by
R.L. Stine
www.eBuku.us
1|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com
1
Evan tahu bahwa sekali Darah Monster mulai berkembang, benda itu
tak dapat dihentikan. Ini akan berkembang dan berkembang, dan
menelan segala sesuatu di jalannya.
Sampah ini berbahaya, pikir Evan. Ini mungkin benda hijau berlendir
yang paling berbahaya di Bumi!
Darah Monster itu memantul dan cegukan. Benda itu membuat suara
mengisap yang lebih menjijikkan.
Tak mungkin! katanya pada dirinya sendiri. Aku mau keluar dari sini.
Dia berbalik untuk lari - dan terjatuh menggeletak di atas sepatu roda
lainnya.
“Aduh!” ia menjerit saat ia jatuh keras pada siku dan lututnya. Rasa
nyeri menimpa lengannya. Dia mendarat di kedua tulang lututnya.
“Bisakah kita tak usah membeli Jell-O hijau lagi? Bisakah Anda
membeli warna lain saja? Bukan yang hijau?”
“Aku tak bisa makan ini,” gumamnya. “Itu membuatku berpikir akan
Darah Monster.”
Mrs Ross membuat wajah jijik. “Jangan sebut benda berlendir itu.”
Evan turun dari bangku. Mrs Ross mendorongkan satu tangan dengan
lembut ke rambut keriting Evan yang berwarna wortel. “Ini bagus
bagimu untuk keluar membantu,” katanya lembut. “Bibi Dee benar-
benar tak bisa menyewa pengasuh anak.”
“Kermit tak butuh pengasuh anak. Dia perlu penjaga!” gerutu Evan.
“Atau mungkin pelatih. Seorang pria dengan cambuk dan kursi.
Seperti di sirkus.”
“Hanya karena dia setinggi dua kaki!” seru Evan. “Aku tak percaya
dia sepupuku. Dia benar-benar kutu buku.”
“Kermit bukan kutu buku. Kermit jenius!” kata Mrs Ross. “Dia baru
delapan tahun, dan dia sudah jadi seorang ilmuwan jenius.”
“Dan kau biarkan dia menuangkan benda itu di sepatumu?” tuntut Ibu
Evan.
“Aku tak punya pilihan,” jawab Evan sedih. “Aku harus melakukan
semua yang Kermit inginkan. Jika aku tak mau, ia memberitahu Bibi
Dee bahwa aku berlaku kejam padanya.”
Ini adalah hari musim semi yang hangat. Dua kupu-kupu Monarch
hitam dan kuning beterbangan ke taman bunga. Daun-daun baru yang
cerah di pepohonan berkilauan di bawah sinar matahari.
Tapi Evan telah mendapatkan gaji setiap sen. Kermit itu mustahil.
Itulah satusatunya kata untuknya. Mustahil.
Dia tak ingin bermain video game. Dia tak ingin menonton TV. Dia
menolak untuk pergi keluar dan bermain bola atau melempar Frisbee.
Mungkin dia seorang jenius, pikir Evan pahit. Tapi itu tak
membuatnya menyenangkan. Dia benar-benar tak mungkin.
Beberapa sore (yang lalu), Andy datang bersama, dan yang membuat
pekerjaan itu sedikit lebih ringan. Andy juga berpikir Kermit itu
benar-benar aneh. Tapi setidaknya saat ia berada di sana, Evan ada
orang yang diajak bicara, seseorang yang tak ingin bicara tentang
mencampur aluminium pyrite dengan sodium chlorobenzadrate.
Dia baru saja mendorong jalannya melalui pagar rendah berduri yang
memagari halaman Kermit ketika suara serak yang dikenalinya
membuatnya membeku.
10 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Apa yang kau lihat di halamanku?” tuntut Conan.
“Mengapa kau tak melihat halamanku?” tuntut Conan. “Apa ada yang
salah dengan halamanku? Apa halamanku terlalu jelek? Apa itu
sebabnya kau tak pernah melihatnya?”
11 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Ini negara bebas, Conan!”
Seorang anak yang sangat pucat dengan lapisan rambut pirang putih,
dan mata hitam bundar di belakang kacamata merah besar berbingkai
plastik. Evan selalu berpikir sepupunya tampak seperti tikus putih
yang memakai kacamata.
“Ini negara bebas!” ulang Kermit nyaring. “Evan bisa melihat setiap
halaman yang ia inginkan!”
“Kau ingin hidungmu miring ke arah mana?” tanya Conan pada Evan.
“Ke kanan atau ke kiri?”
12 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
3
Jika Kermit tak diam, kami berdua akan mendapatkan pukulan! Evan
menyadari. Apa yang makhluk kecil ini coba lakukan?
Tapi apa hal ini benar untuk meninggalkan Kermit kecil itu pada belas
kasihan Conan?
“Ya. Tentu” Gumam Conan. Dia menatap cairan dalam gelas itu.
“Apa yang membuatnya biru?”
14 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Pewarna makanan,” jawab Kermit. Lalu ia menurunkan suara
melengkingnya, mencoba terdengar jantan. “Sebaiknya kau pulang
sekarang, Conan. Aku tak mau harus menggunakan barang ini.”
Oh, wow! Pikir Evan, menarik topi Braves menuruni wajahnya. Aku
tak tahan untuk menonton ini. Ini menyedihkan. Benar-benar
menyedihkan. Kermit benarbenar brengsek.
Terlambat.
Kermit membalik gelas itu di atas dan membiarkan cairan biru tebal
itu tertuang ke bagian depan kaos Conan.
15 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
4
“Hei -!” Conan berteriak marah. Dia berusaha melepas kaos menyusut
itu. Kaos itu mengecil dan mengecil.
Evan menatap dengan takjub saat kaos berotot itu menyusut jadi
secarik kecil kain.
16 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kesunyian yang mencekam jatuh di halaman belakang. Mereka
bertiga menatap dada luas Conan yang telanjang untuk beberapa saat.
“Itu kaos berotot terbaikku,” katanya pada Evan dengan gigi terkatup.
®RatuBuku
“Aku suka hidungmu seperti itu,” kata Andy pada Evan. “Ini agak
miring di kedua arah sekaligus.”
Itu adalah dua hari berikutnya. Evan duduk di seberang Andy di ruang
makan di sekolah. Dia menatap sedih pada sandwich ikan tuna yang
ibunya kemas untuknya.
17 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Andy tak berpakaian seperti kebanyakan anak lain di kelas enam
kelas mereka. Dia menyukai warna-warna cerah. Warna-warna yang
benar-benar cerah.
Hari ini ia mengenakan rompi kuning di atas kaos magenta dan celan
pendek DayGlo oranye.
Sekarang semua orang setuju bahwa Andy punya gaya (sendiri). Dan
beberapa anak bahkan meniru tatapan matanya.
18 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Lalu apa yang terjadi?” tanya Andy, mengerutkan kantong keripik
kentang yang kosong itu.
“Dia melihatku kacau,” jawab Evan. “Jadi dia bertanya apa yang
terjadi.”
“Dan Bibi Dee berkata,” Yah, Evan, jika kau cuma terlibat dalam
perkelahian bukannya mengurus Kermit, aku harus berbicara dengan
ibumu tentang dirimu. Mungkin kau tidak cukup dewasa untuk
pekerjaan ini.”
19 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
ingin aku untuk dipukul Conan. Dia melakukan semua hal untuk
membuatku mendapat kesulitan dengan Conan.”
Andy berdesas-desus.
Andy mengangkat bahu. “Aku tak tahu Mungkin kau bisa.... Eh...”
Matanya yang gelap tiba-tiba berkedip gembira. “Aku tahu! Apa dia
tak makan makanan ringan sepulang sekolah setiap hari? Kau bisa
menyelipkan beberapa Darah Monster ke dalam makanannya.”
Evan menelan ludah dan melompat berdiri. “Hei - Tak akan! Tak
akan, Andy!” teriaknya.
20 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Beberapa anak-anak berbalik untuk menatap Evan, terkejut oleh
teriakannya yang nyaring.
21 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
5
Evan menjerit begitu keras, hal itu membuat dua anak jatuh dari kursi
mereka. Dua anak lainnya menjatuhkan nampan makan siang mereka.
Andy tertawa. Dia menunjuk kursi Evan. “Evan, duduklah. Aku cuma
bercanda.”
“Hah?”
“Kau dengar,” kata Andy. “Itu lelucon. Darah Monster ada di rumah,
aman dan terkunci.”
Evan menghela napas panjang. Dia merosot kembali ke kursi. Dia tak
peduli bahwa ia sedang duduk dalam susu yang telah
ditumpahkannya. “Annndrea,” katanya tak senang, memperpanjang
kata. “Annnndrea, itu tak lucu.”
“Tentu itu lucu,” Andy bersikeras. “Dan jangan panggil aku Andrea.
Kau tahu aku benci nama itu.”
22 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Kaleng baru Darah Monster yang dikirim orang tuamu dari Eropa -
itu benar-benar jauh tersembunyi?”
Evan (jadi) santai. Dia menarik Fruit Roll-Up dari kantong makan
siangnya dan mulai membukanya. “Kau berutang padaku sekarang,”
katanya pelan.
“Maaf?”
23 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Tolonglah,” tambah Evan.
®RatuBuku
Tak ada jawaban. Bau asam menyerang hidung Evan. Dia menekan-
kan jari-jarinya di atas hidungnya. “Iih. Apa kau mencium bau itu?”
“Kermit ? Hai - Kermit, apa yang kau lakukan di sana?” seru Evan.
Saat Evan dan Andy berlari ke meja lab, Kermit menuangkan cairan
kuning ke cairan hijau. “Uh-oh!” teriaknya, menatap campuran yang
menggelegak itu. Dari balik kacamatanya, matanya terbelalak ngeri.
25 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
6
Kermit telah berdiri kembali. Dia bersandar dengan kedua siku di atas
meja. Dan wajahnya tersenyum. Senyum itu.
Evan dan Andy melangkah ke meja. Meja itu penuh dengan botol-
botol, tabungtabung kaca, gelas-gelas kimia dan toples-toples -
semuanya penuh dengan cairan berwarna.
Pada dinding di belakang meja berdiri rak buku yang tinggi. Rak-rak
itu juga penuh dengan botol dan toples dengan cairan dan bahan
kimia. Campuran Kermit.
27 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Aku hanya terlambat beberapa menit sampai di sini,” kata Evan pada
Kermit.
Andy menggaruk gigitan nyamuknya. “Ya. Tak ada lelucon lagi hari
ini, Kermit.”
“Oh, tidak!” jawab Evan tajam. “Tak mungkin! Aku tak bisa
membiarkanmu memberikan anjingmu salah satu campuranmu untuk
diminum!”
“Tidak,” desak Evan. “Kau tak akan memberikan apa pun pada
Dogface untuk minum kecuali air. Itu terlalu berbahaya.”
28 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kermit tak mengacuhkannya dan terus mencampur bahan kimia dari
satu gelas kaca ke yang lain. Dia melirik Andy. “Apa yang salah
dengan lenganmu?”
29 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
7
Evan meluncur ke meja lab, hampir tersandung anjing itu lagi. Dia
meraih lengan Andy dan memeriksanya. “Itu - itu -” dia tergagap.
“Kau bisa dapat keuntungan!” seru Andy. “Apa kau tak sadar apa
yang telah kau lakukan? Kau telah menemukan obat gigitan nyamuk
terbaik yang pernah ada!”
30 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
menulis apa yang kumasukkan di dalamnya.” Dia menggaruk rambut
pirang putih dan menatap gelas kimia kosong itu, hidungnya
bergerak-gerak seperti tikus yang berpikir keras.
“Oh, biar dia coba!” sela Andy. Dia menggosok lengan halusnya.
“Kermit itu orang jenius, Evan. Kau harus biarkan orang jenius
berkarya.”
Andy tak menjawab. Dia membuka ritsleting tas oranye dan birunya
dan mengeluarkan beberapa lembar kertas. “Kupikir aku akan
mengerjakan PR matematikaku sementara Kermit mencampur atas
penyembuh cegukannya.”
31 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Mata Kermit berbinar-binar penuh semangat di balik kacamatanya.
“Matematika? Apa kau punya masalah matematika?”
Jadi itulah sebabnya Andy begitu baik pada Kermit! Kata Evan pada
dirinya sendiri. Itu semua tipuan. Tipuan untuk membuat Kermit agar
mengerjakan tes matematika untuknya.
“Yah... Baiklah,” kata Andy. Dia berkedip pada Evan dengan kedipan
lainnya.
32 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Evan cemberut ke arahnya. Andy akan dapat kesulitan untuk ini,
pikirnya. Andy itu siswa matematika yang mengerikan. Ini mata
pelajarannya yang terburuk. Mrs McGrady akan jadi sangat curiga
ketika Andy menjawab semua soal dengan benar.
Wow, dia cepat! Pikir Evan. Dia menyelesaikan ujian matematika itu
dalam waktu aku akan menulis namaku di bagian atas halaman!
33 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Andy menyelipkan ujian matematika itu ke dalam tasnya.
34 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kermit menurunkan piring anjing itu ke lantai.
“Bos bilang kau tak boleh memberi makan campuran itu pada
Dogface,” kata Evan.
Tapi dia menukik terlalu keras - dan jadi tergeluncur ke bawah meja
laboratorium.
Evan berbalik dan buru-buru menatap pada anjing itu. Mereka bertiga
semuanya sedang menunggu. . . menunggu. . . menunggu untuk
melihat apa yang akan terjadi.
35 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
8
36 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kermit menjerit kaget dan terhuyung-huyung ke dinding. Botol-botol
dan toplestoples di rak-rak di belakangnya terguncang.
“Turun, nak! Turun!” jerit Kermit. Anjing itu melompat lagi. Rak-rak
itu terguncang. Kermit merosot ke lantai.
“Apa yang terjadi?” teriak Andy. “Apa yang terjadi pada anjing itu?”
37 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BRUUUKK PRAAANG.
Menggonggong keras, anjing itu meloncat menjauh dari rak dan mulai
berlari dalam lingkaran yang luas, cakar besarnya berjalan kikuk di
lantai ubin. Berputarputar, seolah-olah mengejar ekornya.
38 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Dia terlalu besar untuk berpikir bahwa dia anak anjing!” ratap Evan.
“Wah! Wah, Nak!” teriak Kermit. Dia berpaling kepada Andy. “Kau
benar. Ini benar-benar cara Dogface berbuat saat ia masih kecil.
Campuran itu memberinya terlalu banyak energi!”
Anjing gembala itu menabrak sebuah sofa tua dinding. Dia naik ke
sofa, mengendus bantal, menjelajahinya. Menggoyang-goyangkan
ekor gemuknya dengan marah.
“Awas!” jerit Andy. Anjing itu melompat dari sofa dan berlari dengan
kecepatan penuh menuju Kermit.
39 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dogface menabrak meja lab. Botol-botol dan gelas-gelas terbang ke
udara, lalu jatuh ke lantai. Meja itu terguling di atas Kermit. Rak-rak
jatuh dari dinding, dan semua toples, tabung dan gelas kimia jatuh ke
lantai, pecah, bergemerincing, bahan kimia tumpah di atas lantai.
40 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
9
“Aku coba menghentikan Evan!” Kermit terisak. “Aku tak ingin dia
menggoda Dogface. Tapi dia tak mau berhenti!”
Dia menyipitkan mata dengan marah pada Evan saat Kermit terus
menangis, berpegangan pada ibunya seperti bayi.
Dia berbalik ke Evan. “Aku tak akan memberitahu ibumu tentang hal
ini, Evan,” katanya, menepuk-nepuk kepala masih Kermit.
Benar-benar tikus kecil! Pikir Evan. Tapi dia tetap diam, matanya
diturunkan ke lantai.
42 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Kermit, ayo kita bersihkan dirimu,” kata Bibi Dee, membawanya ke
tangga.
®RatuBuku
Dua jam kemudian, Andy dan Evan yang kelelahan (berjalan) menuju
ke rumah. “Benar-benar kacau,” keluh Evan. “Lihat aku. Aku
terselimuti bahan kimia.”
43 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Andy menggeleng getir. “Apa kau punya sepupu lagi seperti dia?”
“Hei - kau tertipu olehnya,” tuduh Evan. “Kau bilang dia seorang
jenius, ingat? Kau sangat senang bahwa dia mengerjakan soal
matematikamu, kau pikir dia itu hebat.”
“Yang benar saja,” geram Evan. Dia berbalik dan berjalan di jalanan
masuk(rumahnya) tanpa mengucapkan selamat tinggal.
®RatuBuku
44 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia berteriak begitu keras, Evan harus memegang telepon jauhdari
telinganya.
“Apa kau tahu apa yang dia lakukan? Apa kau tahu apa yang dia
lakukan?” jerit Andy.
Evan menelan ludah. Andy yang malang, pikirnya. Sekarang dia akan
gagal dalam matematika.
Andy mendesah pahit. “Tentu saja aku tak bisa menjawab. Aku hanya
berdiri di sana melongo. Kupikir aku meneteskan air liur di mejanya!”
45 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Setelah kita meninggalkan rumahnya, Kermit mungkin tertawa
sampai kepalanya copot,” kata Evan.
46 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
10
“Apa masalahmu?” tuntut Andy. “Kermit layak untuk itu. Kau tahu
itu.”
“Darah Monster itu terlalu berbahaya,” kata Evan padanya. “Darah itu
merubah Cuddles hamster itu jadi monster raksasa yang meraung.
Aku tak ingin mengubah Kermit menjadi monster raksasa yang
meraung.”
“Aku juga!” seru Andy. “Aku tak ingin memberi makan kepadanya,
Evan. Aku hanya ingin menyelipkan sedikit ke dalam salah satu
campurannya. Dia pikir dia begitu cerdas dan dapat melakukan apa
saja. Aku ingin melihat wajah Kermit saat campuran itu jadi
mengamuk! “
47 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
benda itu lagi, Andy. Aku benar-benar tak ingin. Biarkan dia terkunci
- Tolonglah!”
®RatuBuku
“Kita akan bermain di luar hari ini, Kermit,” kata Evan tegas. “Ini hari
yang indah, dan kita akan pergi keluar dan tidak tinggal di ruangan
bawah tanah bodoh itu. Mengerti?”
Itu adalah Kamis sore cerah yang hangat. Sinar matahari keemasan
merembes turun melalui jendela yang tertutup debu di ruang bawah
tanah di dekat langitlangit.
“Tak ada alasan,” tambah Andy. “Kita akan keluar bahkan jika Evan
dan aku harus menyeretmu keluar.”
48 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Tapi aku punya campuran yang ingin kucoba,” rengek Kermit.
“Kau perlu sinar matahari,” kata Evan padanya. “Lihat betapa pucat
dirimu. Kau tampak seperti seekor tikus putih.”
“Yaaa!” sorak Andy. Ini adalah pertama kalinya Kermit setuju untuk
meninggalkan laboratorium bawah tanahnya.
“Aku tak percaya dia setuju untuk pergi keluar dan bermain,” bisik
Andy. “Apa kau pikir dia sakit atau apa?”
49 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia menutup telepon. Ia dan Andy melangkah ke meja. Andy
memakai celana jins merah muda, kaos kuning tanpa lengan, dan
sepatu bot berwarna oranye terang.
Kermit sudah menuangkan tiga gelas soda jeruk. Soda itu warnanya
sama seperti sepatu bot Andy, Evan memperhatikan. Mereka semua
meminum soda dengan cepat.
“Soda jeruk ini sangat manis,” komentar Andy. Dia nyengir. “Terlalu
manis! Membuat gigiku gatal!”
50 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
jangkauannya. Frisbee itu membentur tangan Evan, namun Evan
menjatuhkannya.
Anak ini benar-benar tolol, pikir Evan. Ini karena dia tak pernah
bermain olahraga.
51 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Andy tak mengejarnya. Dia tertawa terlalu keras.
Evan tertawa bahkan lebih keras. Air mata mengalir di pipinya. Apa
yang terjadi padaku? ia bertanya-tanya, tiba-tiba merasa takut.
Mengapa aku tak bisa berhenti tertawa? Apa yang terjadi?
Ada sesuatu yang salah, Evan sadar. Sesuatu yang tak beres.
“Berapa - berapa lama kami akan tertawa seperti ini, Kermit?” Evan
berhasil bertanya.
52 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
11
53 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Andy mencoba meraih tenggorokan Kermit.
Evan tertawa.
54 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Conan dengan cepat menyembunyikan Frisbee itu di belakang
punggungnya. Andy dan Evan tertawa. Andy mengusap air matanya.
Seluruh tubuhnya bergetar kata tawa.
Andy terkikik.
Jika kami terus tertawa, dia akan memukul kami! Evan menyadari.
Tapi ia tak bisa menahan diri. Dia tertawa keras terbahak-bahak.
55 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Evan menjawabnya dengan tertawa.
Ini mengerikan! Pikir Evan. Satu tawa lagi - dan Conan bisa meledak!
(heyna: hewan mirip anjing yang hidup di beberapa bagian Afrika dan
Asia, terkenal dengan jeritannya yang seperti suara orang tertawa.
Suara tawa ini bisa terdengar hingga jarak 5 km.)
“Oh, benar?” teriak Conan marah, berbalik kembali kepada Evan dan
Andy. “Kalian berdua pikir aku lucu?”
56 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Evan dan Andy memegang pinggang mereka dan tertawa.
Aku harus berhenti tertawa! Kata Evan pada dirinya sendiri. Aku
dalam masalah serius di sini. Serius.
57 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kermit berlari-lari kecil kembali ke halaman belakang. “Aku tak bisa
menemukan Frisbee,” keluhnya. “Seseorang harus membantuku. Aku
tak bisa menemukannya di mana-mana.”
Conan berbalik ke arahnya. “Kau yakin kau tak tahu mengapa mereka
tertawa seperti itu?” tanyanya.
Aku tak percaya ini! Pikir Evan, begitu marah sehingga dia ingin
meledak. Makhluk kecil itu! Bagaimana dia bisa melakukan hal ini
kepada kami?
Andy tertawa.
58 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
12
“Kurasa aku akan bertahan,” erang Evan. “Aku sudah terbiasa melihat
ke dalam cermin dan melihat tumpukan kubis dimana kepalaku harus
digunakan.”
“Perutku juga,” kata Andy kepadanya. “Aku tak akan pernah tertawa
lagi. Tak akan. Jika seseorang menceritakan padaku lelucon paling
lucu di dunia, aku hanya akan tersenyum dan berkata, 'Sangat lucu.' “
“Aku tak percaya Kermit melakukan ini pada kita,” keluh Evan.
59 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Aku percaya,” jawab Andy datar. “Kermit akan melakukan apa saja
untuk membuat kita ke dalam masalah. Untuk itulah dia hidup -
Membuat kita dalam masalah besar.”
“Apa kau dengar tikus kecil itu tertawa sementara Conan memukulku
ke tanah?” tanya Evan.
“Aku ada di atas pohon, ingat? Aku bisa melihatnya tertawa!” kata
Andy.
“Ya,” jawab Evan tanpa berpikir panjang tentang hal itu sedetik pun.
60 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
13
Andy memakai kaos merah muda panas tanpa lengan di atas celana
pendek kuning terang dan sepatu kuning yang cocok. Dia melangkah
ke samping Evan dan mengintip ke dalam mangkuk. “Membuat kue?”
tanyanya.
61 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Andy berjalan ke samping Kermit dari meja. Dia menundukkan
kepala ke mangkuk. “Baunya lemon,” katanya. “Apa itu, Kermit? Apa
itu semacam adonan?”
“Ibu ingin tahu siapa yang meminum semua soda jeruk,” lanjut
Kermit. “Kubilang padanya bahwa kau dan Andy yang
meminumnya.”
62 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Aku beritahu ibuku bahwa kau berteriak padaku sepanjang waktu,”
lanjut Kermit.
“Ibu bilang kau benar-benar masih hijau. Dia mengira kau sangat
kekanakkanakan. Dia hanya membiarkanmu tetap bersamaku karena
kau sepupuku.”
Aku senang Andy dan aku akan melakukan apa yang akan kami
lakukan, pikirnya.
Aku senang kami akan memberi Kermit sedikit ketakutan. Dia yang
memintanya.
63 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Evan tahu bahwa Choc-O-Lik Bar itu favorit Kermit.
“Kau tak seharusnya makan batang permen kecuali jika kau telah
cukup berbagi dengan setiap orang,” omel Kermit.
“Kau sangat tak baik padaku,” kata Evan padanya. “Jadi aku tak akan
berbagi.”
65 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Andy mengedipkan mata pada Evan. Lalu ia menatap ke dalam
mangkuk.
Kami telah melakukan hal itu, pikirnya. Kami telah membuka kaleng
Darah Monster lagi.
Dia menatap adonan kuning dalam mangkuk itu. Adonan itu membuat
suara celepuk pelan saat Kermit mendorong sendok kayu melaluinya.
66 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
14
67 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tak ada yang berpaling untuk melihatnya.
Dan tumpah.
“Lihat.”
68 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Andy mengedipkan mata pada Evan. Mata cokelatnya bersinar penuh
semangat.
Gumpalan kuning itu bergetar naik dari atas mangkuk, sebesar bola
pantai.
Lebih besar. Lebih besar. Adonan itu mulai terlihat seperti sebuah
balon udara panas yang sangat besar.
“Ini lebih tinggi dariku!” kata Kermit. Suaranya telah berubah. Dia
tak terdengar bersemangat sekarang. Dia mulai terdengar ketakutan.
Bola adonan kuning itu berkilauan dan bergetar, tumbuh lebih besar
setiap detik.
69 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Menggelegak lebih cepat dan lebih cepat, menekan punggung Kermit
ke dinding ruang bawah tanah.
70 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
15
“SLRUUP!”
Evan menelan ludah saat adonan kental dan lengket itu meledak.
Kekuatan ledakan itu membuat sepotong permen melayang turun ke
tenggorokannya.
“Wow. Aku agak pusing!” teriak Kermit. Dia bersandar pada meja
laboratorium. Tangannya tergelincir pada bahan kuning kental dan
lengket yang menutupi meja.
“Seharusnya itu tak meledak. Cuma jadi besar. Kurasa sesuatu dalam
adonan itu membuatnya meledak.”
72 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kermit menarik lengannya. “Apa itu? Apa yang kau masukkan ke
dalam campuranku?”
“Jadi kita bisa melakukan itu lagi!” kata Kermit gembira. “Ini sangat
mengagumkan!”
Evan menelan ludah. Dia telah lupa tentang ibu Kermit. Dia telah
memberinya satu kesempatan terakhir untuk membuktikan bahwa dia
adalah seorang penjaga anak yang baik.
73 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dan aku tak pernah akan dapat pekerjaan menjaga anak lain selama
hidupku.
Bola adonan itu menghantam kaos depan Evan dan melekat di sana.
“Hentikan, Kermit!” teriaknya marah.
“Tak akan! Hentikan!” teriak Evan. Dia menarik bola adonan itu dari
kaosnya. “Ini berbahaya. Kita harus membersihkannya!”
74 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kermit melemparkan gumpalan besar lainnya dari bahan kuning
kental lengket itu pada Evan.
Tapi rasa gatal itu semakin kuat. Dia mendengar suara siulan
melengking di telinganya. Otot-ototnya mulai terasa sakit. Dia bisa
merasakan denyut darah di pelipisnya.
75 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Evan berbalik untuk melihatnya mengambil sebuah kain pel dan
ember dari dinding ruang bawah tanah.
Andy dan Kermit menatapnya. Pel kecil itu jatuh dari tangan Andy
dan jatuh ke lantai.
76 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dan kemudian ia menyadari bahwa Andy dan Kermit juga kecil.
77 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
16
Andy dan Kermit masih belum berkata sepatah kata pun. Mereka
menatapnya, wajah mereka tegang keheranan.
“Kau - kau raksasa!” kata Kermit. Dia melangkah maju dan meraih ke
lutut Evan. “Aku juga! Oke? Oke, Evan? Jadikan aku raksasa, juga!”
ia memohon.
Lalu Evan berpaling kepada Andy. “Apa yang akan kulakukan? Ini
mengerikan!”
78 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Tolong, Evan - cobalah untuk berbisik atau sesuatu, oke?”
79 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Evan menatap sepupunya. Kermit benar-benar terlihat seperti seekor
tikus putih kecil sekarang.
80 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kermit tetap berdiri di meja laboratorium. Dia menatap Evan.
“Maksudmu kalau aku makan beberapa adonan, aku akan berubah
jadi raksasa juga?” Dia membungkuk dan meraup segenggam adonan.
“Oke, oke,” gumam Kermit, suaranya gemetar. Dia turun dari meja
dan melangkah ke belakang Andy.
Wow, pikir Evan, aku benar-benar membuat Kermit takut padaku! Ini
yang pertama. Mungkin jadi begitu besar tidak buruk semuanya!
81 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
udara saat anjing yang ketakutan itu berusaha untuk membebaskan
diri.
Tapi Evan memeluk anjing gembala itu dengan satu tangan dan
memeganginya erat-erat.
Ketika Dogface sadar bahwa ia tak bisa melarikan diri dari raksasa
itu, dengkingan anjing ketakutan jadi rintihan-rintihan pelan.
“Bawa keluar Dogface dari sini. Kunci di luar,” perintah Evan pada
Kermit. Dia menurunkan anjing yang merintih itu ke lantai.
“Ini adalah bagian dari rencana - ingat?” Bentak Evan marah. Dia
mendesah pahit.
82 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Rencana Bagus kita!”
“Apa yang akan kau makan?” tambah Andy. “Kau mungkin harus
makan enam belas kali sehari! Dan di mana kau akan tidur? Dan
bagaimana kau bisa pergi ke sekolah? Tak ada meja cukup besar
untukmu. Dan apa yang akan kaupakai? Mereka harus membuat
kaosmu dari seprai! “
“Aku tahu. Aku tahu,” gerutu Evan. Langit-langit ruang bawah tanah
itu setidaknya sembilan kaki tingginya. Evan harus membungkuk
untuk menjaga dari benturan langit-langit. Itu berarti dia lebih dari
sembilan kaki.
83 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kermit kembali ke ruangan. Dia berhenti dan melongo (melihat)
Evan. “Kau berkembang lebih besar!” teriaknya. “Aku berani
bertaruh beratmu300 pound!”
“Aku tak punya waktu untuk menimbang diriku sendiri,” jawab Evan
sambil memutar matanya. “Aku harus keluar dari sini. Aku begitu
besar, aku tak bias berdiri. Aku begitu besar, aku -”
84 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
17
“Tenang? Bagaimana aku bisa tetap tenang?” jerit Evan. “Aku akan
menghabiskan sisa hidupku di ruang bawah tanah ini! Aku terlalu
besar untuk tangga!”
Evan berbalik ke tangga ruang bawah tanah. “Aku - aku tak berpikir
aku akan pas,” dia tergagap. Tangga itu tampak sangat sempit. Dan
Evan sekarang sangat lebar.
“Saran yang bagus!” jawab Evan sinis. “Apa kau punya saran seperti
itu lagi?”
85 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Jangan jahat,” omel Andy. “Aku cuma berusaha untuk
membantumu.”
“Kau sudah membantuku lebih dari cukup,” gerutu Evan. Dia merasa
tubuhnya mulai gatal. Otot-ototnya mulai berdenyut-denyut.
“Seberapa Evan akan jadi besar?” tanya Kermit. Dia telah naik di
tengah menaiki tangga. “Apakah dia akan jadi lebih besar dari seekor
gajah?”
Evan melotot marah pada sepupunya. “Apa kau tahu apa yang gajah
lakukan pada tikus?” teriaknya. Evan mengangkat satu kaki dan
menurunkannya dengan bunyi berderak untuk menunjukkan kepada
Kermit apa gajah lakukan untuk tikus.
86 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Evan berjalan ke tangga. Dia melirik ke atas tangga. “Aku tak berpikir
aku bisa,” katanya pada Andy. “Aku terlalu besar.”
Dia menaiki dua anak tangga lagi. Dia sepertiga jalan ketika ia jadi
terjebak. Tubuhnya terlalu lebar untuk tangga yang sempit itu.
“Aku - aku tak bisa bergerak,” Evan tergagap. Dia merasa panik
tenggorokannya tercekat. “Aku terjepit ketat di sini. Tak mungkin aku
akan bisa keluar!.”
87 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
18
Saat dinding itu retak dan jatuh, Evan menarik napas dalam-dalam
dan meluncur menaiki tangga.
88 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kermit melangkah lebih dekat kepada Evan. “Lihat - Aku berdiri di
bayanganmu!” katanya.
Evan mulai untuk menjawab. Tapi suara-suara nyaring di sisi lain dari
pagar kayu tinggi di belakang halaman membuatnya berhenti.
89 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Hentikan itu, Conan!” pinta seorang gadis.
“Ayo kita pergi!” jerit gadis kecil itu. “Kenapa kau begitu buruk?”
Dua anak kecil itu berputar. Mereka menatap Evan yang besar.
Mereka butuh waktu lama untuk menyadari bahwa mereka sedang
memandangi manusia raksasa asli. Lalu mereka mulai menjerit.
90 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Anak laki-laki dan perempuan itu lari menjerit. Mereka melesat
melewati pagar di sisi halaman Conan dan terus berlari sampai
mereka lenyap dari pandangan.
“Kau makan Darah Monster!” tuduh Conan. “Benda hijau lengket itu
-benda yang Cuddles si hamster makan tahun lalu! Kau memakannya
- bukan!”
Namun Darah Monster yang Evan telan masih baru dan segar.
Sekarang aku seekor binatang buas ganas yang besar, pikir Evan
sedih.
“Apa kau gila? Apa kau benar-benar kacau? Mengapa kau makan
Darah Monster?” tuntut Conan.
91 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Conan terus menatap ke arah Evan, tetapi ekspresi ketakutannya
memudar. Conan tiba-tiba mulai tertawa. “Aku senang itu terjadi
padamu dan bukan aku!” serunya.
“Karena aku takut ketinggian!” jawab Conan. Dia tertawa lagi. “Aku
selalu berpikir kau adalah kutu, Evan!” kata Conan. “Tapi sekarang
kau itu kutu BESAR!”
Dia mencoba untuk berbalik dan lari, tapi Evan terlalu cepat baginya.
“Aku tak pernah tahu kau takut ketinggian,” kata Evan. Menahan
Conan dengan kedua tangan, ia mengangkat Conan tinggi-tinggi di
udara.
“Lepaskan aku! Lepaskan aku!” teriak Conan. “Apa yang akan kau
lakukan?”
92 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Ayo kita lihat apa kau tahu bagaimana caranya untuk terbang!” seru
Evan.
“Ya! Apa yang akan kau lakukan sekarang?” tanya Kermit penuh
semangat.
“Ini agak keren!” kata Evan. Balas dendam pada Conan telah
membuat suasana hatinya lebih baik. “Ayo kita lihat apa kita bisa
bersenang-senang lagi!”
93 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Yaaaay!” teriak Kermit, berpacu untuk bersaing dengan Evan.
94 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
19
Andy datang berlari di atas dari jalanan masuk. “Itu tak lucu!”
omelnya pada Kermit. “Itu lelucon yang benar-benar bodoh, Kermit.
Kau membuat Evan ketakutan setengah mati.”
Evan mendesah lega. Dia membungkuk untuk melihat apa yang telah
ia injak. Papan luncur Conan. Papan itu tergeletak hancur dan pecah,
rata di atas rumput. Dia berbalik dengan marah pada Kermit. “Tak ada
lagi lelucon bodoh,” teriaknya.
“Oke. Oke,” gumam Kermit. “Kau pikir kau kuat hanya karena kau
begitu besar.”
95 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Evan menyeberangi jalan, mengambil langkah-langkah panjang yang
berat. Dia merasa seolah-olah ia berjalan di atas panggung. Ini agak
keren, katanya pada diri sendiri. Aku orang terbesar di dunia!
Sebuah mobil biru kecil bergerak, lalu berdecit untuk berhenti. Evan
bisa melihat seorang wanita dan dua anak-anak di dalam mobil.
Mereka semua menatap ke arahnya.
Evan tertawa.
97 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Evan meraihnya dengan mudah dan menarik layang-layang itu lepas
dari dahan pohon. Lalu dia membungkuk dan dengan lembut
menyerahkannya kepada anak yang terdekat.
Andy tertawa. “Kau butuh jubah merah dan celana ketat biru,”
teriaknya ke arah
98 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bagaimana aku pergi ke sekolah? Evan bertanya-tanya. Aku tak bisa
masuk melalui pintu. Aku tak akan muat di ruangan Mrs McGrady
lagi.
Dia berjalan di atas rumput lapangan praktek itu. Andy dan Kermit
berlari di belakangnya, berusaha untuk mengikutinya.
Billy dan Brian terus berebut tim mana yang akan mendapatkan Evan.
Evan berdiri mundur dan menikmati perdebatan itu. Dia mengambil
tongkat kayu. Itu selalu tampak begitu berat sebelumnya. Sekarang
rasanya ringan seperti pensil.
“Evan, apa ayah dan ibumu tahu kau tumbuh seperti ini?” tanya Billy,
berjalan ke home plate samping Evan.
100 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
(home plate: base/tempat yang dibuat dari papan karet dimana
pemukul bola berdiri)
101 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kali ini, bola itu terbang melewati lutut Evan.
“Sulit untuk melempar sedemikian tinggi,” keluh Brian. “Ini tak adil.”
“Buat dia keluar, Brian!” teriak anak di base pertama. “Kau dapat
melakukannya. Evan selalu strike out!.”
(strike out: pemain keluar lapangan jika tidak berhasil memukul bola
3 kali berturut-turut)
Bola itu melayang naik, naik, naik. Dari taman bermain. Di atas
sekolah. Dan keluar dari pandangan, di suatu tempat di blok
berikutnya.
102 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Home run terpanjang dalam sejarah dunia!
(home run: Pemukul yang dapat memukul dengan keras dan jauh
melebihi jarak „Out Field‟, maka dia dapat dengan mudah mencapai
semua Base hingga kembali ke Home Plate tanpa harus dikeluarkan
oleh tim yang bertahan, dan dia berhasil menyumbangkan 1 angka)
Mulut Evan melongo saat Conan Barber melompat keluar dari truk
pertama.
“Itu dia!” teriak Conan, dengan marah menunjuk pada Evan. “Itu dia!
Tangkap dia!”
103 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
20
“Itu dia!” jerit Conan. “Dia orang yang meletakkanku di pohon dan
menghancurkan pagar orangtuaku!”
“Hah?” Masih berdiri di base ketiga, Evan membeku terkejut. Apa ini
benar-benar terjadi?
104 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Dia mencoba membunuhku!” teriak Conan kepada seorang polisi
wanita.
105 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Petugas pemadam kebakaran membentuk suatu garis, memegang
kapak mereka setinggi pinggang. Petugas lainnya menyiapkan selang-
selang karet pemadam api, mengarahkannya ke dada Evan.
“Hah?” Evan tak bisa menahan diri. Dia tertawa terbahak-bahak. Dia
mendengar beberapa pemain sofbol tertawa juga.
106 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Taman bermain itu penuh dengan orang-orang. Orang-orang
lingkungan itu. Anakanak dan orang tua mereka. Mobil-mobil
berhenti dan orang-orang keluar untuk melihat mengapa orang banyak
berkumpul.
107 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
21
Wow! Kuat sekali! pikirnya, ngeri. Air itu cukup kuat untuk
menjatuhkanku!
Dia tak tahu apakah mereka bisa mendengarnya atau tidak. Dia
menghindar melewati beberapa penonton yang kaget. Sebuah kait dan
tangga yang panjang berdiri di jalannya. Dia berhenti. Melirik ke
belakang.
109 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia mendengar sirene-sirene melengking naik turunnya di
belakangnya.
Di rumah?
Dimana? Dimana?
110 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku akan bersembunyi di rumah Kermit, pikirnya.
Lalu ia dengan cepat memutuskan bahwa itu ide yang buruk juga.
“Aku tak bisa di rumah Kermit itu!” teriaknya keras. “Aku terlalu
besar!”
Lalu dia punya pikiran yang benar-benar menakutkan: “Aku tak bisa
masuk dalam rumah apapun”
Dan sekarang kemana aku bisa lari? Di mana aku bisa bersembunyi?
111 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Jawabannya datang kepadanya saat ia mendekati rumah Kermit. Dua
pintu bawah, kebanyakan sudah dibersihkan. Dan sebuah tumpukan
besar kayu telah ditumpuk di belakang. Seseorang telah membangun
rumah di tempat parkir.
Ya. Ini adalah tempat persembunyian yang baik untuk saat ini, Evan
memutuskan.
112 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
22
“Aku tak ingin berada dalam film!” omel Evan. “Film ini terlalu
menakutkan.”
“Dan siapa yang mengatakan itu kepada mereka? Conan?” tanya Evan
pahit.
Evan berpaling kepada Andy. “Apa yang aku lakukan? Aku tak bisa
berlari dan bersembunyi selama sisa hidupku. Mereka akan
menangkapku. Jika kalian berdua melacakku, polisi akan bisa
melacakku juga.”
114 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
23
“Evan - apa yang salah?” tuntut Andy. Gerakan tiba-tiba Evan telah
mengejutkannya.
“Aku tahu apa yang bisa kita lakukan!” kata Evan. “Semuanya akan
baik-baik saja!”
115 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Campuran biru itu,” kata Evan, berpegangan pada bahu sepupunya
itu. “Ingat campuran biru itu?”
“Itu akan bekerja! Aku tahu itu akan bekerja!” teriak Andy antusias.
Dia bersorak dan melompat-lompat. Lalu dia menarik lengan Kermit
itu. “Ayo, Kermit. Cepat! Ayo kita ke ruang bawah tanahmu. Kau
masih punya campuran biru itu, bukan?”
116 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Evan berdiri. “Ayolah. Cepat.”
Evan menggeleng. “Tak mungkin. Aku ikut kalian. Aku ingin dapat
campuran biru secepatnya.”
117 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Mata Evan melesat naik dan turun di jalan masuk. Tak ada mobil.
“Ibumu belum pulang, Kermit,” katanya.
“Dia pasti bekerja lembur,” jawab Kermit. “Itu kabar baik. Ini adalah
hari keberuntungan kita!”
118 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia mengambil napas dalam-dalam. Jangan panik, Evan, perintahnya
pada dirinya sendiri. Mereka baru saja di rumah beberapa detik.
Mereka akan segera keluar.
Dia akan mulai menghitung sekali lagi saat layar pintu melayang
terbuka. Kermit melangkah keluar, membawa gelas kimia biru. Andy
mengikuti tepat di belakang.
119 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Mereka mendengar sirene di kejauhan.
Dan menunggu.
120 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
24
121 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
mencampur lebih banyak bahan menyusut biru itu dan akan kembali
dalam sekejap.”
Aku ingin tahu apa Trigger pernah punya mimpi buruk tentang itu?
Tanya Evan pada dirinya sendiri. Dia tahu dia akan mengalami mimpi
buruk tentang hari ini untuk waktu yang lama di masa yang akan
datang.
122 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia melirik arlojinya. Hampir makan malam. Orang tuanya akan
segera pulang.
Dia membawa sebotol cairan biru segar. “Lihat? Tak masalah!” kata
Kermit.
Dengan hati-hati Evan mengambil botol itu dari tangan Kermit itu.
123 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
25
“Maaf?” tuntut Evan. Dia tahu dia tak mendengar dengan benar.
“Aku - apa?” jerit Evan. “Maksudmu - HIK -!” Suatu cegukan kuat
membuat seluruh tubuhnya berguncang.
“Aku tak percaya!” jerit Evan. “Aku biru terang, dan - HIK - Aku
cegukan!” Dia menatap tajam pada Kermit dengan marah.
“Aku - aku - HIK - tak bisa tenang!” keluh Evan. “Lihat aku!”
125 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Evan menjawab dengan cegukan yang hampir membuatnya jatuh.
Dia melepas kaus kaki dan sepatu kets dan meratakan cairan biru itu
di atas pergelangan kaki dan kaki.
Mereka menunggu.
Evan menunggu.
126 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Ya!” sorak Evan. “Ya!”
127 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
26
129 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
27
130 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Mereka berjalan menyusuri jalan masuk,” Andy melaporkan.
“Mereka akan berada di sini dalam beberapa detik!”
131 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Botol itu gemetar di tangan Evan. Dia membaliknya. Cairan itu
menggenang dalam telapak tangan berbulunya yang besar.
Dia menunggu.
“Halo, yang di sana,” seru salah satu dari mereka pada Andy.
132 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
28
Perlu satu atau dua detik baginya untuk menyadari bahwa ia tak jatuh.
Dia telah menyusut.
133 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Tidak. Kami tak melihatnya,” kata Evan. Dia tak bisa menahan
senyum melintas di wajahnya. Suaranya juga kembali normal.
134 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Maaf aku terlambat,” serunya. Dia memeluk Kermit. “Bagaimana
sore hari kalian?”
®RatuBuku
Evan tahu dia akan punya mimpi buruk tentang apa yang terjadi
padanya. Dan malam itu, ia punya satu mimpi yang benar-benar
menakutkan. Dalam mimpi itu, ia adalah anak raksasa yang dikejar
oleh tikus raksasa. Tikus-tikus itu semuanya tampak seperti Kermit.
Dia mulai keluar dari tempat tidur - tapi berhenti saat ia melihat
betapa tinggi curamnya ke lantai.
Kermit!
Kermit beraksi lagi! Evan berpikir pahit. Dia membuat campuran biru
menyusut itu terlalu kuat.
136 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Cicitan Evan membangunkan anjing cocker spaniel itu. Evan
merasakan napas panas anjing itu menampar wajahnya.
Melalui lorong gelap. Napas yang panas meniup di atas tubuh tak
berdaya Evan.
END
137 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m