil! Nobuyori bersikeras, namun keraguan
melintasi benaknya seketika itu juga; dia cepat-cepat
berpakaian, menyambar pedangnya, dan berlari menyusuri
labirin koridor. Sumpah serapah membanjir dari mulutnya,
dan raungan marah terdengar begitu dia melihat sendiri apa
yang telah terjadi.
Jangan sampai siapa pun mendengar tentang ini ...
sekutu kita sekalipun, perintah Nobuyori.
Bagaimanapun, sudah terlambat untuk menutup-nutupi
kejadian itu. Genji Yoshihira telah mengetahui bahwa para
tahanan telah kabur dan segera melaporkannya kepada
ayahnya.
Sesuatu yang luar biasa telah terjadi tadi malam!
Kiyomori berhasil mengelabui kita ... Yang Mulia telah
kepada
adik-adikmu,
Baiklah.
Katakan kepada mereka untuk menunggu hingga Yang
Mulia menghabiskan makanannya. Sementara itu,
perintahkan kepada pasukan kita untuk menumpuk banyak
kayu bakar dan melemaskan tali kekang dan tali busur
mereka.
Shigemori mohon diri. Dia yakin bahwa posisi mereka
sudah tidak di atas angin lagi; ayahnya jelas tampak galau.
Shigemori, yang tidak pernah mempertanyakan penilaian
ayahnya, segera menuju tepi sungai, mengumpulkan para
prajurit, dan menyampaikan instruksi dari ayahnya.
Kiyomori tidak membutuhkan pemberitahuan dari
Shigemori mengenai betapa gentingnya situasi saat ini. Dia
segera menuju bangunan utama, namun kembali dihentikan
di lorong oleh seseorang yang sepertinya sengaja
menunggunya di sana.
Pria itu membungkuk dengan gaya berlebihan
kepadanya, Ah, Tuan Harima, izinkanlah saya
mengucapkan selamat atas keberhasilan mutlak rencana
Anda.
Kiyomori menatap tajam kepadanya. Dia adalah Hidung
Merah, saudagar yang bertugas menyampaikan pesan
antara Korekata, Tsunemun6, dan Rokuhara.
Yoshihira,
putra
Yoshitomo!
Siapa
dan
berseru,
Kembalilah,
mencaci
makinya
karena
Itu saja?
Dan Yorimasa membalas makiannya.
Tapi, apa gunanya beradu mulut dengan marah?
Yorimasa, seorang Genji, berani-beraninya menganggap
kita musuh, dan sekarang dia sedang menunggu untuk
melihat siapa yang menang sebelum memutuskan
pilihannya. Aku akan memberikan apa yang sepantasnya
diterimanya!
Yoshihira memacu kudanya dan melompati pematang
yang membelah pasukan Yorimasa. Pertahanan pasukan
berkuda itu bubar, dan sebagian di antaranya mulai
yang sering kulihat berkeliaran dengan pakaian compangcamping di Shiokoji, dan di Pasar Pencuri di dekat pohon
jelatang. Aku tidak mengatakan bahwa dia adalah gembel
seperti kita, tentunya, dan aku juga pernah berbicara
dengannya. Dan bukankah setiap kali aku punya sake, aku
pasti selalu menawarinya sedikit?
Jadi, dia juga sudah pernah hidup susah, ya?
Begitulah. Dia mungkin berpenampilan seperti seorang
tuan besar, tapi dia adalah salah satu dari kita, yakinlah
tentang hal ini.
Dan dia mau minum-minum sake denganmu?
Yah, tidak, dia selalu menolak tawaranku, tapi yang
kumaksud adalah, kami bisa dibilang berteman. Karena
itulah dia memahami kaum kita.
Lihat mereka datang!
Siapa ... di mana?
Tuan Rokuhara sendiri ... arak-arakan itu!
o0odwkzo0o
Jalan putih membentang seolah-olah tanpa ujung di
hadapan rombongan Yoshitomo, dan kantuk menyerang
mereka semua. Dingin yang menusuk tulang dan keletihan
yang mendera membuai mereka bagaikan obat tidur.
Teriakan Yoshitomo untuk memanggil nama para
pengiringnya, bagaimanapun, menggugah mereka dari
waktu ke waktu; teriakan balasan meyakinkan Yoshitomo
bahwa tidak seorang pun anggota rombongannya tertinggal
terlalu jauh di belakang.
Jangan sampai kalian mengendurkan pengawasan satu
sama lain, Yoshitomo memperingatkan. Pastikan agar
salju tidak membeku di atas bulu mata kalian. Mari kita
Itu aneh.
Kenapa?
Kurasa aku melihat banyak jejak kaki kuda di
hamparan salju di dekat jembatan. Tapi, cuma satu orang
yang kulihat. Beruntung sekali aku karena tertidur di kedai
sake, atau aku tidak akan mendengar tentang ini. Kita tidak
pernah tahu kapan keberuntungan akan datang!
Ini tidak buruk, apalagi karena akhir tahun sudah dekat.
Aku tidak pernah bermimpi bahwa keberuntungan sebesar
ini akan menghampiriku tahun ini.
Hei, ayo kita tangkap dia!
jangan tergesa-gesa, dia masih bocah. Dia pasti anak
Yoshitomo.
Lihat ... lihat itu!
Dia pasti tertidur. Lihat, dia mengangguk-angguk!
Semudah menangkap bayi beruang. Aku akan
memuntir pijakan kakinya dan mendorongnya dari pelana,
dan saat dia jatuh, tangkap dan tindihlah dia di tanah.
Setelah itu, aku akan mengikatnya.
Gen dan antek-anteknya mengepung Yoritomo, yang
mendadak mendongak.
Gen menghadang Yoritomo.
Hei, Nak, kau hendak ke mana? tanyanya dengan
tajam.
Yoritomo tidak menjawab. Dia menatap dengan bingung
pada salju yang berjatuhan di sekelilingnya dan baru
menyadari bahwa ayah dan kakak-kakaknya tidak ada lagi
di dekatnya. Kesan mengibakan dalam sepasang mata
jernih yang menatap dari balik pelindung salju, juga garis-
garis
halus
sosok
kekanak-kanakan
Yoritomo,
menghadirkan perasaan tidak enak di perut Gen.
Turun, turunlah dari kudamu! seru Gen sambil berlari
menghampiri kuda Yoritomo dan menyambar pijakan kaki
kanannya.
Yoritomo memutar tubuhnya di atas pelananya supaya
tidak terjatuh.
Hei, turunlah kamu!
Kau bangsat! Yoritomo berseru sambil menebaskan
pedangnya dengan sekuat tenaga ke kepala Gen. Jeritan
yang mendirikan bulu kuduk berhasil menggugah kesadaran
Yoritomo; noda gelap berceceran di atas hamparan salju;
ujung-ujung bambu runcing terarah kepadanya, dan dia
menyerang seseorang yang menghalangi jalannya dengan
sebuah tombak. Sesuatu menggeram kepadanya, dan
Yoritomo ketakutan, menyadari bahwa ayahnya tidak ada
lagi bersamanya.
Ayah! Ayah!Yoshihira!
Kuda Yoritomo menerjang penyerangnya dan berlari
kencang meninggalkan mereka semua.
Yoritomo tidak tahu ke mana kudanya membawanya,
namun dia yakin bahwa dia tidak sedang mendekati
ayahnya. Dan ketika kudanya yang telah lelah akhirnya
menolak untuk terus berjalan.
Yoritomo meninggalkannya, melempar helm beratnya,
dan berjalan tanpa arah melewati sejumlah bukit dan
lembah.
Beberapa hari kemudian, dia menyeret langkahnya ke
sebuah desa pegunungan yang sunyi dan tertidur di luar
pondok kayu seorang petani. Istri si petani, yang keluar
kepada
bisa
o0odwkzo0o
Baru pada musim semi itulah arak-arakan kereta dengan
jumlah sangat banyak terlihat di Jembatan Gojo, ketika
beraneka ragam kendaraan dan kuda berduyun-duyun ke
arah Rokuhara.
Akhir-akhir ini, Kiyomori mulai lelah menerima arus
tamu yang seolah-olah tak kunjung habis. Walaupun
pangkatnya masih mengharuskannya untuk menyambut
setiap tamu terhormat dengan upacara yang selayaknya,
sisanya ... mereka yang berpindah haluan atau mencari
muka ... ditolaknya tanpa basa-basi; Rokuhara sepertinya
telah berubah menjadi surga berbunga bagi para nyamuk
dan ngengat yang berkerumun dengan gaduh di gerbanggerbangnya.
Ini berlebihan! sembur Kiyomori. Dengan gusar, dia
mengganti kimono kebesarannya pada suatu malam dan
bergabung dengan keluarganya.
Tokiko, besar sekali keluarga kita sekarang ini! Tapi,
pikirkan saja bahwa tahun-tahun terus berlalu,
meninggalkanku hanya dengan seorang istri uzur untuk
menemaniku dan menuangkan sake untukku. Betapa
buruknya bulan itu walaupun pohon plum telah berbunga!
Kiyomori jarang minum terlalu banyak, namun malam
ini dia berniat untuk mabuk sake dengan tekad agar bisa
melupakan segalanya di dalam tidurnya.
Tokiko, kemarilah dan mainkan sesuatu untukku!
Aku? Aneh sekali permintaanmu kepadaku!
kening.
Yorimori?
Apa
tanda-tanda
akan
Apakah
kau
Saat sedang menulis seperti ini, tidak ada apa bisa yang
merisaukan hatiku.
Kalau begitu, kau hanya mendambakan saat
kematianmu agar bisa berjumpa kembali dengan ayahmu?
Kata orang-orang, kau tahu, kita akan bertemu kembali
dengan orang-orang yang kita sayangi di dunia yang lain.
Aku tidak ingin mati. Aku takut memikirkannya.
Tapi, bukankah kau turut terjun ke medan perang?
Aku bersama ayah dan kakak-kakakku ketika itu, dan
sangat bersemangat sehingga tidak pernah berpikir tentang
kematian.
Apakah kau terkadang bermimpi?
Tidak ... mimpi macam apa?
Maksudku, pernahkah kau memimpikan ayah dan
kakak-kakakmu?
Yoritomo menggeleng. Tidak ... tidak pernah. Setitik
air mata berkilauan dan jatuh ke pipinya, dan dia buru-buru
menunduk.
Shigemori sangat tersentuh oleh pembicaraan ini. Dia
pun segera menemui ayahnya dan secara berapi-api
menyampaikan pendapat yang telah disusunnya dengan
penuh perhitungan, memohon kepada Kiyomori untuk
mengabulkan permintaan Ariko. Tetapi, permintaan
Shigemori justru semakin membakar amarah Kiyomori.
Apa-apaan ini, kau sendiri masih bocah! Beraniberaninya kau membantahku ... dengan lagak sok pintar
pula! Kau masih terlalu muda untuk hanyut dalam
khayalan keagamaan seperti itu! Jangan sebut-sebut lagi
tentang ceramah Kebudhaan dan karma dan omong
kosong lainnya dari nenekmu ... semua itu tidak akan bisa
penampilannya.
Ada
kecantikannya sekarang.
kesan
mengibakan
dalam
Hmm?
Mengenai pengadilannya ... apakah kau ingin aku atau
Itogo yang menanyainya dan menunjukkan bukti-bukti
yang diperlukan?
Tidak, Kiyomori langsung menggeleng. Biar aku saja
yang melakukan pemeriksaan silang. Dia adalah janda
Yoshitomo dan berada di sini bersama ketiga putranya. Ini
adalah masalah yang harus kutangani sendiri.
Tokitada telah mendengar tentang dampak dari pendapat
Ariko mengenai kasus Yoritomo, dan menyimpulkan
bahwa Kiyomori ingin segera menyelesaikan masalah yang
menyangkut nasib Tokiwa sebelum ibu tirinya sekali lagi
turut campur.
Kapankah kau ingin menemui si tahanan?
Lebih cepat lebih baik ... sebelum petang.
Seorang tamu hadir tidak lama setelah Tokitada pergi.
Dia adalah seorang pejabat istana, Fujiwara Koremichi,
yang datang sebagai duta dari putrinya, Nyonya Shimeko.
Kiyomori menerimanya dengan penuh kesopanan.
Tentu saja saya tidak mencurigai Nyonya Shimeko.
Saya terkejut karena Anda sendirilah yang datang untuk
membicarakan masalah ini dengan saya. Sungguh sayang
bahwa tidak ada lebih banyak orang seperti Anda di Istana,
yang bisa memberikan nasihat kepada kami di masa seperti
ini.
Kiyomori diam-diam mengagumi Koremichi dan
menduga bahwa Koremichi memiliki perasaan yang sama
kepadanya. Ketika tiba waktunya bagi Koremichi untuk
Bab XXIX-PENGASINGAN
Kegelapan masih menyelubungi kuntum-kuntum sakura
ketika sepasukan prajurit dan beberapa orang petugas
berkumpul di bawah pepohonan di sepanjang tembok
makan malam bersama Ariko dan dihadiahi kimonokimono baru dan berbagai keperluan untuk perjalanannya.
Sebagai tambahan atas kepuasan karena telah menjalankan
perintah agamanya, Ariko terharu melihat kemiripan bocah
itu dengan almarhum putranya, sehingga ketika Yoritomo
berpamitan, dia menanyakan apakah masih ada sesuatu
yang bisa diberikannya. Yoritomo dengan malu-malu
menjawab, Saya ingin memiliki papan permainan dadu ...
sesuatu untuk dimainkan saat saya merasa kesepian di Izu.
Sayangnya, Ariko tidak bisa memenuhi permintaan
Yoritomo malam itu, namun dia mempersiapkan benda itu
keesokan harinya dan dengan gembira menantikan
kedatangan Yoritomo.
Nyonya, saya datang untuk berpamitan, kata
Yoritomo, membungkuk rendah-rendah di hadapan Ariko,
yang matanya tampak berkaca-kaca. Dan, setibanya saya
di Izu yang jauh, saya tidak akan pernah melupakan Anda
yang telah menyelamatkan nyawa saya. Saya akan berdoa
setiap pagi dan malam untuk kebahagiaan Anda, Nyonya.
Jadi, kau akan pergi sekarang. Aku tidak melakukan
apa pun untuk menyelamatkan nyawamu; semuanya adalah
berkat sang Buddha yang penuh rahmat . Ingatlah
petuahku kepadamu tadi malam, Yoritomo, bahwa kau
harus meninggalkan jalan pedang, mengabaikan panggilan
pertumpahan darah.
Baiklah.
Tidak peduli sebesar apa pun godaannya, berpalinglah
dari bisikan mereka yang tidak beriman . Pusatkanlah
kehidupanmu untuk mendoakan mendiang ibu dan
ayahmu.
Baiklah.
cantik!
Bolehkah
saya
tinggal,
ucapnya
sambil
besar
anak-anaknya
tidak
akan
Hidung,
kau
boleh
rayuanmu
membuatku
Memangnya
kaupikir
aku
bukan
keputusan
gundik?
Anda
untuk
menjadikan
Tokiwa
sebagai
o0odwkzo0o
Bab XXX-SAKURA
Tokiwa duduk di dekat jendela kamarnya, bergeming,
memandang bulan musim semi yang berselaput awan.
Bagaimanakah kabar Imawaka, pikirnya. Sudahkah
Otowaka betah tinggal bersama orang-orang asing? Apakah
dia tumbuh dengan sehat ... Ushiwaka, yang direbut dari
pelukannya dan dilarikan ke Gunung Kurama? Seseorang
pernah berkata kepadanya, Seorang anak akan tetap bisa
tumbuh sehat tanpa ibunya.
Seandainya saja itu benar, doanya. Dia membenci
berbagai macam petuah yang dimaksudkan untuk
menghiburnya, dan yang diketahuinya sebagai kebenaran
walaupun pahit. Untuk apakah dia hidup setelah anakanaknya direnggut dari dirinya? Apakah makna dirinya
yang mengenaskan ini? Yang juga hampir tidak tertahankan
olehnya adalah kenyataan bahwa setelah Ushiwaka diambil
darinya, payudaranya kembali bengkak berisi susu dan
semakin nyeri; demam menyebar dari dadanya ke sekujur
tubuhnya, sehingga dia terbaring sakit selama berhari-hari.
Penjaganya akhirnya memanggil seorang tabib karena tidak
ingin dianggap mengabaikan tahanannya oleh Kiyomori.
Para pelayan lalu lalang di dekat Tokiwa, namun dia
menjauh dari mereka karena takut dan malu; dia
mengetahui apa yang ada di dalam pikiran mereka, karena
seorang wanita tua, yang ditugaskan secara khusus untuk
melayaninya, pernah berbisik kepadanya, Nyonya, semua
orang memuji-muji Anda atas apa yang telah Anda
lakukan. Kemuliaan bukanlah milik wanita yang senantiasa
Saya
tidak
pernah
berjumpa
dengan
lonceng
peringatan,
yang
membangunkan
dan
kakaknya
masuk
dan
aku
pulang,
dan
Yoshihira
Bab XXXI-GAGAK
Bamboku memerintah salah seorang pegawainya untuk
pergi ke wilayah barat ibu kota, ke sebuah rumah
peristirahatan sederhana yang dahulu dibangun oleh
seorang bangsawan untuk gundiknya dan kini telah
terbengkalai. Si pegawai diperintahkan untuk membeli
rumah peristirahatan tersebut pada saat itu juga. Hal ini
terjadi hanya selang sehari dari pengusiran Hidung Merah
dari Rokuhara, dan pada malam harinya, rumah itu telah
siap dihuni kembali. Bamboku turut sibuk mengerjakan
berbagai macam urusan rumah tangga untuk mempercepat
persiapannya, termasuk menyediakan kereta sapi dan
gerobak untuk mengangkut peralatan tidur, perangkat
dapur, perabot, dan yang semacamnya ke sana. Seorang
diri, Hidung menghabiskan siangnya untuk menata kebun
sesuai dengan seleranya, menata sejumlah ruangan dan
bahkan menyapu lantainya. Dan pada malam harinya,
sekat telah dipasang di ruangan-ruangan utamanya, tirai
telah digantungkan di tempat-tempat yang semestinya,
bahkan sebuah altar peribadatan kecil dan meja tulis anggun
Tidak ada yang aneh mengenai hal itu, kecuali bahwa dia
melihat Rokuro melayani sepupunya itu dengan penuh
hormat; terlebih lagi, Rokuro mempersilakan sepupunya
untuk menyantap hidangan terlezat, sementara dirinya
menghabiskan remah-remah yang tersisa. Sebuah
pemandangan luar biasa di mata seorang rakyat jelata yang
senantiasa kelaparan.
Ketika mendengar tentang hal ini, Shika teringat bahwa
Hidung beberapa kali menyebut-nyebut tentang pencarian
terhadap si orang pendek. Shika pun menyimpulkan
bahwa sepupu Rokuro itulah pria yang dicari oleh Hidung
... Genji Yoshihira. Dia pun segera pergi ke rumah Rokuro,
memastikan kecurigaannya, dan secepatnya kembali ke
toko di Jalan Kelima untuk menyampaikan kabar ini.
Shika, tunggulah di sini. Akan mencurigakan jika kita
berdua peragi ke sana.
Berdiri di sini juga sama mencurigakannya.
Berjalan-jalanlah sedikit, kalau begitu, sementara aku
memeriksa rumah itu seorang diri.
Bamboku menyusuri jalan. Kelima ... keenam ... ? Dia
berhenti melangkah. Samurai adalah samurai, tidak peduli
seberapa pun miskinnya mereka, dan setiap rumah di sana
dilengkapi oleh pagar hidup dan gerbang anyaman ranting
kecil, walaupun tanpa papan nama. Aku akan
memeriksanya ... Hidung berdiri dengan bimbang hingga
didengarnya sebuah tawa melengking. Seorang prajurit
jangkung keluar dari gerbang terdekat, diikuti oleh
temannya yang lebih pendek, dan menatap Hidung dengan
heran.
o0odwkzo0o
besaran telah terjadi sejak Genji terusir dari ibu kota! Segala
sesuatu yang telah diakrabinya sepertinya telah lenyap; apa
pun yang dilihat dan didengarnya saat ini membuatnya
putus asa. Yoshihira sendiri dianggap telah tewas ketika
tersebar desas-desus bahwa dia telah ditangkap dan
dihukum mati. Sebenarnya, dia melarikan diri ke utara, ke
sebuah desa bernama Echizen dan bersembunyi hingga
keadaan aman sebelum kembali lagi ke Kyoto.
Pengaruh Rokuhara terlihat di mana-mana ... termasuk
dalam cara bergaya dan berpakaian orang-orang. Tidak
hanya di kalangan istana, tetapi juga di kalangan saudagar
dan perajin yang bekerja untuk Rokuhara. Kehidupan
seolah-olah berputar mengelilingi Rokuhara, si matahari
pemberi kehidupan! Amarah Yoshihira menggelegak;
melihat orang-orang yang dengan mudahnya tunduk pada
pemerintahan baru. Ini adalah pergolakan batin hebat
pertama yang melandanya sejak dua puluh tahun
kehidupannya, dan dia yakin bahwa pertikaian ini tidak
akan pernah berakhir. Dunia sepertinya tidak menarik lagi
baginya, kecuali sebagai tempat untuk mengabdikan dirinya
demi upaya pembalasan dendam ... kematian Kiyomori
untuk membayar kehormatan Genji.
Beberapa saat setelah kembali ke ibu kota, Yoshihira
tanpa sengaja berjumpa dengan Rokuro, mantan prajurit
Yoshitomo. Rokuro menjelaskan bahwa dirinya adalah
salah seorang dari banyak prajurit yang ditangkap oleh
pasukan Heik6, dan kemudian dipekerjakan sebagai tentara
bayaran untuk Rokuhara. Sebagai wujud kegembiraan atas
pertemuan itu, Rokuro menawarkan tempat tinggal kepada
Yoshihira
dan
menasihatinya
untuk
menantikan
kesempatan membalas dendam. Tidak lama kemudian,
Rokuro mendengar bahwa Kiyomori mengunjungi Tokiwa
setiap malam; maka, bersama Yoshihira, dia pun
kau
menebaknya?
Aku
sedang
Memasang genting?
Ya, aku biksu pengembara, dan aku sudah cukup lama
tinggal di tempat pemujaan tua ini. Tempat ini selalu banjir
saat hujan turun. Gagak itu tentu turut mengacak-acak
genting. Hari ini cerah sekali, bukan? Si biksu tergelak.
Aku sudah berada di sini sepagian, bekerja. Apakah yang
sedang kalian lakukan di sana?
Tidak apa-apa, kalian tidak perlu memberitahuku, tapi
karena kita kebetulan bertemu, aku akan memberitahukan
tentang beberapa hal kepada kalian. Jangan anggap aku
sebagai seorang biksu biasa yang nasihatnya tidak berarti
apa-apa bagi kalian, tapi kalian masih muda ... sangat
muda, sehingga mau tidak mau aku merasa iba. Lebih
berhati-hatilah dalam menjaga nyawa kalian yang berharga
Jangan lupakan bahwa masa depan masih terbentang luas
di hadapan kalian.
Menurutmu, siapakah kami?**
Mana aku tahu? Mengapa aku harus tahu?
Kau pasti telah mendengar pembicaraan kami.
Apakah aku seharusnya tidak mendengarkan
pembicaraan kalian? Kalian sungguh ceroboh. Untunglah
hanya aku yang mendengarnya ... aku sama jinaknya
dengan gagak tua itu.
Kemari, turunlah. Sangat disayangkan bahwa kau telah
mendengar pembicaraan kami. Kami tidak akan
membiarkanmu lolos hidup-hidup.
Si biksu terkekeh nyaring, entah untuk mencemooh atau
memperingatkan mereka. Sepasang mata yang terpicing
kepada para pemuda itu tampaknya memancarkan kasih
sayang dan keinginan untuk melindungi.
sebagai
samurai
dan
membuntutiku
...
aku
obat-obatan.
Mongaku
keheranannya.
kesulitan
menyembunyikan
tidak
akan
menjadi
dalang
kecewa
karena
menebak-nebak,
Bamboku
pesan
yang
harus
saya
sampaikan
bercerita,
jangan
ini
adalah
jawaban
untuk
mantra
hendak
pingsan
namun
tidak
kasih.
pergunjingan
o0odwkzo0o
melaporkan
o0odwkzo0o
Saigyo memikirkan di mana Saiju akan menantinya
setelah perpisahan lama mereka, karena dia tidak tahu di
mana dia sendiri akan tinggal selama di ibu kota. Dia
menyadari bahwa perahu yang ditumpanginya telah
setengah jalan menyeberangi Danau Biwa, dan bahwa
puncak Gunung Hiei telah tampak menjulang di
hadapannya. Dia masih ingat ketika setahun silam, para
penumpang perahu tak henti-hentinya membicarakan
tentang Genji Yoshitomo dan putra-putranya yang
melarikan diri ke Om i Timur. Kemudian, dia tertidur.
Ketika dia terielap, salah seorang penumpang perahu
berkali-kali memandangnya, dan ketika dia terbangun,
orang itu tersenyum ramah kepadanya dan berkata:
Akhirnya kita berjumpa lagi!
Wah, siapakah kamu?
Aku Otoami, pemahat patung Buddha ... kita pernah
bertemu beberapa waktu yang lalu di timur laut.
Ah, ya, tentu saja! Apakah kau juga hendak pulang
ke ibu kota?
Ya, walaupun aku masih harus bekerja di kuil di timur
laut hingga bertahun-tahun lagi. Aku pulang karena
panggilan mendadak dari Rokuhara, dari Nyonya Ariko.
Jauh sekali jarak yang harus kautempuh!
Ya. memang. Akan menyenangkan jika aku bisa
berkelana sesuka hatiku sepertimu. Sekarang ini, aku harus
menyelesaikan tugas di ibu kota sekaligus di utara, dan
melakukan perjalanan bersama teman-temanku dalam
waktu terbatas Otoami tersenyum, mengedarkan
pandangan kepada teman-temannya, yang memenuhi
hampir setengah kapasitas perahu. Rombongannya tidak
itu
dan
melanjutkan
lagi
o0odwkzo0o
meminta
maaf
karena
memintamu
minum-minum
seruan
untuk
adalah kurirnya
kesukaannya.
dan
kecapi
adalah
alat
musik
pejabat kuil, dan para pemain musik sakral; benderabendera lambang duka cita terlihat di mana-mana dan di
cabang-cabang pohon keramat.
Di sini, perwakilan-perwakilan dari biara besar dan kecil
di Nara dan Gunung Hiei akan tiba dan menempati posisi
mereka sesuai dengan kedudukan dan golongan masingmasing. Entah sejak kapan, biara Todaiji, ditetapkan oleh
Istana sebagai biara yang berkedudukan tertinggi di antara
ketujuh biara utama di Jepang, diikuti oleh biara Kofukuji
dari Nara. Biara Enryakuji di Gunung
Hiei menduduku posisi ketiga, dan biara-biara lainnya
berkedudukan di bawah ketiga biara tersebut.
Malam tiba; bintang-bintang berkilauan cemerlang di
langit yang cerah, dan keheningan menyelimuti malam
ketika iring-iringan panjang kereta jenazah perlahan-lahan
mendaki bukit. Api-api unggun dinyalakan di berbagai
bagian bukit tempat umbul-umbul, yang bergambar
lambang matahari dan bulan, berkibar-kibar bagaikan naga
dengan latar belakang langit. Tetapi, sebuah kericuhan
mendadak memecahkan keheningan ketika para pendeta
Kofukuji mendapati bahwa rekan-rekan mereka dari
Enryakuji telah menempati posisi mereka di bukit. Luapan
kemarahan membakar suasana dan obor-obor diayunayunkan dengan lagak mengancam ke arah para biksu
Kofukuji, yang mengancam untuk membalas saingan
mereka menggunakan pedang dan tombak. Kemudian,
kepala biara mereka muncul, mencegah agar para pengikut
mereka menghindari kekerasan. Dua orang petugas
langsung diperintahkan untuk menuntut permintaan maaf
dari pihak Enryakuji.
Laporan tentang pecahnya kericuhan segera didengar
oleh Norimori, yang sedang berjaga-jaga di gerbang utama;
dia langsung memerintahkan kepada para panglimanya
Ayah.
Saudara-saudaraku
dan
Paman
Tokitada
memutuskan bahwa kita sebaiknya bersiap-siap untuk
menangkal serangan pertama dari para biksu itu.
Kiyomori mengangguk dengan penuh pengertian. Aku
tidak melihat Norimori, mendadak dia berkata.
Paman sedang berjaga-jaga di jalan raya utama. Apakah
Ayah ingin memanggil beliau? tanya salah seorang
putranya.
Ya, panggil dia, jawab Kiyomori. Sembari menunggu
adiknya, Kiyomori menanyai anak-anaknya seorang demi
seorang.
Apakah pendapat kakakmu Shigemori didengar dalam
hal ini?
Ya.
Apa katanya?
Dia menasihati kami untuk terlebih dahulu meminta
pendapat Ayah. Dia sepertinya berpikir bahwa pasukan
harus dikerahkan hanya jika situasi menuntutnya.
Tepat seperti yang ada di dalam pikiranku. Dia pasti
akan menggunakan otaknya untuk mengambil keputusan
Di manakah dia? Di manakah pendeta ini? orangorang bersorak sorai ribut, terus mendesak si biksu muda.
Ah ... tolong lepaskan aku, si biksu memohon,
melambaikan topinya dan menerobos kerumunan. Aku
sudah bicara terlalu banyak. Aku belum bisa bercerita
tentang itu kepada kalian, tapi aku yakin bahwa orang
seperti itu ada di muka bumi ini. Dia akan segera hadir di
tengah kalian. Jika dia tidak hadir, maka ajaran Buddha
memang palsu dan surga hanyalah sebuah kebohongan ...
hakikat manusia dan seluruh perintah Buddha adalah
omong kosong belaka. Jika memang itu yang terjadi, maka
kalian akan memiliki alasan untuk berputus asa. Tidak,
wacana dan cahaya kebenaran belum seluruhnya lenyap
dari Gunung Hiei.
Si biksu memakai topi lebar yang menyembunyikan
wajahnya dan berlari menjauh dari kerumunan orang itu,
berseru, jangan putus asa ataupun kehilangan kepercayaan
satu sama lain! Hiduplah dengan berani hingga dia datang!
Kerumunan itu pun bubar dengan cepat karena banyak
di antara orang-orang itu yang berlari mengejar si biksu;
beberapa orang yang lain mengikutinya dengan teriakanteriakan menghina. Sejenak kemudian, debu yang mengepul
ke udara kembali berjatuhan ke tanah.
Seorang pendeta, yang baru saja tiba, menoleh ke arah
sosok yang tengah berlari itu.
Siapakah itu, Yasunori? Sepertinya aku pernah
melihatnya sebelum ini, kata Saiko, seorang bangsawan
Fujiwara yang saat ini tengah menjadi sosok yang banyak
diperbincangkan di Istana Kloister, menoleh ke seorang
anggota Kepolisian yang mengawalnya. Apakah kau
mengenalinya?
o0odwkzo0o
Hidung Merah mendengarkan Kiyomori dengan gelisah.
Sepertinya Kiyomori akan menahannya di sini lebih lama
daripada yang disangkanya. Kiyomori mencerocos tanpa
henti dan dengan panjang lebar tanpa topik yang jelas.
Sungguh sulit untuk menanyakan maksud Kiyomori
memanggilnya tanpa membuatnya tersinggung, pikir
Bamboku.
Tetapi, Kiyomori akhirnya menawarkan, Anggur? dan
memerintah pelayan untuk menyiapkan meja.
Terima kasih, Tuan, saya ...
Hidung Merah tidak sanggup lagi menyembunyikan
kekesalannya. Sejujurnya, Tuan dia mulai
menjelaskan sambil mengetuk-ngetuk keningnya.
Ada apa, Bamboku, kau sedang memikirkan hal lain?
Tepat, Tuan.
Bodoh! Apa kau mengira aku mau menebaknya?
Mengapa kau tidak langsung mengatakannya saja?
Bukan begitu, tapi saya meninggalkan seseorang
bersama Tuan Tadanori.
Seseorang?
Betul.
Apa tepatnya yang kaumaksud dengan seseorang*?
Sejujurnya, dia adalah seorang geisha dari Horikawa.
Kiyomori terkekeh, lalu menyeringai. Seorang geisha,
katamu?
melihatnya.
Tuan,
waktu
Anda
tersesat;
aku
akan
lenyap bersama Ular dan sejak saat itu tidak terdengar lagi
kabarnya.
Pada akhir musim semi tahun berikutnya, 1168, Giwo,
adik perempuannya, dan ibunya memotong rambut panjang
mereka untuk hidup menyepi di daerah perbukitan di Saga,
di dekat sebuah kuil di sebelah utara gerbang kota. Mereka
telah lama tinggal di sana ketika Hotok6 si geisha melarikan
diri dari rumah megah di Jalan Kedelapan Barat dan
mendatangi Saga, memohon kepada Giwo dan keluarganya
untuk menerimanya. Seperti halnya mereka, Hotok6 juga
sudah cukup banyak melihat betapa jahatnya kekayaan dan
jabatan, dan sudah muak terhadap kemewahan.
o0odwkzo0o
Bab XLIV-HURU-HARA
Kiyomori semakin sering melakukan perjalanan ke
Fukuhara, dan para pelancong, yang melewati jalur antara
ibu kota dan wilayah barat Jepang, terheran-heran melihat
perubahan yang terjadi di sana sejak lima atau enam tahun
terakhir. Kampung-kampung nelayan dan desa-desa kecil
telah berubah menjadi daerah indah yang ditempati oleh
banyak rumah peristirahatan, dengan rumah megah
Kiyomori sebagai pusatnya. Selain jalanan yang telah
diperbaiki, toko-toko yang telah berjajar di sepanjang pesisir
juga akan menjadikan Owada sebagai sebuah pelabuhan
yang bagus.
Walaupun rumah peristirahatan mewah Kiyomori telah
selesai dibangun dan rumah-rumah Heik6 yang berbentuk
seragam juga telah didirikan di sekelilingnya, Kiyomori
hanya membuat sedikit kemajuan dalam mewujudkan
pelabuhan impiannya. Angin barat daya yang kencang dan
tahu
betapa
belasan
prajurit
yang
Asatori bertanya
memintaku?
dengan
heran.
Mengapa
kau
Yomogi,
aku
tidak
bermaksud
menyinggung
perasaanmu. Tetapi, keinginan Konno-maru terhadap
Ushiwaka berlawanan dengan keinginan Nyonya Tokiwa.
Berlawanan?
Ya, itulah inti masalahnya. Kita harus berpikir dengan
cermat sebelum mengambil tindakan apa pun.
Baiklah, tapi apa maksudmu dengan apa pun? Apa
maksudmu dengan berlawanani Kau harus terlebih dahulu
menjelaskannya kepadaku.
Asatori menurunkan nada bicaranya sambil dengan
resah mengintip ke luar jendela. Hati-hati, Yomogi, kau
memang agak cerewet, jadi kau harus sangat berhati-hati
agar tidak ada yang mendengar tentang ini.
Ya, aku
masalahnya!
memang
cerewet,
memangnya
apa
bahwa
aku
lebih lama lagi. Apa pun pendapat Kichiji, lebih baik kita
menyelesaikan masalah ini sendiri.
Seseorang, yang menunggu di dekat sungai, tiba-tiba
berseru kepada para Tengu, Aku melihat mereka! Mereka
datang!
Sesosok bayangan tampak melintasi lembah yang curam,
melompat dari satu cabang pohon ke cabang pohon lainnya,
berkelit dengan lihai di antara bongkahan-bongkahan batu.
Bayangan itu tampak jelas di bawah sinar bulan yang
menerangi bebatuan dan pepohonan. Para Tengu yang
menunggu di bawah memandangnya dengan kagum tanpa
berkata-kata.
Konno-maru, tempat ini berbeda dari yang kemarin.
Aku bisa mendengar gemuruh jeram di bawah sana;
kita pasti berada di atas air terjun.
Air terjun, ya?
Di sana berbahaya; sebaiknya kita mencari jalan lain.
Lihat mereka sudah menunggu di bawah sana. Mari
kita lewat sini.
Mustahil!
Berputarlah kalau kau mau, aku akan melompat
Mengetahui
berdasarkan
pengalamannya
bahwa
membantah Ushiwaka adalah usaha yang sia-sia saja,
Konno-maru berpegangan ke semak-semak dan melongok
dari atas tebing batu yang curam. Lebih dari enam meter di
bawah mereka terbentanglah tanah dengan bebatuan
berserakan di sana-sini, dan di dasarnya terdapat sebuah
kolam yang tersaput kabut
Konno-maru meneriakkan peringatan, namun Ushiwaka
sudah terlanjur melompat dan tengah mengayunkan diri
berlangsung
tanpa
meninggalkan
apa yang akan terjadi malam ini. Aku cemas karena dia
belum juga muncul.
Kegagalan mengancam upaya pelarian diri itu karena
Heik6 akan bersiaga dan menutup semua jalan menuju
timur. Mereka menunggu Konno-maru, yang akhirnya
datang sesaat sebelum matahari terbit.
Ya, aku terkejut Kupikir kalian baru akan
melakukannya saat tengah malam, dan aku kesulitan
mengikuti kalian.
Kami minta maaf soal itu. Itu tidak akan membantu.
Kami mengatakan tengah malam, tapi rencana kita
mendadak berubah karena peluang yang lebih baik muncul
. Tapi, kita beruntung karena bisa sampai di sini.
Bagaimana dengan Kichiji? Apa katanya?
Dia menertawakan keterburu-buruan kita dan
sepertinya menganggap bahwa tidak ada yang bisa
dilakukannya kecuali mengikuti rencana kita.
Jadi, dia sepakat dengan kita?
Apakah Kichiji menyampaikan gagasannya, atau
apakah dia bersikeras bahwa sekarang belum saatnya untuk
mengatakan keputusan mereka? Apa katanya, Konnomaru?
Fajar mulai merekah, dan berkas-berkas cahaya pucat
menerobos jendela kecil gubuk itu.
Para Tengu menantikan jawaban Konno-maru.
Kichiji selalu mendukung kita, tapi dia mengajukan
beberapa syarat Katanya, dia tidak akan menjamin
keselamatan Ushiwaka jika kita tidak menerima persyaratan
yang diajukannya.
Apakah itu?
akan
dan
belum
ahli
Merana dan kesepian, Ushiwaka pulang, hingga dia tibatiba roboh dan menangis tersedu-sedu di tengah Jembatan
Gojo. Di tempat inikah ayahnya, Yoshitomo, dan saudarasaudaranya menghadapi kekalahan mereka? Konno-maru
telah berkali-kali menceritakan rangkaian peristiwa pada
hari yang menentukan itu. Dan saat berdiri di sana,
menatap permukaan air, Ushiwaka diterpa oleh kesadaran
bahwa dia adalah putra Genji Yoshitomo. Dengan gigi
terkatup, dia menggumam, Ayah, aku sudah dewasa
sekarang. Putramu ini sudah enam belas tahun. Aku akan
membalaskan dendam Ayah. Hari itu sudah dekat.
Ketika Ushiwaka mengakhiri renungannya untuk
pulang, seseorang menghadangnya. Ushiwaka berusaha
melewatinya, namun pria itu tiba-tiba merentangkan kedua
tangannya dan berlari menyongsongnya.
Tunggu! Jangan bergerak, Rindo!
Apa maumu? Siapa kamu?
Aku? pria itu menyeringai. Semua geisha di ibu kota
ini mengenalku. Namaku Ular ... jangan pernah
melupakannya!
Itu tidak berarti apa-apa bagiku. Aku sedang terburuburu, lepaskan aku!
Hei ... Ular mencengkeram erat-erat mantel
Ushiwaka. Aku punya urusan denganmu. Kau laki-laki,
bukan?
Tentu saja tidak . Lepaskan aku!
Ayolah, aku sudah cukup mengenal geisha untuk
mengetahui tipuanmu!
Lepaskan aku! Aku akan menjerit kalau kau tidak
melepaskanku!
karena
kau
tidak
menepati
segegabah
itu.