SKRIPSI
OLEH:
YENI HERLINDA
NIM: IPT.160930
2020
PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DI PUSAT PERPUSTAKAAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
SKRIPSI
Oleh:
YENI HERLINDA
NIM: IPT.160930
2020
NOTA DINAS
Kepada Yth,
Ibu Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di
Jambi
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Nim : IPT.160930
Pembimbing I : Samsul Huda, M.Ag.
Pembimbing II : Masyrisal Miliani, SS., M.Hum
Fakultas : Adab dan Humaniora
Jurusan : Ilmu Perpustakaan dan Informasi
Judul : Pelestarian Bahan Pustaka di Pusat Perpustakaan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi
Menyatakan bahwa karya ilmiah/skripsi ini adalah asli bukan plagiasi serta
telah diselesaikan dengan ketentuan ilmiah menurut peraturan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan apabila
kemudian hari, ternyata telah ditemukan pelanggaran plagiasi dalam karya/skripsi
ini, maka saya siap di proses berdasarkan peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku.
v
MOTTO
Artinya:
Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi, setelah (diciptakan) dengan
baik. Berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya
rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat baik. (Q.S. Al-a’raf-7: ayat
56).1
1
Al-qur’an dan Terjemah Al-qur’anulkarim (Bandung: Departemen Agama RI, 2007).
Hal. 157
vi
PERSEMBAHAN
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahamat dan
hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahakan kepada peneliti, sehingga bisa
menyelasaikan skripsi dengan judul “PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DI
PUSAT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN
THAHA SAIFUDDIN JAMBI)” sebagai syarat untuk menyelesaikan Sarjana (S1)
pada Program Sarjana Fakultas Adab dan Humaniora Program Studi Ilmu
Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak hambatan serta rintangan yang
peneliti hadapi namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual. Untuk itu
pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada: Ibu
Wenny Dastina, S.Sos., M.Si Selaku Dosen Pembimbing satu yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan arahan selama penyusunan skripsi. Ibu
Masyrisal Miliani, SS., M.Hum, Sekretaris Program Studi sekaligus selaku dosen
pembimbing dua yang telah memberikan dukungan pengarahan selama masa
menyusun skripsi. Kemudian peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi, MA., Ph.D, selaku Rektor UIN STS Jambi.
2. Ibu Dr. Rofioh Ferawati, SE., M.EI, selaku Wakil Rektor I UIN STS
Jambi. Bapak Dr. As’ad Isma, M.Pd, selaku Wakil Rektor II UIN STS
Jambi dan Bapak Bahrul Ulum, S.Ag., MA, selaku Wakil Rektor III UIN
STS Jambi.
3. Ibu Dr. Halimah Dja'far, S.Ag., M. Fil.I, selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN STS Jambi.
4. Bapak Dr. Ali Muzakir, M. Ag. SS., M.Pd.I, selaku Wakil Dekan I, Bapak
Dr. Alfian, S.Pd. M.Ed, selaku Wakil Dekan II dan Ibu Dr. Raudhoh, S.
Ag., SS., M.Pd.I, selaku Wakil Dekan III Fakultas Adab dan Humaniora
UIN STS Jambi.
5. Bapak Mohd. Isnaini, S.Pd.I., M.Hum, selaku Kepala Pusat Perpustakaan
UIN STS Jambi dan seluruh pustakawan/staf yang telah memberikan izin
peneliti dan membantu kelancaran penelitian ini.
viii
6. Bapak Dr. Alfian, S.Pd. M.Ed, selaku Ketua Sidang, Ibu Dr. Raudhoh, S.
Ag., SS., M.Pd.I, selaku Penguji I, serta Ibu Athiatul haqqi, S.Ag., S.IPI.,
M.I.Kom, selaku Penguji II.
7. Ibu Athiatul haqqi, S.Ag., S.IPI., M.I.Kom selaku Ketua Program Studi
Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN STS Jambi. Ibu
Masyrisal Miliani, SS., M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN STS Jambi.
8. Seluruh jajaran Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN STS Jambi.
9. Seluruh Staf Fakultas Adab dan Humaniora UIN STS Jambi.
10. Teman-teman seperjuangan, Hamida, Trisnawati, Suai, Temi, Suci, Intan,
Hani terima kasih telah sama-sama saling mendo’akan dan membantu satu
sama lain.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu memberikan dukungan.
Yeni Herlinda
NIM. IPT.160930
ix
ABSTRAK
x
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
C. Batasan Masalah .......................................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
E. Metode Penelitian ........................................................................................ 7
xi
F. Strategi dan Metode Pelestarian .................................................................. 19
G. Unsur-unsur Pelestarian Bahan Pustaka ...................................................... 20
H. Kendala Pelestarian Bahan Pustaka ............................................................. 21
I. Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka................................................ 22
J. Perawatan Bahan Pustaka ............................................................................ 26
K. Studi Relevan ............................................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 32
C. Subjek Penelitian ......................................................................................... 32
D. Jenis Data dan Sumber Data ....................................................................... 33
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 34
F. Teknik Analisis Data ................................................................................... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum ...................................................................................... 38
1. Historis Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi ........................................ 38
2. Visi dan Misi ......................................................................................... 40
3. Tujuan dan Fungsi ................................................................................. 40
4. Dasar Hukum Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi .............................. 42
5. Geografis Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi ..................................... 43
6. Keadaan Petugas di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi ..................... 44
7. Keadaan Sarana dan Prasarana Pusat Perpustakaan UIN STS
Jambi ...................................................................................................... 45
8. Koleksi Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi ........................................ 46
9. Struktur Organisiasi Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi .................... 47
B. PEMBAHASAN ......................................................................................... 48
1. Faktor-faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka pada Pusat
Perpustakaan UIN STS Jambi ................................................................. 48
2. Pelestarian Bahan Pustaka di Pusat Perpustakaan UIN STS
Jambi ....................................................................................................... 55
xii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 61
B. Saran ............................................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2: Kondisi Fasilitas Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi ........................ 45
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1: Struktur Organisasi Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi ................ 47
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut SK Menpan No. 132 Tahun 2003 perpustakaan adalah
lembaga, unit kerja, yang memiliki SDM, ruangan khusus, dan sekurang-
sekurangnya 1000 judul dari berbagai disiplin ilmu dikelola dengan
menggunakan sistem tertentu. Menurut Undang-undang No. 43 Tahun 2007
pasal 1: perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya
cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna
memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan
rekreasi para pemustaka.2
Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada
perguruan tinggi, badan bawahnya, maupun lembaga yang berafiliasi dengan
perguruan tinggi, dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai
tujuannya. Tujuan utama di Indonesia dikenal dengan nama Tri Dharma
perguruan tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat) maka
perpustakaan perguruan tinggi pun bertujuan membantu melaksanakan ketiga
dharma perguruan tinggi. Yang termasuk perpustakaan perguruan tinggi ialah
perpustakaan jurusan, bagian, fakultas, universitas, institut, sekolah tinggi,
politeknik, akademi, maupun perpustakaan program non gelar.3
Bahan pustaka ialah salah satu unsur penting dalam sebuah sistem
perpustakaan selain gedung dan peralatan-peralatannya, sehingga perlu
dilestarikan karena memiliki nilai informasi yang tinggi, bahan pustaka harus
diberdayakan dan dikelola secara sempurna dalam jangka waktu yang panjang
melalui kegiatan pelestarian, agar bahan pustaka tetap dalam keadaan terjaga
dan terawat. Pada hakikatnya pelestarian lebih menekankan pada penjagaan
fisik bahan pustaka agar tidak mudah rusak.
2
Pawit M. Yusup. Ilmu Informasi, Komunikasi dan Kepustakaan. (Jakarta: Bumi
aksara, Ed. 2, 2016). Hal. 14-15
3
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
Cet. 1, 1991). Hal. 51
1
Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh
melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas
dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan
perpustakaan. Bahan pustaka adalah semua hasil karya tulis, karya cetak,
dan/atau karya rekam.4
Peran pustakawan begitu penting dalam melestarikan bahan pustaka,
supaya segala koleksi yang ada disebuah perpustakaan tetap terjaga dan
terawat. Perawatan itu sendiri adalah kegiatan mencegah, melindungi dan
memperbaiki semua bahan pustaka baik perlindungan dari kerusakan oleh
sebab-sebab alamiah, maupun kerusakan akibat tangan-tangan usil manusia.
4
Pawit M. Yusup. Ilmu Informasi, Komunikasi dan Kepustakaan. (Jakarta: Bumi
aksara, Ed. 2, 2016). Hal. 15
5
Yeni Budi Rachman. Preservasi dan Konservasi Bahan Pustaka. (Depok: Rajawali
Pers, Cet. 1, 2017). Hal. 3
6
Endang Fatmawati. Preservasi, Konservasi, dan Restorasi Bahan Perpustakaan.
LIBRIA, Vol. 10, No. 1, Juni 2018. (Semarang: Universitas Diponegoro, 2018). Jurnal LIBRIA,
Vol. 10, No. 1, Juni 2018. Hal. 17-25. Diakses pada 26 April 2019 jam 22:21
2
Sedangkan kerusakan yang disebabkan oleh faktor luar dari bahan pustaka
seperti kelembaban udara, jamur, polusi, serangga dan manusia.
Kegiatan perawatan bahan pustaka dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
tindakan pencegahan (preventif) dan tindakan perbaikan (kuratif). Kegiatan
pencegahan terhadap kerusakan bahan pustaka dapat dilakukan dengan cara:
1. Membersihkan ruangan perpustakaan, perlengkapan perpustakaan dan
bahan pustaka
2. Mengatur ventilasi udara
3. Memberi sampul bahan pustaka
4. Memberi tahu pengguna untuk menjaga kebersihan dan keamanan di
perpustakaan dan
5. Menjaga kerapian koleksi perpustakaan.
Sedangkan tindakan perbaikan terhadap bahan pustaka yang rusak, bisa
dilakukan dengan cara melaksanakan penjilidan, terhadap koleksi yang rusak.
Tujuan perawatan dan pelestarian bahan pustaka adalah melestarikan
kandungan informasi bahan pustaka dengan alih bentuk menggunakan media
lain atau melestarikan bentuk aslinya selengkap mungkin agar bahan pustaka
itu dapat di gunakan secara optimal dalam jangka waktu yang cukup lama.7
Menurut Karmidi Martoatmojo fungsi perawatan dan pelestarian bahan
pustaka adalah menjaga agar koleksi perpustakaan tidak diganggu oleh tangan
jahil, serangga yang iseng, atau jamur yang merajalela pada buku-buku yang
ditempatkan di ruang yang lembab.8
Dikalangan mahasiswa sebuah perpustakaan merupakan lembaga
terpenting yang dapat membantu dalam kegiatan belajarnya, maka dari itu
seorang pustakawan yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam
perpustakaan tersebut harus mampu menerapkan aturan-aturan atau kode etik
7
Elva Rahmah dan Testiani Makmur. Kebijakan Sumber Informasi Perpustakaan.
(Yogyakarta: Graha Ilmu, Cet. 1, 2015). Hal. 117-118
8
Andi Ibrahim. Perawatan dan Pelestarian Bahan Pustaka. Jurnal Khizanah Ahikmah,
Vol.1 No.1, Januari-Juni 2013, (Makassar: UIN Alauddin, 2013). http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/khizanah-al-hikmah/article/view/30/11. Diakses pada 24 feb 2019 jam
21:02
3
yang telah ada, diantaranya harus mampu menjaga dan merawat koleksi yang
ada, melayani pemustaka dengan baik dan profesional.
Adanya pelestarian bahan pustaka dikarenakan banyak faktor-faktor
penyebab kerusakan pada bahan pustaka, faktor tersebutlah yang
melatarbelakangi kenapa diperlukannya kegiatan dimana dapat mengupayakan
bahan pustaka itu tahan lama. Pada dasarnya terdapat dua jenis kegiatan dalam
pelestarian bahan pustaka, yaitu mencegah terjadinya kerusakan dan
memperbaiki kerusakan-kerusakan tersebut. Untuk dapat melakukan kedua
kegiatan tersebut secara maksimal, maka kita perlu mengetahui pula faktor
penyebab kerusakannya. Dalam hal ini, Bafadal membagi faktor penyebab
kerusakan menjadi dua:
1) Ulah manusia atau minuman.
2) Faktor alamiah. Misalnya, kelembaban udara, air, api, jamur, debu, sinar
matahari dan serangga. Adapun faktor lain yang dimaksud, seperti manusia,
hewan (misalnya tikus), serangga, mikroorganisme, cuaca dan bencana
alam.9
Untuk memperlancar peletarian bahan pustaka di Pusat Perpustakaan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saiffuddin (UIN STS) Jambi, seorang
pustakawan harus lebih meningkatkan profesionalisme dalam kerjanya,
pustakawan harus mampu bekerjasama untuk dapat lebih meningkatkan
keperduliannya terhadap bahan pustaka, mampu memperbaiki bahan pustaka
yang mengalami kerusakan baik kecil maupun besar, mampu memperbaiki
halaman buku yang rusak, membersihkan dari noda sebab serangga atau yang
lainnya. Kerusakan koleksi jelas membawa dampak negatif dalam kepuasan
pengguna.
Perpustakaan Pusat UIN STS Jambi merupakan perpustakaan perguruan
tinggi yang berfungsi sebagai penunjang bagi sivitas akademik, yaitu
mahasiswa, dosen dan staf-staf lainya dalam proses pembelajaran. Namun
9
Ganang Nanda Budiwirawan. Analisis Pelestarian Koleksi Bahan Pustaka Tercetak
Pascabencana Banjir di Perpustakaan Ceria, Desa Jleper, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak
pada Tahun 2013. Jurnal Ilmu Perpustakaan, Vol. 4, No. 3, 2015. (Semarang: Universitas
Diponegoro, 2015).
4
dalam hal pelestarian bahan pustaka, perpustakaan ini belum melakukan
kegiatan plestarian secara optimal, hal ini dapat dilihat dari banyaknya koleksi
yang mengalami kerusakan, serta kurang terurusnya bahan pustaka bahkan
tidak disentuh oleh pemustaka.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, peneliti melihat beberapa
bahan pustaka yang ada di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi mengalami
kerusakan, adapun kerusakan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya yaitu disebabkan oleh faktor kertas yang mengalami kerusakan
atau pelapukan, tinta yang memudar, lem perekat yang lepas, suhu dan
kelembaban yang belum standar karena masih menggunakan kipas angin,
polusi udara yang keluar masuk ruangan membuat bahan pustaka kotor dan
berdebu, serangga/kutu buku yang membuat kerusakan kandungan informasi
bahan pustaka, serta penggunaan bahan pustaka oleh pengguna yang tidak
memikirkan akan kerusakan bahan pustaka seperti melipat dan merobek
halaman buku, mencoret-coret teks pada buku serta meletakkan bahan pustaka
dengan sembarangan/ceroboh.10
Pelestarian bahan pustaka di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi belum
terlaksana secara maksimal, hal ini sesuai dengan penjelasan dari beberapa
pustakawan yang ada di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi, bahwa kegiatan
pelestarian bahan pustaka tidak dilakukan secara rutin pertahunnya. Adpun
kegiatan yang telah dilakukan oleh Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi yaitu
seperti penyiangan dan penjilidan. Kegiatan penyiangan dilakukan pada awal
tahun 2019 kemudian kegiatan penjilidan atau perbaikan bahan pustaka
dilakukan pada akhir tahun 2014 dengan jumlah 2.257 bahan pustaka yang
mengalami kerusakan. Kegiatan penjilidan dilakukan dengan cara sederhana
dan alat seadanya seperti menjilid/mejahit bahan pustaka dengan menggunakan
bor buku, kertas karton, alat penjahit, lem isolasi dan lakban.11
Dari hasil wawancara peneliti dengan salah satu pegawai Pusat
Perpustakaan UIN STS Jambi, beliau memperlihatkan data jumlah koleksi di
10
Observasi, 14 Februari 2020
11
Wawancara, 18 Maret 2020
5
ruang sirkulasi melalui Opac, jumlah koleksi yang ada di Pusat Perpustakaan
UIN STS Jambi pada ruang sirkulasi adalah 41485 koleksi.12 Dari sekian
banyak koleksi yang ada di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi terdapat
beberapa koleksi yang mengalami kerusakan.13
Tanpa pemeliharaan bahan pustaka yang baik, maka kontinyuitas transfer
pengetahuan nantinya akan mengalami hambatan dalam menciptakan pola
pengetahuan demi kemajuan zamannya. Seiring itulah, maka dibutuhkan suatu
strategi agar bentuk asli suatu informasi dapat terjaga dan menjadi kewajiban,
baik itu dari praktisi atau staf perpustakaan, maupun staf bidang pelestarian
pada khususnya dan juga kalangan lainnya untuk melestarikan bahan pustaka.
Pada saat melakukan observasi peneliti melihat bahan pustaka yang ada
di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi mengalami:
1. Penyusunan buku yang tidak teratur.
2. Koleksi tampak berdebu.
3. Terdapat sarang laba-laba pada rak buku.
4. Tidak menjaga kebersihan.14
Kemudian kurangnya kesadaran petugas dalam usaha perbaikan dan
perawatan pelestarian bahan pustaka, serta kurangnya kesadaran akan tanggung
jawabnya untuk mematuhi peraturan perpustakaan, diantaranya yaitu seperti
membawa makanan dan minuman ke dalam ruang perpustakaan, sehingga
menyebabkan koleksi cepat rusak, khususnya koleksi pada ruangan sirkulasi,
di ruangan tersebut terdapat beberapa koleksi yang mengalami kerusakan,
bahkan terdapat beberapa koleksi yang berdebu dan tidak terawat.15
Melihat kondisi bahan pustaka di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi
tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang (Pelestarian
Bahan Pustaka di Pusat Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi).
12
Dokumentasi (opac) Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi 2019
13
Observasi, 16 Februari 2020
14
Observasi, 14 Februari 2020
15
Observasi, 17 Januari 2020
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini ialah:
1. Bagaimana faktor penyebab kerusakan bahan pustaka yang ada di Pusat
Perpustakaan UIN STS Jambi?
2. Bagaimana pelestarian bahan pustaka di Pusat Perpustakaan UIN STS
Jambi?
C. Batasan Masalah
Ruang layanan yang terdapat di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi yaitu
sirkulasi, referensi, skripsi dan terbitan berseri, dari beberapa ruang layanan
yang ada tersebut peneliti membatasi pada ruang layanan perpustakaan bagian
sirkulasi, dengan alasan bahwa ruang sirkulasi terdapat banyak pengunjung
dibanding ruang layanan lain sehingga banyak pula terdapat kerusakan bahan
pustaka yang ada pada ruang sirkulasi tersebut.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka
dalam penelitian ini tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui faktor penyebab kerusakan bahan pustaka di Pusat
Perpustakaan UIN STS Jambi.
2. Untuk mengetahui bagaimana pelestarian bahan pustaka di Pusat
Perpustakaan UIN STS Jambi.
E. Manfaat penelitian
Berkaitan dengan permaslahan yang telah dirumuskan sebelumnya maka
dalam penelitian ini, manfaat penelitian adalah:
1. Dengan hasil penelitian ini dapat mengetahui faktor utama kerusakan bahan
pustaka yang ada di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi.
2. Diharapkan penelitian ini berguna untuk menambah wawasan bagi peneliti
maupun pembaca.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Pelestarian Bahan Pustaka
Pelestarian adalah salah satu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam
ruang lingkup manajemen perpustakaan. Istilah pelestarian kedengarannya
mungkin sangat sederhana, namun memiliki pengertian yang luas. Dalam
bahasa Indonesia, istilah pelestarian berasal dari bahasa Sanskerta, lestari yang
berarti terpelihara. Sedangkan dalam bahasa Inggris, istilah pelestarian disebut
dengan preservasion yang memiliki kata dasar preserve. Artinya dengan
preservasi dapat menjaga bahan pustaka yang ada sehingga bahan pustaka
dapat bertahan lama.
Istilah preserve bersumber dari bahasa Latin, prae dan servare. Prae
berarti ‘sebelum’, dan servare berarti to save, untuk menyelamatkan. Apabila
digabungkan, istilah preserve dapat dimaknai sebagai upaya untuk menjaga
dari kerusakan.
Ketika orang berbicara tetang library preservation, banyak orang yang
menganggap bahwa hal itu berkaitan dengan kegiatan memperbaiki bahan
pustaka, seperti:
1) Menjilid buku
2) Menjahit lembar kertas yang sobek
3) Membersihkan microform dari debu dan kotoran
4) Membasmi hama dan sebagainya.
Anggapan ini tidak salah karena kegiatan tersebut merupakan bagian dari
suatu upaya preservasi atau pelestarian di perpustakaan.
Dalam ranah ilmu perpustakaan, kegiatan pelestarian memiliki banyak
definisi. Eden dalam Walker menyatakan bahwa pelestarian merupakan suatu
pertimbangan manajerial dan finansial yang diterapkan untuk memperlambat
kerusakan dan memperpanjang kegunaan koleksi (bahan pustaka) untuk
menjamin ketersediaan akses yang berkelanjutan. Pengertian secara praktis
dapat ditemukan pada International Encyclopedia of Information and Library
8
Science, yaitu aktivitas yang dilakukan untuk melindungi dan merawat objek
pelestarian, agar dapat bertahan lama dan awet.
Dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelestarian (preservasi) tidak hanya
sekedar perbaikan secara fisik, tetapi merupakan suatu upaya perlindungan
kandungan intelektual yang meliputi manajemen pelestarian (kebijakan dan
strategi), metode dan teknik perbaikan rekaman informasi (konservasi dan
restorasi), serta pembinaan sumber daya manusia (pustakawan) dalam
memlihara dan melindungi media informasi atau bahan pustaka dari berbagai
faktor perusak dan kehancuran.
Library preservation adalah suatu pembahasan yang luas, tidak hanya
terbatas pada hal-hal teknis perbaikan bahan pustaka, namun juga meliputi
suatu tugas manajerial perpustakaan yang meliputi:
a) Kebijakan dan strategi pelestarian bahan pustaka.
b) Pemeliharaan lingkungan ruangan/tempat penyimpanan bahan pustaka.
c) Kebijakan pengembangan koleksi dan penyiangan bahan pustaka.
d) Konservasi dan restorasi (perbaikan) bahan pustaka
e) Digitalisasi koleksi dan preservasi digital.
f) Perencanaan penanggulangan bencana.
g) Keamanan perpustakaan, dan
h) Pendidikan pemakai dan pustakawan.16
Untuk memudahkan pembahasan perlu dibatasi pengertian pelestarian
sesuai dengan definisi dari International Federation Library Association
(IFLA):
1. Pelestarian (preservation). mencakup semua aspek usaha melestarikan
bahan pustaka dan arsip. Termasuk didalamnya: kebijakan pengelolaan,
keuangan, ketenagaan, metode dan teknik, serta penyimpanannya.
2. Pengawetan (conservation). Membatasi pada kebijakan dan cara khusus
dalam melindungi bahan pustaka dan arsip untuk kelestarian koleksi
tersebut.
16
Yeni Budi Rachman. Preservasi dan Konservasi Bahan Pustaka. (Depok: Rajawali
Pers, Cet. 1, 2017). Hal. 3-7
9
3. Perbaikan (restoration). Menunjuk pada pertimbangan dan cara yang
digunakan untuk memperbaiki bahan pustaka dan arsip dan arsip yang
rusak.17
Preservasi (Pelestarian) adalah usaha untuk melindungi benda budaya
melalui sebuah proses atau kegiatan untuk meminimalisir kerusakan fisik dan
kimia dengan tujuan untuk menghindari terjadinya kehilangan isi atau
kandungan informasi.18
Pelestarian bisa meliputi kegiatan pemeliharaan, perawatan, perbaikan,
dan juga reproduksi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa maksud dari
istilah pelestarian ialah mengusahakan agar bahan perpustakaan yang dikelola
tersebut tidak cepat mengalami kerusakan dan bisa bertahan lama. Terlebih
untuk koleksi yang mahal harganya maupun koleksi langka, maka idealnya
harus diupayakan agar lebih awet dan terjaga kondisinya, kemudian bisa
dipakai pemustaka dalam jangka panjang, serta bisa menjangkau lebih banyak
pemustaka yang membutuhkan. Pelestarian adalah sebuah konsep yang lebih
luas mencakup konservasi serta tindakan yang berkaitan dengan perlindungan,
pemeliharaan dan restorasi koleksi perpustakaan.19
17
Blasius Sudarsono. Antologi Kepustakawanan Indonesia. (Jakarta: Sagung Seto,
2006). Hal. 314
18
Rahmadani Ningsih Maha. Preservasi Bahan Pustaka Perpustakaan Pusat
Penelitian Oseanografi-Lipi : Saat Ini dan Masa Depan. Oseana, Volume XLI, Nomor 4
Tahun 2016. Jurnal Oseana, Volume XLI, Nomor 4 Tahun 2016. ISSN 0216-1877 Hal. 47.
Diakses pada 26 April 2019 jam 21:09
19
Endang Fatmawati. Preservasi, Konservasi, dan Restorasi Bahan Perpustakaan.
Jurnal LIBRIA, Vol.10, No. 1, Juni 2018. (Semarang: Universitas Diponegoro Jawa Tengah,
2018) Hal. 17. Diakses pada 28 januari 2020, jam 20:58.
10
B. Bahan Pustaka
Bahan-bahan pustaka terdapat beberapa macam, hal ini bergantung dari
mana kita meninjaunya, jenis bahan pustaka bisa ditinjau dari bentuk fisiknya
dan dari isinya .
1. Ditinjau dari bentuk fisiknya, bahan-bahan pustaka bisa dibagi kedalam dua
kelompok sebagai berikut:
a. Bahan-bahan pustaka berupa buku-buku, seperti buku tentang psikologi,
buku bahasa Indonesia, buku-buku tentang Ilmu Pengetahuan Sosial,
buku-buku tentang Agama, buku tentang Ilmu Pengetahuan Alam.
b. Bahan pustaka bukan berupa buku, seperti surat kabar, majalah, peta,
globe, piringan hitam.
Bahan-bahan pustaka bukan buku dapat dibagi lagi menjadi kelompok
sebagai berikut:
1) Bahan-bahan tertulis, seperti surat kabar, majalah, brosur, laporan,
karangan-karangan, kliping.
2) Bahan-bahan berupa alat pengajaran, seperti piringan hitam, radio, tape
recorder, filmslide, projektor, filmstrip projektor.
Ditinjau dari isinya, bahan-bahan pustaka dapat dibagi kedalam dua
kelompok sebagai berikut:
a. Bahan-bahan pustaka yang isinya fiksi, atau disebut buku-buku fiksi,
seperti buku cerita anak-anak, cerpen, novel.
b. Bahan-bahan pustaka yang isinya non fiksi, seperti buku referensi,
kamus, biografi, ensiklopedia, majalah dan surat kabar.20
20
Ibrahim Bafadal. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. (Jakarta: Bumi Aksara, Ed. 1,
Cet. 7, 2009). Hal. 27
11
C. Jenis-jenis Bahan Pustaka
Bahan pustaka yang utama di perpustakaan adalah buku tercetak. Unesco
memberi definisi terhadap buku adalah terbitan tercetak tidak berkala
berjumlah sedikit-dikitnya 49 halaman, tidak termasuk halaman kulit. Dengan
perkembangan teknologi komunikasi dan informasi maka buku dapat diartikan
lebih luas dengan adanya naskah disitus web yang dianggap sebagai buku.
Istilah untuk buku tersebut electronic books (buku elektronik) atau yang sering
kita dengar dengan istilah e-books.
Sulistyo mendefinisikan buku elektronik adalah buku pada komputer atau
internet dengan gambar, teks dan suara menjadi satu sehingga secara umum
lebih menarik daripada buku tercetak, namun harganya lebih mahal. Buku
elektronik mencakup buku yang disimpan di Internet, CD-RUM, CD-i, dan
DVD. Ada tiga jenis media penyimpanan materi perpustakaan:
1. Media cetak
2. Media bentuk mikro
3. Dan media elektronik
Materi perpustakaan mencakup:
a) Karya cetak dan karya grafis, seperti: buku majalah, surat kabar, disertasi,
dan laporan
b) Karya non cetak atau karya rekam, seperti: piringan hitam, rekaman audio,
kaset dan video.
c) Bentuk mikro, seperti: mikro film, mikrofis, dan mikroopaque.
d) Karya dalam bentuk elektronik, seperti: disket, pita magnetik, dan
kelongsong elektronik (cartridge).
e) Materi perpustakaan yang diasosiasikan dengan komputer, dan
f) E-book. Sulistyo.
12
Bahan pustaka yang tersedia di perpustakaan dapat dikelompokkan dalam
dua bentuk yaitu:
a. Tercetak
Buku atau monograf adalah terbitan yang mempunyai satu kesatuan
yang utuh, dapat terdiri dari satu jilid atau lebih. Terbitan yang termasuk
dalam kelompok ini adalah buku, laporan penelitian, skripsi, tesis dan
disertasi.
Terbitan yang bukan buku seperti terbitan berseri, peta, gambar,
brosur, pamflet, booklet dan makalah. Terbitan berseri adalah terbitan yang
diterbitkan terus menerus dalam jangka waktu terbit tertentu, dapat berupa
harian, mingguan, bulanan dan sebagainya. Yang termasuk terbitan berseri
adalah surat kabar (harian), majalah (mingguan, bulanan), buletin, jurnal,
warta/newsletter, laporan yang terbit dengan jangka waktu tertentu, seperti
laporan tahunan (triwulan). Setiap terbitan berseri biasanya dilengkapi
dengan nomor standar yang bersifat Internasional yaitu ISSN (International
Standard Sereal Number).
Peta adalah gambar atau lukisan pada kertas dan sebagainya yang
menunjukkan letak tanah, laut, sungai, gunung dan sebagainya. Peta
merupakan gambar sebagian atau seluruh permukaan bumi yang
diproyeksikan dalam dua dimensi pada bidang latar dengan metode dan
pernbandingan tertentu yang dinamai skala.
Gambar teknik atau koleksi cetak biru adalah koleksi yang berasal dari
gambar bangunan gedung atau gambar bangunan jembatan dan gambar
bangunan lainnya. Brosur, pamflet, booklet merupakan bahan pustaka yang
mudah ataupun dapat diperoleh dengan cuma-cuma. Makalah merupakan
karya yang mempunyai nilai sementara, tidak diolah sebagaimana bahan
pustaka lainnya.
13
b. Tidak tercetak/non cetak.
Karya non cetak meliputi bahan pustaka yang informasinya disampaikan
bisa dalam bentuk suara, gambar, teks dan juga kombinasinya. Jenis bahan
non cetak dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Rekaman gambar, seperti: film, video, CD, mikrofilm dan mikrofis
2. Rekaman suara, seperti: piringan hitam, CD, kaset. Jika dilihat dari segi
isi, yaitu rekaman musik, sandiwara, pembacaan puisi, wawancara,
seminar, ceramah, pelajaran bahasa.
3. Rekaman data mengetik/digital, sperti: karya dalam bentuk disket, CD,
dan pangkalan data yang dikemas secara on-line.21
D. Tujuan dan Fungsi Pelestarian
1. Tujuan pelestarian bahan pustaka
Ada beberapa tujuan yang hendak dicapai terkait dengan kegiatan
pemeliharaan bahan pustaka diperpustakaan yaitu :
a) Menyelamatkan nilai informasi yang terkandung dalam setiap bahan
pustaka atau dokumen.
b) Menyelamatkan bentuk fisik bahan pustaka atau dokumen
c) Mengatasi kendala kekurangan ruang.
d) Mempercepat perolehan temu balik atau penelusuran dan perolehan
informasi.
e) Menjaga keindahan dan kerapian bahan pustaka.
f) Mencegah koleksi perpustakaan dari kerusakan akibat penggunaan
yang keliru oleh mahasiswa.
2. Fungsi pelestarian bahan pustaka
Ada banyak fungsi yang bisa diinventarisir terkait dengan kegiatan
pelestarian bahan perpustakaan. Suatu contoh, kegiatan pelestarian memiliki
fungsi sebagai berikut:
21
Elva Rahmah dan Testiani makmur. Kebijakan Sumber Informasi Perpustakaan. Hal.
69-72
14
b. Fungsi pemeliharaan: Memperpanjang umur bahan pustaka;
c. Fungsi kesehatan: Terkait kebersihan yang akan berpengaruh pada
kesehatan manusia, sehingga buku berdebu dan banyak serangga akan
membawa penyakit;
d. Fungsi pendidikan: Mendorong pustakawan untuk belajar melestarikan
bahan pustaka
e. Kesabaran: Upaya pemeliharaan bahan pustaka membutuhkan kesabaran
f. Fungsi sosial: Melatih kesabaran khususnya dalam melestarikan bahan
pustaka;
g. Fungsi ekonomi: Pelestarian jangka panjang akan menghemat keuangan,
karena bahan pustaka bertahan lama untuk dapat dilayankan kepada
pengguna;
h. Fungsi keindahan: Dampak pelestarian mendorong keindahan, kerapian
perpustakaan khususnya kondisi bahan pustaka yang baik.
Fungsi Manajemen Pelesatarian:
1) Fungsi Perencanaan Pelestarian
Tahap perencanaan yang matang harus menjadi perhatian serius terutama
bagi pihak manajemen. Suatu contoh rencana pelestarian bahan pustaka
meliputi latar belakang, jenis koleksi, jumlah koleksi, kondisi koleksi
saat ini, kemudian memetakkan rencana 5 (lima) tahun ke depan. Kondisi
koleksi bisa dipilah-pilah dalam taraf rusak berat, rusak sedang, rusak
ringan, maupun yang masih dalam kondisi baik. Dari pemilahan kondisi
ini menjadi dasar untuk menentukan prioritas.
2) Fungsi Pengorganisasian Pelestarian.
Untuk mengatur staf, tugas, wewenang, serta tanggung jawab untuk
mencapai tujuan pelestarian bahan perpustakaan. Hal ini seperti
bagaimana mengatur tim kerja, mengatur kegiatan, pembagian kerja,
menempatkan tim kerja, maupun menetapkan batas wewenang dan
tanggung jawab.
15
3) Fungsi pelaksanaan pelestarian.
Mencakup 2 (dua) hal yaitu pelestarian fisik bahan perpustakaan dan
pelestarian kandungan informasi bahan perpustakaan.
Lebih jelasnya seperti Gambar berikut:
FISIK INFORMASI
16
dengan SDM yang menangani apakah berfungsi sesuai uraian tugas
kewenangan dan tanggung jawab atau tidak.22
Pengertian bahan pustaka dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
bahan diartikan segala sesuatu yang dapat dipakai atau diperlukan untuk tujuan
tertentu. Sedangkan bacaan memiliki arti buku yang dibaca. Sedangkan
menurut Gunawan pustaka mempunyai arti buku, Bahan pustaka memiliki
peran penting dalam sebuah perpustakaan sekolah karena dapat mendukung
proses belajar-mengajar di sekolah tersebut. Kurangnya jumlah bahan pustaka
atau kualitas yang tidak baik pada bahan pustaka sebuah perpustakaan juga
akan mempengaruhi proses belajar mengajar.23
E. Preservasi, Konservasi dan Restorasi
1) Preservation/pelestarian
Mencakup semua aspek usaha melestarikan bahan pustaka dan arsip,
termasuk didalamnya kebijakan pengelolaan, keuangan, sumber daya
manusia, metode dan teknik penyimapanannya24
Basuki mengatakan bahwa preservasi mencakup semua aspek usaha
dalam melestarikan bahan pustaka dan arsip, termasuk di dalamnya
kebijakan pengelolaan, keuangan, sumber daya manusia, metode, dan teknik
penyimpanannya. Tujuan pelestarian bahan pustaka ini adalah untuk
melestarikan kandungan informasi bahan pustaka dengan cara alih media
atau tetap mempertahankan bentuk aslinya untuk bisa digunakan secara
maksimal.
2) Konservasi
Merupakan pengawetan terbatas pada kebijakan serta cara khusus
dalam melindungi bahan pustaka dan arsip untuk kelestarian koleksi
tersebut, Basuki. Konservasi turut menjadi bagian dari preservasi karena
22
Endang Fatmawati. Preservasi, Konservasi, dan Restorasi Bahan Perpustakaan.
LIBRIA, Vol. 10, No. 1, Juni 2018. (Semarang : Universitas Diponegoro, 2018). Jurnal LIBRIA,
Vol. 10, No. 1, Juni 2018. Hal. 17-25. Diakses pada 26 April 2019 jam 22:21
23
Delta Oktanti. Restorasi Bahan Pustaka di Smp Bina Tama Palembang. Jurnal Publis
Vol 2 No.2 Tahun 2018. (Palembang : Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang , 2018).
JURNAL PUBLIS Vol 2 No.2 Tahun 2018. ISSN 2598-7852. Hal. 38 Diakses pada 27 April 2019
jam 00:03
24
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan.. Hal. 271
17
konservasi merupakan respon yang dilakukan perpustakaan untuk
mengawetkan konten informasi dengan metode tertentu untuk
menyesuaikan dengan kasus ‘kerusakan’ koleksinya.25
Konservasi (conservation) bermakna pengawetan atau perlindungan.
Walker menyatakan bahwa konservasi adalah perbaikan bahan/materi
dengan berbagai macam teknik dan prosedur. Ada pula yang mendefinisikan
konservasi sebagai upaya pencegahan atau perbaikan materi atau bahan
yang rusak untuk menjamin kelangsungan materi itu sendiri. Materi atau
bahan disini diartikan sebagai materi perpustakaan yang dapat berupa
monograf, rekaman suara (sound recording), gambar penggerak (moving
image), naskah kuno (manuscript), dan sebagainya.
Ritzenhaler menyatakan bahwa bahwa konservasi adalah tindakan
untuk mempertahankan bahan dalam bentuk aslinya melalui proses fisik dan
kimiawi.
3) Istilah Restorasi (restoration)
Yaitu kegiatan memperbaiki bahan pustaka yang rusak hingga kembali
kepada bentuk aslinya (semula) dengan menggunakan berbagai macam
bahan dan peralatan serta teknik yang sesuai. Restorasi merupakan kegiatan
paling mahal dan memakan waktu dalam pengerjaannya dan membutuhkan
tenaga ahli.
Pada dasarnya, upaya konservasi maupun restorasi bahan pustaka
mencakup dua kegiatan utama.
a. Untuk melestarikan isi intelektual dokumen dengan cara mengalih
mediakan dokumen dari bentuk asli kebentuk liannya karena kondisiya
yang memburuk, misalnya pengalihbentukan kertas menjadi bentuk
mikro.
b. Untuk melestarikan bentuk asli dokumen dengan tindakan konservasi dan
restorasi yang dilakukan secara hati-hati dan cukup memakan waktu.26
25
Thoriq Tri Prabowo. Strategi Preservasi dan Konservasi Koleksi Terlarang di BPAD
Yogyakarta. Jurnal VISI PUSTAKA Vol. 17 No. 1 April 2015. (Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta,2015). Jurnal VISI PUSTAKA Vol. 17 No. 1 April 2015. Hal. 57. Diakses pada 28-
04-2019 jam 11:43
18
F. Strategi dan Metode Pelestarian
Para pustakawan seringkali berupaya keras untuk memberikan akses
keberbagai sumber informasi dan bagaimana menggunakannya tanpa
memperdulikan kerusakan fisik yang disebabkan oleh penggunaan bahan
pustaka yang sangat sering. Penggunaan yang teledor juga seringkali
mengakibatkan kerusakan yang tidak sedikit. Akibatnya, tidak sedikit bahan
pustaka yang rusak dan tidak dapat diperbaiki.
Berbagai unsur fisik, biologi dan kimiawi lainnya yang terdapat
dilingkungan perpustakaan seperti cahaya, suhu, manusia, bencana, dan kondisi
fisik materi itu sendiri juga memegang peranan yang besar dalam hal ini. Oleh
sebab itu, diperlukan langkah-langkah strategis dan tepat dalam usaha
melestarikan koleksi perpustakaan.
Father membagi metode pelestarian fisik dan isi materi perpustakaan
kedalam empat bagian, yaitu those of housekeeping nature, those relating to
disaster preparedness plan, those relating to the transfer of information from
deteriorated medium to another medium, and those requiring cooperative
action or the use of tecnology on a large scale.
1. Housekeeping nature
Mencakup prinsip-prinsip pelestarian yang terdapat disetiap perpustakaan,
seperti memelihara kebersihan di lingkungan perpustakaan, memelihara
intensitas suhu, cahaya dan kelembaban diruang koleksi perpustakaan
2. Disaster preparedness plan
Mencakup program perencanaan penanggulangan bencana yaitu sebuah
pedoman yang berisi langkah-langkah yang ditetapkan dalam persiapan
untuk mencegah, menangani dan memulihkan kondisi koleksi dan
perpustakaan dari segala macam bencana.
3. Transfer of information
Melestarikan isi intelektual materi dengan cara alih media kedalam bentuk
yang lebih awet seperti microfilms, compact disc dan lain sebagainya.
26
Yeni Budi Rachman. Preservasi dan Konservasi Bahan Pustaka. Hal.7-8
19
4. Cooperative and the use of tecnology on a large scale
Mencakup teknik-teknik pelestarian secara fisik seperti deadifikasi massal,
melakukan digitalisasi koleksi, hingga mendorong para penerbit untuk
menggunakan kertas permanen agar masa hidup koleksi dapat lebih lama.
Pada dasarnya, preservasi merupakan suatu kegiatan manajerial.
Mengapa? Sebab para putakawan dituntut untuk terlibat dalam kegiatan
manajemen seperti misalnya menentukan kebijakan pemilihan materi koleksi,
menentukan kebijakan pelestarian dan metode yang tepat, memelihara koleksi
dengan baik, melatih para staf dan pengguna untuk bersama-sama memelihara
koleksi perpustakaan, dan sebagainya. Akan tetapi, banyak perpustakaan
seringkali terbentur pada masalah dana pelestarian, sehingga keputusan yang
dapat diambil adalah dengan menentukan langkah yang paling mudah dan
murah dalam memanfaatkan kembali isi intelektual suatu dokumen/materi yang
sudah rusak secara fisik.27
27
Yeni Budi Rachman. Preservasi dan Konservasi Bahan Pustaka. Hal. 11-12
20
tempat perpustakaan bernaung. Apabila tidak memungkinkan untuk
menyelenggarakan bagian pelestarian sendiri, dianjurkan untuk diadakan
kerja sama dengan perpustakaan lain. Hal tersebut dapat menghemat biaya
yang cukup besar.28
H. Kendala Pelestarian Bahan Pustaka
Menurut Yulia, perawatan dan pelestarian di Indonesia mengalami
banyak kendala dikarenakan:
1. Kurangnya tenaga pelestarian di Indonesia
2. Banyak pimpinan serta pemegang kebijakan belum memahami pentingnya
pelestarian bahan pustaka,
3. Praktik pelestarian yang dilakukan di Indonesia masih banyak yang salah.
4. Berbagai bahan pustaka yang tersimpan diperpustakaan Indonesia tercetak
dalam kertas yang beraneka ragam mutunya.
5. Berbagai ruangan perpustakaan tidak dirancang bangun yang sesuai dengan
keperluan pelestarian dan pengawetan bahan pustaka.
6. Pada tingkat nasional belum terdapat kebijakan pelestarian nasional.
7. Belum banyak pustakawan yang menguasai proses digitalisasi dokumen.29
Dari berbagai sumber, pelestarian bahan pustaka mengalami banyak
kendala, seperti:
1) Kurangnya tenaga pelestarian di Indonesia, hingga kini ada lembaga
pendidikan yang mengkhususkan dari pada pelestarian serta belum jelas
apakah untuk tenaga pelestarian diperlukan pada tingkat teknisi atau tingkat
profesional.
2) Banyak pimpinan serta pemegang kebijakan belum memahami pentingnya
peletarian sehingga mengakibatkan kurangnya dana, perhatian dan fasilitas
yang tersedia.
3) Praktik pelestarian yang dilakukan selama ini di Indonesia masih banyak
yang salah. Sebagai contoh penggunaan celotape tidak selalu dapat
28
Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian, Macam Sifat Bahan Pustaka, dan Latar
Belakang Sejarahnya. (Modul 1). Diakses pada sabtu, 14 september 2019 jam 20:38.
http://repository.ut.ac.id/4118/1/PUST2137-M1.pdf
29
Elva Rahmah dan Testiani makmur. Kebijakan Sumber Informasi Perpustakaan. Hal.
119-123
21
memperbaiki bahan pustaka malahaan seringkali merusak bahan pustaka
karena komposisi kimiawinya merusak kertas.
4) Berbagai bahan pustaka yang disimpan diperpustakaan tidak dirancang
bangun yang sesuai dengan keperluan pelestarian dan pengawetan. Masih
banyak ruang perpustakaan menerima sinar matahari secara langsung
sehingga mempercepat proses kerusakan bahan pustaka.
5) Pada tingkat nasional belum terdapat kebijakan pelestarian nasional.
Kebijakan ini merupakan hasil kerjasama antara berbagai instansi yang
terkait.30
I. Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka
Tujuan dari perlunya mengenal faktor-faktor penyebab kerusakan koleksi
adalah memudahkan untuk menganalisis kebutuhan pelestarian atau preservasi
koleksi dan merencanakan penanganan selanjutnya. Semuanya adalah dalam
rangka untuk menyelamatkan nilai kandungan informasi manapun
menyelamatkan bentuk fisik koleksinya. Harvey, menjelaskan bahwa segala
kegiatan untuk melakukan preservasi harus direncanakan dengan tujuan yang
jelas. Dengan demikian, perpustakaan sangat perlu merencanakan pelestarian
koleksi secara matang, terprogram, dan terukur.
Membahas perencanaan berarti terkait dengan manajemen dan kebijakan
pelestarian koleksi. Bryson, menjelaskan manajemen pelestarian merupakan
upaya pencapaian tujuan pelestarian dengan pemanfaatan sumber daya yang
ada (baik SDM maupun non SDM) yang berupa metode, sistem, sarana
prasarana, maupun sumber dana dengan memperhatikan fungsi manajemen.31
30
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Hal. 279
31
Endang Fatmawati. Identifikasi Faktor-faktor Penyebab Kerusakan Koleksi
Perpustakaan. Jurnal Tahun 7, Volume 7 No. 2 Nopember 2017. (Semarang: Universitas
Diponegoro, 2017). Jurnal Tahun 7, Volume 7 No. 2 Nopember 2017. P-ISSN : 2089-6549 E-
ISSN : 2582-2182. Hal.110. Diakses pada 28 April 2019 jam 13: 38.
22
Adapun faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu internal dan eksternal.
1) Faktor Internal
a. Kertas, kandungan asam didalam kertas mempercepat kerusakan.
Reaksi kimiawi yang terjadi karena proses oksidasi dari hidrolisis
bahan selulosa yang merupakan salah satu bahan campuran kertas.
b. Tinta, bahan dasar tinta yang mengandung ferro sulphate yang
teroksidasi menjadi sulphuric dapat membakar image pada kertas.
c. Perekat, bahan dasar perekat yang banyak disukai oleh serangga atau
binatang pengerat.
2) Faktor eksternal
a. Cahaya, energi penggerak terjadinya reaksi kimia yang dapat merusak
bahan pustaka. Cahaya matahari, sinarnya secara langsung mengenai
bahan pustaka. Cahaya ultra ungu dari matahari dapat mengubah warna
sampul, mempenggaruhi ketahanan kertas dan cetakan karena proses
foto analisis. Untuk pencegahannya usahakan agar penempatan bahan
pustaka tidak langsung kena cahaya atau sinar matahari.
b. Suhu dan kelembaban udara
Pengaturan pada ruang penyimpanan disesuaikan dengan jenis koleksi.
Kelembaban udara yang derajat kelembaban nisbinya lebih dari 65%
akan mempercepat kerusakan bahan pustaka, terutama dari daerah
tropis, seperti Indonesia. Suhu udara yang tinggi dalam udara yang
lembab merupakan faktor penyebab kerusakan kertas dan bahan
lainnya. Kelembaban udara dapat dikurangi dengan penganturan
ventilasi ruangan dengan baik atau dengan alat pendingin udara.
c. Polusi udara
Polusi udara, sumber keasaman menyebabkan kertas mudah menyerap
gas yang berbahaya. Debu dan kotoran, terjadi karena kurang bersihnya
ruang perpustakaan dan koleksi tidak dibersihkan secara rutin.
Hendaknya kebersihan gedung dipelihara dengan baik. Pencemaran
23
udara yang ditimbulkan oleh gas-gas SO, NO, H, S pada konsentrasi
tinggi akan menghasilkan asam-asam kuat yang merusak bahan kertas,
film, dan alat-alat logam. Pencemaran udara oleh gas-gas pembentuk
asam kuat dapat dikurangi dengan mengatur peredaran udara yang baik
dalam ruangan perpustakaan.
d. Jamur atau cendawan
Jamur mudah tumbuh diruangan yang lembab, gelap dan buruk
sirkulasinya. Cara mengatasi kerusakan yang disebabkan oleh
cendawan adalah:
1. Mengurangi kelembaban udara,
2. Mengindari adanya debu, kotoran, minyak atau bahan organik
lainnya pada kertas.
3. Melarang pengunjung dan petugas untuk makan, minum dan
merokok dalam ruang baca perpustakaan.
4. Tidak menggunakan bahan perekat yang mengandung amylum untuk
menjilid.
5. Mengatur suhu udara dalam ruang agar tidak terlalu tinggi.
6. Menggunakan bahan fungssisida untuk membasmi cendawan dengan
bantuan orang yang ahli.
7. Menggunakan larutan bahan kimia yang tidak berbahaya bagi
manusia.
e. Serangga, kecoa, kutu buku, memakan zat-zat organik pada kertas,
perekat dan lain-lain. Kerusakan karena serangga dapat dikurangi
dengan cara sebagai berikut:
1. Mengatur kelembaban udara dalam ruangan sekitar.
2. Megatur suhu ruangan sekitar 20-24 °C,
3. Memelihara kebersihan ruangan,
4. Menggunakan pestisida, dan
5. Mengadakan fumigasi.
f. Binatang pengerat
Kerusakan karena hewan pengerat dapat dicegah dengan cara:
24
1. Memelihara kebersihan perpustakaan dan sekitarnya
2. Tidak meninggalkan sisa makanan dalam perpustakaan,
3. Mengunakan bahan pembasmi tikus.
g. Penggunaan, kecerobohan dan penanganan yang salah.
Abrasi (keausan) yang terjadi pada bahan pustaka disebabkan perlakuan
yang kurang tepat terhadap bahan pustaka pengiriman, penempatan
pada rak, frekuensi pemakaian, pemakaian oleh pemabaca atau petugas
pada waktu pengambilan dan penempatan kembali pada rak.
Hendaknya bahan pustaka diperlakukan dengan hati-hati pada waktu
pengiriaman, penempatan dan pengambilan pada rak, waktu membaca,
membuka dan menutup buku. Bahan yang mudah rusak perlu dijilid
terlebih dahulu. Bagi buku yang getas dapat ditempatkan kertas pada
halaman kosong apabila salah halamannya kosong tanpa tulisan.
Kerusakan yang disebabkan manusia dapat dicegah dengan sebagai
berikut:
1. Menata ruang baca dan ruang koleksi sedemikian rupa sehingga
memudahkan pengawasan terhadap pengguna.
2. Petugas secara berkala berjalan mengelilingi rak-rak koleksi dan
tempat-tempat yang tidak bisa dihindari posisinya kurang terlihat
oleh khalayak ramai.
3. Membuat peraturan untuk melindungi koleksi dari perusakan yang
dilakukan oleh pengguna;
4. Adakan kontrol yang ketat pada pengembalian buku;
5. Memberikan sanksi kepada peminjam yang merusak bahan pustaka.
h. Bencana alam
Bencana alam, seperti badai/topan, tsunami, banjir, gempa bumi,
kebakaran dan lain-lain. Membuat perencanaan mengahadapi bencana
ini dirancang untuk persiapan menghadapi hal-hal atau kejadian yang
tidak terduga, yang tak diinginkan yang akan mengakibatkan kerusakan
pada koleksi perpstakaan.
25
i. Faktor lain
Faktor lain seperti pengaruh kondisi sosial dan politk negara dimana
perpustakaan itu ada, misalnya kerusakan karena adanya kerusuhan dan
kerusakan lain.
J. Perawatan Bahan Pustaka
Perawatan merupakan kegiatan mencegah, melindungi dan memperbaiki
semua bahan pustaka baik perlindungan dari kerusakan oleh sebab-sebab
alamiah, maupun kerusakan akibat tangan-tangan usil manusia. Kegiatan
perawatan bahan pustaka dapat dilakukan dengan dua cara yaitu tindakan
pencegahan preventive dan tindakan perbaikan kuratif. Tindakan pencegahan
terhadap kerusakan bahan pustaka dapat dilakukan dengan cara:
1) Membersihkan ruangan perpustakaan, perlengkapan perpustakaan dan
bahan pustaka.
2) Mengatur ventilasi udara
3) Memberi sampul bahan pustaka
4) Memberi tahu pengguna untuk menjaga kebersihan dan keamanan di
perpustakaan dan
5) Menjaga kerapian koleksi perpustakaan.
Sedangkan tindakan perbaikan (kuratif) terhadap bahan pustaka yang
rusak, bisa dilakukan dengan cara melaksanakan penjilidan, terhadap koleksi
yang rusak, mengganti bahan-bahan yang sudah rusak dan meminta ganti bagi
pengguna perpustakaan yang sengaja telah merusak atau menghilangkan
koleksi milik perpustakaan. Perawatan koleksi bahan pustaka merupakan
meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut yaitu reproduksi bahan pustaka,
penjilidan dan laminasi.
1. Penjilidan dan Laminasi
Bahan pustaka yang perlu dijilid adalah yang sampulnya rusak atau terlalu
tipis, benang jahitnya lepas, nomor halaman tidak berurutan lagi sehingga
kemudian perlu dibongkar dan dijilid lagi. Sedangkan majalah yang perlu
dijilid adalah yang semua nomornya untuk semua volume telah lengkap.
Prosedur penjilidan adalah setiap bahan pustaka yang memerlukan
26
penjilidan diambil dari rak dan kartunya dikeluarkan dan disusun tersendiri
pada file penjilidan.
Untuk manuskrsip, naskah dokumen yang lama biasanya kertasnya sudah
lapuk dan mudah hancur dan perlu diawetkan dengan disemprot kimia atau
dengan proses laminasi. Laminasi adalah kegiatan melapisi pustaka dengan
kertas khusus supaya bahan pustaka awet.
2. Reproduksi
Reproduksi ini dilakukan untuk merawat bahan pustaka yang langka dan
mudah rusak.reproduksi dilakukan dengan cara; mereproduksi bahan
pustaka dengan membuat fotokopinya, mereproduksi dalam bentuk lain,
bahan pustaka berbentuk mikro dengan frekuensi penguna yang tinggi
sebaiknya dibuat duplikat, dan demikian pula dengan bahan pustaka
berbentuk CD, pita rekaman audio, video, slide dan sebagainya.32
3. Penyiangan
Evans memberikan definisi penyiangan adalah bagian yang integrak dalam
program pengembangan koleksi. Dalam kamus perpustakaan dan informasi
Sutarno penyiangan adalah suatu kegiatan mengecek, mendata dan menata
serta mengeluarkan koleksi yang sudah rusak atau tidak terpakai.
Penyiangan koleksi merupakan suatu kegiatan penyisihan bahan pustaka
yang terdapat dalam koleksi perpustakaan yang telah rusak, sudah tidak
dimanfaatkan lagi, serta karena faktor hukum atau peraturan dimana
kegiatan tersebut memang sudah relevan lagi untuk pengguna.33
32
Elva Rahmah dan Testiani Makmur. Kebijakan Sumber Informasi Perpustakaan.
Hal. 117-119
33
Elva Rahmah dan Testiani Makmur. Kebijakan Sumber Informasi Perpustakaan.
Hal. 126-127
27
K. Studi Relevan
Penelitian ini sudah pernah diteliti sebelumnya, akan tetapi penelitian
sebelumnya tersebut diluar UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Disini peneliti
meneliti pada Pusat Perpustakaan UIN sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Adapun
studi relevan penelitian ini yaitu:
1) Nur Azizah. 2018. Strategi Preservasi dan Konservasi Bahan Pustaka
pada Perpustakaan SMK Negeri 5 Sarolangun.34
Jenis penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif, Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi preservasi dan konservasi
bahan pustaka pada perpustakaan SMK Negeri 5 Sarolangun, hasil
penelitian ini adalah preservasi dan konservasi bahan pustaka pada
perpustakaan SMK Negeri 5 Sarolangun belum berjalan dengan baik, hal
tersebut terlihat dari banyaknya bahan pustaka yang rusak pada bagian luar
atau bagian dalam buku, serta koleksi yang berdebu sebab kurang
diperhatikan oleh yang bertanggung jawab.
2) Rizki Eliani. 2013. Pelestarian Bahan Pustaka Langka Melalui
Reproduksi Foto di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif,
Penelitian ini bertujuan untuk gambaran bagaimana pelestarian bahan
pustaka melalui proses reproduksi foto di Perpustakaan Nasional RI. Hasil
peneitian ini adalah anaslisis dan intepretasi data sesuai dengan tujuan awal
dari skripsi ini menggambarkan proses pelestarian bahan pustaka langka
melalui reproduksi foto dan mengetahui kendala yang dihadapi dalam
pelestarian bahan pustaka langka melalui proses reproduksi foto di pusat
preservasi bahan pustaka Perpustakaan Nasional RI.
34
Nur Azizah. 2018. Skripsi; Strategi Preservasi dan Konservasi Bahan Pustaka pada
Perpustakaan SMK Negeri 5 Sarolangun. Jambi: UIN STS Jambi.
28
3) Jumaiah. 2013. Analisis Pelestarian Bahan Pustaka Monograf di Badan
Perpustakaan dan Arsip Daerah.35
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, bertujuan
untuk mengetahui bagaimana pelestarian bahan pustaka monograf di Badan
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi, dengan hasil penelitin yaitu
pelestarian bahan pustaka monograf yang dilakukan Badan Perpustakaan
dan Arsip Daerah Provinsi Jambi belum berjalan secara optimal, hal ini
terlihat dari banyaknya bahan pustaka monograf yang rusak dan tidak
dirawat dengan baik, serta sarana dan prasarana yang kurang mendukung
dalam kegiatan tersebut.
Dari beberapa penelitian di atas jelas bahwa penelitian tersebut sama-
sama membahas tentang pelestarian bahan pustaka, hanya saja yang
membedakan beberapa penelitian tersebut adalah lokasi tempat penelitian
dan juga tahun penelitian, sebagai berikut:
1. Strategi Preservasi dan Konservasi Bahan Pustaka pada Perpustakaan
SMK Negeri 5 Sarolangun tahun 2018.
2. Pelestarian Bahan Pustaka Langka Melalui Reproduksi Foto di
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia tahun 2013.
3. Analisis Pelestarian Bahan Pustaka Monograf di Badan Perpustakaan dan
Arsip Daerah tahun 2013.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah penelitian
ini lebih fokus pada cara pelestarian bahan pustaka, dan kondisi bahan
pustaka di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi serta bagaimana cara
menjaga bahan pustaka dari kerusakan yang disebabkan oleh berbagai faktor
dan juga teradapat perbedaan lokasi, dimana lokasi penelitian ini di Pusat
Perpustakaan UIN STS Jambi. Sedangkan penelitian terdahulu beralokasi
pada:
a. SMK Negeri 5 Sarolangun tahun 2018.
b. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia tahun 2013.
35
Jumaiah. 2013. Skripsi; Analisis Pelestarian Bahan Pustaka Monograf di Badan
Perpustakaan dan Arsip Daerah. Jambi: UIN STS Jambi.
29
c. Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah tahun 2013.
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, prilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.36
Adapun hasil penelitian ini adalah faktor kerusakan dan bagaimana
kegiatan pelestarian bahan pustaka, di Pusat Perpustakaan UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi belum melakukan kegiatan pelestarian bahan pustaka secara
optimal, sebab masih terdapat beberapa bahan pustaka yang mengalami
kerusakan dan tidak terpelihara, diantara hasil penelitian ini yaitu:
36
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2005).hlm. 157
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam mencari dan mengumpulkan data yang akurat, peneliti
menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif serta
fokus penelitian ini yaitu Kegiatan Pelestarian Bahan Pustaka di Pusat
Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen.37
Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, prilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.38
Menurut Patton peran evaluator adalah aktif-reaktif-adaptif bekerja dengan
para pengambil keputusan dan para pemakai informasi untuk memfokuskan
pertanyaan-pertanyaan evaluasi dan membuat keputusan mengenai metode.
Agar dapat berperan aktif-reaktif-adaptif evaluator harus menguasai berbagai
metode penelitian dan teknik-teknik yang diperlukan untuk menjawab berbagai
problem evaluasi.
Menurut Patton data kualitatif terdiri dari deskripsi rinci mengenai situasi,
kejadian-kejadian orang, interaksi-interaksi dan perilaku-perilaku terobservasi;
kutipan-kutipan langsung dari orang mengenai pengalaman mereka, sikap,
kepercayaan dan fikiran; kutipan atau keseluruhan bagian dari dokumen-
dokumen, koresponden rekaman-rekaman dan kasus sejarah. Deskripsi rinci,
kutipan-kutipan langsung dan dokumentasi kasus pengukuran kualitatif
merupakan data dari pengalaman dunia. Data dikumpulkan sebagai narasi
terbuka tanpa berupaya untuk menyesuaikan dengan aktivitas program, atau
37
Lexi J. Meleong. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, Ed.
Revisi, Cet. 20, 2004). Hal. 9
38
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Hal. 157
31
pengalaman orang disesuaikan dengan kategori-kategori atau standar-standar
yang ditentukan sebelumnya sperti pilihan-pilihan respons dalam kuesioner.39
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini yaitu di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi, yang
berlokasi pada Jl. Lintas Jambi-Muara Bulian KM. 16, Simpang Sei. Duren,
Jambi Luar Kota (Jaluko), Muara Jambi 36361.
Alasan memilih lokasi di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi
dikarenakan perpustakaan ini adalah merupakan perpustakaan perguruan tinggi
yang befungsi sebagai civitas akademik dan jantung informasi bagi UIN STS
Jambi terutama bagi Mahasiswa.
C. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah orang yang melakukan penelitian (peneliti).
Sedangkan penelitian adalah orang atau sesuatu yang diteliti. Subjek dalam
konsep penelitian merujuk pada informan yang hendak dimintai informasi atau
digali datanya, sedangkan objek merujuk pada masalah atau tema yang diteliti.
Menurut Arimin subjek penelitian adalah seseorang atau sesuatu yang
mengenainya ingin diperoleh keterangan atau orang pada latar penelitian yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
penelitian. Keseluruhan subjek dalam penelitian ini meliputi:
1. Kepala perpustakaan
2. Pustakawan
3. Pemustaka
Sesuai dengan kebutuhan data dan tujuan penelitian maka dalam
pengambilan sampel ditentukan dengan purposive sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.40
39
Wirawan. Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi. (Jakarta: Rajawali
Pers, ed. 1-2, 2012) Hal. 153-154
40
Muh. Fitrah dan Luthfiyah. Metodologi Penelitian: Penelitian Kualitatif, tindakan
dan studi kasus. (Jawa barat: Cv Jejek, 2017). Hal. 152. Diakses dari E-Book pada 18 Januari
2020.
32
D. Jenis Data dan Sumber Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian,
maka diperlukan data sebagai berikut:
1) Jenis Data
Untuk memperoleh gambaran dan data yang dibutuhkan dalam penelitian
yang menggunakan metode kualitatif deskriptif ini peneliti menggolongkan
jenis data kedalam dua golongan yaitu:
a. Data Primer
Menurut Sugiyono, sumber primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Menurut Suharsimi
Arikunto, data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak
pertama, biasanya dapat melalui wawancara.41
Data primer merupakan data yang diperoleh oleh penulis secara
langsung melalui observasi, dokumentasi dan wawancara kepada kepala
perpustakaan, pustakawan dan pemustaka.
Jadi data primer yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data
yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama melalui observasi
dan wawancara langsung kepada Kepala Perpustakaan, pustakawan dan
pemustaka.
b. Data Sekunder
Menurut Sugiyono, data sekunder adalah sumber data yang
diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui
media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen.
Menurut Ulber Silalahi bahwa “data yang dikumpulkan dari tangan
kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum
penelitian dilakukan”.
Jadi data sekunder merupakan data kedua yang diperoleh oleh
peneliti secara tidak langsung pada sumbernya, yaitu melalui data
dokumentasi institusi seperti buku-buku, laporan, dan artikel untuk
41
Doni Waluya Firdaus dkk. Jurnal Riset Akutansi, Volume VIII/No.2/OKTOBER
2016, ISSN: 2086-0447. (Bandung: Universitas Komputer Indonesia, 2016). Diakses pada selasa,
02-10-2019 jam 21:34
33
melengkapi data Primer dan dapat mendukung pembahasan yang
berkaitannya dengan penelitian peneliti.
Data sekunder dalam penelitian ini yaitu meliputi buku-buku yang
berkaitan dengan perpustakaan, laporan penelitian dan data-data yang
berkaitan dengan penelitian ini.
2) Sumber Data
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari mana
data tersebut dapat diperoleh dan memiliki informasi kejelasan tentang
bagaimana mengambil data tersebut dan bagaimana data tersebut diolah.
Sumber data menurut Suharsimi Arikunto “sumber data yang dimaksud
dalam penelitian adalah subjek dari mana data tersebut diperoleh”. Menurut
Lofland dan Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata, dan tindakan. selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen
dan lain-lain.42
Adapun sumber data penelitian ini diperoleh dari beberapa informan
yaitu kepala perpustakaan, pustakawan dan pemustaka.
E. Teknik Pengumpulan Data
42
Lexi J. Meleong. Metode Penelitian Kualitatif. Hal. 157
43
Djam’an Satori dan Aan Komariah. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung:
Alfabeta, Cet. 1, 2009). Hal.104
34
langsung terhadap objek, yaitu langsung mengamati apa yang sedang
dilakukan dan sudah dilakukan.
Peneliti melakukan pengamatan langsung untuk melihat apa saja
faktor-faktor kerusakan bahan pustaka dan bagaimana pelestarian kegiatan
bahan pustaka di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi, seperti hasil dari
menjilid (menjahit) dengan menggunakan karton, lakban dan lem isolasi.
2) Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
atas pertanyaan itu.44
Berg membatasi wawancara sebagai suatu percakapan dengan suatu
tujuan, khususnya tujuan untuk mengumpulkan informasi. Wawancara
adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang
digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab.
Wawancara dalam penelitian kualitatif sangat mendalam karena ingin
mengexplorasi informasi secara holistic dan jelas dari informan.45
Dengan teknik ini peneliti melakukan wawancara langsung atau face
to face terhadap informan dan memberikan pernyataan-pernyataan lisan
untuk mendapat jawaban yang berkaitan dengan masalah yang peneliti teliti,
dengan tujuan mendapatkan data yang semaksimal mungkin.
Peneliti menggunakan jenis wawancara semi terstruktur. Jenis
wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-deptinterview, dimana
dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara
terstruktur. Tujuan jenis wawancara ini adalah untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara
diminta pendapat dan ide-idenya.46
Metode ini peneliti gunakan untuk wawancara kepada informan yaitu:
44
Lexi J. Meleong. Metode Penelitian Kualitatif. Hal. 186
45
Djam’an Satori dan Aan Komariah. Metode Penelitian Kualitatif. Hal. 129-130
46
Sugioyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. (Bandung: Alfabeta, Ed. 2, Cet.
1, 2019) Hal. 306.
35
a. Kepala Perpustakaan
b. Pustakawan
c. Pemustaka
3) Dokumentasi
Merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.47
Metode ini digunakan peneliti untuk mencari data yang berkaitan dengan:
a. Bagaimana faktor kerusakan bahan pustaka yang ada di Pusat
Perpustakaan UIN STS Jambi.
b. Pelestarian bahan pustaka di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi.
47
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RND. Hal. 240
48
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Hal. 244
36
data merujuk pada proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang terjadi
dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Reduksi data berlangsung terus
menerus selama proyek kualitatif berlangsung sampai laporan tersusun.
2) Penyajian Data
Alur yang paling penting selanjutnya dari analisis data adalah
penyajian data. Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.
3) Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Adapun yang dimaksud dengan verifikasi data adalah usaha untuk
mencari, menguji, mengecek kembali atau memahami makna atau arti,
keteraturan pola-pola, penjelasan, alur, sebab-akibat, atau preposisi.
Sedangkan kesimpulan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek
yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti
menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau
teori.49
49
Sustiyo Wandi dkk. Pembinaan Prestasi Ekstrakurikuler Olahraga di SMA
Karangturi Kota Semarang. (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2013). Diakses pada 29
April 2019 jam 23: 48.
37
BAB IV
A. Gambaran Umum
1. Historis Pusat Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin (UIN STS) Jambi
Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi adalah salah satu Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) yang bersama
dengan unit lain turut menunjang melaksanakan Program Tri Dharma
Perguruan Tinggi, yakni : pendidikan/pengajaran, penelitian dan pengabdian
masyarakat.
Fungsi dan peran perpustakaan sebagai excellent information center
(pusat informasi yang unggul) sangat menunjang dan membantu institut
untuk mewujudkan dan merealisasikan program sesuai dengan visi dan misi
yaitu dalam rangka menyiapkan dan membentuk sarjana yang beriman dan
bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, ahli dalam ilmu
agama islam, cakap dan mempunyai rasa tanggung jawab atas kesejahteraan
umat, masa depan bangsa serta Negara Republik Indonesia. Keberadaannya
tidak terpisahkan dari perguruan tinggi, perpustakaan bagaikan jantung dan
darah bagi makhluk hidup. Tanpa adanya perpustakaan sebuah perguruan
tinggi akan kehilangan daya energinya.
Sejak diresmikannya IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi tahun
1963, sejak itu pula perpustakaan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
hadir di tengah-tengah masyarakat umum dan sivitas akademik pada
khususnya, dan menjadi salah satu bagian atau unit dari sistem kerja IAIN
yang tidak bisa dipisahkan. Namun pada waktu itu koleksinya masih sangat
terbatas, dan belum mempunyai gedung tersendiri, akan tetapi masih
menempati salah satu ruang kuliah di Kecamatan Telanaipura Jambi.
Pada tahun 1971 perpustakaan pusat berdiri dengan menempati
gedung ukuran 340 M2. Organisasi manajemen penyelenggaraannya masih
sederhana. Sistem pengolahan bahan pustaka, bentuk pelayanan sirkulasinya
38
belum dilaksanakan secara profesional, pengolahan bahan pustaka yang
masih sederhana dan bahkan belum menggunakan buku standar pengolahan
seperti DDC, AACR dan Sear of Subject Heading dan lain-lain. Hal ini
disebutkan karena kondisi tenaga yang belum memiliki dasar pengetahuan
dan pendidikan tentang ilmu perpustakaan, disamping tenaga yang masih
terbatas.
Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan kebutuhan semakin mendesak maka suatu keharusan untuk
membudayakan perpustakaan sebagaimana fungsinya sebagai jantung
perguruan tinggi.
Kemudian dengan seiring perjalanan waktu dan program
perkembangan gedung perpustakaan pada kampus II telah dibangun gedung
perpustakaan yang sangat memadai dengan luas bangunan 3.700 M2, dan
pada tahun akademik 2002/2003 gedung tersebut resmi digunakan untuk
memberikan pelayanan pada seluruh civitas akademika IAIN Sultha Thaha
Saifuddin Jambi. Karena itulah, kondisi perpustakaan IAIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi sekarang telah membenah diri diantaranya peningkatan
sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan, peningkatan mutu
layanan melalui automasi perpustakaan, alokasi anggaran, dan termasuk
sistem pengembangan koleksi.
Pimpinan Pusat Perpustakaan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
hingga hari ini adalah:
1) Drs. Rafi’i Nazari (1982-1986)
2) Drs. Habli A. Muhy (1986-1990)
3) Drs. H. M. Yusuf (1990-1992)
4) Drs. A. Gani, AM (1992-2002)
5) Drs. Bukhori Katutu, MM. (2002-2007)
6) Drs. Marsaid, MA (2007-2011)
7) Dr. Saidah Ahmad, M. Pd. (2011-2015)
8) Dr. Raudhoh, S. Ag., SS., M. Pd.I (2015-2018)
9) Abdul Halim, S.Ag., M.Ag (2018-2019)
39
10) Muhammad Isnaini, M.Hum (2019 – sekarang).50
50
Pedoman Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi 2017
40
4) Untuk memberikan informasi tentang sistem dan pola kebijakan
bahan pustaka.
b. Fungsi Perpustakaan
Pusat Perpustakaan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi berfungsi
menunjang tujuan Tri Dharma Perguruan Tinggi: proses belajar
mengajar, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Secara khusus,
Pusat Perpustakaan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi berfungsi
sebagai:
1) Menyusun konsep rencana dan program kerja.
2) Menyajikan sumber-sumber informasi untuk kepentingan pendidikan
dan penelitian.
3) Merencanakan pegnembangan perpustakaan untuk mewujudkan
perpustakaan digital.
4) Mengembangkan SDM pustakawan yang profesional.
5) Memberikan pelayanan kepada pemustaka secara efektif dan efesien.
6) Memeilihara dan melestarikan bahan pustaka.
7) Mengelola bahan-bahan pustaka.
8) Melaksanaan administrasi perpustakaan.
9) Menyusun bibliografi, indeks dan sejenisnya.
10) Pengendalian dan pengevaluasian kinerja pustakawan maupun
tenaga kepustakaan.
41
11) Melaksanakan kerjasama antar perpsutakaan perguruan tinggi dan
status badan lain didalam/luar negeri.
12) Melaksanakan penilaian prestasi dan proses penyelenggaraan
kegiatan serta penyususnan laporan.51
4. Dasar Hukum Pusat Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin (UIN STS) Jambi
Pusat Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi memiliki dasar hukum sebagai berikut:
a) UU No. 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
b) UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
c) Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi No. 44
Tahun 2015 Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
d) Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0068/U/1991
tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi.
e) Surat Keputusan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi No. 162/1967
tentang Persyaratan Minimal Perguruan Tinggi.
f) Surat Edaran Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Serta
Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara No.
53649/MPK/1998, No. 15/SE/1988
g) Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya No.
09/MENPAN/2014
h) PP. No. 30 Tahun 1990 Pasal 34 tentang Unit Pelaksanaan Teknis,
perpustakaan merupakan unsur penunjang, sebagai pelengkap bagi
pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Kedudukannya diluar lingkup fakultas dan bertanggung jawab langsung
kepada rektor yang pembinaan sehari-hari dilaksanakan oleh pembantu
rektor 1.
51
Buku Pedoman IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, tahun 2017
42
i) Keputusan Menteri Negara RI No. 339 Tahun 1993 jo 370 Tahun 2001
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja IAIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi
j) Keputusan Menteri Agama RI No. 37 Tahun 2008 Tentang statuta IAIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Geografis Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi
Pusat Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
(UIN STS) Jambi ini beralokasi di tengah-tengah kampus/ fakultas yaitu
diantaranya fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Syariah,
Fakultas Ushuludin, Fakultas Adab dan Fakultas Daqwah.
Adapun batas-batas gedung Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi
sebagai berikut:
52
Observasi, 12 Maret 2020
43
6. Latar belakang pendidikan Petugas (Pustakawan/Staf) di Pusat
Perpustakaan UIN STS Jambi
Petugas merupakan komponen penting di suatu lembaga pendidikan,
tanpa adanya staf-staf dan pustakawan, perpustakaan tidak akan berfungsi
selayaknya perpustakaan. Untuk profesionalisme kerja, petugas
perpustakaan sebaiknya memiliki latar belakang pendidikan Ilmu
Perpustakaan supaya mempermudah dalam mengelola perpustakaan, akan
tetapi petugas Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi ini tidak semua memiliki
latar belakang ilmu perpustakaan dikarenakan kurangnya tenaga kerja di
perpustakaan tersebut. Petugas perpustakan ini berusaha untuk mengelola
perpustakaan sesuai dengan kemampuannya dalam mengelola, melestarikan
dan mengembangkan perpustakaan.
Untuk lebih jelasnya latar belakang pendidikan petugas Pusat
Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
dapat dilihat pada tabel berikut:
53
Dokumentasi Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi, 2020
44
11 Wardah, S.IP Staf S1
12 Ida Laila, S.IP Staf S1
13 Kartina Staf -
14 Yuda Dasril Ilpat, SE Staf S1
54
Observasi, 16 Januari 2020
45
6. AC 3 Baik
7. CCTV 2 Baik
1. Rak Buku 9 Baik
2. Meja Petugas 2 Baik
3 Terber 3. Meja baca 2 Baik
4. Kursi 6 Baik
5. Komputer 2 Baik
1. Rak Buku 24 Baik
2. Meja petugas 4 Baik
3. Meja baca 11 Baik
4 Referensi
4. Komputer petugas 2 Baik
5. Kursi 38 Baik
6. Kipas angin 1 Baik
Jumlah 424
55
Dokumentasi (Opac) UIN STS Jambi 2019
56
Dokumentasi UIN STS Jambi 2014
46
9. Struktur Organisasi Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi
Adapun struktur organisasi UIN STS Jambi terdiri dari Kepala
Perpustakaan, tata usaha, pustakawan, staf/pegawai. Berikut struktur
organisasi Pusat Perpusakaan UIN STS Jambi:
57
Dokumentasi Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi 2020
47
B. PEMBAHASAN
1. Faktor-faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka pada Pusat
Perpustakaan UIN STS Jambi.
a. Faktor Internal
1) Kertas
Salah satu faktor kerusakan bahan pustaka di Pusat Perpustakaan UIN
STS Jambi adalah kertas, kertas bahan pustaka di perpustakaan
tersebut mengalami kerusakan.58
Seperti yang dikemukakan oleh Kepala Pusat Perpustakaan UIN
STS Jambi, Bapak Mohd. Isnaini, S.Pd.I., M.Hum, beliau
mengatakan:
“Di perpustakaan kita ini memang terdapat beberapa bahan
pustaka yang mengalami kerusakan pada kertas, karena semua
bahan pustaka disini tentunya memiliki kualitas kertas yang
berbeda-beda ada yang memiliki ketahanan yang lama masanya
ada pula kertas yang mudah rusak.”59
Dari hasil wawancara di atas jelas bahwa salah satu faktor kerusakan
bahan pustaka yang ada di Pusat Perpustkaan UIN STS Jambi adalah
kertas.
2) Tinta
Adapun tinta pada beberapa bahan pustaka yang ada di Pusat
Perpustakaan UIN STS Jambi tidak tahan lama ataupun mengalami
58
Observasi, 03 januari 2020
59
Wawancara, 06 Januari 2020
60
Wawancara, 27 Januari 2020
48
kelunturan sehingga kandungan informasi yang ada didalamnya
mengalami kerusakan dan tidak dapat dibaca oleh pengguna.61
3) Perekat
Lem perekat pada bahan pustaka yang ada di Pusat Perpustakaan UIN
STS Jambi juga banyak mengalami kerusakan, seperti lepasnya lem
atau jilidan buku sehingga beberapa halaman buku hilang atau lepas
dan rusak.64
61
Observasi, 03 Januari 2020
62
Wawancara, 27 januari 2020
63
Wawancara, 27 Januari 2020
64
Observasi, 03 Januari 2020
49
Hal ini dikemukakan oleh Kepala Pusat Perpustakaan UIN STS
Jambi, Bapak Mohd. Isnaini, S.Pd.I., M.Hum, beliau mengatakan:
“Banyak sekali bahan pustaka yang mengalami lem perekat
yang lepas, maka lepasnya lem itulah yang kami perbaiki
dengan menjilid/menjahit kembali buku yang lemnya lepas
tersebut.”65
Seperti yang diungkapkan oleh Pustakawan Pusat Perpustakaan
UIN STS Jambi, bapak Murjoko, S.Kom, beliau mengatakan:
“Keruskan akibat lem perekat lumayan ada, seperti yang kita
lihat beberapa koleksi yang dijilid ulang itu karena disebabkan
lem perekat yang lepas.”66
Dari penjelasan di atas jelas bahwa lem perekat merupakan faktor
kerusakan bahan pustaka yang ada di Pusat Pepustakaan UIN STS Jambi.
b. Faktor Eksternal
1) Suhu dan kelembaban udara
Adapun suhu di perpustakaan tersebut belum standar, dikarenakan
belum menggunakan AC, dan hanya menggunakan kipas angin yang
letaknya dekat dengan staf ataupun pustakawan. Adapaun AC belum
digunakan dikarenakan ruang tersebut masih terbuka.
Seperti yang dikemukakan oleh Pustakawan Pusat Perpustakaan
UIN STS Jambi Bapak Sukardiono, S.IP, beliau mengatakan:
“Sebenarnya AC sudah tersedia pada ruang sirkulasi ini, namun
kami belum menggunakannya dikarenakan ruang sirkulasi ini
belum tertutup semua, seperti ventilasi yang sebagian belum
tertutup, jadi kalaupun menggunakan AC akan sia-sia saja, dan
di sini kami hanya menggunakan kipas angin yang ada. ”67
65
Wawancara, 27 Januari 2020
66
Wawancara, 27 Januari 2020
67
Wawancara, 10 Februari 2020
50
lubang ventilasi yang belum sepenuhnya tertutup jadi percuma
jika kita menggunakan AC.”68
68
Wawancara, 27 Januari 2020
69
Observasi, 14 Februari 2020
70
Wawancara, 27 Januari 2020
71
Wawancara, 18 Maret 2020
51
3) Serangga, Kutu buku/laba-laba
Di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi terdapat kerusakan bahan
pustaka yang disebabkan kutu buku ataupun binatang laba-laba, oleh
sebab itu bahan pustaka butuh perawatan dan pemeliharaan lebih agar
tetap terjaga dari binatang-binatang yang dapat merusak bahan
pustaka.
Seperti yang dikemukakan oleh Pustakawan Pusat
Perpustakaan UIN STS Jambi Bapak Sukardiono, S.IP, beliau
mengatakan:
“Faktor kerusakan bahan pustaka diantaranya juga disebabkan
oleh kutu buku, dimana kutu buku tersebut memakan kertas
atau bahan pustaka yang ada sehingga mengakibatkan
keruskan fisik bahan pustaka sehingga mengakibatkan
hilangnya kandungan informasi”.72
Hal ini sesuai dengan ungkapan Mahasiswa UIN STS Jambi
saudari Nurlaily Sa’adah, ia mengatakan:
72
Wawancara, 27 Januari 2020
73
Wawancara, 19 Februari 2020
52
mencoret-coret teks buku bahkan merobek halaman teks yang
dibutuhkan pengguna.
Seperti yang dikemukakan oleh Kepala Pusat Perpustakaan
UIN STS Jambi Bapak Mohd. Isnaini, S.Pd.I., M.Hum, beliau
mengatakan:
“Adapun faktor penyebab kerusakan bahan pustaka yaitu salah
satunya faktor manusia itu sendiri yaitu seperti buku yang
dirobek, dilipat, dicoret dan lain-lain.”74
Hal ini diungkapkan oleh Pustakawan Pusat Perpustakaan UIN
STS Jambi bapak Sukardiono, S.IP, beliau mengatakan:
“Faktor kerusakan bahan pustaka di sini lebih kepada
pengguna, beberapa pengguna sengaja melipat halaman buku,
mencoret-coret bahkan ada yang merobek halaman buku,
kemudian pustakawan juga sering membawa makanan dan
minuman ke dalam ruang perpustakaan.”75
74
Wawancara, 16 Januari 2020
75
Wawancara, 16 Januari 2020
53
6) Binatang pengerat
7) Penggunaan, kecerobohan dan penanganan yang salah.
8) Bencana alam dan
9) Faktor lain
1) Cahaya
2) Jamur atau cendawan
3) Binatang pengerat
4) Bencana alam dan
5) Faktor lain
54
2. Pelestarian Bahan Pustaka di Pusat Perpustakaan Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin (UIN STS) Jambi
Bahan pustaka sebagai sumber informasi atau salah satu komponen
utama dalam layanan informasi di suatu perpustakaan, berkaitan dengan hal
ini bahan pustaka perlu dilestarikan agar kondisi fisik atau pun informsi
didalamnya dapat dimanfaatkan oleh generasi kini maupun yang akan
datang.
Problem utama yang dihadapi perpustakaan adalah kerusakan bahan
pustaka jauh lebih cepat dari pada bahan pustaka yang ditangani melalui
pelestarian. Setiap badan perpustakaan harus menyadari bahwa semua bahan
pustaka perlu diperhatikan yaitu dengan melakukan pelestarian bentuk asli,
perawatan, pelestarian informasi serta perbaikan penjilidan ulang bahan
pustaka yang mengalami kerusakan, meski demikian pemeliharaan bahan
pustaka sangat perlu dilakukan untuk semua bahan pustaka yang ada di
perpustakaan. Kegiatan pelestarian bahan pustaka akan melibatkan semua
staf yang ada di perpustakaan tersebut, untuk meningkatkan pula kesadaran
pemustaka akan pentingnya menjaga suatu bahan pustaka.
Pelestarian bahan pustaka dilakukan dengan tujuan melestarikan
kandungan informasi serta kondisi fisik bahan pustaka. Pada dasarnya
pelestarian bahan pustaka bisa dilakukan dengan alih bentuk media
menggunakan media lain, atau mlestariakan bentuk aslinya dengan
selengkap mungkin. Pelestarian bahan pustaka meliputi kegiatan: penjilidan,
reproduksi, fumigasi, laminasi, dan penyiangan bahan pustaka.
Pusat Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi dalam melakukan pelestarian bahan pustaka belum optimal, karena
keadaan fasilatas yang ada di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi belum
memadai sehingga kegiatan pelestarian bahan pustaka hanya dilakukan
secara sederhana serta dengan bahan seadanya. Pelestarian bahan pustaka
dapat dilakuakan dengan berbagai cara seperti:
55
a) Penjilidan
Penjilidan merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilalui melakukan
perbaikan dalam bentuk fisik. Penjilidan merupakan kegiatan yang sangat
penting, supaya bahan pustaka yang mengalami kerusakan pada bagian
punggung atau pun sampul buku dapat dibuatkan sampul baru yaitu
diganti dengan kertas karton dan disampul. Dengan penjilidan tersebut isi
bahan pustaka akan tetap awet karena terlindungi dengan sampul. Di
Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi melakukan kegiatan penjilidan
dengan sederhana.
Seperti yang dikemukakan oleh Kepala Pusat Perpustakaan UIN
STS Jambi Bapak Mohd. Isnaini, S.Pd.I., M.Hum, beliau mengatakan:
“Sebelumnya memang ada kegiatan penjilidan bahan pustaka,
hanya saja untuk saat ini belum ada, untuk kegiatan penjilidan
sebelumnya kami menggunakan alat bor, alat penjahit, karton,
lakban dan isolasi untuk menjilid/menjahit bahan pustaka yang
mengalami kerusakan atau lepas pada cover bukunya”76
76
Wawancara, 06 januari 2020
77
Wawancara, 19 Februari 2020
56
bahan pustaka yang apabila kertasnya sudah lapuk yang rentan hancur
maka bahan pustaka tersebut harus disemprot bahan kimia dan
dilaminasi, supaya bahan pustaka tetap awet. Namun jika kerusakan
bahan pustaka tersebut belum parah maka tidak perlu dilakukan laminasi
tetapi cukup dijilid saja. Di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi belum
pernah melakukan kegiatan laminasi, hanya saja jika ada cover buku atau
jilid buku yang mengalami kerusakan cukup mengganti cover dengan
kertas karton serta dilem dengan lakban atau isolasi.
Seperti yang dikemukakan oleh Kepala Pusat Perpustakaan UIN
STS Jambi Bapak Mohd. Isnaini, S.Pd.I., M.Hum, beliau mengatakan:
“Untuk kegiatan laminasi belum pernah dilakukan, adapun
kegiatan yang pernah dilakukan di sini adalah melakukan kegiatan
seperti menjilid/menjahit buku.”78
Hal ini senada juga dengan ungkapan pustakawan Pusat
Perpustakaan UIN STS Jambi Bapak Sukardiono, S.IP, beliau
mengatakan:
“kami belum pernah melakukan laminasi, hanya saja jika ada cover
buku yang lapuk atau hancur, kami hanya menggantinya dengan
kertas karton dan dilem dengan isolasi/lakban.”79
78
Wawancara, 16 Januari 2020
79
Wawancara, 16 Januari 2020
57
ada duplikatnya. Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi ini belum
melakukan kegiatan reproduksi.
Hal ini dikemukakan oleh Kepala Pusat Perpustakaan UIN STS
Jambi, Bapak Mohd. Isnaini, S.Pd.I., M.Hum, beliau mengatakan:
“Untuk kegiatan reproduksi kami belum pernah melakukannya,
kenapa melakukan reproduksi sedangkan dalam melakukan
pengadaan buku selalu banyak jumlahnya.”80
Seperti ungkapan dari Pustakawan Pusat Perpustakaan UIN STS
Jambi, Bapak Sukardiono, S.IP, beliau mengatakan:
“Kami belum pernah melakukan kegiatan reproduksi, karena dalam
pengadaan buku selalu dengan jumlah cukup banyak, sehingga
tidak perlu untuk melakukan kegiatan reproduksi.”81
Dari hasil wawancara di atas jelaslah bahwa kegiatan reproduksi
belum pernah dilakukan di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi.
d) Penyiangan bahan pustaka
Penyiangan bahan pustaka merupakan kegiatan menyimpun koleksi yang
sudah tidak layak lagi untuk dimanfaatkan karena rusak parah, informasi
yang terkandung di dalamnya sudah kadaluarsa dan lain sebagainya. Jika
koleksi yang rusak parah atau sudah kadaluarsa tidak dilakukannya
penyiangan, maka akan memadatkan jumlah koleksi dan pada akhirnya
membuat koleksi baru akan mengalami kerusakan pula. Maka dari itu
koleksi yang tidak layak pakai seharusnya dilakukan penyiangan agar
tidak mengakibatkan kerusakan pada koleksi lain.
80
Wawancara, 27 Januari 2020
81
Wawancara, 16 januari 2020
58
koleksi yang tak layak pakai memang sangat diperlukan agar
koleksi terbaru tidak segera rusak pula.”82
Seperti yang diungkapkan oleh Pustakawan Pusat Perpustakaan
UIN STS Jambi Bapak Sukardiono, S.IP, beliau mengatakan:
“Penyiangan sudah dilakukan beberapakali, kegiatan penyiangan
yaitu seperti mengambil/mengumpulkan bahan pustaka yang rusak
parah atau tidak layak pakai dari rak buku supaya tidak menular
pada bahan pustaka lain yang masih layak pakai serta menyusun
kembali bahan pustaka yang masih dapat digunakan pengguna
sesuai klasifikasi. Terakhir melakukan kegiatan penyiangan ini
sekitar awal tahun 2019.”83
82
Wawancara, 06 Januari 2020
83
Wawancara, 16 Januari 2020
59
Adapun yang harus dilakukan oleh Pusat Perpustakaan UIN STS
Jambi yaitu melakukan kegiatan pencegahan terhadap kerusakan bahan
pustaka dengan cara:
a) Membersihkan ruangan perpustakaan, perlengkapan perpustakaan dan
bahan pustaka
b) Mengatur ventilasi udara
c) Memberi sampul bahan pustaka
d) Memberi tahu pengguna untuk menjaga kebersihan dan keamanan di
perpustakaan dan
e) Menjaga kerapian koleksi perpustakaan.
Serta perbaikan bahan pustaka dengan melakukan kegiatan seperti
menjilid buku yang rusak atau lepas covernya, agar dapat menambah
ketahanan bahan pustaka dengan masa yang lebih lama.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dalam penelitian ini
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Faktor kerusakan bahan pustaka di Pusat Perpustakaan UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi yaitu kertas, tinta, perekat, suhu dan kelembaban udara,
polusi udara, serangga, kecoa, kutu buku, serta penggunaan, kecerobohan
dan penanganan yang salah. Faktor utama kerusakan bahan pustaka di
perpustakaan tersebut disebabkan oleh pengguna yang mencoret-coret bahan
pustaka, merobek bahan pustaka, melipat halaman bahan pustaka,
meletakkan bahan pustaka dengan sembarangan dan pustakawan ataupun
staf yang membawa makanan dan minuman di ruang perpustakaan.
Adapun faktor eksternal kerusakan bahan pustaka yang tidak termasuk pada
Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi yaitu:
a) Cahaya
b) Jamur atau cendawan
c) Binatang pengerat
d) Bencana alam dan
e) Faktor lain
2) Pusat Perpustakaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi belum melakukan
kegiatan pelestarian bahan pustaka secara maksimal, perpustakaan tersebut
hanya melakukan pelestarian/ perbaikan bahan pustka dengan cara sederhana
dan alat dan bahan seadanya seperti alat bor, alat penjahit, karton, lem isolasi
dan lakban.
Kegiatan pelestarian/perawatan bahan pustaka yaitu:
a) Penjilidan
b) Laminasi
c) Reproduksi dan
d) Penyiangan.
61
Dari beberapa poin tersebut kegiatan pelestarian bahan pustaka belum
semua dilakukan di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi. Adapun kegiatan
pelestarian yang sudah pernah dilakukan pada Pusat Perpustakaan UIN STS
Jambi yaitu: Penjilidan dan Penyiangan. Sedangkan kegiatan pelestarian
bahan pustaka yang belum dilakukan di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi
yaitu: Laminasi dan reproduksi
62
DAFTAR PUSTAKA
Delta Oktanti. 2008. Restorasi Bahan Pustaka di SMP Bina Tama Palembang.
Jurnal Publis Vol 2 No.2 Tahun 2018. Palembang: Universitas Islam
Negeri Raden Fatah Palembang.
Djam’an Sator dan Aan Komariah. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
63
----- 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya
Yeni Budi Rachman. 2017. Preservasi dan Konservasi Bahan Pustaka. Depok:
Rajawali Pers.
64
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
A. Observasi
1. Mengamati secara langsung lokasi penelitian
2. Mengamati bagaimana pelestarian bahan pustaka yang ada di Pusat
Perpustakaan UIN STS Jambi.
3. Mengamati keadaan bahan pustaka di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi
B. wawancara
1) Kepala Perpustakaan
a. Bagaimanakah kegiatan pelestarian bahan pustaka yang dilakukan di
Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi?
b. Siapakah yang bertanggung jawab dalam melakukan kegiatan
pelestarian bahan pustaka?
c. Apa saja fasilitas yang tersedia dalam melakukan kegiatan pelestarian
bahan pustaka di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi?
d. Siapa saja yang melakukan kegiatan pelestarian bahan pustaka?
e. Kegiatan pelestarian bahan pustaka seperti apa yang dilakukan di Pusat
Perpustakaan UIN STS Jambi?
f. Apa kendala yang dialami saat melakukan kegiatan pelestarian bahan
pustaka?
g. Dari manakah dana perpustakaan diperoleh?
2) Pustakawan
a. Apa saja faktor penyebab kerusakan bahan pustaka di Pusat
Perpustakaan UIN STS Jambi?
b. Bagaimana kegiatan pelestarian bahan pustaka di Pusat Perpustakaan
UIN STS Jambi?
c. Apa saja yang diperlukan untuk melakukan kegiatan pelestarian bahan
pustaka?
d. Berapakah jumlah petugas di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi?
e. Siapa yang bertanggung jawab dalam melakukan kegiatan pelestarian
bahan pustaka?
f. Bagaimana kegiatan fumigasi di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi?
g. Bagaimana kegiatan laminasi di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi?
h. Bagaimana kegiatan penyiangan di Pusat Perpustakaan UIN STS
Jambi?
i. Bagaimana cara melakukan kegiatan menjilid bahan pustaka yang
rusak?
j. Apa saja kendala yang dialami dalam melakukan kegiatan pelestarian
bahan pustaka?
k. Berapakah jumlah koleksi di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi?
l. Apa saja upaya untuk meningkatkan kegiatan pelestarian bahan pustaka
di Pusat Perpustakaan UIN STS Jambi?
m. Dari manakah dana untuk melakukan kegiatan pelestarian bahan
pustaka?
n. Apa saja fasilitas yang disediakan pada kegiatan pelestarian bahan
pustaka?
3) Pemustaka
1. Menurut anda bagaimana keadaan bahan pustaka yang ada di Pusat
Perpustakaan UIN STS Jambi?
2. Menurut anda apa penyebab rusaknya bahan pustaka di Pusat
Perpustakaan UIN STS Jambi?
3. Menurut anda bagaimana keadaan gedung Pusat Perpustakaan UIN STS
Jambi?
4. Menurut anda bagaimana keadaan fasilitas di Pusat Perpustakaan UIN
STS Jambi?
5. Dimana posisi bahan pustaka yang anda ketahui yang mengalami
kerusakan?
6. Bagaimana menurut anda mengenai tenaga/pustakawan di Pusat
Perpustakaan UIN STS Jambi?
C. Dokumentasi
1. Pelestarian bahan pustaka yang ada.
2. Faktor kerusakan bahan pustaka
3. Kondisi bahan pustaka.
LAMPIRAN