by
R.L. Stine
www.eBuku.us
1|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com
1
"Hei!" teriak Kris saat permen karet merah muda itu meledak ke pipi
dan dagunya.
Lindy meraih buku itu kembali dengan cemberut. Kris berusaha untuk
menarik permen karet merah muda itu dari wajahnya.
"Aku sudah meniup yang jauh lebih besar dari pada itu," kata Lindy
dengan cibiran sombong.
"Aku tak percaya pada kalian berdua," gumam ibu mereka, berjalan
ke kamar tidur mereka dan menjatuhkan tumpukan cucian yang
terlipat rapi di kaki tempat tidur Kris. "Kalian bahkan bersaing atas
permen karet?
Inilah cara bagi orang-orang untuk mengenali kembar itu satu dari
yang lain, karena mereka hampir mirip dalam setiap hal lainnya.
Keduanya memiliki dahi lebar dan bulat, bermata biru. Keduanya
punya lesung pipi di pipi mereka saat mereka tersenyum. Kedua
mudah tersipu, satu lingkaran merah muda besar terbentuk di pipi
pucat mereka.
"Oh, bagus," gumam Kris. Dia meraih rambutnya, tapi tak bisa
menemukan permen karet.
Ibunya mengangkat bahu. "Kau tahu kita tak punya (tempat) yang
luang seinci pun, Kris."
"Apa aku dapat itu semua?" tanya Kris, masih menggaruk potongan
kecil permen karet merah muda dari dagunya.
"Biarkan saja. Hal ini menambah bagus corak kulitmu," kata Lindy
padanya.
"Kuharap kalian akan (bersikap) lebih baik untuk satu sama yang
lain," kata Bu Powell dengan mendesah.
"Baik, baik. Anda tak harus sinis, Bu," kata Lindy, menutup bukunya.
Dia berdiri, menggeliat, dan melemparkan buku itu ke tempat
tidurnya.
"Ingin apa?"
"Pergi naik sepeda. Kita bisa pergi ke taman bermain, melihat apa ada
orang yang nongkrong di sekolah."
"Kau hanya ingin melihat apa ada Robby," kata Lindy, nyengir.
"Ayolah. Ayo kita pergi," katanya. "Yang terakhir keluar adalah telur
busuk."
Kedua gadis itu mengenakan celana pendek dan kaos tanpa lengan.
Lindy membungkuk untuk menarik membuka pintu garasi, lalu
berhenti. Rumah tetangga tertangkap matanya.
Kris jadi sasaran sindiran tajam Lindy itu. Kedua gadis kembar itu
menyukai dan membenci kekembaran mereka pada waktu yang sama.
Karena mereka bersama-sama hampir semuanya - penampilan
mereka, pakaian mereka, kamar mereka - mereka lebih dekat daripada
saudara (mana pun) yang pernah ada.
"Tak ada seorang pun di sekitar (ini). Ayo kita periksa rumah baru
itu," kata Lindy.
Seekor tupai, setengah jalan menaiki batang lebar dari sebuah pohon
maple, mengawasi mereka dengan waspada.
Saat itu gelap dan dingin di dalam dan berbau kayu segar. Dinding
telah berdiri tetapi belum dicat.
"Aku tak ingin kau mati," jawab Lindy. "Hanya kejang mulut." Dia
mencibir.
"Ha-ha," kata Kris sinis. "Ini harusnya jadi ruang tamu," katanya,
berjalan dengan hati-hati melintasi ruang depan ke perapian di
dinding belakang.
"Ini lebih besar dari ruang tamu kita," kata Kris, mengintip dari
jendela besar bergambar itu ke jalan.
"Mengapa kau tak menyentuh satu dan mencari tahu?" usul Lindy.
Hening.
10 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Hei - lihat!" panggilnya.
11 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Apa itu?" kata Kris, dengan langkah enggan menuju tempat sampah
itu.
12 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
2
Seorang anak?
Kris bisa melihat wajah orang itu, membeku dengan tatapan mata
terbelalak. Rambut cokelat orang itu berdiri kaku di atas kepalanya.
Dia tampak mengenakan semacam jas abu-abu. Lengan dan kakinya
menjuntai lemas.
Dan lalu Kris sadar bahwa itu bukan anak-anak, setelah semuanya.
"Sebuah boneka!" jeritnya.
13 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Butuh waktu beberapa saat bagi Lindy untuk melihat bahwa Kris itu
terengah-engah, wajahnya merah padam.
"Kris, apa masalahmu? Oh, wow. Apakah kau pikir dia benar-benar
seorang anak?" Lindy tertawa mengejek.
"Aku tak bodoh. Kau yang bodoh!" Lindy membuat boneka itu
berkata dengan suara tinggi melengking. Ketika dia menarik tali di
punggungnya, bibir kayu itu bergerak naik turun, berbunyi klik ketika
digerakkan. Dia menggerakkan tangannya ke atas punggungnya dan
menemukan kontrol untuk membuat matanya dicatnya bergeser dari
sisi ke sisi.
14 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kris menatap curiga pada boneka itu. Rambut cokelat dicatnya di
kepalanya. Matanya yang biru bergerak hanya dari sisi ke sisi dan tak
bisa berkedip. Dia memiliki bibir dicat merah terang, melengkung ke
atas menjadi senyum menakutkan. Bibir bawahnya pada satu sisi
sumbing hingga tak cukup cocok dengan bibir atas.
Keris mengerang. "Apa kita akan naik sepeda ke taman bermain atau
tidak, Lindy?"
"Aku tak jelek," kata Slappy dalam suara melengking Lindy itu,
matanya meluncur dari sisi ke sisi. "Kau yang jelek!"
15 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Bibirmu bergerak," kata Kris pada Lindy. "Kau pembicara perut
yang buruk."
"Aku manis," Dia membuat boneka itu berkata. "Dan kau jelek."
"Kau yang tutup mulut!" Slappy menjawab dalam suara yang ketat
Lindy, melengking tinggi.
"Tapi apa yang akan kau lakukan dengan boneka ini?" tuntut Kris.
16 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku tak tahu. Mungkin aku akan mengadakan satu pertunjukan,"
kata Lindy berpikir, memindahkan Slappy dari satu lengan ke lengan
yang lain. "Aku berani bertaruh aku bisa mendapatkan uang
dengannya. Kau tahu. Muncul di pesta ulang tahun anak-anak.
Mengadakan pertunjukan."
Keris merengut.
17 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kau cemburu," kata Lindy. "Karena aku menemukannya dan kau
tidak."
18 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Ha-ha-ha-ha!" Lindy membuatnya Slappy, memiringkan kepalanya
ke belakang dan membuka mulut lebar-lebar.
Kedua anak berpikir bahwa itu lucu. Mereka tertawa bahkan lebih
keras.
Aku pasti menjaga Slappy! Lindy berkata pada dirinya sendiri, diam-
diam senang dengan kemenangan kecilnya.
Dia menatap mata biru terang dicat boneka itu. Yang mengejutkan,
boneka itu tampak menatap ke arahnya, Sinar matahari berkerlip di
matanya, senyumnya lebar dan mengetahui.
19 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
3
"Tidak," jawab Lindy. "Dia ingin aku tampil. Pada pesta ulang tahun
Amy. Dengan Slappy."
20 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
berlatih tak menggerakkan bibirnya, memikirkan lelucon untuk tampil
dengannya.
Kris tetap berkeras semua hal itu bodoh. "Aku tak percaya kau jadi
seperti kutu buku," katanya kepada saudaranya. Dia menolak untuk
menjadi penonton untuk rutinitas Lindy itu.
21 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Pak dan Bu Powell mengambil tempat duduk di sofa ruang tamu.
"Kau tahu kau tak diizinkan di sofa," kata Bu Powell, mendesah. Tapi
dia tak bergerak untuk mengusir Barky.
Kris duduk menjauh dari yang lain, di lantai dekat anak tangga,
memeluk dagu dengan tangannya.
"Bisakah aku mendapatkan boneka, juga?" tanya Kris. Dia tak benar-
benar merencanakan untuk mengatakannya. Permintaan itu hanya
muncul keluar (begitu saja) dari mulutnya.
"Tidak," kata Lindy panas. "Mengapa kau ingin jadi seperti peniru?"
22 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Sepertinya menyenangkan," jawab Kris, pipinya berubah merah
cerah. "Jika kau dapat melakukannya, aku bisa melakukannya juga,"
tambahnya nyaring.
"Aku benar-benar berpikir aku akan lebih baik dalam hal itu," kata
Kris. "Maksudku, Lindy tak sangat lucu."
"Yah, aku hanya berpikir kalau Lindy punya satu, aku harus bisa
punya satu, juga," kata Kris kepada orangtuanya.
23 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Itu mahal," jawab Pak Powell, melirik istrinya. "Yang bagus
harganya lebih dari seratus dolar. Aku benar-benar tak berpikir kita
mampu membeli satu sekarang."
24 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
4
"Aduh!"
25 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kris begitu terkejut, dia hampir saja menjatuhkan boneka itu. Slappy
lebih berat dari yang ia bayangkan.
"Sekarang apa yang harus kulakukan dengan dia?" tanya Kris pada
Lindy. Lindy mengangkat bahu dan melintasi ruangan ke sofa, tempat
ia menjatuhkan diri di samping ibunya.
Aku tak ingin Kris menjalankan Slappy, pikir Lindy dengan sedih.
Aku tak ingin berbagi Slappy.
Mengapa aku tak bisa memiliki sesuatu yang hanya jadi milikku?
Mengapa aku harus berbagi segalanya dengannya? Mengapa Kris
selalu ingin meniruku?
26 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia mengertakkan gigi dan menunggu kemarahannya memudar.
®RatuBuku
Kemudian malam itu, Kris duduk tegak di tempat tidur. Dia bermimpi
buruk.
Dia tak bisa ingat. Dia melirik ke sekeliling ruang gelap, menunggu
detak jantungnya kembali normal. Ruangan terasa panas dan pengap,
meskipun jendela terbuka dan tirai-tirai berkibar-kibar.
Kris melirik jam radio - di atas meja tempat tidur di antara dua tempat
tidur kembar. Saat itu hampir tiga pagi.
Meskipun dia sekarang terjaga, mimpi buruk itu tak akan benar-benar
memudar. Dia masih merasa tak nyaman, sedikit takut, seolah-olah
dia masih dikejar-kejar oleh seseorang atau sesuatu. Bagian belakang
lehernya terasa panas dan berkeringat.
27 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Seseorang duduk di kursi di depan jendela kamar. Seseorang
menatapnya.
28 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kris cepat menyentakkan tangannya menjauh.
Kris menatap tajam ke mata besar Slappy itu, yang berkilauan dalam
cahaya dari jendela. Dia menunggu untuk berkedip atau untuk
memutar matanya dari sisi ke sisi.
Dia tiba-tiba merasa bodoh. Dia hanya boneka kayu bodoh, pikirnya.
29 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
5
Sinar bulan melalui jendela menyinari seringai iblis Lindy itu. "Kena
lagi!" ia menyatakan.
"Kau melompat satu mil!" seru Lindy seru. "Kau benar-benar berpikir
boneka itu menyambarmu."
"Apa yang kau lakukan, sih?" tuntut Lindy. "Apa kau bermain-main
dengan Slappy?"
30 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku akan kembali tidur. Tinggalkan aku sendiri," bentak Kris. Dia
menarik selimut sampai ke dagu.
®RatuBuku
31 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Pada Senin sore, Lindy dan Kris keduanya tinggal setelah sekolah
berlatih untuk konser musim semi. Sudah hampir jam lima saat
mereka tiba di rumah, dan mereka terkejut melihat mobil ayah mereka
di jalan masuk.
"Ada trik untuk tak menangis saat kalian mengupas bawang," kata
Pak Powell, air mata bergulir di pipinya. "Seandainya aku tahu itu."
32 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
sesuatu. Kami tak benar-benar tahu apa isinya. Tak ada
terjemahannya."
Berputar, ia terkesiap.
33 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
6
Butuh waktu agak lama bagi Kris untuk menyadari bahwa suara itu
datang dari belakangnya. Dia berbalik dan melihat ayahnya berdiri di
ambang pintu, masih mengusap matanya dengan kain lap basah.
"Dia... Manis," kata Kris, mencari kata yang tepat. "Dia tampak
seperti boneka Lindy, kecuali rambutnya yang merah cerah, bukan
cokelat."
34 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Mungkin dibuat oleh perusahaan yang sama," kata Pak Powell.
"Bajunya lebih baik dari punya Slappy itu," kata Kris, memegang
boneka di lengan panjangnya untuk dapat pandangan yang lebih baik.
"Aku benci jas abu-abu boneka Lindy bodoh itu."
Boneka yang baru mengenakan celana biru dari kain tebal dan kemeja
dari kain lembut berwarna merah dan hijau. Dan bukannya
berpenampilan formal sepatu cokelat mengkilap, dia punya sepatu
putih tinggi di kakinya.
35 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku telah memiliki pekerjaan dengan Slappy," kata Lindy dengan
mencibir unggul. "Dan kau baru saja mulai. Kau hanya pemula."
"Bonekamu tak akan lucu," kata Lindy kejam, "karena kau tak punya
selera humor."
"Panggil aku untuk makan malam," kata Lindy kembali. "Aku akan
ke atas untuk melatih penampilanku dengan Slappy untuk pesta ulang
tahun pada hari Sabtu."
®RatuBuku
36 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Itu adalah sore berikutnya, dan Kris duduk di meja rias yang dia
berbagi dengan Lindy. Kris mengaduk-aduk kotak perhiasan dan
mengeluarkan untaian manik-manik berwarna cerah yang lain. Dia
menyelipkannya ke kepalanya dan menguraikannya dari tiga untai
manik-manik lain yang dipakainya. Lalu ia menatap dirinya di
cermin, menggelengkan kepalanya untuk melihat lebih baik, anting-
anting panjang yang berjuntai.
37 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
rampingnya yang serius. Cody selalu tampak seolah-olah dia
tenggelam dalam pikirannya.
"Kau naik sepedamu ?" tanya Kris, mencopot beberapa untai manik-
manik sekaligus dan melemparkannya ke dalam kotak perhiasan.
"Tidak. Jalan kaki," jawab Cody. "Kenapa kau menelepon? Kau cuma
ingin nongkrong?"
39 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Yah, aku tak menggerakkan bibirku banyak, kan?" tuntut Kris.
"Tak terlalu banyak," Cody memenuhi (tuntutan Kris). "Tapi kau tak
benar-benar membuang suaramu."
"Tak ada yang bisa membuang suaranya," kata Kris padanya. "Ini
hanya ilusi. Kau membuat orang-orang berpikir kau membuang
suaramu. Kau tak benar-benar membuangnya."
Kris meyikat daun-daun hijau dari kepala kayu Tuan Wood. Dia
mengusap tangannya dengan pelan ke rambut bercat merah boneks
itu.
Cody berdiri. "Mengapa kau ingin main dengan benda itu, sih?"
tanyanya, mendorong rambut putih pirangnya ke belakang dari
dahinya.
40 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Yah.. Kukira aku ingin menunjukkan Lindy bahwa aku lebih baik
daripadanya."
Dia melambai sedikit, lalu berbalik dan menuju rumahnya di blok ini.
®RatuBuku
Dia terlihat seperti orang asli, pikir Kris mengantuk. Besok aku akan
memeriksa beberapa buku lelucon yang bagus dari perpustakaan di
sekolah. Aku bisa lebih lucu dari Lindy. Aku tahu aku bisa.
41 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dengan mengantuk, ia mengatur kembali bantalnya. Aku akan tidur
segera setelah kami mematikan lampu, pikirnya.
"Itu bagus," kata Kris tanpa antusias. "Kurasa kau dan Slappy siap
untuk pesta ulang tahun Amy pada hari Sabtu."
42 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Pakaianku untuk besok," kata Kris padanya. "Kami mengadakan
pesta gaun di kelas Bu Finch. Ini pesta perpisahan. Untuk Margot.
Kau tahu. Guru siswa."
Keris merasa perih oleh pertanyaan itu. Itu jelas semacam ejekan.
"Yah, aku jadi benar-benar bagus, Aku melakukan beberapa hal untuk
Cody. Di halaman belakang. Cody tertawa begitu keras, ia tak bisa
bernapas. Sungguh. Dia memegang pinggangnya. Dia mengatakan
Tuan dan aku harusnya masuk TV. "
"Yah, dia tertawa pada Tuan Wood dan aku," desak Kris, berharap dia
pembohong yang lebih baik.
43 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Demikian pula aku, pikir Kris murung.
®RatuBuku
44 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
7
Kris berkedip beberapa kali dan mendorong dirinya naik dari tempat
tidur dengan kedua tangannya. Tangan kirinya kesemutan. Dia pasti
tidur di atasnya, ia menyadari.
"Mana Tuan Wood?" tuntut Kris tak sabar. "Di mana kau
meletakkannya?"
"Ini tak lucu," bentak Kris. Dia turun dari tempat tidur, menarik turun
ujung tidur, dan berjalan dengan cepat ke kursi di depan jendela.
"Apakah kau tak pernah bosan bermain lelucon bodoh?"
45 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Yah, aku juga tidak," Lindy bersikeras, berdiri dan menggeliat.
"Oh!"
Tuan Wood tersenyum pada mereka dari ambang pintu. Dia tampak
berdiri, kakinya yang kurus membungkuk pada sudut yang aneh.
Dia mengenakan pakaian gaun Kris, rok Betsey Johnson dan blus
sutra.
46 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kris menatap tajam pada adiknya, kemudian menurunkan matanya ke
boneka itu.
Lindy mulai mengatakan sesuatu. Tapi suara ibu mereka dari lantai
bawah mengganggu. "Apa kalian pergi ke sekolah hari ini? Di mana
kalian? Kalian terlambat!"
"Nah? Apa yang terjadi?" tanyanya pada boneka itu. "Aku tak
memakaikanmu pakaian dan menggerakkanmu. Dan Lindy
bersumpah dia tak melakukannya.."
47 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
8
48 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Lindy dan Alice berdiri di tepi tempat teduh, tangan mereka bersilang
di dada mereka, melihat penampilan Kris dengan kerutan kening
berkonsentrasi di wajah mereka.
"Siapa yang peduli?" jawab Lindy tajam. "Mereka semua juga aneh."
49 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku bisa melihat bibirmu bergerak," kata Lindy pada Kris.
Cody tertawa.
"Setidaknya satu orang berpikir kau lucu," kata Lindy datar. "Tapi
jika kau ingin melakukan pesta, kau benar-benar harus dapat beberapa
lelucon yang lebih baik."
"Aku tak percaya kau tak bawa boneka di sini," kata Alice pada
Lindy. "Maksudku, kau tak ingin berlatih untuk pesta?"
50 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tak perlu," jawab Lindy. "Aku punya aksiku. Aku tak ingin
berlebihan berlatih."
Tapi sebelum dia bisa mengatakan apa-apa, Lindy meraih Tuan Wood
dari tangannya.
51 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Saat ia mengulurkan tangan, Tuan Wood tiba-tiba menundukkan
kepalanya sampai ia menatap ke arahnya.
"Aku tak bisa!" Lindy berseru dengan suara gemetar. Wajahnya jadi
pucat, matanya melebar ketakutan. "Aku tak bisa membuatnya
berhenti, Kris. Dia - dia bicara untuk dirinya sendiri!"
52 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
9
"Aku - Aku tak bisa menghentikannya. Aku tak melakukan itu," teriak
Lindy. Menarik dengan sekuat tenaga, dia menarik Tuan Wood keluar
dari wajah Kris.
Ketakutan, Kris bangkit dari kursi lipat dan bersandar pada batang
pohon. "Dia - dia bicara sendiri?" Dia menatap tajam pada boneka
yang menyeringai itu.
53 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tapi, Lindy -" Kris mulai protes.
®RatuBuku
54 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia mendongak untuk melihat Lindy datang berlari di jalan masuk,
memegang Slappy bawah lengannya. Dari senyum di wajah Lindy itu,
Kris tahu seketika bahwa pesta ulang tahun itu sukses. Tapi
bagaimanapun juga dia harus bertanya. "Bagaimana?"
"Ini sangat mengagumkan!" Lindy seru. "Slappy dan aku yang hebat!"
"Aku terus bernyanyi bersama Slappy, dan itu berjalan dengan sangat
baik. Lalu Slappy dan aku bicara cepat rutin kami. Sukses sekali!"
kata Lindy dengan perasaan tak terkendali.
55 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Jadi, kau dapat bayaran dua puluh dolar?" tanya Kris, menendang
gumpalan rumput.
"Dua puluh lima," jawab Lindy. "Ibu Amy mengatakan aku begitu
baik, dia akan membayarku lebih. Oh. Dan tebak apa lagi? Kau tahu
Nyonya Evans? Wanita yang selalu memakai celana kulit macan
tutul? Kau tahu - Ibu Anna? Dia memintaku untuk melakukannya di
pesta Anna berikutnya Minggu. Dia akan membayarku tiga puluh
dolar. Aku akan menjadi kaya! ".
"Aku dapat dua puluh. Kau dapat sepuluh," Lindy membuat Slappy
berkata.
"Aku harus pergi memberitahu Ibu kabar baik ini!" Lindy kata. "Apa
yang telah kau lakukan sepanjang sore ini?"
"Nah, setelah kau pergi, aku cukup kesal," jawab Kris, mengikuti
Lindy ke rumah. "Kau tahu. Tentang Tuan Wood - Aku
menempatkannya di lantai atas. Alice dan Cody pulang. Lalu Mama
dan aku pergi ke mal."
56 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Lindy berhenti juga. "Sesuatu yang baik?"
"Dan Bu Berman bertanya apakah Tuan Wood dan aku ingin menjadi
pembawa acara untuk konser musim semi." Kris tersenyum pada
saudaranya.
"Ya. Aku dengan Tuan Wood akan tampil di depan semua orang!"
Kris menyembur gembira. Dia melihat kilatan cemburu di wajah
Lindy, yang membuatnya lebih bahagia.
®RatuBuku
57 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku tak bisa percaya kau akan tertarik dengan bicara perut, Lindy.
Tapi kurasa kau punya bakat untuk itu. Kukira kau punya bakat
tertentu."
Setelah menonton video yang ibu mereka sewa di mal, dua saudara
perempuan itu naik ke kamar mereka. Itu sedikit di atas jam sebelas.
58 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kris menyalakan lampu. Lindy mengikutinya masuk.
59 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
10
"Aku - aku tak percaya ini!" Kris berhasil berbisik. Dia berbalik dan
menangkap ekspresi ketakutan di wajah Lindy itu.
"Maksudku, aku tahu kau iri Slappy dan aku -" Lindy memulai.
60 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Wah. Tunggu sebentar,." Jawab Kris marah dengan suara
melengking gemetar. "Aku tak melakukan ini, Lindy. Jangan
menuduhku."
"Tidak," jawab Lindy, masih berjuang dengan jaket. "Aku... Eh... Aku
agak takut tentang hal ini," aku Lindy, tersipu, menghindari mata
Kris.
"Aku juga," aku Kris. "Sesuatu yang aneh yang terjadi kupikir kita
harus memberitahu Ibu.."
®RatuBuku
61 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Ibu mereka di tempat tidur, membaca novel Stephen King. Kamarnya
itu gelap kecuali lampu baca kecil di ujung tempat tidur yang
menyorotkan cahaya kuning kecil segitiga.
"Ini tentang Tuan Wood," kata Kris. "Dia telah melakukan banyak hal
aneh."
"Hah?" Mata Bu Powell terbuka lebar. Dia tampak pucat dan lelah di
bawah cahaya tajam dari lampu baca.
"Yang benar saja, anak-anak," kata ibu mereka letih. "Aku bosan
dengan kompetisi konyol kalian ini."
62 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Ya, aku mengerti," kata Bu Powell tajam. "Kalian berdua bahkan
bersaing dengan mereka boneka bicara perut itu."
"Bu, tolong!"
"Maksudku aku tidak ingin mendengar kata-kata lain dari salah satu
kalian tentang boneka-boneka itu. Jika kalian berdua memiliki
masalah, bereskan di antara kalian sendiri."
"Dan jika kalian tak bisa menyelesaikan itu, aku akan menjauhkan
boneka-boneka itu. Keduanya. Aku serius." Bu Powell meraih ke atas
kepalanya dan mematikan lampu baca, membuat ruangan dalam
kegelapan. "Selamat malam," katanya.
Para gadis itu tak punya pilihan selain meninggalkan ruangan. Mereka
menyelinap ke lorong dalam keheningan.
"Ibu tak terlalu membantu," kata Lindy datar, memutar matanya. Dia
mengambil Slappy dan mulai untuk mengatur dia di kursi di depan
jendela.
63 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kurasa dia sedang tidur dan kita membangunkannya," jawab Kris.
Kris melirik boneka itu, setengah berharap dia untuk bereaksi. Untuk
mengeluh. Untuk mulai memanggil namanya.
Kris merasakan hawa dingin ketakutan. Aku jadi takut pada boneka
bicara perut bodoh ini, pikirnya.
®RatuBuku
64 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia bangun pagi-pagi, bermandi keringat. Langit masih fajar abu-abu
di luar jendela.
65 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
11
Tuan Wood telah berkelakuan baik selama dua hari. Tak ada insiden
misterius menakutkan. Kris mulai merasa lebih baik. Mungkin
semuanya akan jadi baik-baik saja dari sekarang.
66 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku lebih baik mulai beralih dari suara Tuan Wood kembali ke
suaraku, pikirnya senang. Tapi aku harus beralih lebih cepat. Semakin
cepat ia dan aku bicara, semakin lucu itu.
"Ayo kita coba lagi, Tuan Wood," katanya sambil menarik kursinya
lebih dekat ke cermin.
67 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku harus memberitahu Ibu!" Lindy dinyatakan. "Hei, Bu! Bu!" Dia
berlari dari ruangan. Kris mendengarnya berteriak sepanjang jalan
menuruni tangga.
"Mengapa segala sesuatu yang baik terjadi pada Lindy?" teriak Kris
lantang. "Aku pembawa konser bodoh untuk mungkin seratus orang
tua - dan dia akan di TV. Aku sama baiknya sepertinya! Mungkin
lebih baik!"
®RatuBuku
68 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Malam itu sunyi. Tak ada angin. Tirai di depan jendela kamar tidur
tak berkibar atau bergerak. Cahaya bulan perak pucat tersaring ke
dalam, menciptakan bayangan panjang ungu yang tampak bergerak
pelan di kamar tidur anak-anak gadis.
Lindy tidur dengan gelisah, lampu tidur diisi dengan mimpi berwarna-
warni yang sibuk. Dia terkejut terjaga oleh suara. Benturan pelan.
"Hah?" ia mengangkat kepalanya dari bantal basah dan berbalik.
Seseorang bergerak dalam kegelapan. Suara yang dia dengar adalah
langkah kaki.
"Kris?"
69 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
12
"Kris?"
Butuh beberapa saat baginya untuk melihat dengan jelas. Lalu dia
menyadari bahwa dia sedang menatap cahaya kuning redup dari
dalam kulkas.
70 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia maju selangkah ke dapur. Lalu, selangkah lagi.
71 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Apa itu semua benda yang mengkilap di antara makanan?
Perhiasan Kris!
"Oh, tidak!" jerit Lindy menjerit matanya akhirnya sampai pada sosok
itu di lantai.
72 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
13
Lindy mulai untuk menjawab. Tapi ibu mereka melolong terkejut dari
pintu memotong kata-katanya. "Bu -" teriak Lindy, berputar.
"Pergi kau keluar," kata Bu Powell tegas. Dia mengambil anjing itu,
mengangkatnya ke luar dan menutup pintu dapur. Lalu ia melangkah
73 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
ke tengah ruangan, menggelengkan kepala, kakinya yang telanjang
nyaris hilang di genangan susu.
"Aku turun untuk minum, dan aku - aku menemukan kekacauan ini,"
kata Kris dengan suara gemetar. "Makanan. perhiasanku.
Semuanya...."
"Tuan Wood yang melakukannya, Bu," kata Kris panas, menjauh dari
dinding, tangannya terkepal tegang. "Aku tahu kedengarannya bodoh,
tapi -"
"Aku perlu Tuan Wood untuk konser musim semi!" Kris protes.
"Semua orang mengandalkanku, Bu."
Bu Powell melirik dari satu ke yang lain. Matanya tetap pada Kris.
"Di lantai itu bonekamu, kan?"
"Ya," kata Kris padanya. "Tapi aku tak melakukan ini aku
bersumpah!"
75 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Keris yang pertama untuk berbicara. "Bu, bagaimana jika Lindy dan
aku membersihkan semuanya?"
"Baiklah," akhirnya dia menjawab. "Aku ingin dapur ini bersih ketika
aku turun di pagi hari. Semua makanan, semua perhiasan. Semuanya
kembali ke tempatnya."
"Dan aku tak ingin melihat lagi salah satu dari boneka-boneka itu di
sini, di dapurku," desak Bu Powell. "Jika kalian dapat melakukan itu,
aku akan memberi kalian satu kesempatan lagi."
76 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Dan aku tak ingin lagi mendengar perdebatan tentang boneka-boneka
itu," lanjut Bu Powell. "Tak ada lagi perkelahian. Tak ada lagi
persaingan. Tak ada lagi menyalahkan segala sesuatu pada boneka-
boneka itu. Aku tak ingin mendengar apa pun tentang mereka.
Selamanya."
"Terima kasih, Bu," kata Lindy. "Pergilah ke tempat tidur. Kami akan
membersihkan." Dia memberi ibunya mendorong pelan ke arah pintu.
Kris memeriksa lantai dengan tangan dan lututnya, sehingga yakin itu
bersih. Lalu dia mengangkat Tuan Wood. Dia menyeringai kembali
seolah-olah semua itu hanya lelucon besar.
77 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Boneka ini tak ada apa pun kecuali masalah, Kris pikir.
Dia mengikuti Lindy keluar dari dapur, mematikan lampu saat dia
pergi. Kedua gadisitu menaiki tangga diam-diam. Keduanya tak
bicara sepatah kata pun.
Kris melirik jam. Ini jam tiga lewat sedikit pagi hari.
78 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dengan marah, ia membuka pintu lemari dan melemparkan boneka
itu ke lemari. Boneka itu jatuh di tumpukan kusut di lantai lemari.
"Keluarkan aku. Keluarkan aku dari sini!" itu teriakan. Satu suara
teredam, datang dari dalam lemari.
79 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
14
"Hah?" tanya Lindy mengantuk. "Apa yang kamu bicarakan? Ini jam
tiga pagi. Tak bisakah kita tidur?"
80 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tiba-tiba Kris gemetar seluruh tubuhnya, dan air mata hangat
mengalir pipinya.
"Hah?"
"Ya, aku tahu. Siapa yang telah melakukan itu semua," bisik Lindy.
81 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
15
82 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Untuk bersenang-senang," jawab Lindy, menjatuhkan punggungnya
ke tempat tidurnya, masih menyeringai.
"Bersenang-senang?"
"Kau benar-benar percaya Tuan Wood hidup !" kata Lindy, tertawa,
menikmati kemenangannya. "Kau seperti nit!"
"Nit?"
"Aku tahu," jawab Lindy. "Ini lucu. Kau seharusnya melihat ekspresi
wajahmu saat kau melihat Tuan Wood di bawah tangga dalam manik-
manik dan anting-anting berhargamu!"
"Itu datang begitu saja padaku," jawab Lindy dengan rasa bangga.
83 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Saat kau punya bonekamu."
Lindy mengangguk.
"Tidak," tegas Kris. "Itu terlalu buruk untuk lelucon. Aku tak akan
pernah bicara padamu lagi. Tak kan pernah.."
84 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Baik," jawab Lindy singkat. "Kupikir kau punya selera humor.
Baik."
Tapi bagaimana?
85 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
16
"Aku harap kau punya satu, juga," kata Cody, menyeka dahinya
dengan lengan merah kausnya.
86 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tak buruk," kata Kris. "Kupikir aku punya beberapa lelucon yang
cukup bagus. Aku harus siap untuk konser besok malam."
87 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
diizinkan lagi menyebut boneka-boneka itu kepadanya! " Dia
menemukan kunci dan mulai naik jalanan rumahnya. "Trim's untuk
berjalan pulang denganku."
Satu kaleng Coke di satu tangan, boneka itu atas bahunya, dia menuju
ke meja rias dan duduk di depan cermin.
Ini adalah waktu terbaik di hari ini untuk berlatih, Kris pikir. Tak ada
orang di rumah. Orangtuanya sedang bekerja. Lindy ada beberapa
kegiatan setelah sekolah.
88 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia mengatur Tuan Wood di pangkuannya. "Waktu untuk bekerja,"
"Aneh," kata Kris keras. "Aku tak pernah mengetahui ada sesuatu di
sana."
Dia memasukkan dua jarinya ke dalam saku yang kecil itu, dia
mengeluarkan selembar kertas menguning, dilipat.
Itu bukan kwitansi. Kertas itu berisi satu kalimat tulisan tangan sangat
bersih dengan tinta hitam tebal. Itu dalam bahasa yang Kris tak
mengenalnya.
89 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kris menurunkan matanya ke kertas dan membaca kalimat yang aneh
itu dengan suara keras:
"Tak baik, Kris aku punya rayap. Aku perlu rayap seperti aku perlu
satu lubang lagi di kepalaku. Ha-ha!"
®RatuBuku
90 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Lindy! Kris! Bisakah kalian turun ke bawah, tolonglah!" panggil Pak
Powell dari kaki tangga.
Saat itu setelah makan malam, dan si kembar di kamar mereka. Lindy
telentang dengan perutnya di tempat tidur, membaca buku untuk
sekolah. Kris berada di depan cermin meja rias, berlatih pelan dengan
Tuan Wood untuk konser besok malam.
"Keluarga Millers di sini, dan mereka ingin sekali melihat aksi bicara
perut kalian," teriak ayah mereka.
91 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Berlatihlah pada mereka," saran ayahnya. "Ayo. Lakukan lima menit
saja. Mereka akan benar-benar merasa lucu darinya."
Pak Miller punya kumis kecil abu-abu. Lindy selalu bergurau bahwa
Pak Miller menumbuhkannya sehingga keluarga Miller bisa
memberitahu satu sama lain secara terpisah.
Apa itu yang terjadi kepadamu ketika kau telah menikah begitu lama?
Kris mendapati dirinya berpikir. Kau mulai terlihat persis sama?
"Lindy dan Kris mulai berbicara dengan perut beberapa minggu lalu,"
Bu Powell menjelaskan, dirinya memutar ke depan untuk melihat
92 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
gadis-gadis dari kursi. Dia menunjuk mereka ke tengah ruangan. "Dan
mereka berdua tampaknya punya semacam bakat untuk itu."
Pak Powell menarik kursi ruang makan ke tengah ruangan. "Di sini
Lindy,. Mengapa kau tak beraksi lebih dulu?" Dia berpaling ke
keluarga Miller. "Mereka sangat baik. Kalian akan lihat," katanya.
93 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
merah terang. Satu warna merah yang sama. Bu Miller terus meremas
lutut suaminya saat dia tertawa.
"Kau juga boneka yang tampak baik!" teriak Tuan Wood dalam
geraman, suara serak yang kasar.
94 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Jangan tertawa begitu keras. Kalian mungkin akan menjatuhkan gigi
palsu kalian!." teriak Tuan Wood. "Dan bagaimana gigi kalian jadi
berwarna kuning menjijikkan? Apa sebab bau mulut kalian itu?"
"Itu tak lucu. Minta maaf pada keluarga Miller," desak Pak Powell,
melintasi ruangan dan berdiri di atas Kris.
95 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku - aku -" Mencengkeram erat Tuan Wood di pinggangnya, Kris
bangkit berdiri. "Aku - aku -" Dia mencoba untuk mengucapkan
permintaan maaf, tapi tak ada kata yang keluar.
96 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
17
"Kau harus percaya padaku!" teriak Kris dengan suara gemetar. "Aku
benar-benar tak mengatakan hal-hal itu. Tuan Wood berbicara
sendiri!."
Sekarang, Kris duduk di tepi tempat tidurnya, mengusap air mata dari
pipinya. Lindy berdiri dengan tangan bersedekap di depan meja rias.
"Aku tak membuat lelucon menghina seperti itu," kata Kris, melirik
pada Tuan Wood, yang terbaring rubuh di tengah lantai di mana Kris
telah melemparkannya "Kau tahu bahwa itu bukan selera humorku."
"Ini bukan lelucon," desak Kris. "Mengapa kau tak percaya padaku?"
97 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tidak," jawab Lindy, menggelengkan kepala, tangannya masih
terlipat di depan dadanya. "Tak mungkin aku akan jatuh untuk lelucon
yang sama."
"Ya. Tentu," kata Lindy sinis. "Aku gemetar juga. Wow. Kau benar-
benar menipuku, Kris. Perkiraanmu kau bisa menunjukkan padaku
bahwa kau dapat memainkan tipuan lucu juga."
"Tangisan yang sangat baik," kata Lindy. "Tapi itu juga tak
menipuku. Dan itu tak akan menipu Ibu dan Ayah." Dia berbalik dan
mengambil Slappy.
®RatuBuku
98 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
kering, dan dia terus berjalan ke air mancur dan menghirup semulut
penuh air hangat.
Dia melepaskan tirai, bergegas untuk minum terakhir kali dari air
mancur, kemudian mengambil Tuan Wood dari meja (dimana) ia
meninggalkannya.
99 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tiba-tiba jadi sunyi di sisi lain tirai. Konser akan dimulai.
"Trim's," jawab Kris dengan lemah. Dia menarik Tuan Wood dan
merapikan kemejanya. "Tanganmu berkeringat!" dia membuat boneka
itu berkata.
Mungkin aku harus mengatakan aku sakit dan tak tampil dengannya.
"Hah?" Pada awalnya, dia pikir itu Tuan Wood. Tapi kemudian ia
segera sadar bahwa itu adalah Bu Berman, guru musik.
100 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
dengan motif bunga merah dan biru. "Ini dia," katanya, meremas bahu
Kris sekali lagi.
Apa aku benar-benar akan melakukan hal ini? Tanya Kris pada
dirinya sendiri. Bisakah aku melakukan ini?
Dengan malu, Kris berdiri dan, memegang Tuan Wood di bawah satu
lengan, berusaha untuk menurunkan mikrofon.
101 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Apakah kau mengalami kesulitan?" teriak Bu Berman dari sisi
panggung. Dia bergegas untuk membantu Kris.
Ada tawa melayang dari para penonton. Tapi itu bercampur dengan
terengah-engah ngeri.
"Kau lebih dari cukup. Kau cukup untuk dua orang!" Tuan Wood
menyatakan kejam. "Jika kau jadi lebih besar, kau akan perlu kode
posmu sendiri!"
"Bu Berman, aku - aku tak melakukannya!" Keris tergagap. "Aku tak
mengatakan hal-hal itu!"
102 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Silakan minta maaf. Padaku dan pada penonton," tuntut Bu Berman.
Itu tampak seperti sup kacang. Menyembur keluar dari mulut terbuka
Tuan Wood seperti air yang mengalir dari selang kebakaran.
"Hentikan!"
"Tolong!"
"Seseorang - matikanlah!"
"Ini bau!"
103 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kosongkan auditorium! Kosongkan auditorium!" teriak Bu Berman.
"Ini bau!"
"Aku sakit!"
"Seseorang - tolonglah!"
104 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
18
"Itu benar. Tutup pintunya," kata Pak Powell tegas, menatap dengan
mata menyipit pada Kris.
"Nah, itu yang harus dilakukan," katanya. "Pada hari Senin, aku
membawanya kembali ke toko gadai. Jangan membawanya keluar
sampai saat itu."
105 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Ayahnya berpaling darinya, wajahnya cemberut. "Kris, aku menyesal.
Kita akan berbicara besok. Ibumu dan aku - Kami berdua terlalu
marah dan terlalu sedih untuk bicara sekarang."
"Aku - aku tak tahu apa yang harus percaya," jawab Lindy. "Itu hanya
begitu... Luar biasa kotor.
"Ayah benar. Mari kita bicara besok," kata Lindy. "Aku yakin
semuanya akan lebih jelas dan tenang besok."
®RatuBuku
Tapi Kris tak bisa tidur. Dia bergeser dari satu sisi ke sisi lainnya, tak
nyaman, terjaga waspada. Dia menarik bantal ke wajahnya,
menahannya di sana untuk sementara waktu, menyambut kegelapan
yang lembut, kemudian melemparkannya ke lantai.
106 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Setiap kali dia memejamkan mata, ia melihat adegan mengerikan di
auditorium sekali lagi. Dia mendengar teriakan tertegun panik
penonton, anak-anak dan orang tua mereka. Dan dia mendengar
teriakan kaget itu beralih ke erangan jijik saat kotoran amis tercurah
ke atas orang-orang.
Hidupku hancur, pikir Kris. Aku tak pernah bisa kembali ke sana lagi.
Aku tak pernah bisa pergi ke sekolah. Aku tak pernah bisa
menunjukkan wajahku di mana saja.
Boneka bodoh, pikir Kris pahit. Begitu bodoh. Dan sekarang hidupku
hancur.
107 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kris menguap. Dia menutup matanya dan melihat sampah hijau kotor
yang termuntahkan keluar dari mulut Tuan Wood.
Apa aku akan melihat itu setiap kali aku menutup mataku? dia
bertanya-tanya. Apa-apaan ini? Bagaimana bisa semua orang
menyalahkanku untuk sesuatu yang begitu. . . begitu. . .
108 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
membiarkannya keluar perlahan-lahan, diam-diam. Ia menghela napas
lagi, lalu duduk.
Keluar ke gang. Bahkan lebih gelap di sini karena tak ada jendela.
109 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
19
Tuan Wood tertawa lagi. "Juga kau," jawab dia. Suaranya geraman
yang dalam, seperti geraman marah dari seekor anjing besar.
110 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku sedang bermimpi," kata Kris dirinya sendiri keras-keras. "Aku
pasti bermimpi."
"Aku bukan mimpi. Aku mimpi buruk.!" seru boneka itu, dan
menegakkan belakang kepala kayunya, tertawa.
111 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Lepaskan aku." Boneka itu menarik keras.
112 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Masih berjuang untuk bernapas, Kris menyambar punggung boneka
itu. Lalu ia menariknya menjauh dari pegangan tangga dan
mendorongnya keras ke bawah ke anak tangga.
"Oh!" Keris terkesiap keras saat lampu koridor di atas menyala. Dia
menutup matanya melawan pengacauan keras yang mendadak.
Boneka itu berjuang untuk menarik keluar dari bawah, tapi ia
mendorong telentang dengan seluruh berat badannya.
"Kris - apa-apaan ini -?!" kata Lindy bersuara kaget turun dari tangga
paling atas.
"Kris - apa yang kau lakukan?" tuntut Lindy. "Apa kau baik-baik
saja?"
"Tidak!" seru Kris. "Aku tak baik. Tolong - Lindy! Panggil Ibu dan
Ayah! Tuan Wood - dia hidup!"
113 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Bangunlah, Kris," desaknya. "Tolong - bangun. Ayo kita kembali ke
tempat tidur."
"Aku bilang, dia hidup!" teriak Kris putus asa. "Kau harus percaya
padaku, Lindy. Kau harus!"
Begitu dia mengurangi (tekanannya) pada diri Tuan Wood, boneka itu
meraih ujung tangga dengan kedua tangan dan menarik dirinya keluar
dari bawah tubuhnya. Setengah-jatuh, setengah merangkak, dia
bergerak pelan menuruni sisa tangga.
"Tidak! Tidak! Aku tak percaya!" jerit Lindy, melihat boneka itu
bergerak.
114 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Denga mulutnya terbuka lebar karena kaget tak percaya, Lindy
berbalik dan kembali menaiki tangga, berteriak pada orangtuanya.
Tuan Wood menjerit pelan karena rasa sakit. Matanya tertutup. Dia
tak bergerak. Bingung, dada Kris naik-turun, seluruh tubuhnya
gemetar, dia perlahan naik ke kakinya. Dengan cepat dia menekan
kakinya di belakang boneka itu menahannya di tempat.
115 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
20
"Tuan Wood - ia berlari menuruni tangga," kata Kris panik. "Dia telah
melakukan segalanya. Dia -"
116 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia berhenti menggoncangkan boneka itu dan melepaskannya. Dia
merosot lemas ke lantai, jatuh tak bergerak di tumpukan di kakinya.
Kau bantuan besar, Lindy, Kris berpikir, tiba-tiba merasa lemah, sia-
sia.
117 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kembali ke tempat tidur kalian berdua. Sekarang!" bentak ibu
mereka. Dia dan ayah mereka menghilang dari ujung tangga, dengan
marah menuju kembali di lorong menuju kamar mereka.
"Ya, kukira." Jawab Lindy ragu, menurunkan mata pada boneka kayu
di kaki Kris.
Kris melihat ke bawah, juga. Dia melihat Tuan Wood berkedip. Dia
mulai berdiri.
"Aku tak tahu," jawab Kris saat boneka itu meronta-ronta dengan
lengan dan kakinya di karpet, berusaha mati-matian untuk
membebaskan dirinya dari dua tangan pegangan Kris di lehernya.
"Kita harus -"
"Tak ada yang bisa kalian lakukan," bentak Tuan Wood. "Sekarang
kalian akan menjadi budakku. Aku hidup sekali lagi! Hidup!"
118 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Boneka itu mencibir. "Kau membawaku kembali ke kehidupan,"
katanya dengan suara seraknya. "kau membaca kata-kata kuno."
"Aku kembali, terima kasih," geram boneka itu. "Dan sekarang kau
dan saudaramu akan melayani aku."
Saat ia menatap ngeri pada boneka menyeringai itu, satu ide muncul
dalam pikiran Kris.
119 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
21
Membunuhnya?
Ya, pikir Kris panik. Dia melemparkan kertas kuning itu dengan jijik.
Kris meraih bahu boneka itu dan memegangnya erat-erat. "Aku akan
menahannya. Kau menarik kepalanya."
"Aku akan tetap menahannya ," ulang Kris. "Ambil kepalanya. Tarik
keluar."
120 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Lakukan saja!" jerit Kris. Dia membiarkan tangannya meluncur ke
bawah pinggang Tuan Wood.
121 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Lindy mencoba memutar kepala boneka itu. Boneka itu terkikik.
"Ini tak mau memutar!" teriak Lindy frustrasi. Dia melepaskan kepala
itu dan mundur selangkah.
"Ini rumahku sekarang," kata boneka itu dengan serak, nyengir pada
Lindy karena berjuang untuk lolos dari tangan Kris. "Kalian sekarang
akan melakukan seperti yang kukatakan. Lepaskan aku."
122 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Ambil gunting tajam itu. Di lacimu," perintah Kris pada saudaranya.
"Aku akan membawanya ke kamar kita."
"Di bawah leher," kata Kris, memegang erat bahu Tuan Wood.
Dia mendesis marah padanya. Kris berkelit saat Tuan Wood mencoba
menendang dengan kedua kaki terbungkus sepatu.
"Ini tak akan bekerja," teriak Lindy, air mata frustrasi mengalir di
pipinya. "Sekarang apa?"
"Kita akan menempatkan dia di lemari. Lalu kita bisa berpikir," jawab
Kris.
"Kalian tak perlu berpikir. Kalian budakku," kata boneka itu serak.
"Kalian akan melakukan apa pun yang kuminta. Dari sekarang aku
yang akan berkuasa."
123 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tidak," gumam Kris, menggelengkan kepala.
"Kunci dia di lemari," saran Lindy. "Sampai kita tahu cara untuk
menyingkirkannya."
"Lemari itu tak terkunci - ingat?" teriak Kris, berjuang untuk menahan
boneka yang meronta-ronta itu.
124 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kris membungkuk untuk menjegalnya, tapi Tuan Wood melesat
keluar dari bawah tubuhnya. Kris jatuh telungkup ke tempat tidur.
125 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
22
"Ya. Oke. Aku tak tahu," jawab Lindy. "Aku sangat lelah, aku tak
bisa berpikir lurus." Dia melirik jam di meja tempat tidur. Saat itu
hampir tiga-tiga puluh pagi "Aku masih berpikir kita harus bangunkan
Ibu dan Ayah," kata Lindy, ketakutan tercermin di matanya.
"Kita tak bisa," kata Kris padanya. "Kita sudah membahas itu seratus
kali. Mereka tak akan mempercayai kita. Jika kita membangunkan
mereka, kita akan berada dalam masalah yang lebih besar."
126 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Cepat berpakaian," kata Kris dengan energi baru. "Kita akan
menguburnya di bawah semua kotoran itu. Lalu kita jangan pernah
berpikir tentang dia lagi."
®RatuBuku
127 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Beberapa detik kemudian Lyndi muncul, membawa sekop salju besar.
"Ini pasti bisa melakukannya," katanya, berbisik meskipun tak ada
orang di sekitar.
Kris menggigil. Embun berat terasa dingin dan lembab. Satu awan
melayang di atas bulan, langit gelap dari ungu ke hitam.
128 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Gali lebih cepat," bisik Kris tak sabar.
"Lebih dalam lagi," kata Kris. "Ini. Perhatikan kopernya. Aku akan
mengambil gilirannya." Dia bertukar tempat dengan Lindy dan mulai
menggali.
"Kau pikir Ibu akan tahu kalau koper itu hilang?" tanya Kris,
melemparkan sesekop tanah basah ke samping.
"Kita akan menguburnya dalam koper," kata Kris. "Itu akan lebih
mudah."
"Kalian akan menyesal," teriak boneka itu dengan suara parau serak.
129 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Koper itu berguncang dan hampir terguling ke samping.
®RatuBuku
"Aku terjaga," jawab Kris, duduk di tepi tempat tidurnya. "Kurasa itu
karena aku begitu senang. Begitu senang kita berhasil menyingkirkan
makhluk mengerikan itu."
"Ssstt. Aku ngantuk," kata Lindy. "Setidaknya, besok tak ada sekolah.
Kita bisa tidur terlambat."
"Kuharap aku bisa tidur," kata Kris ragu. "Aku hanya begitu deg-
degan. Ini semua seperti semacam mimpi buruk mengerikan yang
kotor. Aku cuma berpikir .... Lindy? Lindy - kau masih terjaga?"
130 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kris menatap langit-langit. Dia menarik selimut sampai ke dagu. Dia
masih merasa dingin. Dia tak bisa menghilangkan kelembaban dingin
udara pagi.
®RatuBuku
Kris tersenyum. Dia tak tidur sangat lama, tapi ia merasa segar.
131 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Pagi, Bu," serunya riang, mengikat sabuk jubahnya saat ia memasuki
dapur.
"Oh!" Kris terkesiap ketika dia melihat Tuan Wood. Dia duduk di
meja, tangannya di pangkuannya.
Boneka itu mengedipkan mata pada Kris dan sekilas tersenyum lebar
jahat.
132 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
23
Saat Kris menatap ngeri pada boneka menyeringai itu, Pak Powell
tiba-tiba muncul di ambang pintu dapur.
"Tidak sampai hari Senin," jawab ayahnya. "Ini hari Sabtu, ingat?"
133 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Boneka itu berkedip. Pak Powell tak menyadarinya.
"Apa kalian harus pergi belanja sekarang?" tanya Kris dengan suara
pelan.
Pak Powell mulai ke pintu. "Kenapa kau tak ingin kami pergi?"
tanyanya.
"Boneka itu -" Kris memulai. Tapi ia tahu itu sia-sia. Mereka tak
pernah mendengarkan. Mereka tak pernah percaya padanya.
"Sudahlah," gumamnya.
"Barky, dari mana saja kau?" tanya Kris, senang punya teman.
134 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Anjing mengabaikannya dan mengendus di bawah bangku Tuan
Wood duduk.
"Aku kembali," teriak boneka itu serak. "Dan aku sangat tak senang
dengan kalian dua budak."
Kris matanya terus mengamati boneka itu. Apa yang dia rencanakan?
dia bertanya-tanya. Bagaimana aku bisa menghentikannya?
135 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Apa yang akan kau lakukan?" teriak Lindy dengan suara melengking
ketakutan.
Tapi boneka itu bergerak cepat. Dia mengulurkan tangan dan meraih
leher Barky dengan kedua tangannya.
136 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
24
Kris tak tahan lagi. Dia dan Lindy melompat pada boneka dari dua
sisi. Lindy memegang kakinya. Kris meraih Barky dan menariknya.
138 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kris menerjang lagi, dan kali ini meraih satu lengan, kemudian lengan
yang lain. Boneka itu menurunkan kepalanya untuk menggigit sekali
lagi, tapi Kris mengelak dan menarik lengannya ketat di belakang
punggungnya.
139 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
seperti raksasa, binatang lamban, mesin giling hitam raksasanya
meratakan segala sesuatu di jalan.
"Biarkan aku pergi! Biarkan aku pergi, budak!" jerit boneka itu. "Ini
kesempatan terakhir kalian!" Dia mengayunkan keras kepalanya,
mencoba menggigit lengan Kris.
Mereka hanya beberapa yard jauhnya dari mesin besar ketika mereka
melihat Barky. Ekornya bergoyang-goyang bersemangat, ia berlari di
depan mereka.
140 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
25
"Hei - pergi dari sana!" teriak petugas dengan marah melalui jendela
buldoser yang tinggi. "Apa kalian sudah gila?"
Hujan mulai turun sedikit lebih keras. Satu petir putih beruntun
bergerigi melintas tinggi di langit.
Dia tak pernah melihat buldoser lainnya. Roda hitam raksasa itu
berguling tepat di atasnya, mendorong punggungnya, lalu
menghancurkannya dengan derakan keras.
141 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Satu desisan keras naik dari bawah mesin, seperti udara yang keluar
dari balon besar.
Suatu gas hijau aneh muncrat dari bawah roda, ke udara, menyebar di
awan berbentuk jamur yang menakutkan.
Didorong oleh angin dan hujan, gas hijau melayang di atas mereka.
"Tidak. Dia boneka kayu," kata Kris padanya. "Dia tak hidup."
Pria itu menggeleng. "Aku sangat lega Sepertinya itu berjalan. Aku
benar-benar berpikir itu anak kecil, aku sangat takut."
143 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Lebih baik keluar dari hujan," katanya kepada mereka. "Dan jangan
menakut-nakutiku seperti itu lagi."
"Aku basah kuyup," kata Kris. "Aku akan pergi ganti pakaian."
"Hei, budak - apa orang lain itu pergi?" boneka kayu itu bertanya
dengan geraman serak. "Kupikir dia tak akan pernah pergi!"
END
144 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m